setiap kegiatan pembelajaran untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
5. Hipotesis kelima
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh F hitung 0,64 oleh karena F
ac
= 0,64 F
0,05; 2,58
= 3,15, maka hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan gaya belajar
terhadap prestasi belajar IPA. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan NHT dan TPS mengutamakan peran aktif siswa dalam setiap kegiatan belajar. Dalam setiap
kegiatan dapat dilihat gaya belajar siswa yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Ada yang bergaya belajar visual, auditory atau kinestetik.
Sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, masing-masing siswa akan aktif dalam setiap kegiatan belajar. Tidak terlihatnya interaksi secara langsung dalam penelitian ini bukan
berarti tidak ada hubungan antara model pembelajaran kooperatif dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar.
Menurut Murat Peker Seref Mirasyedioglu 2008: 22 student learning styles can help us understand students’ difficulties in perceiving and processing mathematical
concepts. Maksudnya, dengan mempelajari gaya belajar siswa guru dapat mengetahui perbedaan–perbedaan para siswa dalam mempresepsi dan memproses konsep-konsep
matematika. Hal ini berarti dengan mempelajari gaya belajar para siswa seorang guru akan lebih terbantu dalam proses pembelajaran kooperatif selanjutnya akan berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Seperti yang terlihat pada hipotesis ketiga bahwa terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar, dengan gaya belajar yang dimiliki
masing-masing siswa akan aktif dalam setiap kegiatan dalam pembelajaran kooperatif sehingga akan tercapai prestasi belajar yang memuaskan.
6. Hipotesis keenam
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh F hitung 0,95 oleh karena F
bc
= 0,95 F
0,05; 2,58
= 3,15, maka hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara motivasi berprestasi dengan gaya belajar terhadap
prestasi belajar IPA. Dalam penelitian ini memang tidak terlihat interaksi secara langsung antara motivasi berprestasi dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar, tetapi bukan
berarti tidak terdapat hubungan antara keduanya. Menurut Abu Ahmadi Widodo Supriyono 2004: 83 seseorang yang besar
motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku– buku untuk memecahkan masalahnya dan untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya
mereka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiaannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran
akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi
berprestasi dalam diri siswa maka siswa tersebut akan berusaha keras untuk mendapatkan prestasi yang memuaskan. Usaha-usaha yang dilakukan siswa tersebut
sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing siswa, yaitu sesuai dengan gaya belajar visual, auditory maupun kinestetik.
7. Hipotesis ketujuh
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh F hitung 2,95 oleh karena F
abc
= 2,95 F
0,05; 2,58
= 3,15, maka hal ini berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan motivasi
berprestasi dan gaya belajar terhadap prestasi belajar IPA. Dalam penelitian ini memang