Data kualitatif Tenik Analisis Data

hari yang berkaitan dengan KPK C4

F. Tenik Analisis Data

Analisis data merupakan pekerjaan yang sangat kritis dalam proses penelitian. Bogdan dalam Sugiyono, 2010: 334 mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperolah dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian hendaknya disesuaikan dengan rancangan penelitian, disamping dipilih berdasarkan data yang dikumpulkan Setyosari, 2013: 218. Teknik analisis data dalam penelitian ini berdasarkan jenis datanya ada dua macam, yaitu kualitatif dan kuantitatif.

1. Data kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berasal dari hasil wawancara analisis kebutuhan dengan narasumber guru kelas IV. Hasil wawancara ini dijelaskan secara deskriptif sesuai dengan kenyataan yang terjadi di sekolah. Selain itu, data kualitatif diperoleh dari hasil validasi produk berupa komentar atau saran yang dikemukakan oleh empat validator guru kelas. Data tersebut dianalisis dengan cara membuat kesimpulan. Hasil dari data kualitatif ini digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kekurangan serta mengetahui kelayakan produk yang telah dihasilkan. 2. Data kuantitatif Data kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan tes hasil belajar. Data kuantitatif ini berupa skor penilaian produk expert judgment dari empat validator guru kelas IV SD. Hasil data kuantitatif juga diperoleh dari analisis butir soal yang mencakup validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh. a. Hasil validator ahli Data kuantitatif yang diperoleh dari keempat validator ahli tersebut akan dianalisis sebagai hasil dari validitas isi, seperti pada tabel di bawah ini Widoyoko, 2015: 69. Tabel 3.4 Kualifikasi skor validator ahli Interval Tingkat Pencapaian Kualifikasi 3,25 M ≤ 4,00 Sangat Baik 2,50 M ≤ 3,25 Baik 1,75 M ≤ 2,50 Kurang Baik 0,00 M ≤ 1,75 Tidak Baik Keterangan : M = Rata-rata skor pada setiap aspek yang dinilai. b. Analisis butir soal Analisis butir soal ini mencakup lima aspek yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh. 1 Validitas Valid berarti cocok atau sesuai. Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, validitas adalah ukuran yang menunjukkan ketepatan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengukur apa yang harus diukur. Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur sesuatu yang diinginkan dan dapat menangkap data variabel yang diteliti secara tepat. Peneliti menganalisis tingkat validitas tes hasil belajar dengan teknik korelasi point biserial menggunakan program TAP Test Analysis Program version 14.7.4. Teknik point bisserial merupakan teknik mencari korelasi antar dua variabel dimana salah satu variabelnya berbentuk kontinum dan variabel lainnya berbentuk diskrit murni Hartono dalam Cholifah, 2014: 56. Item yang dapat dikatakan valid adalah item yang mempunyai nilai r hitung r tabel dengan atas dasar taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5 atau 0,05 Sugiyono, 2010: 258. r hitung adalah r yang diperoleh dari hasil TAP sama dengan atau lebih besar dari r dalam tabel signifikansi. Rumus yang digunakan untuk mencari point bisserial menurut Uno Satria 2012: 169 adalah sebagai berikut : r bis1 = − Keterangan : r bis1 = koefisien korelasi biserial = rata-rata skor untuk yang menjawab benar butir ke-i = rata-rata skor seluruhnya pi = proporsi yang menjawab benar tingkat kesulitan butir ke-i qi = sama dengan 1-p st = standar deviasi skor total Berdasarkan pada tabel signifikansi, r tabel pada taraf signifikansi 5 dengan jumlah siswa N = 32 siswa adalah 0,349, maka soal dikatakan valid jika nilai itemnya mencapai minimal 0,349. Sedangan untuk jumlah siswa N = 35 siswa adalah 0,334, maka soal dikatakan valid jika nilai itemnya mencapai minimal 0,334. Masidjo 1995: 243, mengatakan bahwa intepretasi validitas dibagi menjadi 5 yaitu: Tabel 3.5 Kriteria Validitas Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat Rendah Hasil validitas yang dianalisis menggunakan teknik point bisserial pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3.3 Hasil validitas pada program TAP 2 Reliabilitas Reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes Arikunto, 2013: 100. Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, reliabiltas adalah ukuran ketetapan atau kekonsistenan suatu instrumen dalam mengukur sesuatu. Instrumen tes dikatakan dapat dipercaya reliable jika memberikan hasil yang tetap atau ajeg konsisten apabila diteskan berkali-kali Widoyoko, 2015: 157. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan oleh peneliti adalah metode belah dua atau Split-half Method. Metode ini dilaksanakan dengan cara membelah item tes menjadi dua bagian antara lain ganjil-genap dan awal-akhir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Langkah pertama menggunakan rumus product moment dengan angka kasar menurut Arikunto 2013: 213 adalah sebagai berikut: r xy = ∑ − ∑ ∑ ∑ 2 − ∑ 2 ∑ 2 − ∑ 2 Keterangan : r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y Langkah kedua menggunakan formula Spearman-Brown sebagai berikut : Arikunto, 2013: 223-224 r 11 = + Keterangan : r 11 = Korelasi reliabilitas yang sudah disesuaikan = Korelasi antara skor-skor pada setiap belahan tes Menurut Masidjo 1995: 209, interpretasi reliabilitas dibagi menjadi 5 yakni : Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat Rendah Peneliti menetapkan item yang lolos yaitu item yang mencapai minimum r= 0,41 atau dalam kategori cukup. Hasil analisis reliabilitas pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.4 Hasil uji reliabilitas pada program TAP 3 Daya Pembeda Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, daya pembeda adalah kemampuan butir soal tes dalam membedakan siswa dalam kategori tinggi pandai dan siswa dalam kategori rendah kurang pandai. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D d besar. Indeks diskriminatif ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks diskriminatif ada tanda negatif. Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik menunjukkan kualitas peserta tes. Dengan demikian terdapat tiga titik pembeda, yaitu: -1,00 0,00 1,00 Daya pembeda negatif Daya pembeda rendah Daya pembeda tinggi Rumus menentukan indeks diskriminasi menurut Arikunto 2012: 228 adalah : Keterangan : D = Daya Pembeda JA = Banyaknya peserta tes pada kelompok atas JB = Banyaknya peserta tes pada kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto 2012: 232 adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda Rentang Nilai Kategori 0,00-0,20 Jelek poor 0,21-0,40 Cukup satistifactory 0,41-0,70 Baik good 0,71-1,00 Baik Sekali excellent Negatif Semuanya tidak baik, dibuang Berdasarkan tabel kriteria daya pembeda di atas, peneliti menggunakan kriteria baik 0,41-0,70 dan kriteria baik sekali 0,71- 1,00 untuk menyatakan soal tersebut dikatakan dapat membedakan siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah. D = – = P A – P B Daya pembeda pada analisis program TAP dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 3.4 Hasil uji daya pembeda pada program TAP 4 Tingkat Kesukaran Arikunto 2012: 22 mengatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut dengan indeks kesukaran difficulty index. Seperti yang telah dijelaskan pada bab II, tingkat kesukaran adalah proporsi siswa yang menjawab benar dalam suatu tes. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah Arikunto, 2012: 223. 0,0 1,0 Sukar Mudah Rumus mencari tingkat kesukaran menurut Arikunto 2012: 223 adalah sebagai berikut: Keterangan : P = Indeks Kesukaran BJ = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Menurut Arikunto 2012: 225, secara umum indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Rentang niai Kategori 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah Tingkat kesukaran yang baik pada suatu tes adalah 25 “mudah”, 50 “sedang” dan 25 “sukar” Widoyoko 2014: 136. Oleh karena itu, tingkat kesukaran pada tes hasil belajar yang dibuat peneliti ini diharapkan sesuai kurva normal, yaitu 25 “mudah”, 50 “sedang” dan 25 “sukar”. P = Hasil analisis tingkat kesukaran pada program TAP dapat dilihat dalam gambar berikut: Gambar 3.5 Hasil tingkat kesukaran pada program TAP 5 Pengecoh Hampir semua tipe soal tes objektif menyediakan sejumlah pilihan jawaban. Pilihan jawaban yang disediakan itu terdiri dari jawaban benar serta jawaban salah. Jawaban benar disebut kunci jawaban, serta jawaban yang salah disebut pengecoh. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes berarti pengecoh itu jelek, terlalu menyolok dan menyesatkan. Sebaliknya pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila pengecoh tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut- pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan Arikunto, 2012: 233-234 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Arikunto 2012: 234, suatu distraktor atau pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 peserta tes. Senada dengan Arikunto, Uno Satria 2012: 180 mengatakan bahwa suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi apabila : 1 pengecoh paling tidak dipilh oleh 5 peserta tes atau siswa, dan 2 pengecoh lebih banyak dipilih oleh kelompok siswa yang belum memahami materi yang diujikan. Berdasarkan kedua teori, peneliti menyimpulkan bahwa suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila dipilih oleh setidaknya 5 dari peserta tes yang berasal dari kelompok siswa yang belum memahami materi. Skor 5 ini jika diubah ke dalam bentuk desimal, maka skornya adalah 0,05. Rumus menghitung indeks pengecoh adalah sebagai berikut: Keterangan : PPJ = penyebaran jawaban untuk pilihan jawaban tertentu JPJ = banyak siswa yang memilih pilihan jawaban tertentu n = banyak siswa Zulaiha, 2008: 21 Pada penelitian ini peneliti menggunakan skor 5 atau 0,05 untuk menentukan batas minimal kriteria pengecoh yang baik. Adapun hasil analisis pengecoh pada program TAP dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.6 Hasil analisis pengecoh pada program TAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini akan membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang akan dipaparkan sebagai berikut.

A. Hasil penelitian

1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar

Pengembangan prototipe tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar dikembangkan berdasarkan langkah-langkah pengembangan menurut Borg and Gall yang telah dimodifikasi. Tujuh langkah pengembangan ini akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Potensi dan Masalah

Masalah ditemukan oleh peneliti melalui wawancara analisis kebutuhan dengan narasumber seorang guru kelas IV salah satu Sekolah Dasar di Bantul. Wawancara yang dilaksanakan pada 25 Juni 2016 ini menunjukkan bahwa terdapat potensi untuk mengembangkan tes hasil belajar matematika. Hasil analisis kebutuhan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran hal. 154.

b. Pengumpulan Data

Selain mengumpulkan data melalui wawancara analisis kebutuhan, peneliti juga mengumpulkan data menggunakan lembar kuesioner untuk

Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 1 225

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 0 303

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1 6 280

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 200

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 4 187

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 1.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 2 277

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat untuk siswa kelas IV sekolah dasar

0 1 223

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 2.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 13 301

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar 3.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, dan berat untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

2 8 278

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

0 0 267