97 siklus II digambarkan dengan diagram lingkaran maka akan tampak
seperti gambar di bawah ini.
Gambar 7. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II Berdasarkan diagram tersebut, terlihat bahwa 100 siswa memperoleh
nilai di bawah 75 dan dinyatakan tuntas. Oleh karena terjadinya peningkatan proses dan hasil yang memenuhi standar keberhasilan, maka
penelitian dicukupkan sampai siklus II.
E. Pembahasan
Dalam buku Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, seorang ahli IPA Jhon S. Ricardson menyarankan digunakannya beberapa prinsip dalam
pembelajaran IPA. salah satu prinsip tersebut adalah prinsip perbedaan individu. Perbedaan ini terutama ditujukan pada perbedaan kemampuan
seperti minat dan kecepatan belajar siswa. Dalam satu kelas, setiap siswa memiliki kecondongan kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dalam
100
Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II
Tuntas Belum Tuntas
98 suatu kelas tentulah memiliki berbagai macam jenis kecerdasan yang perlu
dipertimbangkan dalam penyususnan kegiatan pembelajarannya. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat mengemukakan bahwa Multiple
Intelligences merupakan sebuah penilaian bagaimana individu menggunakan kecerdasannya untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu. Teori
Multiple Intelligences mengajarkan bahwa semua siswa cerdas dengan cara yang berbeda-beda. Oleh karena itu, teori Multiple Intelligences membantu
para pendidik untuk mengembangkan kelebihan siswa dan membantu mereka belajar. Melalui strategi pembelajaran Multiple Intelligences, peneliti
melakukan perbaikan untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Ngabean Secang Magelang.
Strategi Multiple Intelligences merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang memperhatikan perbedaan setiap siswa pada jenis
kecerdasannya. Hal ini diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar serta meningkatkan pembelajaran di kelas. Strategi ini berisi kegiatan-kegiatan
yang bervariasi dengan memasukkan berbagai strategi pembelajaran dengan jenis-jenis kecerdasan yang bermacam-macam. Kegiatan ini akan dapat
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Ngabean ditemukan bahwa dalam proses pembelajaran, guru mendominasi
pembelajaran dengan kegiatan berceramah, tanya jawab atau penugasan.
99 Penyampaian materi tersebut kurang memberikan interaksi yang membuat
siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa dan hasil belajar tidak optimal. Ketidak aktifan siswa
terlihat dari kurangnya respon siswa terhadap pembelajaran. Siswa justru lebih tertarik untuk berbicara atau bergurau dengan temannya. Hal ini juga
menghambat proses pembelajaran karena siswa menjadi sangat lamban dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil belajar IPA
materi “Gaya” menunjukkan 19 siswa masih berada di bawah nilai ketuntasan minimum
KKM=75. Sebagian siswa menganggap pelajaran IPA termasuk pelajaran yang sulit dan permasalahan yang muncul pada siswa adalah ketidakaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan tindakan siklus I memberikan peningkatan dalam
pembelajaran. Guru melaksanakan pembelajaran dengan memunculkan kegiatan yang melibatkan Multiple Intelligences. Siswa sangat antusias
mengikuti pembelajaran IPA. Aktivitas di luar pembelajaran seperti bergurau dengan teman juga berkurang. Siswa mulai menunjukkan partisipasinya
ketika pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari respon siswa terhadap setiap kegiatan pembelajaran. Siswa juga
menunjukkan kerja sama yang baik ketika berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok. Tugas individu yang diberikan oleh guru juga dapat diselesaikan
oleh siswa dengan baik dan tepat waktu. Peningkatan hasil pembelajaran ditunjukkan dengan meningkatnya nilai evaluasi setiap siswa. Hasil
100 peningkatan pembelajaran menunjukkan guru belum maksimal dalam
melaksanakan kegiatan yang melibatkan kecerdasan kinestetis dan visual spasial karena indikator belum muncul dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi
pembelajaran siklus I diperoleh hasil 31 siswa atau 84 dari 37 siswa di kelas IV memperoleh nilai di atas nilai KKM. Hal tersebut menunjukkan
peningkatan sebanyak 35 karena sebelum diadakan tindakan, siswa yang tuntas KKM hanya 49. Hasil tersebut menjadi refleksi untuk diadakannya
siklus II. Pada siklus II pembelajaran lebih ditekankan pada kecerdasan kinestetis dan visual spasial.
Sesuai dengan refleksi pada siklus I, beberapa kegiatan disusun untuk memperbaiki
pembelajaran IPA.
Hasil peningkatan
pembelajaran menunjukkan guru sudah dapat melaksanakan pembelajaran dengan strategi
Multiple Intelligences yang ditunjukkan dengan smeua indikator telah muncul dalam kegiatan pembelajaran IPA. Selain itu, setiap siswa menunjukkan
peningkatan secara afektif maupun psikomotor. Siswa terlihat semakin antusias dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran. Hampir tidak ada
siswa yang tidak memperhatikan atau bermain sendiri. Siswa juga sudah banyak yang aktif bertanya maupun menjawab ketika ditanya oleh guru. Kerja
kelompok siswa juga semakin baik yang ditunjukkan dengan tanggung jawab siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya. Hasil evaluasi siklus II
menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu 100 siswa kelas IV
101 memperoleh nilai di atas nilai KKM. Hasil ini telah mencapai kriteria
keberhasilan penelitian sehingga tidak dilanjutkan untuk siklus berikutnya. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan II, dapat
dilihat bahwa terjadi peningkatan pembelajaran IPA di kelas, baik aktivitas guru, aktivitas siswa, maupun hasil belajar siswa.
Hasil observasi aktivitas guru dalam membelajarkan IPA dengan strategi Multiple Intelligences dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan Siklus II
No Siklus
Pertemuan Persentase
Kriteria 1
I 1
67 Baik
2 76
Sangat Baik 3
76 Sangat Baik
2 II
1 86
Sangat Baik 2
86 Sangat Baik
3 90
Sangat Baik
Hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan strategi Multiple Intelligences pada siklus I dan siklus II dapat
berjalan dengan baik. Pada siklus I pertemuan pertama, aktivitas guru memperoleh skor 14 atau 67 dengan kategori baik. Aktivitas guru
meningkat pada pertemuan selanjunya, yaitu skor 16 dengan persentase 76 pada pertemuan kedua dan ketiga. Skor tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran yang diberikan oleh guru memasuki kategori sangat baik. Sedangkan pada siklus II, setiap pertemuan memperoleh skor dengan kategori
sangat baik, yaitu skor 18 atau 86 pada pertemuan pertama dan kedua, serta
102 skor 19 dengan persentase 90 pada pertemuan ketiga. Hasil observasi pada
siklus II ini menunjukkan bahwa guru dalam membelajarkan IPA menggunakan strategi Multiple Intelligences sudah dapat dilaksanakan dengan
sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan suatu peningkatan. Hasil
observasi ini dilihat dari rata-rata skor afektif dan psikomotor siswa. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil observasi siswa pada ranah afektif dan
psikomotor.
Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
No Siklus Perte muan
Afektif Psikomotor
Kriteria Kriteria
1 I
1 70
Baik 75
Baik 2
75 Baik
81 Sangat Baik
3 80
Sangat Baik 81
Sangat Baik 2
II 1
80 Sangat Baik
88 Sangat Baik
2 80
Sangat Baik 88
Sangat Baik 3
85 Sangat Baik
93 Sangat Baik
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa ranah afektif dan psikomotor siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Pada pertemuan
pertama dan kedua, skor rata-rata afektif siswa adalah 16 atau 80 dan pada pertemuan ketiga skor rata-rata afektif siswa meningkat menjadi 17 atau 85
dengan kriteria sangat baik. Hasil ini menunjukkan peningkatan dari siklus I, yaitu 70 pada pertemuan pertama, 75 pada pertemuan kedua dan 80
103 pada pertemuan ketiga. Hal ini dikarenakan siswa sudah dapat mengikuti
pembelajaran IPA di kelas dengan baik. Untuk psikomotor, skor rata-rata siswa pada pertemuan pertama dan
kedua adalah 14 atau 88 dengan kriteria sangat baik, dan meningkat pada pertemuan ketiga dengan skor rata-rata psikomotor siswa adalah 15 dengan
persentase skor 83. Hasil tersebut menunjukkan peningkatan dari siklus I, yaitu 75 pada pertemuan pertama, 81 pada pertemuan kedua dan 81
pada pertemuan ketiga. Peningkatan juga terjadi dalam hasil belajar kognitif siswa. berikut ini
adalah rekapitulasi hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diadakan tindakan.
Tabel 18. Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No Kriteria
Ketun tasan
Pra Siklus Siklus I
Siklus II Jumlah
Siswa Persen
Jumlah Siswa
Persen Jumlah
Siswa Persen
1 Tuntas
18 49
31 84
37 100
2 Tidak
Tuntas 19
57 6
16 Jumlah
37 100
37 100
37 100
Berdasarkan tabel rekapitulasi pengelompokan nilai pada tabel 14 dapat
dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA. Hal ini terbukti dengan klasifikasi tuntas sebelum diadakannya tindakan,
jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM berjmlah 18 siswa atau 49 dari jumlah siswa di kelas. peningkatan terjadi pada siklus I dengan
104 siswa yang tuntas KKM berjumlah 31 siswa dari 37 siswa. Pada siklus II,
100 telah memperoleh nilai di atas KKM dan dinyatakan tuntas.
Gambar 8. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Pada tabel 14 dan gambar 7 menunjukkan pembelajaran menggunakan strategi Multiple Intelligences dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
Berdasarkan hasil temuan penelitian pada siklus I dan siklus II di atas menunjukkan bahwa strategi Multiple Intelligences mampu meningkatkan
pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Ngabean Secang Magelang.
5 10
15 20
25 30
35 40
Pra Siklus
Siklus I Siklus II
Tuntas 18
31 37
Belum Tuntas 19
6
Ju m
lah Si
sw a
Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa
Tuntas Belum Tuntas
105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, hasil belajar IPA dapat ditingkatkan melalui strategi Multiple Intelligences. Peningkatan hasil belajar
IPA dilakukan dengan memunculkan kegiatan-kegiatan yang melibatkan Multiple Intelligences sebagai berikut.
1. Kecerdasan verbal linguistis dengan kegiatan membaca,menulis dan
informasi, menyampaikan hasil diskusi dan mempresentasikan hasil karya. 2.
Kecerdasan logis matematis dengan kegiatan pengamatan, percobaan, mengklasifikasi dan menganalisis sebab-akibat.
3. Kecerdasan kinestetis dengan kegiatan demonstrasi dan permainan dengan
gerak fisik. 4.
Kecerdasan musikal dengan hafalan berirama. 5.
Kecerdasan visual spasial dengan kegiatan mengamati video, menggambar dan mind maping.
6. Kecerdasan interpersonal dengan diskusi dan melaksanakan tugas secara
berkelompok, serta melakukan permainan kelompok. 7.
Kecerdasan intrapersonal dengan mengerjakan tugas individu. Sebelum tindakan, guru masih mendominasi pembelajaran dengan kegiatan
ceramah dan setelah diadakannya siklus I dan siklus II, guru sudah dapat melaksanakan pembelajaran dengan strategi Multiple Intelligences