dengan akuades, langkah penting lain dalam metode imunohistokimia adalah dehidrasi, penjernihan dan penutupan jaringan pada gelas objek
mounting. Proses dehidrasi diawali proses inkubasi dengan merendam jaringan
dalam larutan etanol pro-analysis dengan konsentrasi bertingkat, mulai dari konsentrasi rendah ke tinggi, yakni etanol 70, 80, 96 dan 100. Perendaman
dalam setiap konsentrasi etanol dilakukan selama 3 menit. Setelah perendaman dalam etanol 100, jaringan direndam dalam larutan xylol
selama 3 menit. Selanjutnya, jaringan siap ditutup dengan media dan gelas penutup. Proses penutupan jaringan dilakukan dengan cara meneteskan
media penutup secukupnya pada jaringan di gelas objek, sebelum xylol menguap. Selanjutnya, gelas penutup diletakkan di atas jaringan dan ditekan
perlahan dengan ujung pinset untuk mengeluarkan gelembung udara yang masih terdapat pada gelas objek. Media penutup tersebut akan mengeras
sehingga gelas objek dapat disimpan pada rak preparat. Selanjutnya, sediaan histologis siap diamati di bawah mikroskop dan direkam dengan foto digital.
Perubahan histopatologi yang terlihat pada jaringan berdasarkan pewarnaan IHK dikelompokkan berdasarkan warna coklat DAB yang tidak
terlokalisasi. Hal ini dilakukan dengan memberikan skor terhadap tingkat kepekatan warna coklat pada area yang terbentuk, mengikuti metode Kanter
et al. 2004. Skor tersebut meliputi 0 tidak terdapat area berwarna coklat, 0, 1 warna coklat sangat kurang pekat, + 1-25, 2 warna coklat kurang
pekat, + 26-50, 3 warna coklat pekat, + 51-75, 4 warna coklat sangat pekat, + 76-100.
3.12 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan acak lengkap RAL dengan empat perlakuan. Semua data dianalisis dengan prosedur sidik ragam
Analisis of Varian, ANOVA dengan bantuan program SPSS Statistical Package for the Social Science versi 16. Apabila hasil uji sidik ragam menunjukkan
adanya perbedaan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Mencit Percobaan
Masa adaptasi dilakukan selama satu minggu untuk membiasakan mencit terhadap lingkungan dan pakan yang baru. Masa adaptasi juga
dilakukan untuk melihat kondisi kesehatan mencit yang akan mendapat perlakuan. Ransum diberikan dalam bentuk bubuk sejumlah 5 gramhari
mencit. Pemberian ransum dilakukan pada waktu yang sama setiap harinya untuk mengurangi variabilitas, yakni setiap pukul 14.00
– 15.00 WIB. Penggantian ransum dilakukan setiap hari supaya mencit mendapatkan pakan
yang segar. Untuk mengetahui jumlah ransum yang dikonsumsi oleh mencit setiap harinya, maka dilakukan penimbangan sisa ransum setiap hari. Selain
itu, penimbangan berat badan mencit dilakukan dua kali dalam satu minggu untuk mengetahui pertumbuhan dan kesehatan mencit.
Setelah masa adaptasi, mencit dibagi menjadi 4 kelompok yang masing- masing kelompok terdiri atas 8 ekor mencit. Kelompok K- mendapatkan
ransum standar sumber karbohidrat maizena tanpa induksi karsinogen. Kelompok K+ mendapatkan ransum standar dan induksi kasinogen
azoksimetana AOM dan dekstran sodium sulfat DSS. Kelompok S50 mendapatkan ransum yang mengandung sumber karbohidrat 50 maizena
dan 50 tepung sorgum, sedangkan kelompok S100 merupakan kelompok mencit dengan ransum yang mengandung sumber karbohidrat 100 tepung
sorgum, yang mana kelompok S50 dan S100 mendapat induksi karsinogen yang sama dengan kelompok K+.
Faktor-faktor lingkungan baik internal maupun eksternal, seperti induksi karsinogen, dapat menginduksi terjadinya perubahan fisiologis atau
tingkah laku dari hewan percobaan. Faktor-faktor tersebut dinamakan stressor. Jika mencit percobaan tidak bisa beradaptasi dengan stressor yang
ada, maka mencit akan mengalami respon fisiologis atau tingkah laku yang abnormal atau dalam kondisi distress. Tanda-tanda klinis dan perubahan
tingkah laku abnormal akibat kondisi distress dapat mempengaruhi konsumsi ransum dan air minum, akumulasi eksudat berwarna coklat kemerahan di