Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan sesuatunya guna mencapai kepentingan pengajaran yaitu tuntasnya hasil belajar siswa Bachman, 2005. Kimia merupakan bidang ilmu yang menyelidiki sifat dan perilaku dari semua zat di alam semesta dan menggunakan informasi ini untuk memenuhi kebutuhan manusia serta membangun lingkungan yang damai dan kesejahteraan Nuray et al, 2010: 1417. Selama ini kebanyakan guru hanya mengajarkan konsep-konsepnya saja, tanpa menambahkan aplikasi dari konsep tersebut. Siswa seharusnya tidak hanya mahir dalam konsep, tetapi paham tentang realita yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan konsep yang mereka pelajari di sekolah. Fakta di lapangan menunjukan bahwa pelajaran kimia dianggap mata pelajaran yang dipandang oleh siswa sedikit rumit dibanding dengan mata pelajaran lain. Pemahaman konsep yang baik sangat penting, karena untuk memahami suatu konsep baru diperlukan syarat pemahaman konsep sebelumnya. Selain itu, kimia erat kaitannya dengan kehidupan sehari- hari, Sehingga pembelajaran dapat diarahkan kepada kejadian sehari-hari yang dialami siswa. Berbagai penelitian menunjukkan pembelajaran berpusat pada guru masih banyak digunakan, demikian pula di SMA Negeri 1 Andong Boyolali. Waktu belajar siswa dihabiskan untuk mendengarkan ceramah dari guru, menghafalkan materi dan menulis saja. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang dicapai menjadi kurang optimal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SMAN 1 Andong Boyolali menunjukkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA masih cukup rendah. Nilai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal khusus untuk kimia di SMAN 1 Andong Boyolali adalah 75. Hal ini diperkuat oleh data nilai-nilai siswa pada ujian akhir semester 1 tahun 20132014 kelas XI IPA 1 yang belum mencapai standar KKM, yaitu dengan nilai rata-rata 63 dan 28 dari 32 siswa yang belum mencapai ketuntasan KKM. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang mampu dalam menyelesaikan masalah kimia diantaranya 1 pembelajaran masih berfokus pada guru, sehingga siswa pasif dan hanya menerima informasi pembelajaran dari guru. 2 siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga komunikasi yang terjadi cenderung satu arah. 3 media, alat dan bahan pembelajaran yang tidak memadai. Untuk menumbuhkan keaktifan siswa, sebaiknya dalam proses belajar-mengajar siswa diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman ilmiah. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir memegang peranan besar dalam peningkatan kualitas individu, karena siswa mempunyai kemampuan psikomotorik mental disamping kemampuan psikomotorik manual. Pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran Nisa, 2011. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Materi tersebut terdapat dalam kimia kelas XI IPA semester 2. Kaitan materi dengan kehidupan sehari- hari membantu siswa meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi. Siwa akan lebih tertarik dengan proses-proses kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan bisa digunakan untuk melatih aktivitas dan kreativitas siswa. Model pembelajaran Treffinger diharapkan dapat digunakan dalam pembelajaran pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan terhadap hasil belajar siswa. Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan kreativitas siswa, maka siswa akan menjadi kritis dalam menerima informasi. Model pembelajaran Treffinger membangkitkan kemampuan berpikir secara kritis dan kreatif sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, kemudian dapat digunakan secara efisien terhadap pendidikan guru dan siswa harus menerima pengenalan yang secara menyeluruh untuk memecahkan masalah secara kreatif Myrmel, 2003. Model Treffinger merupakan revisi atas kerangka kerja CPS yang dikembangkan oleh Osborn. Menurut Treffinger dalam Huda 2013, digagasnya model ini adalah karena perkembangan zaman yang terus berubah dengan cepat dan semakin kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, untuk mngatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara memperhatikan fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu memunculakan berbagai gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk kemudian diimplementasikan secara nyata. Treffinger dalam Huda 2013 menyebutkan bahwa model pembelajaran ini terdiri atas 3 komponen penting, yaitu Understanding Challenge memahami tantangan, Generating Ideas membangkitkan gagasan, dan Preparing for Action mempersiapkan tindakan. Agar pencapaian hasil belajar dapat lebih baik, guru dapat memberikan lembar kerja siswa LKS kepada siswa. Lembar kerja siswa yang digunakan dibuat sendiri oleh guru yang disesuaikan dengan kondisi kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil penelitian dari Ozmen dan Yildirim 2005:4 menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan LKS lembar kerja siswa lebih efektif daripada kelas yang diajarkan dengan metode konvensional, karena siswa ikut aktif dalam pembelajaran dan guru dapat menentukan target pembelajaran yang bisa dicapai, atau perubahan perilaku yang bisa diungkapkan serta sikap mental yang bisa dibentuk melalui pembelajaran tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan sebuah penelitian yang b erjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Lembar Kerja Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA N 1 Andong Boyolali”.

1.2 Rumusan Masalah