IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Mencit Percobaan
Masa adaptasi dilakukan selama satu minggu untuk membiasakan mencit terhadap lingkungan dan pakan yang baru. Masa adaptasi juga
dilakukan untuk melihat kondisi kesehatan mencit yang akan mendapat perlakuan. Ransum diberikan dalam bentuk bubuk sejumlah 5 gramhari
mencit. Pemberian ransum dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya untuk mengurangi variabilitas, yakni setiap pukul 14.00
– 15.00 WIB. Penggantian ransum dilakukan setiap hari supaya mencit mendapatkan pakan
yang segar. Untuk mengetahui jumlah ransum yang dikonsumsi oleh mencit setiap harinya, maka dilakukan penimbangan sisa ransum setiap hari. Selain
itu, penimbangan berat badan mencit dilakukan dua kali dalam satu minggu untuk mengetahui pertumbuhan dan kesehatan mencit.
Setelah masa adaptasi, mencit dibagi menjadi 4 kelompok yang masing- masing kelompok terdiri atas 8 ekor mencit. Kelompok K- mendapatkan
ransum standar sumber karbohidrat maizena tanpa induksi karsinogen. Kelompok K+ mendapatkan ransum standar dan induksi kasinogen
azoksimetana AOM dan dekstran sodium sulfat DSS. Kelompok S50 mendapatkan ransum yang mengandung sumber karbohidrat 50 maizena
dan 50 tepung sorgum, sedangkan kelompok S100 merupakan kelompok mencit dengan ransum yang mengandung sumber karbohidrat 100 tepung
sorgum, yang mana kelompok S50 dan S100 mendapat induksi karsinogen yang sama dengan kelompok K+.
Faktor-faktor lingkungan baik internal maupun eksternal, seperti induksi karsinogen, dapat menginduksi terjadinya perubahan fisiologis atau
tingkah laku dari hewan percobaan. Faktor-faktor tersebut dinamakan stressor. Jika mencit percobaan tidak bisa beradaptasi dengan stressor yang
ada, maka mencit akan mengalami respon fisiologis atau tingkah laku yang abnormal atau dalam kondisi distress. Tanda-tanda klinis dan perubahan
tingkah laku abnormal akibat kondisi distress dapat mempengaruhi konsumsi ransum dan air minum, akumulasi eksudat berwarna coklat kemerahan di
sekeliling mata dan lubang hidung, turunnya berat badan, penurunan aktivitas, postur membungkuk, pernafasan yang sulit, serta peningkatan atau
penurunan keagresifan NAS 1996.
Gambar 8 Grafik konsumsi ransum rata-rata pada setiap kelompok mencit
Selama masa percobaan, konsumsi ransum rata-rata mencit kelompok K- lebih tinggi dibandingkan kelompok yang diinduksi karsinogen K-, S50,
dan S100 Tabel 9. Induksi karsinogen dapat menyebabkan kondisi stress yang dapat mempengaruhi konsumsi ransum. Oleh karena itu, tidak adanya
induksi karsinogen pada kelompok K- menyebabkan mencit pada kelompok ini tidak mengalami pengaruh pada konsumsi ransumnya. Akibatnya mencit
kelompok ini juga memiliki selisih berat badan yang paling tinggi dibandingkan kelompok lainnya Tabel 9.
Sebaliknya kelompok K+ memiliki konsumsi ransum rata-rata yang paling rendah dibandingkan kelompok lainnya. Induksi karsinogen
menyebabkan berkurangnya asupan makanan, malabsorbsi, dan perubahan metabolisme tubuh. Hal ini menyebabkan kelompok K+ memiliki selisih
berat badan yang paling rendah dibandingkan kelompok yang lain. Sindrom seperti ini sering terjadi pada penderita kanker, yang dinamakan kaheksia.
Kaheksia adalah keadaan malnutrisi yang ditandai dengan anoreksia,
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
1 3
5 7
9 11
13 15
17 19
Ra ta
-Ra ta
K o
ns um
si Ra
ns um
g ra
m
Minggu ke-
K- K+
S50 S100