95 dengan program-program sekolah. Kan untuk menyentuh
afeksi anak ju ga..” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari
2017. Hal senada juga disampaikan oleh Bapak A:
“.... melalui kegiatan program-program kegiatan keagamaan yang ada hubungannya dengan sikap, semuanya itu merupakan
bagian upaya pembentukan karakter ..” wawancara dengan
Bapak A, 31 Januari 2017.
b. Modal Sosial di SMA Negeri 5 Yogyakarta
SMA Negeri 5 Yogyakarta memiliki potensi modal sosial cukup kuat yang bisa bermanfaat dalam membentuk karakter anak,
khususnya peserta didik yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Modal sosial tersebut digunakan untuk mencapai tujuan sekolah yang
telah disepakati bersama dan menjadi aset utama bagi pembentukan karakter anak. Hubungan sosial yang cukup solid dan kondusif dari
setiap elemen, baik dari Kepala Sekolah, guru, karyawan, peserta didik, orangtua peserta didik, masyarakat, dan instansi yang terkait
juga sangat berperan dalam menciptakan suasana yang memudahkan mereka untuk bekerjasama dalam hal pendidikan karakter anak.
Adapun
unsur-unsur modal sosial yang dapat ditemukan di SMA Negeri 5 Yogyakarta adalah sebagai berikut:
a Kepercayaan
Fukuyama 2002 menjelaskan bahwa kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam modal sosial, karena dengan
adanya kepercayaan orang-orang dapat bekerjasama secara efektif,
96 dan adanya kesediaan di antara mereka untuk menempatkan
kepentingan kelompok di atas kepentingan individu. Kepercayaan tersebut merupakan faktor utama dalam modal sosial, dan
merupakan faktor penting yang bisa menentukan kuat atau tidaknya, besar atau kecilnya modal sosial yang dimiliki oleh
sebuah organisasi atau instansi tertentu. Proses pembentukan kepercayaan membutuhkan proses yang panjang, serta kondisi
kepercayaan yang mudah retak atau hancur padahal membutuhkan waktu yang lama untuk tumbuh di dalam masyarakat, dan
terkadang kepercayaan tersebut hancur karena hal-hal kecil. Dengan dinamika yang selalu berubah-ubah, SMA Negeri
5 Yogyakarta juga mengalami kondisi di mana tingkat kepercayaan warga sekolah ataupun masyarakat yang cukup tinggi.
Kondisi kepercayaan yang tinggi ini pula yang sangat membantu SMA Negeri 5 Yogyakarta dalam proses perkembangannya.
Seiring berjalannya waktu, SMA Negeri 5 Yogyakarta diberi kepercayaan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai sekolah
berbasis afeksi. Berikut ini hasil wawancara yang menunjukkan bahwa SMA Negeri 5 Yogyakarta dipercaya oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta sebagai sekolah berbasis afeksi: “….. Jadi sekolah ini dilaunching Walikota sebagai sekolah
afeksi. Nah dalam rangka tujuannya untuk membangun karakter si anak untuk final project sekolah-sekolah yang
lain….” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
97 Dalam wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa SMA
Negeri 5 Yogyakarta dilaunching oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai sekolah berbasis afeksi, dikarenakan SMA
Negeri 5 Yogyakarta mempunyai keunggulan dalam pendidikan berbasis keagamaan yang terintergrasi dengan kegiatanprogram-
program yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Inilah bentuk kepercayaan dari Pemerintah Kota Yogyakarta kaitannya dengan
pendidikan karakter anak. Penunjukan sekolah berbasis afeksi digunakan untuk menumbuhkan kesadaran baru yang diharapkan
tumbuh di dalam diri peserta didik melalui pendidikan agama yang berbasis afeksi melalui budi pekerti yang baik, kepribadian dan
keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat. Sama halnya
dengan yang dijelaskan oleh Ibu M: “…..Ini yang untuk mendukung buktinya kita sebagai
sekolah berbasis afeksi. Itu kan sudah terkait dengan perilaku…..” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari 2017.
Pada akhirnya, kepercayaan merupakan suatu hal yang sangat mahal, tetapi apabila komponen sebuah instansiorganisasi
dan masyarakat
mau meluangkan
waktu untuk
saling berkomunikasi, saling mengerti dan memahami antar satu sama
lain, tidak tertutup kemungkinan terciptanya suatu kepercayaan tingkat tinggi, yang tentunya bisa berdampak pada pencapaian
tujuan bersama. Kepercayaan dari masyarakat pun harus dapat
98 dijaga oleh seluruh warga sekolah, sehingga kepercayaan tersebut
dapat tetap terjaga. SMA Negeri 5 pun mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah maupun dari masyarakat sebagai sekolah berbasis
afeksi, yang diharapkan karakter anak yang dibentuk di SMA Negeri 5 Yogyakarta adalah karakter yang akhlakul karimah.
b Nilai dan norma
Nilai dan norma sangat berperan dalam rangka mengontrol segala bentuk perilakutingkah laku setiap individu. Nilai dan
norma juga bertujuan agar individu-individu yang bersangkutan dapat berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku, sehingga
tidak keluar dari rambu-rambu atau koridor-koridor yang telah disepakati sebagai sebuah keputusan bersama. Nilai dan norma
tersebut dapat berupa yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Adapun nilai dan norma yang tidak tertulis dapat berupa
kesepakatan bersama, yang dipahami oleh setiap warga sekolah yang ada dan menentukan tingkah laku, yang kaitannya dengan
hubungan sosial. Sedangkan nilai dan norma yang tertulis, dalam hal ini di SMA Negeri 5 Yogyakarta berupa tata tertib yang telah
dibuat dan disepakati bersama. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak J:
“…. Tatib nanti kalau sudah dibicarakan, dibahas bersama, termasuk perwakilan kelas, dan sebagainya, terus anak-
anak baru nanti setelah disahkan oleh Dinas, anak-anak
mematuhi tatib itu….”wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
99 Pernyataan di atas juga disampaikan oleh Ibu M, bahwa:
“….. Tata tertib itu juga yang buat atas kesepakatan bersama. Kepala Sekolah, guru, karyawan, perwakilan
kelas disertakan dalam pembuatan tata tertib itu …” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari 2017.
Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa tata tertib yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta ini merupakan kesepakatan
bersama antarwarga sekolah. Setelah tata tertib tersebut selesai dibuat, maka dari pihak Dinas Pendidikan pun mengesahkan dan
ditaati oleh seluruh warga sekolah. Aturan yang dibuat tersebut juga diikuti oleh sanksi yang dikenakan bagi yang melanggar nilai
atau norma tersebut berupa teguran ataupun sanksi lain yang telah disepakati bersama. Seperti yang dijelaskan Bapak A, bahwa:
“…. Ya proses berjalan secara alami dengan tata tertib yang ada ketika ada tata tertib ada pemberlakuan poin-poin
ketika anak melanggar begini poinnya sekian, dan
seterusnya….” wawancara dengan Bapak A, 31 Januari 2017.
Hal senada juga dijelaskan oleh Bapak J, yang menjelaskan bahwa: “…. termasuk tatibnya digarap dulu. Jadi apa-apa yang itu
anak- anak ga boleh ditata dalam tatib…..” wawancara
dengan Bapak J, 5 Januari 2017. c
Jaringan Sosial SMA Negeri 5 Yogyakarta merupakan sekolah yang
memiliki jaringan yang luas. Sebagai sekolah negeri yang tetap berada di bawah Dinas Pendidikan, SMA Negeri 5 Yogyakarta
mengikuti beberapa program yang diselenggarakan oleh Dinas
100 Pendidikan. Dikutip dari hasil wawancara dengan Ibu M, yang
menjelaskan bahwa: “…. Sini juga ada pertukaran pelajar antar provinsi,
program dari Dinas, dari dulu sudah ada. Lewat studi banding juga bisa…..” wawancara dengan Ibu M, 18
Januari 2017.
Hal senada juga diungkapakan oleh Bapak A: “….. dengan instansi yang terkait, dari Dinas Pendidikan
melalui program-program Dinas ya pastinya hubungan tersebut terjalin. Sebagai contoh ada program pertukaran
pelajar itu…” wawancara dengan Bapak A, 31 Januari 2017.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, sebagai sekolah yang berada di bawah Dinas Pendidikan, SMA Negeri 5 Yogyakarta
selalu aktif mengikutsertakan guru maupun siswanya dalam setiap program yang dibuat oleh Dinas Pendidikan. Selain dengan Dinas
Pendidikan, SMA Negeri 5 Yogyakarta juga menjalin jaringan dengan Perguruan Tinggi yang ada di Kota Yogyakarta, kaitannya
dengan masalah SNMPTN ataupun Penerimaan Mahasiswa Baru PMB. Dalam hal ini, sekolah menjalin relasi agar informasi
yang diberikan bersifat update, seperti yang dijelaskan oleh Bapak J:
“…. Kalau dengan instansi yang lain, khususnya yang Perguruan Tinggi, kami membutuhkan sinergi-sinergi
dalam rangka sikap penanganan anak pada waktu mau
SNMPTN ….” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Bapak A, yang
menjelaskan bahwa:
101 “…. dengan UNY, UGM, kami membutuhkan informasi
yang update terkait dengan Penerimaan Mahasiswa Baru…” wawancara dengan Bapak A, 31 Januari 2017.
Kaitannya dengan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, SMA Negeri 5 Yogyakarta selalu rutin dalam menjalin
komunikasi dengan stakeholder yang ada di sekitar SMA Negeri 5 Yogyakarta, baik itu tingkat RT, RW, maupun tingkat Kelurahan.
Hubungan ini dijalin agar masyarakat sekitar jangan sampai merasa antipati dengan apa-apa yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak J, sebagai berikut: “…. Kemudian kalau dengan lingkungan ya termasuk
RTRWKelurahan, karena kami menyadari sepenuhnya sekolah ini tidak bisa lepas dari warga, karena kalau ga
pandai-pandai begitu, sampai warga itu antipati dengan sekolah kan kadang-
kadang juga repot ….” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak A, yang menjelaskan bahwa:
“…… Ya kalau jaringan sosial dengan masyarakat sekitar ada. Dari pihak RTRW maupun pihak kelurahan kami
menjalin silaturahim lewat kegiatan-kegiatan yang ada di
SMA Negeri 5….” wawancara dengan Bapak A, 31 Januari 2017.
Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa dalam setiap kegiatan, masyarakat sekitar selalu diundang. Hal ini bertujuan
untuk menjalin komunikasi dan silaturahim dengan masyarakat sekitar. Pernyataan ini juga diperkuat dengan pernyataan dari Ibu
M, beliau berkata: “Jaringan sosial ya dengan masyarakat sekitar berjalan
dengan baik. Kita ini kalau ada event apa gitu, masyarakat
102 sekitar kita undang lewat RT, RW, Kelurahan. Ya kan
sekolah ini bagian dari mereka, ya harus ada timbal baliknya.” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari 2017.
Selain itu, jaringan yang terbentuk berupa antarsiswa, antarguru, antarsiswa dengan guru, guru dengan orangtuawali
siswa. Salah satu jaringan yang terbentuk dari hubungan antarindividu diambil dari pernyataan Bapak A, yang menjelaskan
bahwa: “…. Selanjutnya ada pengajian guru-guru SMA Negeri 5
Yogyakarta yang dilakukan secara bergilir dengan pengelompokan….” wawancara dengan Bapak A, 31
Januari 2017.
Selain itu, pernyataan senada juga diungkapkan oleh Bapak J, yang menjelaskan bahwa:
“…. Selain itu, di SMA Negeri 5 Yogyakarta ini juga ada kumpulan
pengajian guru-karyawan.
Pelaksanaannya selama dua bulan sekali dan dibiayai oleh Bapak Ibu
penyelenggara….” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa guru dan karyawan yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta mempunyai
sebuah komunitas, yaitu komunitas pengajian guru karyawan. Pengajian guru ini rutin dilakukan selama dua bulan sekali,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu M, yang menjelaskan bahwa:
“Di sini ada kelompok pengajian guru karyawan, 2 bulan sekali. Itu yang satu ikatan kekuatan.” wawancara dengan
Ibu M, 18 Januari 2017.
103 Selain pengajian guru, di SMA Negeri 5 Yogyakarta juga
rutin melaksanakan pengajian kelas. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan selama 2 kali dalam satu semester dan menjadi tanggung
jawab wali kelas. Bapak A menjelaskan bahwa: “….. Kemudian terdapat kegiatan pengajian kelas. Kegiatan
ini dilaksanakan di salah satu rumah siswa yang dilakukan selama 2 kali dalam 1 semester…..” wawancara dengan
Bapak A, 31 Januari 2017.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak J, yang menjelaskan bahwa:
“….. Sedangkan untuk tingkat kelas juga ada pengajian kelas, yang dilaksanakan selama dua kali dalam satu
semester. Pelaksanaannya pun kesepakatan bersama antara
wali kelas dengan siswa ….” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Pada akhirnya, jaringan sosial yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta
sangatlah berharga
karena dapat
membantu menjalankan dan mengembangkan sekolah, sesuai dengan visi dan
misi SMA Negeri 5 Yogyakarta. Dengan adanya pengelolaan jaringan yang baik ini pula, yaitu selalu aktif dalam membangun
jaringan dengan pihak internal dan eksternal sekolah, maka hubungan yang sudah terjalin dapat bertahan dan memberikan
dampak atau manfaat bagi sekolah. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan internal,
yaitu hubungan-hubungan yang terjadi
antarwarga sekolah, dan jaringan yang bersifat eksternal, yaitu hubungan-hubungan dengan pihak-pihak luar sekolah, seperti
Dinas Pendidikan, masyarakat, dan lain sebagainya.
104 d
Kerjasama Suranto Aw. 2011: 29 mengatakan kerjasama timbul
apabila seseorang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.
Kerjasama yang dibangun di SMA Negeri 5 Yogyakarta, khususnya bagi siswa salah satunya melalui proses belajar
mengajar. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak A, yang menjelaskan bahwa:
“…. Dalam proses pembelajaran pun pembinaan karakter dilakukan lewat diskusi-diskusi yang terjadi di dalam kelas.
Bagaimana anak itu menyampaikan pendapat, menghargai orang lain, dan lain-lain, yang itu semua muaranya kan ke
dalam pembentukan karakter anak….” wawancara dengan Bapak A, 31 Januari 2017.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Bapak J, bahwa: “…. ya kita latih di dalam guru-guru pembelajaran pada
waktu diskusi. Pada waktu itu kan kelihatan anak-anak bagaimana tingkat menghormati temannya, bagaimana
kesabarannya dalam menerima pada waktu temannya
menyampaikan, dan sebagainya….” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pembinaan karakter yang dilakukan di SMA Negeri 5 Yogyakarta terintegrasi
dengan proses belajar mengajar yang berlangsung. Selain itu, sekolah juga bekerjasama dengan orangtua siswa terkait dengan
pendidikan anak, karena tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
105 keberhasilan pendidikan seorang anak bukan hanya tanggung
jawab sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab orangtua. Bentuk kerjasama antara SMA Negeri 5 Yogyakarta dengan
orangtua siswa berupa kegiatan home visit. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu M, yang menjelaskan bahwa:
“… Terus kerjasama dengan orangtua bagus. Kita kalau ada siswa ga masuk selama 2 hari, kita home visit
…” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari 2017.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak J, yang menjelaskan bahwa:
“… Kita ini kalau ada siswa yang ga masuk selama beberapa hari, kami lakukan home visit. Home visit ini kan
salah satu layanan pendukung…” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 5 Yogyakarta memberikan perhatian yang lebih kepada
siswanya. Hal ini terbukti apabila ada siswa yang tidak masuk selama beberapa hari, pihak sekolah melakukan home visit.
e Partisipasi
Dalam sebuah organisasi atau instansi, partisipasi mempunyai peran yang sangat penting untuk menciptakan suatu
iklim dalam lembaga yang demokratis, serta memberikan ruang yang cukup luas untuk komponen atau anggotanya dalam
memberikan dukungan, baik dalam bentuk materi maupun nonmateri. SMA Negeri 5 Yogyakarta selalu melibatkan seluruh
warga sekolah dalam melaksanakan berbagai kebijakan ataupun
106 program sekolah. Kemampuan warga sekolah untuk selalu
bersinergi dalam berhubungan, sangat berpengaruh dalam menentukan kuat atau tidaknya modal sosial yang dimiliki.
Partisipasi ini menimbulkan rasa untuk dapat turut serta dalam keputusan
penting. Partisipasi
juga dapat
menghasilkan pemberdayaan, karena dalam partisipasi tersebut setiap individu
berhak untuk menyampaikan pendapatnya dalam pengambilan keputusan. Berikut ini adalah pernyataan yang menyatakan bahwa
adanya keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan, yang disampaikan oleh Bapak J, yang mengatakan:
“… Tatib nanti kalau sudah dibicarakan, dibahas bersama, termasuk perwakilan kelas, dan sebagainya, terus anak-
anak baru nanti setelah disahkan oleh Dinas, anak-anak
mematuhi tatib itu…” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu M, yang mengatakan bahwa:
“… Tata tertib itu juga yang buat atas kesepakatan bersama. Kepala Sekolah, guru, karyawan, perwakilan kelas
disertakan dalam pembuatan tata tertib itu …” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari 2017.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dalam pembuatan tata tertib sekolah sendiri, Kepala Sekolah melibatkan
seluruh warga yang ada di sekolah, baik itu guru, karyawan, dan perwakilan kelas. Inilah bentuk partisipasi yang dibangun oleh
SMA Negeri 5 Yogyakarta, kaitannya dengan pembuatan kebijakan, dalam hal ini adalah tata tertib sekolah.
107 Pada dasarnya, semua kegiatan yang ada di SMA Negeri 5
Yogyakarta melibatkan seluruh warga sekolah, baik itu Kepala Sekolah, guru, karyawan, siswa, alumni, dan orangtua. Dengan
adanya tingkat partisipasi yang cukup tinggi ini pula, merupakan langkah awal SMA Negeri 5 Yogyakarta kaitannya untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, baik sekolah maupun masyarakat.
f Kebersamaan
Kebersamaan menjadi suatu hal penting dalam membina sebuah hubungan. Jelas kita tak pernah bisa benar-benar hidup
sendiri dalam berkehidupan. Kita tidak bisa menjadi manusia yang egois, yang merasa bisa melakukan segalanya sendirian, yang
merasa tak membutuhkan orang lain. Kebersamaan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Kebersamaan togetherness
mampu mempersatukan, memberikan kita keamanan, dukungan dan juga perasaan saling memiliki satu sama lain.
Kebersamaan bisa dibangun lewat beberapa kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh sebuah instansi atau organisasi. Di SMA
Negeri 5 Yogyakarta untuk membangun kebersamaan antarwarga sekolah adalah dengan melalui berbagai kegiatan. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Ibu M, yang menjelaskan bahwa: “… Sesudah bel masuk, paginya saya kawal. Kalau hari
Rabu dan Senin, Senin upacara, Rabu ada senam…” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari 2017.
108 Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak J, yang menjelaskan
bahwa: “… Yang namanya pagi tiap Rabu kami membangun
dengan senam…” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Dari penyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa warga yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta selalu aktif dalam kegiatan
senam. Hal-hal yang kecil ini digunakan untuk membangun kebersamaan yang ada di sekolah.
Pada akhirnya, kebersamaan ini muncul apabila setiap warga sekolah mempunyai visi dan misi yang sama untuk sekolah.
Dengan kata lain, seluruh warga sekolah saling bersinergi satu sama lain untuk membangun kultur yang baik, sehingga
harapannya adalah karakter yang dimiliki oleh siswa pun ikut terbawa baik juga.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri 5 Yogyakarta mempunyai visi dan misi yaitu terwujudnya
sekolah yang mampu menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Y. M. E., berakhlak mulia, cerdas,
mandiri, berbudaya, peduli lingkungan, cinta tanah air serta berwawasan global.
Untuk mendukung visi dan misi tersebut dibuatlah beberapa program sekolah, seperti Pagi Simpati, tadarus,
mentoring, dan lain-lain, yang kesemua program tersebut ditujukan untuk membentuk karakter anak. Penanaman pendidikan karakter
109 yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta terintegrasi dengan
beberapa hal, seperti dengan mata pelajaran, pembiasaan atau kultur, dan juga program atau kegiatan yang ada di sekolah. Selain
itu, beberapa unsur modal sosial yang dimiliki oleh SMA Negeri 5 Yogyakarta antara lain: 1 Kepercayaan, 2 Nilai dan norma, 3
Jaringan sosial, 4 Kerjasama, 5 Partisipasi, 6 Kebersamaan.
c. Peran Modal Sosial dalam Membentuk Karakter Anak