28
2 Wetonan; sistem pengajaran dengan jalan wetonan dilaksanakan dengan
jalan Kiai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab yang sama mendengarkan dan menyimak Kiai.
3 Bandongan; sistem pengajaran yang serangkaian dengan sistem sorogan
dan wetonan adalah bandongan, yang dalam prakteknya dilakukan saling kait-mengkait dengan yang sebelumnya. Dalam sistem bandongan ini
seorang santri tidak harus menunjukkan bahwa ia mengerti terhadap pelajaran yang dihadapi atau disampaikan, para Kiai biasanya membaca
dan menterjemahkan kata-kata yang mudah. Ketiga pola pengajaran ini berlangsung semata-mata tergantung kepada Kiai
sebab segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan meteri pengajaran kurikulumnya terletak pada Kiai.
Menurut Ghazali 2001: 30 dalam perkembangannya Pondok Pesantren tidaklah semata-mata tumbuh atas pola lama yang bersifat tradisional dengan ketiga
pola pengajaran di atas, melainkan dilakukan suatu inovasi dalam pengembangan suatu sistem. Di samping pola tradisional yang termasuk ciri pondok-pondok
salafiyah, maka gerakan khalafiyah telah memasuki perkembangan Pondok Pesantren. Adapun diantara sistem tersebut yaitu:
1 Sistem klasikal; pola penerapan sistem klasikal ini adalah dengan
pendirian sekolah-sekolah baik kelompok yang mengelola pengajaran agama maupun ilmu yang dimasukkan dalam kategori umum.
2 Sistem kursus-kursus; pola pengajaran ini ditekankan pada
pengembangan keterampilan. Pengembangan keterampilan ini menjurus
29
kepada terbinanya kemampuan psikomotorik seperti kursus menjahit, mengetik, komputer dan sablon. Santri diharapkan tidak tergantung
kepada pekerjaan di masa mendatang, melainkan harus mampu menciptakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka.
d. Prinsip Sistem Pendidikan Pesantren dan Elemen-elemennya
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pesantren mempunyai prinsip-prinsip sesuai dengan tujuan pendidikan dan pendekatan pesantren yang bersifat holistik
serta fungsinya yang komprehensif. Menurut Maunah 2009: 34 menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pendidikan pesantren adalah theosentris, sukerala dan
mengabdi, mandiri, tempat mencari ilmu dan mengabdi, mengamalkan ajaran
agama tanpa ijazah, dan restu kiai. Sedangkah elemen-elemen dalam sebuah pesantren antara lain:
1
Pondok, menurut Haedari, dkk 2004: 31 pondok merupakan ciri khas
tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya. Pondok merupakan tempat bagi santri, ustadz dan kiai
mengadakan interaksi yang terus menerus tetap dalam rangka keilmuan. 2
Masjid, menurut Rahmi 2001: 3 masjid adalah elemen pendidikan yang sangat urgen dalam sebuah proses pendidikan di pesantren. Sedangkan
menurut Haedari 2004: 33 masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem
pendidikan Islam yang pernah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW. Artinya, telah terjadi proses berkesinambungan fungsi masjid
sebagai pusat kegiatan umat.
30
3 Pengajian kitab-kitab klasik, menurut Dhofier 1986: 171 pengajian
kitab klasik merupakan elemen yang menjadi bagian penting dalam sebuah pesantren, karena tanpa elemen ini identitas pesantren sebagai
sebuah lembaga pendidikan Islam akan kabur dan kemudian lama- kelamaan akan terkikis habis.
4 Santri, menurut Turmudi 2004: 35 santri adalah para murid yang
belajar keislaman dari kiai. Santri juga merupakan obyek dari pelaksanaan pendidikan di pesantren itu sendiri.
5 Kiai dan para pembantunya, menurut Turmudi 2004: 29 kiai dan para
pembantunya merupakan elemen terpenting karena kiailah yang mendirikan pesantren. Menurut Haedari 2004: 30 yang menjelaskan
bahwa kiai sebagai figur sentral yang diibaratkan kerajaan kecil yang mempunyai wewenang dan otoritas mutlak power and authority di
lingkungan pesantren.
e. Pengertian Santri
Sebutan santri biasanya selalu berhubungan dengan eksistensi tokoh agama yang lebih dikenal dengan sebutan kiai. Artinya, bila ada santri, maka tentu ada kiai
yang mengajar mereka. Selanjutnya, interaksi antara kiai dengan santri biasanya melahirkan institusi pesantren. Santri merupakan elemen yang menjadi obyek dari
pelaksanaan pendidikan di pesantren itu sendiri dan juga merupakan murid yang belajar keislaman dari kiai. Hal ini dipertegas oleh pendapat Turmudi 2004: 35
yang menyatakan bahwa santri merupakan elemen penting karena tanpa santri, kiai
akan seperti raja tanpa rakyat.
31
Santri adalah sumber daya manusia yang tidak saja mendukung keberadaan pesantren, tetapi juga menopang pengaruh kiai dalam masyarakat. Menurut Dhofier
dalam Damapolii 2011: 73 dalam tradisi pesantren dapat ditemukan dua macam status santri, yaitu santri mukim dan santri kalong. Yang dimaksud dengan santri
mukim adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan karena itu memiliki probabilitas yang tinggi untuk menetap di dalam kompleks pesantren.
Adapun yang dimaksud dengan santri kalong adalah mereka yang berasal dari sekeliling pesantren. Mereka ini memiliki rumah orang tua yang letaknya tidak jauh
dari pesantren. Dengan begitu, mobilitas mereka ke pesantren tidak ada hambatan
sehingga mereka tetap tinggal di rumah milik orang tuanya.
Dari penjelasan mengenai santri di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa santri adalah seseoang yang menjadi obyek dari pelaksanaan pendidikan di
pesantren itu sendiri dan juga merupakan murid yang belajar keislaman dari kiai dan dalam tradisi pesantren dapat ditemukan dua macam status santri, yaitu santri
mukim dan santri kalong. B.
Penelitian Yang Relevan
Dalam melaksanakan suatu kegiatan penelitian, harus mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan, sehingga dengan begitu pelaksanaan
penelitian dapat berjalan dengan optimal. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang
akan penulis teliti, diantaranya adalah: