91
2. Data Hasil Penelitian
a. Pendidikan Karakter di SMA Negeri 5 Yogyakarta
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa visi yang dimiliki oleh SMA Negeri 5 Yogyakarta sangat
berkaitan dengan karakter yang dimiliki oleh setiap anak. Visi yang dimiliki oleh SMA Negeri 5 Yogyakarta sangat berkaitan dengan
pembentukan karakter anak, di mana diharapkan para lulusan SMA Negeri 5 Yogyakarta mempunyai karakter yang akhlakul karimah,
yang bertaqwa kepada Tuhan Y. M. E., sholeh sholehah, terampil, mandiri, bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta menjadi aset
bangsa yang cerdas. Hal ini dijelaskan oleh Bapak J, sebagai Kepala Sekolah, yang menjelaskan bahwa:
“... visi sekolah terwujudnya lulusan yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, berwawasan lingkungan, mandiri
...” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017.
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Ibu M, sebagai guru Pendidikan Agama Islam, yang menjelaskan bahwa:
“... Membentuk lulusan SMA 5 yang bertaqwa kepada Tuhan Y. M. E., terus menjadikan anak sholeh sholehah, terampil,
mandiri, bermanfaat bagi dirinya, orang lain, menjadi aset bangsa yang cerdas.
..” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari 2017.
Untuk menunjang visi dan misi sekolah tersebut, dibuatlah beberapa program-program yang digunakan untuk membentuk
karakter anak. Program-program tersebut antara lain Pagi Simpati, Tadarus Al-
Qur’an bagi siswa muslim dan pembekalan keagamaan
92 bagi siswa non-muslim, Mabit Malam Bina Iman dan Taqwa, bakti
sosial, mentoring, dan lain-lain. Selain itu, dengan adanya program tersebut, nilai-nilai moral yang ada dikembangkan oleh sekolah, baik
itu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak A, sebagai guru Pendidikan Agama Islam:
“... Ya semuanya berjalan yang jelas. Yang namanya karakter itu dalam bertindak, dalam bersikap, berperilaku, berhubungan
dengan sesama, dalam mengambil sebuah kebijakan ...”
wawancara dengan Bapak A, 31 Januari 2017. Hal senada juga disampaikan oleh Bapak J, yang menjelaskan bahwa:
“... Ternyata untuk kesuksesan seseorang itu, 80 berada di kecerdasan
emosional, kecerdasan
sosial, kecerdasan
spiritualnya, ini yang ada di dalam moral si anak itu. ..”
wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017. Dari kedua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
sekolah mengembangkan aspek-aspek moral yang ada pada diri anak, baik itu kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual, yang
nantinya kesemuanya itu digunakan dalam segala tindakan, perilaku, berhubungan dengan sesama, dan lain-lain. Sebagai contoh, dalam
program mentoring, siswa diberikan bekal agar imannya mantap. Selain itu, siswa juga diberikan arahan mengenai pendidikan karakter,
dengan kata lain siswa diberi pengetahuan tentang moral-moral atau karakter yang baik. Selanjutnya, dalam program Mabit Malam Bina
Iman dan Taqwa, kecerdasan emosional dan spiritual anak dibangun, dikarenakan program Mabit ini seperti pembekalan ESQ pada
umumnya. Adapun pelaksanaan pendidikan karakter yang ada di SMA
93 Negeri 5 Yogyakarta terintegrasi dengan mata pelajaran, sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bapak A: “...Dalam proses pembelajaran pun pembinaan karakter
dilakukan lewat diskusi-diskusi yang terjadi di dalam kelas. Bagaimana anak itu menyampaikan pendapat, menghargai
orang lain, dan lain-lain, yang itu semua muaranya kan ke dalam pembentukan karakter anak.
...” wawancara dengan Bapak A, 31 Januari 2017.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu M: “.... pelaksanaan pendidikan karakternya terintegrasi dengan
mata pelajaran. Tadi kan sudah saya jelaskan, lewat kegiatan intrakurikuler, lewat materi. Kan di situ dibentuk forum diskusi
juga. Anak-anak saling mengemukakan pendapatnya, melatih anak untuk tidak egois
...” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari 2017.
Dari kedua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter yang ada di SMA Negeri 5
Yogyakarta terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Dalam hal ini, moral yang dikembangkan adalah moral knowing, di mana merupakan
langkah pertama dalam pendidikan karakter. Tujuan diorientasikannya pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai karakter. Dalam
pembelajaran di kelas, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dan di situlah terjadi forum diskusi antar siswa. Lewat diskusi ini pula,
siswa dapat belajar menyampaikan pendapat, menghargai orang lain, dan sebagainya. Selanjutnya, pelaksanaan pendidikan karakter di SMA
Negeri 5 Yogyakarta terbentuk lewat pembiasaan-pembiasaan atau kultur yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Bapak A:
94 “... dengan melalui pembiasan-pembiasaan, dengan afeksi,
dengan program PAI berbasis afeksi itu diharapkan anak terbiasa memiliki karakter yang bagus, sehingga istilahnya
pembiasaan melalui kultur
...” wawancara dengan Bapak A, 31 Januari 2017.
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak J: “... Pelaksanaan pendidikan karakternya lewat pembiasaan-
pembiasaan yang ada di sekolah, istilahnya kultur yang ada sekolah..
...” wawancara dengan Bapak J, 5 Januari 2017. Dari kedua pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penanaman pendidikan karakter yang ada di SMA Negeri 5 Yogyakarta melalui pembiasaan atau kultur yang ada di sekolah, di
mana kultur yang sudah terbentuk itu sudah ada sejak dulu. Moral yang dikembangkan adalah moral action, di mana dalam hal ini siswa
mempraktikkan nilai-nilai akhlakkarakter mulia dalam perilakunya sehari-hari. Selain itu, program-program yang ada di SMA Negeri 5
Yogyakarta juga merupakan cara yang dilakukan oleh sekolah dalam menanamkan
pendidikan karakter
bagi anak.
Moral yang
dikembangkan adalah moral feeling, yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai
akhlakkarakter mulia. Dalam hal ini yang menjadi sasaran pendidik adalah dimensi emosional siswa, hati, atau jiwa. Guru menyentuh
emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan dalam diri siswa. Hal tersebut dijelaskan oleh Ibu M:
“.... program-program yang sudah saya jelaskan tadi, misalnya Pagi Simpati, Tadarus, dan sebagainya. Nah itu kan bentuk-
bentuk pelaksanaan pendidikan karakternya, terintegrasi
95 dengan program-program sekolah. Kan untuk menyentuh
afeksi anak ju ga..” wawancara dengan Ibu M, 18 Januari
2017. Hal senada juga disampaikan oleh Bapak A:
“.... melalui kegiatan program-program kegiatan keagamaan yang ada hubungannya dengan sikap, semuanya itu merupakan
bagian upaya pembentukan karakter ..” wawancara dengan
Bapak A, 31 Januari 2017.
b. Modal Sosial di SMA Negeri 5 Yogyakarta