16
pada laporan keuangan dimana merupakan sinyal untuk diinformasikan kepada investor maupun calon investor Subalno, 2009.
3. Asimetri Informasi
Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk pihak internal perusahaan itu sendiri. Pihak-
pihak yang sebenarnya paling membutuhkan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat
Singgih dan Bawono, 2010. Pradnyani 2014 menjelaskan bahwa para pengguna internal mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
perusahaan, sedangkan pihak eksternal yang tidak berada di perusahaan secara langsung, tidak mengetahui informasi tersebut sehingga
ketergantungan manajemen terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan prinsipal adalah adanya asimetri informasi Rahmawati, 2012. Asimetri informasi
adalah suatu keadaan dimana agen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dan prospek di masa yang akan datang
dibandingkan dengan prinsipal Murni, 2009. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada agen menggunakan informasi yang diketahuinya untuk
memanipulasi pelaporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kemakmurannya Pradnyani, 2014.
17
Scott 2009 dalam Primadita 2012 mengelompokkan asimetri informasi ke dalam dua jenis, antara lain :
a. Adverse selection, yaitu jenis asimetri informasi dimana pihak-pihak
yang melakukan transaksi bisnis, atau transaksi potensial mempunyai informasi lebih dibanding pihak-pihak lain.
Adverse selection terjadi karena para manajer serta pihak internal lain biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek
perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan mungkin terdapat fakta- fakta yang dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
prinsipal tersebut yang tidak disampaikan kepada prinsipal, sehingga muncul bias dalam pemilihan untuk mendapatkan pilihan yang tepat.
Jadi adverse selection timbul akibat adanya informasi yang tersembunyi.
b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui oleh investor pemegang saham dan kreditor, sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Moral hazard adalah memanfaatkan ketidaktahuan pihak lain untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan perjanjian awal yang
akibatnya merugikan pihak lain. Dalam hal ini, agen memanfaatkan ketidaktahuan prinsipal untuk menyajikan suatu laporan yang tidak
18
sesuai perjanjian awal atau standar yang berlaku sehingga terjadilah moral hazard.
Estimasi akuntansi dapat dilakukan berdasarkan tiga kategori utama Wasilah, 2005, yaitu:
1. Berdasarkan analyst forecast.
Metode ini dikembangkan berdasarkan pemikiran dari Blackwell dan Dubins. Proksi yang digunakan adalah keakuratan
analisis dalam melakukan atas earning per share EPS dan prediksi para analis sebagai ukuran asimetri informasi. Masalah yang sering
timbul dari perhitungan ini adalah para analis seringkali bersikap over-reacting terhadap informasi negatif. Selain itu, penggunaan
forecast error sebagai cara menghitung informasi asimetri selalu tidak berhubungan dengan tingkat resiko yang dihadapi oleh
perusahaan melainkan mungkin berhubungan dengan fluktuasi dari earning dan bukan disebabkan oleh asimetri informasi yang lebih
tinggi. Namun, Chung 1995 dalam Wasilah 2005, berpendapat bahwa ada hubungan positif antara pendapat dengan selisih harga
bid-ask. 2.
Berdasarkan kesempatan berinvestasi. Bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi
mempunyai kemampuan lebih baik untuk memprediksi arus kas pada periode mendatang, prediksi tersebut berdasarkan aset perusahaan.
19
Beberapa proksi yang banyak digunakan adalah rasio market to book value of equity, market to book value of asset, price earning ratio.
Alasan penggunaan rasio tersebut adalah: a
Rasio market to book value dari ekuitas dan aset, selain mencerminkan kinerja perusahaan, juga mencerminkan
potensi pertumbuhan perusahaan dengan aset yang dimilikinya. Market To Book Value atau Price Book Value
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja pasar saham terhadap nilai bukunya. Nilai buku book value
per lembar saham menunjukkan aktiva bersih net asset yang dimiliki oleh pemilik saham dengan memiliki satu
lembar saham. Karena aktiva bersih sama dengan total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Nilai pasar
adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar
ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa.
Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya nilai market to book value-nya mencapai di atas satu, yang
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar daripada nilai bukunya. Market to Book Value adalah indikator yang
digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar rasio Price to Book Value, semakin tinggi perusahaan
20
dinilai oleh para pemodal investor relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan.
b Price earning ratio mencerminkan resiko dari pertumbuhan
earning yang dihadapi perusahaan. 3.
Berdasarkan teori market microstructure. Yang menjadi perhatian luas dari teori ini adalah
bagaimana harga dan volume perdagangan dapat terbentuk, untuk melihat kedua faktor tersebut terbentuk. Untuk melihat
kedua faktor tersebut terbentuk melalui bid-ask spread yang menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut
memberikan kontribusi kerugian yang dialami dealer perusahaan ketika melakukan transaksi dengan pedagang
terinformasi informed traders. Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dimana trader pemegang saham
bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah dimana trader bersedia menjual saham tersebut.
4. Pengungkapan Sukarela