Proses Berpikir. LAPORAN HASIL PENELITIAN 281

Kunjungi http:www.paksis.wordpress.com untuk artikel manajemen gratis Metodologi Penelitian Bisnis 31 horizontal mewakili tingkat idealistic yang tinggi pada ujung yang satu, dan pada ujung lainnya mewakili tingkat logika yang tinggi, yaitu empiricism. Empirisisme dikatakan sebagai usaha untuk menggambarkan, dan menjelaskan serta membuat prediksi melalui observasi. Sedangkan sumbu vertical mewakili pendekatan induksi dan empirical. Ujung atas sumbu vertical adalah mewakili pendekatan rationalism. Rasionalime pada pokoknya mementingkan sebuah alasan atau logika reasons sebagai sumber ilmu pengetahuan. Rasionalisme berbeda jauh dengan empirisisme dimana rasionalisme percaya bahwa semua ilmu pengetahuan dapat ditarik dari hukum-hukum yang telah umum diketahui atau kebenaran dasar yang alamiah.

D. Proses Berpikir.

Penelitian ilmiah menurut Schindler dan Cooper 2003 : 36 dapat digambarkan sebagai aktivitas penyelesaian sebuah teka-teki atau kuis. Bagi peneliti, teka-teki ini merupakan sebuah persoalan yang dapat diselesaikan dengan cara klarifikasi melalui proses berpikir ilmiah, dengan cara pengumpulan fakta- fakta sekecil apapun kemudian melakukan inferensi dan ditarik sebuah kesimpulan. Proses berpikir ilmiah juga digunakan oleh para detektif, ilmuwan atau bahkan para peserta kuis di televisi yang semakin marak akhir-akhir ini. Setiap proses pengambilan keputusan selalu didasarkan pada kenyataan atau fakta-fakta sehingga diperoleh keputusan yang presisif. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu melakukan proses berpikir ilmiah meskipun mungkin hanya sebatas pada tingkat yang sangat sederhana. Misalkan tiba-tiba perut kita terasa lapar dan kepala mulai agak pusing-pusing. Setelah dilihat tanda waktu ternyata jam satu siang. Dari fakta-fakta tersebut maka diambil inferensi bahwa perut mulai kosong dan didukung oleh fakta bahwa pada saat itu telah tiba waktu makan siang, kemudian segera diputuskan sebuah kesimpulan atau tindakan bahwa kita harus segera makan siang. Gambar 3.1. Style of Thinking Schindler and Cooper, 2003 : 33. Scientific method Postulated Self-evident truth Method of authority Literacy Untested opinion Rationalism Empiricism Existentialis Idealis 32 Metodologi Penelitian Bisnis Kunjungi http:www.paksis.wordpress.com untuk artikel manajemen gratis Hasil berpikir tersebut dapat dikomunikasikan dengan dua cara, yaitu eksposisi atau argumentasi. Eksposisi berupa pernyataan yang berusaha mendeskripsikan sesuatu tanpa berusaha menjelaskannya lebih lanjut. Sedangkan argumentasi memungkinkan seseorang untuk menerangkan, menginterpretasikan, mempertahankan, menantang, serta mengeksplorasi sesuatu lebih mendalam. Dua pendekatan argumentasi yang penting dalam penelitian adalah pendekatan deduksi dan induksi.

1. Proses berpikir deduksi.

Alat untuk mencapai pengetahuan disebut syllogisme, yaitu argumentasi yang terdiri dari tiga buah proposisi pernyataan yang menolak atau membenarkan suatu perkara, yang terdiri dari premis asumsidasar argumentasi major, premis minor dan konklusi. Dalam bahasa Yunani, syllogisme berarti kesimpulan. Sedangkan proposisi, dalam bahasa Latin berarti suatu statemen yang menolak atau membenarkan suatu perkara. Kemudian premise dalam bahasa Perancis premisa dalam bahasa Latin Baru disebut asumsi atau dasar argumentasi. Hadi 1986 : 37 memberikan contoh jenis-jenis syllogisme : Syllogisme catagoric : Semua manusia pasti mati premis mayor, Presiden adalah seorang manusia premis minor, Jadi, prsiden pasti mati konsklusi Semua logam jika dipanaskan mengembang premis mayor, Besi adalah logam premis minor, Jadi, jika besi yang dipanaskan akan mengembang konsklusi Syllogisme conditional hypothetic atau bersyarat : Jika pada jalan yang sangat menurun ini suatu bus remnya blong, penumpangnya dalam keadaan bahaya premis mayor, Bus itu remnya blong pada jalan yang sangat menurun ini Presiden adalah seorang manusia premis minor, Jadi, penumpangnya dalam keadaan bahaya konsklusi Jika pada pagi hari orang merasa panas pertanda hari akan hujan premis mayor, Pada pagi hari ini orang-orang merasa panas premis minor, Jadi, ada pertanda hari akan hujan konsklusi Syllogisme alternatif atau pilih salah satu : Saya harus kawin atau meneruskan kuliah premis mayor, Saya tidak akan meneruskan kuliah premis minor, Jadi, saya harus kawin konsklusi Ia harus memilih berpisah dengan istri atau ibunya premis mayor, Ia memilih harus berpisah dengan ibunya premis minor, Jadi, ia tidak berpisah dengan istrinya konsklusi Kunjungi http:www.paksis.wordpress.com untuk artikel manajemen gratis Metodologi Penelitian Bisnis 33 Syllogisme disjunctive atau melerai : A : Adalah tidak biasa seorang mahasiswa baik belajar dengan tekun maupun tidak belajar sama sekali akan mendapat nilai yang bagus, premis mayor, Seorang mahasiswa sama sekali tidak belajar premis minor, Jadi, kecil sekali kemungkinannya ia akan mendapatkan nilai yang bagus konsklusi Tidaklah mungkin seorang yang dalam keadaan miskin akan hidup bermewah- mewahan premis mayor, Seseorang dalam keadaan miskin premis minor, Jadi, sangatlah tidak mungkin seseorang akan hidup bermewah- mewahan konklusi Pendekatan deduksi selanjutnya dikutip dari pendapat Emory and Cooper 1996 : 28 bahwa yang menyatakan dedukasi adalah bentuk inferensi atau menyimpulkan dengan mengikuti alasan yang diberikan. Alasan-alasan yang diberikan akan mendasari keputusan dan mewakili pembuktian. Sebuah proses deduksi harus benar dan valid, maksudnya : a. Premis atau alasan yang mendasari kesimpulan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya benar, b. Kesimpulan harus diambil dari premis dan mengikuti premis valid. Contoh : 1. Semua karyawan biasa dapat dipercaya tidak akan mencuri Premis 1, 2. John adalah karyawan biasa Presmis 2, 3. John dapat dipercaya tidak akan mencuri Kesimpulan. Jika kita yakin bahwa John dapat dipercaya, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kasus tersebut adalah kedaan berpikir deduktif. Tapi hal ini tidak dapat dipercaya begitu saja sebagai proses deduktif, kecuali bentuk argumen sampai dapat dinyatakan benar dan premis yang ada dinyatakan valid. Dalam hal ini, bentuk premis 1 adalah valid dan premis 2 dapat dengan mudah diklarifikasi apakah John memang tercatat sebagai karyawan biasa atau bukan. Tentang John akan mencuri atau tidak juga tergantung pada John itu sendiri, apakah memang suatu saat melakukan pencurian atau tidak. Berpikir deduksi dapat dicontohkan sebagi berikut : 1. Anda mengaktifkan meng-on-kan saklar lampu dan mendapati bahwa lampu tetap tidak menyala. 2. Anda bertanya “Mengapa tidak menyala?” 3. Anda membuat inferensi atau menyimpulkan hipotesis untuk menjawab pertanyaan dan menerangkan sebuah fakta bahwa bola lampunya putus. 4. Anda menggunakan hipotesis ini untuk menyimpulkan conclude bahwa lampu tidak akan menyala saat kita meng-on-kan saklar. Kita tahu dari pengalaman bahwa bola lampu yang terbakar putus tidak akan dapat menyala. Jika berpikir deduksi ini akan dikombinasikan dengan berpikir induksi sekaligus, maka kemungkinannya sebagai berikut : 5. Bola lampu yang baru dipasang, maka akan menyala jika saklar di-on-kan. 34 Metodologi Penelitian Bisnis Kunjungi http:www.paksis.wordpress.com untuk artikel manajemen gratis 6. Kita pasang bola lampu baru dan on-kan saklar. Pada kenyatannya lampu menyala. Gambar 3.2. Skematis Diagram Mengapa lampu Tidak Menyala.

2. Proses berpikir induksi.

Proses berpikir induksi sangat berbeda dengan deduksi. Tidak terdapat hubungan yang kuat antara alasan dan kesimpulan dalam proses berpikir secara induksi. Melakukan induksi adalah menarik suatu kesimpulan dari satu atau lebih fakta-fakta atau seperangkat bukti-bukti. Kesimpulan yang dibuat akan menerangkan fakta-fakta, dan fakta-fakta akan mendukung kesimpulan. Contoh induksi yang sederhana adalah : Desa A di kecamatan X terserang wabah flu burung avian influenza, Desa B di kecamatan X terserang wabah flu burung avian influenza, Desa C di kecamatan X terserang wabah flu burung avian influenza, Desa D di kecamatan X terserang wabah flu burung avian influenza, …………………………………………………………………………………… ……………………….., …………………………………………………………………………………… …………………………, Desa Z di kecamatan X terserang wabah flu burung avian influenza, Jadi, semua desa di kecamatan X terserang wabah flu burung avian influenza Contoh aplikasi dalam praktek bisnis, misalkan perusahaan mengeluarkan biaya iklan sebesar Rp. 1 milyar, namun penjualan tetap tidak Fact 1. Tekan saklar “on” lampu tidak menyala. Why? Induction Fact 2. Pasang bola lampu baru, dan saklar di-on-kan lampu menyala. Hypothesis : Bola lampu putus sehingga tidak nyala Deductive : Lampu rusak tidak menyala saat saklar di-on-kan. Inductive : lampu yang baik akan menyala jika saklar di-on-kan. Sumber : Emory C. William and Cooper R. Donald 1995 : 28. Kunjungi http:www.paksis.wordpress.com untuk artikel manajemen gratis Metodologi Penelitian Bisnis 35 meningkat. Ini adalah sebuah fakta, bahwa penjualan perusahaan tidak meningkat baik selama maupun setelah ditayangkannya iklan. Pertanyaan yang dapat diajukan: “Mengapa penjualan tidak meningkat, padahal sudah dikeluarkan biaya promosi? ”. Jawaban yang mungkin segera diperoleh adalah karena materi atau media iklan yang digunakan tidaK mengena. Kesimpulan semacam ini adalah proses berpikir induksi, karena kita tahu dari pengalaman bahwa penjualan biasanya akan meningkat selama masa promosi. Kita juga tahu dari pengalaman bahwa jika jenis iklan atau media iklan yang dipilih tidak mengena, maka penjualan tidak akan naik. Proses induksi pada dasarnya sebuah hipotesis. Kemungkinan penjualan tidak meningkat dapat diterangkan dengan hipotesis berikut : 1. Para retailer kemungkinan tidak memiliki stok barang yang cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan selama promosi berlangsung, 2. Adanya demonstrasi karyawan angkutan sehingga terjadi keterlambatan pengiriman barang dan pada gilirannya promosi menjadi tidak efektif, 3. Terdapat banjir bandang sehingga para retailer menutup usahanya selama sepuluh hari. Contoh lain dapat digambarkan tentang situasi seorang salesperson yang bernama Dessy. Dessy adalah salah satu sales person yang memiliki kinerja terjelek diantara rekan-rekananya. Kinerja Dessy yang tidak memuaskan tentu saja membangkitkan pemikiran kita untuk bertanya “Mengapa dia memiliki kinerja yang buruk?” Hipotesis yang timbul berdasarkan pengalaman di perusahaannya, Desy memiliki jumlah telpon ke konsumen harian yang sedikit. Hipotesis- hipotesis yang lain berdasarkan bukti-bukti lain diantaranya : 1. Wilayah kerja pemasaran Dessy mungkin tidak potensial dibanding wilayah pemasaran yang lain, 2. Kemampuan untuk mengembangkan ketrampilan menjual Dessy lemah, sehingga jarang terjadi “closing” atau “deal” yang efektif, 3. Dessy tidak punya wewenang menurunkan harga produk, sementara di daerah yang sama para pesaing membuat kebijakan harga yang lebih rendah sehingga pasar Dessy lari ke kompetitor, 4. Beberapa orang tidak mampu menjual produk tersebut, dan Dessy adalah salah satu diantaranya. Dalam proses induksi, agar kesimpulan dapat meyakinkan confidence masih harus perlu dilakukan konfirmasi. Untuk melakukan sebuah konfirmasi, perlu diberikan lebih banyak bukti-bukti. Tugas penelitian adalah 1. Menentukan bukti yang diperlukan untuk menerima atau menolak hipotesis 2. Merancang metode-metode untuk menemukan atau mengukur bukti-bukti lain 3. Kombinasi pola berpikir deduksi dan induksi Apabila pendekatan deduksi dan induksi digunakan secara berurutan dalam proses penelitian, John Dewey menyebutnya sebagai proses “double movement of reflectice thought”. Proses berpikir induksi terjadi pada saat kita 36 Metodologi Penelitian Bisnis Kunjungi http:www.paksis.wordpress.com untuk artikel manajemen gratis menemukan fakta- fakta dan kita bertanya “Mengapa begini?”. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita biasanya mengajukan beberapa penjelasan yang sifatnya tentative atau sementara dan ini disebut sebagai hipotesis. Hipotesis dapat dinyatakan untuk menerangkan bukti atau fakta yang menyangkut permasalahan. Deduksi adalah proses yang mana kita menguji apakah sebuah hipotesis mampu menerangkan fakta-fakta. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.3. Anda mempromosikan produk, tapi penjualan tidak meningkat Fakta 1 1. A nda bertanya : “Mengapa penjualan tidak meningkat? Induksi 2. Anda mebuat inferensi sebuah kesimpulan Hipotesis untuk menjawab pertanyaan. Promosi telah dilaksanakan dengan jelek Hipotesis 3. Anda menggunakan hipotesis ini untuk menyimpulkan deduce bahwa penjualan tidak akan meningkat selama promosi tetap dijalankan dengan jelek. Anda tahu dari pengalaman, bahwa promosi yang dilakukan dengan jelek tidak pernah akan meningkatkan penjualan deduksi. 4. Sebuah promosi yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan penjualan yang meningkat deduksi 5. Kita menjalankan promosi yang efektif dan penjualan akan meningkat Fakta2. Gambar 3.3. Skematis Diagram Mengapa Penjualan Tidak Meningkat? Penjelasan cara berpikir deduktif dan induktif dalam penelitian juga disampaikan oleh Djarwanto, 1998 : 9. Menururt Djarwanto, persoalan hendaknya dirumuskan secara sederhana, positif dan deklaratif. Merumuskan sebuah persoalan bisa secara deduktif, yakni menarik konklusi kesimpulan logis yang berhubungan dengan suatu problema dari kaidah-kaidah atau prinsip- prinsip umum atau bertolak dari suatu kenyataan umum. Persoalan dapat pula didirumuskan secara induktif, yakni menarik konklusi dari hasil observasi atau eksperimen-eksperimen yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan pengalaman-pengalaman. Fact 1. We promote product, but sales don’t increase. Why? Induction Fact 2. We run an effective promotion and sales increase. Hypothesis : The promotion was poorly executed Deductive : in-effective promotion will not increase sales. Inductive : Effective promotion will increase sales. Kunjungi http:www.paksis.wordpress.com untuk artikel manajemen gratis Metodologi Penelitian Bisnis 37 Gambar 3.4. Skematis Diagram Mengapa Kinerja Karyawan Jelek. Bagaimana sebuah kombinasi deduksi dan induksi double movement of reflective thought dapat menjelaskan kasus Dessy? Prosesnya digambarkan secara sekematik diagram pada Gambar 3.4 di atas.

E. Kadar Ilmiah dan Tugas-tugas Penelitian Bisnis