80 mempraktekkan gerak tari di depan kelas. Tidak ada lagi siswa yang memberi
ejekan kepada siswa tersebut. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan Siklus II serta analisis dari
lembar observasi keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Numbered Head Together NHT, lembar observasi percaya diri siswa, angket percaya
diri siswa, dan tes hasil belajar ditemukan beberapa kelebihan dan kekuragan yang ada pada Siklus II.
a. Kelebihan pada pembelajaran Siklus II
1 Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together NHT pada pembelajaran seni tari dapat meningkatkan percaya diri siswa.
Hal ini tampak selama pembelajaran Siklus II, yakni saat siswa mengajukan pertanyaan dan tampil di depan kelas sudah tidak ragu-ragu.
Selain itu, siswa juga tampak bersemangat dan berani bertanya dalam mengemukakan pendapatnya pada saat diskusi dan berlatih menari.
2 Siswa lebih aktif dalam pembelajaran seni tari Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together NHT
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran tersebut ini merupakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa.
b. Kekurangan dan Kendala pada Siklus II
1 Peneliti masih kurang inovatif dalam penggunaan media pembelajaran. Hal ini dikarenakan keterbatasan variasi dalam penyediaan media
pembelajaran.
81 2 Sebagian siswa terkadang berselisih paham dengan teman kelompoknya.
Siswa yang sejak Siklus I sampai Siklus II terus bersama kelompok yang sama, terkadang menimbulkan kejenuhan dan mulai kurang rukun dengan
teman sekelompoknya. Seluruh hasil yang diperoleh dari pelaksanaan Siklus II ini
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan peneliti sudah tercapai, sehingga peneliti dapat menghentikan penelitian sampai dengan Siklus II.
B. Pembahasan
Pada bab ini diuraikan pembahasan hasil penelitian mengenai peningkatan percaya diri siswa melalui penerapan model pembelajaran
Numbered Head Together NHT pada pembelajaran seni tari di kelas VII-H SMP Negeri 8 Yogyakarta. Hasil penelitian yang diuraikan adalah data kondisi
siswa pada pratindakan, Siklus I, dan Siklus II. Hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti di
kelas kelas VII-H SMP Negeri 8 Yogyakarta pada pratindakan menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki percaya diri dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Siswa tidak secara aktif menunjukkan partisipasinya di kelas. Siswa tampak ragu-ragu ketika mengemukakan pendapatnya dalam diskusi.
Aktivitas pembelajaran didominasi oleh peran guru dan suasananya terkesan membosankan. Sebagian besar siswa kelas VII-H SMP Negeri 8 Yogyakarta
merasa takut dan malu untuk berpartisipasi aktif di kelas dalam pembelajaran seni tari. Ketika guru meminta siswa untuk maju di depan kelas hanya ada
beberapa siswa yang mengangkat tangan. Siswa lain berekspresi ragu-ragu saat