Data Volume Lalu Lintas Skenario Perbaikan Simpang Metode MKJI 1997

79

4.3. PENANGANAN SIMPANG

4.3.1. Data Volume Lalu Lintas

Data lalu lintas harian digunakan sebagai kriteria dalam menetukan solusi penanganan persimpangan. Data volume lalu lintas diperoleh dari perhitungan rata-rata lalu lintas harian yang tertera pada tabel 4.13 dan gambar 4.2 Tabel 4. 13 Data Volume pada Pendekat Persimpangan Pendekat Volume smphari Utara Selatan Timur Barat 11.146,1 9.298,5 20.699,5 17.708,9 Sumber: Hasil Perhitungan Gambar 4. 3 Arus Persimpangan dalam Satuan per Hari Sumber: Hasil Perhitungan 5000 10000 15000 20000 25000 Utara, 11146.125 Selatan, 9298.5 Timur, 20699.5 Barat, 17708.875 Volume smphari Universitas Sumatera Utara 80 Jumlah volume diatas di-plot pada grafik pemilihan tipe persimpangan berdasarkan variasi arus lalu lintas. Gambar 4. 4 Pemilihan Tipe Persimpangan Berdasarkan Variasi Arus Lalu Lintas Sumber:Traffic Strategy Highway Design Principles for Selection of Intersection Type, SweRoad, 2000 Dengan grafik lalu lintas diatas, persimpangan Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal- Jl. Kapten Muslim sudah diperlukan jalan layang dalam penanganan kemacetan. Tetapi, dalam pedoman konstruksi dan bangunan yaitu Pra Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan pada Pd T-18-205-B tentu dianalisa lagi dari berbagai sisi yang lain yakni:  Faktor ketersediaan lahan  Faktor sosial budaya di sekitar simpang  Faktor kendala konstruksi  Faktor manfaat dan biaya, dan lain-lain 11 146 20 699 Universitas Sumatera Utara 81

4.3.2. Skenario Perbaikan Simpang Metode MKJI 1997

Dengan data arus yang sudah ada, penulis akan membahas tentang scenario perbaikan simpang dengan menggunakan cara Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI. Kemungkinan untuk menambah kapasitas simpang melalui salah satu dari tindakan berikut, oleh karenanya harus dipertimbangkan: i. Penambahan lebar pendekat Jika mungkin untuk menambah lebar pendekat, pengaruh terbaik dari tindakan seperti ini akan diperoleh jika pelebaran dilakukan pada pendekat- pendekat dengan nilai FR kritis tertinggi. Nilai FR tertera pada Tabel di bawah Tabel 4. 14 Nilai Rasio Fase Pada Setiap Pendekat Pendekat Lebar Efektif Rasio Fase FR Utara 6 0.20 Selatan 9 0.10 Timur 9 0.25 Barat 10.5 0.23 Sumber: Hasil Perhitungan Nilai FR tertinggi yaitu pada pendekat timur lalu diikuti pendekat barat. Maka kedua pendekat tersebut dilakukan penambahan lebar pendekat masing- masing ditambah 1satu lajur. Timur = + = 14 meter Barat = 10,5+4,5 = 15 meter penambahan LTOR Universitas Sumatera Utara 82 Gambar 4. 5 Skenario Penambahan Lebar Pendekat di Jl. Gatot Subroto Pada mulut simpang bagian barat diberlakukan lajur khusus belok kiri untuk mengurangi antrian. Maka, dengan pasca perbaikan simpang diprediksi perilaku lalu lintas akan menjadi seperti yang tertera pada tabel 4.15 dan tabel 4.16 sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 83 Tabel 4. 15 Prediksi Perubahan Arus Lalu Lintas Pasca Penambahan Lebar Pendekat Pendekat Volume smpjam Kapasitas smpjam VC Tundaan Total smp.det Utara 504.9 655.98 0.77 19.553.47 Selatan 532.3 691.58 0.77 23.435.70 Timur 1252.4 1627.15 0.77 45.059.68 Barat 1003.5 1303.77 0.77 38.675.21 Total 4259.8 126.724.06 Tundaan Simpang Rata-rata 29.75 Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 4. 16 Prediksi Tingkat Pelayanan Pasca Perubahan Pendekat Tundaan Rata-Rata Tingkat Pelayanan Tundaan Simpang Tingkat Pelayanan Utara 38,73 D 29,75 D Selatan 44,03 E Timur 35,98 D Barat 38,54 D Sumber: Hasil Perhitungan Selanjutnya, memproyeksikan arus lalu lintas beberapa tahun ke depan dengan menggunakan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB yaitu dalam tabel di bawah: Tabel 4. 17 Tabel Perhitungan Tingkat Pertumbuhan PDRB Tahun PDRB perkapita Medan i 2009 34,259,820 - 2010 39,719,021 15.93 2011 43,932,544 10.61 2012 54,667,741 24.44 2013 60,499,012 10.67 2014 67,236,758 11.14 Sumber: Proyeksi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2035, BPS Angka sementara Angka sangat sementara Universitas Sumatera Utara 84 Dengan nilai i rata-rata= 14,56 , maka pertumbuhan arus dapat dihitung dengan rumus � = � + � � Dimana: Pn = Proyeksi arus lalu lintas tahun ke-n P = Proyeksi arus lalu lintas tahun ke-1 i = Tingkat pertumbuhan PDRB n = Tahun ke-n Tabel 4. 18 Proyeksi Pertumbuhan Arus Lalu Lintas 25 Tahun pada Jam Sibuk Pendekat Arus Lalu Lintas smpjam 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035 Utara 578.41 662.63 759.11 869.64 996.25 1965.78 3878.83 7653.59 Selatan 609.80 698.59 800.30 916.83 1050.32 2072.46 4089.32 8068.94 Timur 1434.75 1643.65 1882.96 2157.12 2471.20 4876.11 9621.40 18984.67 Barat 1149.61 1316.99 1508.75 1728.42 1980.08 3907.04 7709.26 15211.69 Sumber: Hasil Perhitungan Data arus pada tabel 4.18 akan dikonversikan menjadi data derajat kejenuhan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997. Universitas Sumatera Utara 85 Gambar 4. 6 Proyeksi Pertumbuhan Derajat Kejenuhan Sampai 2035 Sumber: Hasil Perhitungan Pada gambar 4.5 diatas menggambarkan kenaikan derajat kejenuhan setiap tahunnya sampai tahun 2035. Setelah penambahan lebar pendekat di mulut simpang pada bagian timur dan barat simpang maka derajat kejenuhan akan mencapai 1 setelah tahun 2019 yang sebelumnya akan terjadi pada tahun 2017 jika tidak dilakukan penambahan lebar pendekat. Tabel 4. 19 Proyeksi Derajat Kejenuhan Sampai Tahun 2035 Tahun Tanpa Dengan penambahan Penanganan lebar pendekat 2016 0.9502 0.828 2017 1.0088 0.888 2018 1.066 0.947 2019 1.1219 1.006 2020 1.1756 1.063 2025 1.4026 1.318 2030 1.5548 1.501 2035 1.6453 1.614 Sumber: Hasil Perhitungan VC 1 dilakukan penanganan simpang 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2035 Derajat Kejenuhan Perbaikan Geometri vs Tanpa Penanganan tanpa penanganan dengan penambahan lebar pendekat Universitas Sumatera Utara 86 Jika diperhatikan pada tabel 4.19 derajat kejenuhan akan bertahan hanya dalam 2 tahun. Pada tahun 2019 diprediksikan akan muncul masalah kemacetan yang sama seperti sebelumnya, ii. Perubahan fase sinyal Jika pendekat dengan arus berangkat terlawan tipe 0 dan rasio belok kanan PRT tinggi menunjukan nilai FR kritis yang tinggi FR 0,8, suatu rencana fase alternatif dengan fase terpisah untuk lalu lintas belok kanan mungkin akan sesuai. Sedangkan, pada kasus yang diteliti penulis tidak terdapat pendekat tipe terlawan. Semua pendekat merupaka tipe terlindung tipe p dan nilai FR kritis masih pada level 0,78. Jadi perubahan fase sinyal tidak perlu dilakukan. iii. Pelarangan Belok Kanan  Early Cut Off Waktu hijau dari kaki simpang pada arah berlawanan diberhentikan beberapa saat lebih cepat untuk memberi kesempatan kendaraan belok kanan. Fasilitas ini diberikan kepada kaki persimpangan yang jumlah kendaraan belok kanan cukup besar.  Late Start Menunda beberapa detik waktu hijau dari arah berlawanan untuk memberikan kesempatan kendaraan belok kanan.  Kombinasi Early Cut Off dan Late Start Digunakan apabila pada kedua arah jumlah kendaraan yang belok kanan cukup besar. Biasanya early cut-off digunakan pada kaki simpang yang Universitas Sumatera Utara 87 memiliki jumlah belok kanan yang lebih besar dari arah yang berlawanan, sedangkan untuk yang lebih ringan digunakan fasilitas late start. Cara kombinasi digunakan pada arus fase 1 dan fase 2.  Early cut off pada fase 1 Lama waktu Early cut off 7 detik sebelum waktu kuning fase 1 yaitu pada detik ke-11,41. Jadi setelah waktu tersebut, arus dari pendekat selatan dilarang belok kanan.  Late start pada fase 2. Saat fase early cut off pada fase 1, maka arus dari utara fase 2 hijau tetapi tidak melakukan belok kanan hingga fase 1 habis yaitu pada detik ke-18,41 fase 1. Selanjutnya, arus belok kanan dimulai late start bersamaan dengan arus lurus sampai fase 2 habis. Dengan metode kombinasi ini, menghemat waktu siklus sebesar 20 detik detik sehingga waktu siklus menjadi 137,64 detik. Derajat kejenuhan menjadi 0,778. Tabel 4. 20 Prediksi Tingkat Pelayanan Pasca Perubahan Kode pendekat Tundaan Rata-rata LoS Tundaan total Tundaan Simpang rata-rata LoS Utara 63,26 F 31938.02 44.75 E Selatan 71,40 F 38008.14 Timur 47,00 E 58863.35 Barat 55.62 E 61834.24 Sumber: Hasil Perhitungan Universitas Sumatera Utara 88 Gambar 4. 7 Gambar Siklus Waktu dan Fase Early Cut Off Early cut off akan terjadi pada detik ke-10,41 dan berakhir pada detik ke- 18,41 pada fase pertama. Selama fase ini terjadi, arus yang diperbolehkan keluar dari simpang adalah arus lurus dan arus belok kiri dari pendekat Utara FASE 1 U Early cut off Late Start FASE 2 Universitas Sumatera Utara 89 dan Selatan. Selanjutnya pada fase kedua terjadi late start selama 8 detik setelah fase kedua sudah hijau.

4.3.3. Skenario Pembangunan Jalan Layang

Dokumen yang terkait

Analisa Traffic Light Pada Persimpangan Jalan Tritura (Jalan Bajak) Medan Dengan Menggunakan Metode MKJI & Webster (Studi Kasus : Jl. Tritura/ Jl. Bajak)

44 243 151

Analisa Panjang Antrian Dengan Tundaan Pada Persimpangan Bersignal Sei Sikambing Medan (Studi Kasus : Persimpangan Jl. Gatot Subroto Dengan Jl.Sunggal – Jl.Kapten Muslim )

14 82 89

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN GATOT SUBROTO ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN GATOT SUBROTO KABUPATEN CILACAP.

0 3 16

PENGUMUMAN PEMENANG PEMBANGUNAN TROTOAR JL.GATOT SUBROTO POLEWALI

0 0 1

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 11

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 1

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 5

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 42

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 2

Analisa Lalu Lintas Terhadap Kebutuhan Pembangunan Jalan Layang pada Persimpangan (Studi Kasus: Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal-Jl. Kapten Muslim)

0 0 16