Umur Tingkat Pendidikan Karakteristik Responden

7. Menghadiri acara suka maupun duka yang dilakukan oleh anggota.

4.3 Karakteristik Responden

4.3.1 Umur

Responden pada penelitian ini sebanyak 70 orang. Umur responden berada pada rentang 32-70 tahun. Sebanyak 23 orang 32,9 persen responden berusia antara 26-40 tahun, dan responden yang berusia diatas 40 tahun sebanyak 47 orang 67,1 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Golongan Umur di PPTSB Cabang Bogor Tahun 2011 Interval Umur Jumlah orang Persentase 26-40 23 32,9 40 47 67,1 Total 70 100

4.3.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti migran pada saat penelitian berlangsung. Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini yaitu sebanyak dua orang 2,9 persen berpendidikan setingkat SD, keduanya adalah responden pria. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidiakan formal setingkat SMP berjumlah empat orang 5,7 persen yang kesemuanya adalah laki-laki. Responden yang memiliki tingkat pendidikan formal setingkat SMA berjumlah 37 orang 52,9 persen, terdiri atas 29 responden pria dan delapan responden wanita. Perguruan Tinggi 27 orang 38,5 persen, terdiri atas 20 orang responden pria dan tujuh orang responden wanita. Bagi orang Batak pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Setiap orang Batak berupaya untuk selalu mendapat pendidikan terbaik sampai setinggi-tingginya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pendidikan formal migran pada penelitian ini adalah SMA dan perguruan tinggi. Rincian responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikannya di PPTSB Cabang Bogor Tahun 2011 Pendidikan Terakhir Laki-Laki Perempuan Total Jumlah Jumlah Jumlah SDSederajat 2 3,7 2 2,9 SMPSederajat 4 7,3 4 5,7 SMASederajat 29 52,7 8 53,3 37 52,9 Perguruan Tinggi 20 36,3 7 46,7 27 38,5 Total 55 100 15 100 70 100 Dengan pendidikan yang cukup baik, migran Batak semakin percaya diri untuk bermigrasi dan berkeyakinan untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan layak. Harapan itu tergambar dari penuturan MHS 68. Menurut MHS, sebenarnya beliau sudah memiliki pekerjaan yang cukup baik di kampung. Pada saat dikampung MHS diangkat sebagai kepala sekolah salah satu sekolah swasta di kampung tersebut. Tetapi karena penghasilan yang kurang memadai MHS memutuskan untuk bermigrasi ke Bogor dengan bekal pendidikan yang dia punya. Setelah di Bogor MHS menjadi pengajar di sebuah sekolah swasta dengan penghasilan yang lebih besar dibanding dengan mengajar di kampung.

4.3.3 Daerah Asal