1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang- orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar
mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan Achmad Munib dkk 2006: 34. Pendidikan merupakan upaya terorganisir yang memiliki makna
bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama di dalam proses
pendidikan Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi 2010: 2. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dari pengertian, fungsi dan tujuan pendidikan tersebut dapat disimpulkan
bahwa tujuan orang memperoleh pendidikan adalah terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi yang dimiliknya melalui usaha sadar dan
2 terorganisir. Perubahan terjadi dari proses belajar dan pengalaman melalui proses
pembelajaran. Pada proses pembelajaran membutuhkan peran guru yang terlaksana
dengan baik dalam melaksanakan kewajibannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kewajiban guru yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Apabila peran guru tersebut tidak terlaksana dengan baik, maka hasil pembelajaran tidak akan optimal.
Kreativitas dan inovasi seorang guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika. Sebagai ilmu
pengetahuan matematika mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep,
struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya Sri Subarinah 2006: 1. Sementara Prihandoko 2006: 9 menjelaskan tentang hakikat
matematika berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan dan konsep- konsep abstrak yang dikembangkan menurut aturan yang logis. Melalui
pemahaman hakikat matematika, seorang guru akan memiliki wawasan yang baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan berbagai strategi
yang tepat dalam menyampaikan isi materi mata pelajaran matematika. Mengingat bahwa pada hakikatnya matematika berkaitan dengan ide-ide
abstrak, lebih lanjut Piaget dalam Twakiman 2009: 1 menyatakan bahwa tahapan perkembangan intelektual manusia berlangsung secara kronologis melalui
3 4 tahap yang berurutan, yaitu: 1 Tahap Sensori Motor lahir sampai dengan 2
tahun; 2 Tahap Pra Operasional 2 sampai dengan 7 tahun; 3 Tahap Operasi Konkret 7 sampai dengan 12, 13 tahun, atau bahkan sesudahnya; 4 Tahap
Operasi Formal. Dari tahapan tersebut karakteristik siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkret. Dalam proses belajarnya siswa masih memahami suatu konsep melalui apa yang dilihat secara nyata atau konkret. Oleh karena itu, dalam
membelajarkan matematika seorang guru SD harus kreatif misalnya, dalam menggunakan alat peraga konkret yang berkaitan dengan konteks kehidupan nyata
di sekitar lingkungan siswa. Melalui pemberian ilustrasi serta contoh konkret wujud benda nyata yang ada di sekitar siswa, maka konsep abstrak menjadi lebih
mudah dipahami oleh siswa. Terdapat beberapa pendekatan dan model pembelajaran inovatif yang
sesuai dengan karakteristik siswa SD. Karakteristik matematika di SD dan kurikulum yang berlaku, antara lain: Realistic Mathematics Education RME,
Contextual Teaching Learning CTL, Cooperative Learning CL. Pemilihan
pendekatan yang sesuai dengan karakteristik siswa, mata pelajaran dan kurikulum akan membantu pencapaian aktivitas dan hasil belajar siswa dengan optimal.
Pemilihan pendekatan yang sesuai karakteristik tersebut mendasari penelitian ini. Sesuai hasil wawancara dengan Puji Priyanto, guru mata pelajaran
matematika di kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri 2 Tinggarjaya kecamatan Jatilawang Banyumas, pembelajaran matematika masih dilaksanakan secara konvensional.
Pembelajaran masih terpusat pada guru teacher centered instruction. Guru
4 mendominasi proses pembelajaran dan bertindak sebagai satu satunya sumber
belajar, menyajikan pembelajaran dengan metode yang monoton dan kurang bervariasi, memberikan latihan soal atau drill, memberikan Pekerjaan Rumah
PR, jarang menggunakan media pembelajaran, suasana belajar yang terkesan kaku dan tidak mengadakan variasi pola interaksi timbal balik antara guru dengan
siswa, siswa dengan guru serta variasi suasana ruang belajar. Di dalam pembelajaran guru memberikan contoh yang tidak berkaitan dengan permasalahan
atau objek yang ada di lingkungan sekitar siswa, sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa.
Kenyataan tersebut juga didukung dari hasil penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan latar belakang dilakukan oleh Nur Dian Wahyuni 2012
berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dengan menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education RME dengan materi Bangun
Ruang pada Siswa Kelas IV SD Negeri Begalon 1 Surakarta”. Menurut hasil pengamatan dalam pembelajaran matematika oleh Wahyuni 2012, pembelajaran
masih teacher centred atau masih terpusat kepada guru saja, monoton, membosankan bagi siswa. Pembelajaran seperti itu menyebabkan aktivitas belajar
siswa kurang optimal sehingga hasil belajar siswa juga kurang memuaskan. Wahyuni memilih salah satu pendekatan yang dianggapnya sesuai dengan
karakteristik siswa, mata pelajaran dan kurikulum yaitu pendekatan RME. Setelah melaksanakan penelitian dan dilakukan treatment tindakan disimpulkan bahwa
melalui pendekatan RME dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Begalon 1. Terbukti dari data
5 hasil penelitian kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa
55,44 dengan presentase ketuntasan sebesar 28,89, siklus I nilai rata-rata kelas 66,78 dengan presentase ketuntasan 53,33, siklus II nilai rata-rata kelas 72,11
dengan presentase ketuntasan 77,78. Jadi pemilihan pendekatan yang sesuai memang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan permasalahan dan didukung data empiris penelitian yang memiliki kesamaan latar belakang tersebut dibutuhkan pembaharuan proses
pembelajaran matematika di SD. Salah satu upaya pembaharuan yang dapat dilakukan yaitu dengan memperbaiki proses pembelajaran menggunakan
pendekatan yang terbaru yang dapat membawa kebermaknaan pembelajaran bagi siswa. Dari beberapa pendekatan baru yang dapat menjadi acuan untuk perbaikan
pembelajaran matematika, salah satunya yaitu Realistic Mathematics Education RME atau Pembelajaran Matematika Realistik.
Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pendekatan yang berorientasi kepada penalaran siswa yang bersifat realistik sesuai dengan tuntutan
kurikulum berbasis kompetensi yang ditujukan kepada pengembangan pola pikir praktis, logis, kritis dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika
dalam menyelesaikan masalah Daitin Tarigan 2006: 4. Di dalam pembelajaran matematika realistik dimulai dari masalah yang real atau nyata sehingga siswa
dapat terlibat dalam proses belajar yang lebih bermakna. Hal ini diperkuat oleh pendapat Blum dan Niss dalam Supinah dan Agus D.W. 2009 yang
mendefinisikan dunia nyata adalah segala sesuatu di luar matematika, seperti mata pelajaran lain selain matematika, atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan
6 sekitar kita. Gravemeijer dalam Ahmad Fauzan 2002: 34 berpendapat: Within a
realistic approach mathematics is seen as an activity. Learning mathematics means doing mathematics, of which solving everyday life problems contextual
problems is an essensial part. Dari pendapat Gravemeijer ini dapat artikan bahwa
dengan pendekatan realistik, maka matematika akan terlihat seperti sebuah aktivitas. Mempelajari matematika berarti melakukan kegiatan berdasar
matematika, yang diterapkan dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari adalah materi esensialnya.
Melalui RME diharapkan dapat membuat pembelajaran matematika menjadi lebih menarik, menyenangkan, kreatif, dan lebih bermakna bagi siswa
SD. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diterapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education
RME pada pembelajaran Matematika materi bangun ruang di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas untuk menguji Keefektifannya.
1.2 Identifikasi