pada penelitian ini adalah SMA dan perguruan tinggi. Rincian responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikannya di PPTSB Cabang Bogor Tahun 2011
Pendidikan Terakhir
Laki-Laki Perempuan
Total Jumlah
Jumlah Jumlah
SDSederajat 2
3,7 2
2,9 SMPSederajat
4 7,3
4 5,7
SMASederajat 29
52,7 8
53,3 37
52,9 Perguruan Tinggi
20 36,3
7 46,7
27 38,5
Total 55
100 15
100 70
100
Dengan pendidikan yang cukup baik, migran Batak semakin percaya diri untuk bermigrasi dan berkeyakinan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan
layak. Harapan itu tergambar dari penuturan MHS 68. Menurut MHS, sebenarnya beliau sudah memiliki pekerjaan yang cukup baik di kampung. Pada
saat dikampung MHS diangkat sebagai kepala sekolah salah satu sekolah swasta di kampung tersebut. Tetapi karena penghasilan yang kurang memadai MHS
memutuskan untuk bermigrasi ke Bogor dengan bekal pendidikan yang dia punya. Setelah di Bogor MHS menjadi pengajar di sebuah sekolah swasta dengan
penghasilan yang lebih besar dibanding dengan mengajar di kampung.
4.3.3 Daerah Asal
Hasil temuan dilapangan memperlihatkan, responden pada umumnya berasal dari daerah berbeda yang berada di dalam propinsi Sumatera Utara. Pada
Tabel 3 diperlihatkan asal dari responden sebelum melakukan migrasi.
Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Daerah Asalnya di PPTSB Cabang Bogor Tahun 2011
Daerah Asal Jumlah
Persentase Provinsi Sumatera Utara
68 97,1
Luar Provinsi Sumatera Utara 2
2,9 Total
70 100
Sebanyak 68 responden 97,1 persen berasal dari daerah Sumatera Utara dan mayoritas berasal dari daerah Tapanuli Utara. Tapanuli Utara termasuk dalam
jajaran dataran tinggi. Kondisi alam yang tidak terlalu subur dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang dianggap layak. Hal inilah yang memicu tingginya angka
migrasi dari daerah ini. Penjelasan mengenai banyaknya migran asal Dataran Tinggi Toba salah satunya adalah disebabkan oleh faktor fisik geografis, faktor
sosial dan demografi, faktor pendidikan serta faktor ekonomi. Pertumbuhan penduduk menyebabkan tekanan terhadap lahan pertanian yang ada. Pada awalnya
perluasan daerah hanya dilakukan disekitar perkampungan yang kosong tetapi kemudian menyebar keluar wilayah Purba dan Purba, 1997. Sementara dua
orang responden 2,9 persen melakukan migrasi berasal dari daerah non sumatera utara yaitu Sukabumi dan Tangerang.
4.3.4 Pekerjaan
Pekerjaan yaitu profesi yang dijalankan oleh migran ketika penelitian berlangsung. Berdasarkan hasil jawaban responden melalui kuesioner, pekerjaan
dalam penelitian dikategorikan seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan Utamanya di PPTSB Cabang Bogor Tahun 2011
Pekerjaan Jumlah Orang
Persentase Wirausaha
22 31,4
Pedagang 5
7,1 Pegawai Negeri
2 2,9
Pegawai Swasta 36
51,4 PolisiTentara
2 2,9
Pensiunan 3
4,3 Total
70 100
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan seperti terlihat pada tabel diatas ternyata migran Batak bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 36 orang 51,4
persen. Pendidikan mempengaruhi pekerjaan yang digeluti oleh migran. Latar belakang pendidikan yang sudah menengah dan tinggi, migran berpeluang lebih
besar untuk bekerja di sektor swasta dan itu berlanjut sampai sekarang. Sebanyak 22 orang responden 31,4 persen memilih untuk berwirausaha. Lima orang 7,1
persen berprofesi sebagai pedagang, dua orang PNS, dua orang Polisi, dan tiga orang pensiunan.
Migran PPTSB yang berprofesi sebagai wirausahawan umumnya memiliki usaha dibidang pangan. Sepuluh dari duapuluh dua wirausaha yang digeluti adalah
kedai kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari dalam skala besar. Selain usaha kelontong, ada pula usaha di bidang transportasi, air minum dalam kemasan
dan juga minuman keras.
BAB V FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK MIGRAN DAN
KEHIDUPAN AWAL DI BOGOR
5.1 Faktor Pendorong Migrasi