Skenario Pembangunan Jalan Layang

89 dan Selatan. Selanjutnya pada fase kedua terjadi late start selama 8 detik setelah fase kedua sudah hijau.

4.3.3. Skenario Pembangunan Jalan Layang

Jenis penanganan lain yang digunakan adalah dengan pembangunan jalan layang. Alternatif jalan layang dengan arah pergerakan belok kiri tidak dilakukan karena tiga mulut persimpangan sudah memiliki lajur khusus belok kiri langsung. Jadi, alternatif jalan layang adalah arah arus lurus atau belok kanan berjumlah delapan kemungkinan. Data mengenai banyaknya arus yang melewati simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim tertera pada tabel 4.21 di bawah. Tabel 4. 21 Arah Pergerakan pada Jam Puncak di Persimpangan No. Arah Pergerakan pada PHF Volume lalu lintas smpjam 1 Utara ke Selatan 329,8 2 Selatan ke Utara 340,8 3 Barat ke Timur 805,9 4 Timur ke Barat 915,2 5 Barat ke Selatan 197,6 6 Timur ke Utara 227,7 7 Selatan ke Timur 191,5 8 Utara ke Barat 175,1 Sumber: Hasil Perhitungan Universitas Sumatera Utara 90 Gambar 4. 8 Denah Arah Pergerakan pada Simpang Arah pergerakan dari barat ke selatan persimpangan dan dari selatan ke timur tidak perlu dibangun jalan layang karena terdapat jaringan jalan lain yang dapat dipilih pengguna jalan menuju arah pergerakan tersebut dari pada harus melewati simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim. Sedangkan dari utara ke barat simpang tidak perlu dibangun jalan layang karena arah pergerakan lebih kecil dibanding arah pergerakan lainnya. Berikutnya arah pergerakan lurus dibuat satu jalan layang dengan dua arah dengan tujuan lebih ekonomis jika dilakukan sekali pengerjaan dan mengurangi konflik arus lalu lintas karena arah pergerakan lurus. Universitas Sumatera Utara 91 Setelah beberapa pertimbangan di atas, terdapat tiga pemilihan alternatif pembangunan jalan layang yaitu sebagai berikut:  Arah barat ke timur serta dari timur ke barat2 arah Alternatif 1  Arah utara ke selatan serta dari selatan ke utara2 arah Alternatif 2  Arah timur ke utara1 arah Alternatif 3 Alternatif pembangunan jalan layang dianalisis dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997 dengan simpang bersinyal 4 fase dan dengan menggunakan belok kiri langsung dari arah barat. ad.1. Jalan Layang Alternatif 1 Arah dan jumlah pergerakan: Gambar 4. 9 Denah dan Arah Pergerakan Alternatif 1 Universitas Sumatera Utara 92 Alternatif jalan layang yang dibangun adalah arus lurus dari Jalan Gatot Subroto dari arah barat ke timur dan dari arah timur ke barat. Tabel 4.22 di bawah ini merupakan prediksi lalu lintas di persimpangan pasca pembangunan jalan layang alternatif 1. Tabel 4. 22 Tingkat Pelayanan Simpang Pasca Penanganan dengan Jalan Layang Alternatif 1 Pendekat Arus smpjam Kapasitas smpjam VC Antrian m Tundaan Rata- rata Tingkat Pelayanan Mulut Simpang Total tundaan Tingkat Pelayanan Simpang Utara 504.90 881.71 0.57 53.33 19.74 C 9965.45 B Selatan 532.30 929.56 0.57 37.78 23.32 C 12410.76 Timur 337.20 588.85 0.57 34.29 27.49 D 9268.27 Barat 197.60 345.07 0.57 33.33 32.68 D 6457.98 LTOR 966.70 Total 38102.46 Total 2538.70 Tundaan Rata-rata Simpang 15.01 Sumber: Hasil Perhitungan Dengan menggunakan data PDRB dengan nilai tingkat pertumbuhan sebesar 14,56, diperoleh data derajat kejenuhan sampai tahun 2035. Tabel 4.23 dan gambar 4.9 menggambarkan kondisi derajat kejenuhan pasca alternatif jalan layang pertama. Tabel 4. 23 Proyeksi Derajat Kejenuhan Sampai Tahun 2035 Tahun DS Alternatif 1 DS Tanpa Penanganan 2015 0.573 0.891 2016 0.626 0.950 2017 0.682 1.009 2018 0.739 1.066 2019 0.798 1.122 2020 0.857 1.176 2025 1.145 1.403 2030 1.381 1.555 2035 1.541 1.645 Sumber: Hasil Perhitungan Universitas Sumatera Utara 93 Gambar 4. 10 Grafik Penanganan Jalan Layang Alternatif 1 Sumber: Hasil Perhitungan Gambar 4.9 menunjukkan bahwa awal tahun 2015 terdapat perbedaan derajat kejenuhan sebesar 0,318 lebih kecil dari derajat kejenuhan tanpa penanganan di simpang. Derajat kejenuhan dengan alternatif 1 akan mencapai derajat kejenuhan 0,75 setelah melewati tahun 2018. ad.2. Jalan Layang Alternatif 2 Alternatif jalan layang yang dibangun adalah arus lurus dari Jalan Kapten Muslim masuk ke Jalan Sunggal dan sebaliknya. Denah jalan layang alternatif 2 adalah seperti pada gambar 4.10. 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035 Derajat Kejenuhan Jalan Layang 1 vs Tanpa Penanganan FO1 Tanpa Penanganan Universitas Sumatera Utara 94 Gambar 4. 11 Denah dan Arah Pergerakan Alternatif 2 Tabel 4.24 di bawah merupakan prediksi lalu lintas di persimpangan pasca pembangunan jalan layang alternatif 2. Tabel 4. 24 Tingkat Pelayanan Simpang Pasca Penanganan dengan Jalan Layang Alternatif 2 Pendekat Arus smpjam Kapasitas smpjam VC Antrian m Tundaan Rata- rata Tingkat Pelayanan Mulut Simpang Total tundaan Tingkat Pelayanan Simpang U 175.10 252.55 0.69 26.67 45.99 E 8052.24 C S 191.50 276.20 0.69 20.00 44.71 E 8562.54 T 1252.40 1806.33 0.69 60.95 23.67 C 29647.51 B 1003.50 1447.35 0.69 62.22 25.93 D 26016.77 LTOR 966.70 Total 72279.06 Total 3589.20 Tundaan Rata-rata Simpang 20.14 Sumber: Hasil Perhitungan Dengan menggunakan data PDRB dengan nilai tingkat pertumbuhan sebesar 14,56, diperoleh data derajat kejenuhan sampai tahun 2035. Tabel 4.25 dan Universitas Sumatera Utara 95 gambar 4.11 menggambarkan kondisi derajat kejenuhan pasca alternatif jalan layang kedua. Tabel 4. 25 Proyeksi Derajat Kejenuhan Sampai Tahun 2035 Tahun DS Alternatif 2 DS Tanpa Penanganan 2015 0.693 0.891 2016 0.751 0.950 2017 0.810 1.009 2018 0.869 1.066 2019 0.928 1.122 2020 0.987 1.176 2025 1.258 1.403 2030 1.460 1.555 2035 1.590 1.645 Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 4.25 dan gambar 4.10 menunjukkan bahwa dengan alternatif 2 derajat kejenuhan tahun 2016 akan mencapai 0,75 dan akan mencapai 1 pada tahun 2021. Gambar 4. 12 Grafik Penanganan Jalan Layang Alternatif 2 Sumber: Hasil Perhitungan 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035 Derajat Kejenuhan Jalan Layang 2 vs Tanpa Penanganan FO2 Tanpa Penanganan Universitas Sumatera Utara 96 Gambar 4.11 menunjukkan bahwa awal tahun 2015 terdapat perbedaan derajat kejenuhan sebesar 0,198 lebih kecil dari derajat kejenuhan tanpa penanganan di simpang. Derajat kejenuhan dengan alternatif 2 akan mencapai derajat kejenuhan 0,75 setelah melewati tahun 2016. ad.3. Jalan Layang Alternatif 3 Arah dan jumlah pergerakan: Gambar 4. 13 Denah dan Arah Pergerakan Alternatif 3 Alternatif jalan layang yang dibangun adalah arus belok kanan dari Jalan Gatot Subroto ke Jalan Kapten Muslim. Tabel 4.26 di bawah ini merupakan prediksi lalu lintas di persimpangan pasca pembangunan jalan layang alternatif 1. Universitas Sumatera Utara 97 Tabel 4. 26 Tingkat Pelayanan Simpang Pasca Penanganan dengan Jalan Layang Alternatif 3 Pendekat Arus smpjam Kapasitas smpjam VC Antrian m Tundaan Rata- rata Tingkat Pelayanan Mulut Simpang Total tundaan Tingkat Pelayanan Simpang U 504.90 643.48 0.78 70.00 43.84 E 22133.60 D S 532.30 678.40 0.78 51.11 47.14 E 25094.62 T 915.20 1166.39 0.78 66.67 39.90 D 36512.40 B 1003.50 1278.93 0.78 82.22 37.68 D 37812.90 LTOR 966.70 Total 121553.51 Total 3922.60 Tundaan Rata-rata Simpang 30.99 Sumber: Hasil Perhitungan Dengan menggunakan data PDRB dengan nilai tingkat pertumbuhan sebesar 14,56, diperoleh data derajat kejenuhan sampai tahun 2035. Tabel 4.27 dan gambar 4.13 menggambarkan kondisi derajat kejenuhan pasca alternatif jalan layang ketiga. Tabel 4. 27 Proyeksi Derajat Kejenuhan Sampai Tahun 2035 Tahun DS Alternatif 3 DS Tanpa Penanganan 2015 0.785 0.891 2016 0.844 0.950 2017 0.903 1.009 2018 0.962 1.066 2019 1.021 1.122 2020 1.078 1.176 2025 1.330 1.403 2030 1.508 1.555 2035 1.619 1.645 Sumber: Hasil Perhitungan Universitas Sumatera Utara 98 Gambar 4. 14 Grafik Penanganan Jalan Layang Alternatif 3 Gambar 4.12 menunjukkan bahwa dengan alternatif 3 derajat kejenuhan tahun 2015 telah 0,75 dan akan mencapai 1 pada tahun 2019.Kondisi lalu lintas dengan alternatif ini hampir mirip dengan penambahan lebar pada pendekat timur dan barat. Jadi, jalan layang alternatif ketiga ini tidak dianjurkan untuk dibangun karena lebih boros daripada perbaikan geometrik simpang. 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035 Derajat Kejenuhan Jalan Layang 3 vs Tanpa Penanganan FO3 Tanpa Penanganan Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN a. Karakteristik lalu lintas eksisting di simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim yaitu derajat kejenuhan bernilai 0,89 dan tundaan simpang rata-rata bernilai 60,66 serta tingkat pelayanan simpang F b. Kinerja simpang setelah dilakukan perbaikan dengan metode MKJI 1997 yaitu  Dengan penambahan lebar pendekat pada barat dan timur mulut simpang masing masing sebesar 4,5 meter dan 5 meter dan juga membuat lajur belok kiri langsung pada barat mulut simpang. Menghasilkan derajat kejenuhan menjadi 0,77; tundaan simpang rata-rata menjadi 29,75 dengan tingkat pelayanan simpang menjadi D.  Dengan perubahan fase sinyal tidak dapat dilakukan karena pada kasus yang diteliti penulis tidak terdapat pendekat tipe terlawan. Semua pendekat merupaka tipe terlindung tipe p dan nilai FR kritis masih pada level 0,78.  Kombinasi Early Cut Off dan Late Start Dengan kombinasi ini derajat kejenuhan menjadi 0,778; tundaan rata-rata simpang sebesar 44,75 dengan tingkat pelayanan E c. Volume lalu lintas yang melewati simpang sudah mencapai 20.699 smphari di jalan Gatot Subroto mayor dan 11.146 di jalan Kapten Muslim. Berdasarkan Grafik Pemilihan Tipe Persimpangan Berdasarkan Variasi Arus Universitas Sumatera Utara 100 Lalu Lintas, jalan layang sudah harus dibangun di persimpangan, dan berdasarkan Studi Kelayakan Fly Over Jalan Arteri Utara Timur Paket-7 Provinsi D.I Yogyakarta juga sudah dapat dibangun jalan layang dengan LHR20.000 smphari. d. Alternatif jalan layang pada persimpangan adalah sebagai berikut:  Alternatif 1 Arah Barat ke Timur serta dari Timur ke Barat2 Arah Derajat kejenuhan : 0,57 Tundaan Simpang rata-rata : 15,01 Tingkat pelayanan : B  Alternatif 2 Arah Utara ke Selatan serta dari Selatan ke Utara 2 Arah Derajat kejenuhan : 0,69 Tundaan Simpang rata-rata : 20,14 Tingkat pelayanan : C  Alternatif 3 Arah Timur ke Utara1 Arah Derajat kejenuhan : 0,78 Tundaan Simpang rata-rata : 30,99 Tingkat pelayanan : D e. Rekomendasi pembangunan jalan layang adalah alternatif 1 dengan menambah lajur belok kiri langsung LTOR pada mulut simpang barat. Universitas Sumatera Utara 101

5.2. SARAN

Dokumen yang terkait

Analisa Traffic Light Pada Persimpangan Jalan Tritura (Jalan Bajak) Medan Dengan Menggunakan Metode MKJI & Webster (Studi Kasus : Jl. Tritura/ Jl. Bajak)

44 243 151

Analisa Panjang Antrian Dengan Tundaan Pada Persimpangan Bersignal Sei Sikambing Medan (Studi Kasus : Persimpangan Jl. Gatot Subroto Dengan Jl.Sunggal – Jl.Kapten Muslim )

14 82 89

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN GATOT SUBROTO ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN GATOT SUBROTO KABUPATEN CILACAP.

0 3 16

PENGUMUMAN PEMENANG PEMBANGUNAN TROTOAR JL.GATOT SUBROTO POLEWALI

0 0 1

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 11

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 1

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 5

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 42

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 2

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 16