a. Termometer Badan
Sesuai dengan namanya, termometer ini digunakan untuk mengukur suhu
badan seseorang. Termometer ini biasa disebut termometer klinis atau
termometer demam. Skala pada termometer ini berkisar antara 34º C atau 35 º C sampai 42 º C.
b. Termometer maksimum-minimum
Termometer yang digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika BMG untuk mengukur perkiraan cuaca dan suhu kisaran di suatu daerah.
Termometer ini disebut juga dengan termometer Six Belani. c.
Termometer dinding Termometer ini dimanfaatkan untuk mengukur suhu udara di ruangan atau
biasa kita menyebutnya dengan nama suhu kamar. Skalanya berkisar antara - 50 º C sampai 50 º C.
d. Termometer Batang
Biasanya digunakan untuk mengukur suhu pada percobaan-percobaan di laboratorium. Termometer ada yang menggunakan alkohol dan ada yang
menggunakan air raksa. Skala termometer ini antara -10 º C sampai dengan 110 º C
2.7.3 Penentuan Skala Suhu
Saat melakukan pengukuran suhu dengan suatu termometer, kita memerlukan suatu acuan. Acuan ini ada didasarkan pada skala termometer. Skala ini
mempunyai dua acuan, yakni titik didih dan titik beku air. Titik didih air dijadikan
sebagai titik acuan atas, sedangkan titik beku air dijadikan titik acuan bawah.
Kemudian, di antara keduanya dibagi dalam beberapa skala kecil.
Beberapa ilmuwan telah menentukkan titik acuan dalam termometer. Skala yang mereka tentukan menjadi dasar penentuan skala suhu. Ilmuwan yang
dimaksud anatara lain:
a. Anders Celcius 1701
– 1744 Ia membuat termometer dengan titik beku air pada skala 0 dan titik didih
air pada skala 100. Termometer buatannya dikenal sebagai termometer Celcius dengan satuan suhu dalam derajat Celciu ºC. Jadi, termometer
celcius mempunyai titik bawah 0° C dan titik atasnya 100° C. b.
Gabriel Daniel Fahrenheit 1686 – 1736
Ia menetapkan titik beku air pada skala 32° sebagai titik acuan bawah dan titik didih air pada skala 212° sebagai titik acuan atas. Termometer hasil
rancangannya disebut termometer Fahreinheit dengan satuan suhu derajat Fahrenheit °F.
c. Antoine Ferchault de Reamur 1683
– 1757 Termometer rancangannya disebut sebagai termometer Reamur dengan
titik acuan bawah 0° R dan titik acuan atas 80° R. d.
Lord Kelvin 1824 – 1904
Ia merancang termometer yang dikenal sebagai termometer Kelvin. Termometer ini mempunyai titik acuan bawah 273 dan titik acuan atas
373. Skala satuan suhu termometer ini dinyatakan dalam Kelvin K.
Berdasarkan penetapan dari ilmuwan-ilmuwan ini, kita dapat mengenal 4 macam skala derajat dalam suhu, yaitu Celcius °C, Fahrenheit °F,
Reamur °R, dan Kelvin K.
Gambar 2.1 Skema skala suhu °C, °R, °F, dan K Perbandingan keempat skala tersebut adalah:
C : R : F : K = 100: 80 : 180 :100 = 5: 4: 9:5 Nufus, N. A. Furqon As., 2009:206-209
2.7.4 Pemuaian zat padat
Jika suatu benda dipanaskan, benda tersebut akan memuai dan sebaliknya jika
benda didinginkan akan menyusut.
a. Pemuaian Panjang
Sebuah batang yang panjangnya mula-mula L pada suhu T
dipanaskan sehingga suhunya berubah sebesar ΔT. Akibatnya, panjang batang juga
akan berubah memuai sebesar ΔL. Jika perubahan suhu ΔT tidak terlalu besar, ΔL berbanding lurus dengan ΔT. Secara matematis perubahan
panjang zat padat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
b. Pemuaian Luas
Jika zat padat berbentuk pelat bidang dipanaskan, akan terjadi pemuaian dalam arah panjang dan lebar. Dengan kata lain zat tersebut mengalami
pemuaian luas. Besarnya pemuaian luas ΔA akan sebanding dengan perubahan suhu ΔT. Secara sistematis pemuaian luas zat padat dituliskan
sebagai berikut:
Keterangan:
c. Pemuaian Volume
Peningkatan atau kenaikan suhu ternyata juga dapat menimbulkan pemuaian volume. Besarnya pemuaian volume ΔV berbanding lurus
dengan perubahan suhu ΔT dan volume awal V . Secara matematis
pemuaian volume dituliskan sebagai berikut:
Keterangan: = Pemuaian panjang m
= koefisien muai panjang °C
-1
= Panjang mula-mula m
= Perubahan suhu °C
= Pemuaian luas m
2
= koefisien muai luas . °C
-1
= Luas mula-mula m
2
= Perubahan suhu °C
= Pemuaian volume m
3
= koefisien muai volume .
= Volume mula-mula m
3
= Perubahan suhu °C °C
-1
Purwoko dan Fendi 2007:148-159
2.8 Kerangka Berpikir