BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana korupsi telah dianggap sebagai suatu perkara “seriousness
crime”, kejahatan serius yang sangat mengganggu hak ekonomi dan hak sosial masyarakat dan negara dalam skala yang besar, sehingga penanganannya harus
dilakukan dengan cara “extra ordinary treatment” serta pembuktiannya
membutuhkan langkah-langkah yang serius, professional dan independen.
1
Korupsi dalam praktik pelaksanaannya sangat erat kaitannya dengan keuangan negara. Keuangan negara dalam arti luas meliputi APBN, APBD,
keuangan negara pada Perjam, Perum, Perkebunan Nusantara, dan sebagainya.
2
Korupsi adalah bagian dari aktivitas-aktivitas buruk yang menjauhkan negara ini dari pemerintah yang bersih, jujur dan jauh dari rasa keadilan. Dengan kata lain,
korupsi telah menggoyahkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Korupsi juga selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lainnya di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat
dimaklumi mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini
dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai
demokratis dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah
1
Hernold Ferry Makawimbang, Kerugian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi Suatu Pendekatan Hukum Progresif, Thafa Media, Yogyakarta, 2014, Halaman 1
2
Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, Halaman 10
Universitas Sumatera Utara
budaya tersendiri. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur.
3
Tindak pidana korupsi yang terus merasuk kedalam sendi-sendi kehidupan masyarakat ini juga mengakibatkan terjadinya kerugian keruangan
negara. Tentang permasalahan kewenangan perhitungan kerugian keuangan negara
dalam tindak
pidana korupsi
terjadi ketidakpastian
hukum rechszekerheid
, Junifer Girsang dalam bukunya “Abuse of Power”, menyatakan terjadi ketidakpastian hukum dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi
akibat ketidakjelasnya definisi kerugian keuangan negara, ini berimplikasi pula pada lembaga mana yang berhak dan berwenang menyatakan telah terjadi
kerugian keuangan negara.
4
Guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan negara yang dibelanjakan melaluiproses pengadaan Barang Pemerintah,
diperlukan upaya untuk menciptakan keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip persiangankompetisi yang sehat dalam proses pengadaan barangJasa
pemerintah yang dibiayai APBNAPBD, sehingga diperoleh BarangJasa yang terjangkau dan berkualitas serta dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi
fisik,keuangan, maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan masyarakat.
5
Ketentuan Pengadaan Barang Pemerintahan dalam Peraturan Presiden itu diarahkan untuk meningkatkan ownership Pemerintah Daerah terhadap
3
Evi Hartini, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, Halaman 1
4
Hernold Ferry Makawimbang, Kerugian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi Suatu Pendekatan Hukum Progresif, Thafa Media, Yogyakarta, 2014, Halaman 3
5
Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum, Hukum Keuangan Negara, Grasindo, Jakarta, 2014, Halaman 153-154
Universitas Sumatera Utara
proyekkegiatan yang pelaksaaannya dilakukan melalui skema pembiayaan bersama co-financing antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
6
Skripsi ini akan membahas dan menganalisa secara yuridis terkait dengan pengadaan barang yang merugikan keuangan negara dalam tindak pidana korupsi
dengan studi kasus Putusan Pengadilan Tinggi Medan No: 19Pid.Sus.K2014PT- MDN dengan terdakwa mantan manager bidang produksi PT. PLN Persero
KITSBU yaitu Ir. Fahmi Rizal Lubis. Terdakwa divonis 9 Tahun penjara dan pidana denda sebesar Rp. 700.000.000,- tujuh ratus rupiah, dengan ketentuan
jika denda tersebut tidak dibayar harus diganti dengan hukuman kurungan selama 6 Enam bulan oleh hakim Pengadilan Tinggi Medan dengan Putusan Nomor:
19Pid.Sus.K2014PT-MDN, tanggal 7 Maret 2014. Kesemuanya akan dirangkum dalam penulisan skripsi ini.
Kasus tindak pidana korupsi pada PT. PLN Persero KITSBU yang didakwakan kepada terdakwa lahir sebagai konsekuensi atas tindakan terdakwa
yang dianggap telah mengakibatkan kerugian keuangan negara. Terdakwa sebagai manager bidang produksi PT.PLN persero KITSBU yang didisposisikan oleh
General Manager Ir Albert Pangaribuan sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenangnya untuk membuat syarat teknis atas pengadaan Flame Tube PLTGU
DG 10530 yang semula merupakan usulan dari saksi Ir. Ermawan Arif Budiman selaku kepala sektor Pembangkitan Belawan perihal pengadaan material
kebutuhan GT 12 umtuk LTE 12. Selanjutnya terdakwa langsung membuat syarat teknis tersebut berdasarkan buku petunjuk yang dikeluarkan oleh PT Siemens
6
Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum, Hukum Keuangan Negara, Grasindo, Jakarta, 2014, Halaman 154.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia tanpa melakukan survey terlebih dahulu ke PT Siemens Indonesia mengenai apakah barang tersebut masih diproduksi oleh PT Siemens Indonesia.
Setelah syarat tersebut dibuat oleh terdakwa pada tanggal 11 Desember 2006 yang diteruskan kepada saksi Edward Silitonga sebagai Manager
Perencanaan untuk menganalisa dan mengevaluasi tentang syarat teknis yang dibuat terdakwa tersebut, tanpa melakukan survey dan mengkaji lebih detail
usulan tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan dan atas syarat teknis tersebut maka Edward Silitonga
membuat Rencana Anggaran Biaya dengan besaran Rp. 24.323.251.000 dua puluh empat miliyar tiga ratus dua puluh tiga juta dua ratus lima puluh satu ribu
rupiah termasuk PPN 10 sepuluh persen. Selanjutnya dibuat surat kuasa kerja Nomor INV07BIKEUPRODPLTGU001 tanggal 13 maret 2007 Pengadaan
Flame Tube PLTGU GT-12 dengan nilai Rp. 24.323.251.000 dua puluh miliyar tiga ratus dua puluh tiga juta dua ratus lima puluh satu ribu rupiah tersebut
ditandatangani oleh masing-masing manager terkait yaitu terdakwa selaku menager bidang produksi, manager bidang perencanaan Edward Silitonga, dan
diketahui oleh manager Bidang Keuangan Irwandi dan disetujui oleh Ir.Albert Pangaribuan selaku General Manager.
Pada saat Flame Tube diterima di gudang PT.PLN persero KITSBU sektor pembangkitan belawan ditemukan adanya perbedaan spesifikasi Flame
Tube yang disupply oleh yuni selaku direktur CV Sri Makmur yang merupakan CV pemenang pelelangan Pengadaan Flame Tube tersebut yang diakibatkan oleh
penetapan paket pengadaan Flame Tube yang tidak benar, yang tidak seharusnya
Universitas Sumatera Utara
menetapkan dan mengesahkan Harga Perkiraan Sendiri HPS yang disusun oleh Panitia Pengadaan Barang dimana dalam membuat HPS tidak melakukan analisis
yang mendalam terhadap lingkup pengadaan barang dengan cara tidak melakukan survey terlebih dahulu kepada pabrikan PT Siemens Indonesia bahwa Flame tube
tersebut tidak lagi diproduksi sejak 5 lima tahun yang lalu. Akibat perbuatan para
terdakwa tersebut
menyebabkan kerugian
negara sebesar
Rp. 23.942.490.000,- dua puluh tiga miliyar sembilan ratus empat puluh dua juta
empat ratus sembilan puluh ribu rupiah. Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaannya menuntut terdakwa Ir. Fahmi
Rizal Lubis berupa pidan penjara selama 9 sembilan tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan perintah agar terdakwa tetap
ditahan, dan ditambah dengan denda sebesar Rp. 700.000.000,- tujuh ratus juta rupiah subsidair 6 enam bulan kurungan.
Kasus-kasus yang seperti ini perlu untuk disoroti karena menyebabkan keresahan dalam masyarakat dan merugikan keuangan negara. Korupsi membuat
negara tidak maksimal dalam menyediakan barang-barang publik untuk kepentingan umum. Korupsi juga memperburuk citra pemerintah dimata
masyarakat karena ketidakpercayaan dan ketidakpatuhan terhadap hukum. Apabila tidak ada perubahan yang signifikan maka kondisi tersebut akan
membahayakan kehidupan bangsa.
7
Melihat bahwa tindak pidana korupsi ini dilakukan oleh PT. PLN persero KITSBU yang merupakan Badan Usaha Milik Negara BUMN
7
http:www.kpk.go.idmoduleseditordocstrategicplan_plan_2008_to_2011_id.pdf,re ncana strategic komisi pemberantasan korupsi,2008-2011. Diakses pada tanggal 15 Desember
2015 pukul 14.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
dibidang pengadaan barang yang mengakibatkan kerugian negara dan berdampak pada pereknomian nasional. Disamping itu juga menarik untuk ditelaah regulasi
peraturan mengenai pengadaan barangjasa yang terkait dengan tindak pidana ini ataupun yang berakitan dengan tindak pidan korupsi itu sendiri.
B. Perumusan Masalah