79
4.3. PENANGANAN SIMPANG
4.3.1. Data Volume Lalu Lintas
Data lalu lintas harian digunakan sebagai kriteria dalam menetukan solusi penanganan persimpangan. Data volume lalu lintas diperoleh dari
perhitungan rata-rata lalu lintas harian yang tertera pada tabel 4.13 dan gambar 4.2
Tabel 4. 13 Data Volume pada Pendekat Persimpangan
Pendekat Volume smphari
Utara Selatan
Timur Barat
11.146,1 9.298,5
20.699,5 17.708,9
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4. 3 Arus Persimpangan dalam Satuan per Hari
Sumber: Hasil Perhitungan
5000 10000
15000 20000
25000
Utara, 11146.125 Selatan, 9298.5
Timur, 20699.5 Barat, 17708.875
Volume smphari
Universitas Sumatera Utara
80 Jumlah volume diatas di-plot pada grafik pemilihan tipe persimpangan
berdasarkan variasi arus lalu lintas.
Gambar 4. 4 Pemilihan Tipe Persimpangan Berdasarkan Variasi Arus Lalu Lintas
Sumber:Traffic Strategy Highway Design Principles for Selection of Intersection Type, SweRoad, 2000
Dengan grafik lalu lintas diatas, persimpangan Jl. Gatot Subroto-Jl. Sunggal- Jl. Kapten Muslim sudah diperlukan jalan layang dalam penanganan
kemacetan. Tetapi, dalam pedoman konstruksi dan bangunan yaitu Pra Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan pada Pd T-18-205-B tentu dianalisa
lagi dari berbagai sisi yang lain yakni: Faktor ketersediaan lahan
Faktor sosial budaya di sekitar simpang Faktor kendala konstruksi
Faktor manfaat dan biaya, dan lain-lain
11 146
20 699
Universitas Sumatera Utara
81
4.3.2. Skenario Perbaikan Simpang Metode MKJI 1997
Dengan data arus yang sudah ada, penulis akan membahas tentang scenario perbaikan simpang dengan menggunakan cara Manual Kapasitas Jalan Indonesia
MKJI. Kemungkinan untuk menambah kapasitas simpang melalui salah satu dari tindakan berikut, oleh karenanya harus dipertimbangkan:
i. Penambahan lebar pendekat
Jika mungkin untuk menambah lebar pendekat, pengaruh terbaik dari tindakan seperti ini akan diperoleh jika pelebaran dilakukan pada pendekat-
pendekat dengan nilai FR kritis tertinggi. Nilai FR tertera pada Tabel di bawah
Tabel 4. 14 Nilai Rasio Fase Pada Setiap Pendekat
Pendekat Lebar Efektif
Rasio Fase FR Utara
6 0.20
Selatan 9
0.10 Timur
9 0.25
Barat 10.5
0.23
Sumber: Hasil Perhitungan
Nilai FR tertinggi yaitu pada pendekat timur lalu diikuti pendekat barat. Maka kedua pendekat tersebut dilakukan penambahan lebar pendekat masing-
masing ditambah 1satu lajur. Timur =
+ = 14 meter
Barat = 10,5+4,5
= 15 meter penambahan LTOR
Universitas Sumatera Utara
82
Gambar 4. 5 Skenario Penambahan Lebar Pendekat di Jl. Gatot Subroto
Pada mulut simpang bagian barat diberlakukan lajur khusus belok kiri untuk mengurangi antrian. Maka, dengan pasca perbaikan simpang diprediksi
perilaku lalu lintas akan menjadi seperti yang tertera pada tabel 4.15 dan tabel 4.16 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
83
Tabel 4. 15 Prediksi Perubahan Arus Lalu Lintas Pasca Penambahan Lebar Pendekat
Pendekat Volume
smpjam Kapasitas
smpjam VC
Tundaan Total
smp.det Utara
504.9 655.98
0.77 19.553.47
Selatan 532.3
691.58 0.77
23.435.70 Timur
1252.4 1627.15
0.77 45.059.68
Barat 1003.5
1303.77 0.77
38.675.21 Total
4259.8 126.724.06
Tundaan Simpang Rata-rata 29.75
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4. 16 Prediksi Tingkat Pelayanan Pasca Perubahan
Pendekat Tundaan
Rata-Rata Tingkat
Pelayanan Tundaan
Simpang Tingkat
Pelayanan
Utara 38,73
D 29,75
D
Selatan 44,03
E
Timur 35,98
D
Barat 38,54
D
Sumber: Hasil Perhitungan
Selanjutnya, memproyeksikan arus lalu lintas beberapa tahun ke depan dengan menggunakan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
PDRB yaitu dalam tabel di bawah:
Tabel 4. 17 Tabel Perhitungan Tingkat Pertumbuhan PDRB
Tahun PDRB perkapita Medan
i
2009 34,259,820
- 2010
39,719,021 15.93
2011 43,932,544
10.61 2012
54,667,741 24.44
2013 60,499,012
10.67 2014
67,236,758 11.14
Sumber: Proyeksi Penduduk Sumatera Utara Tahun 2010-2035, BPS Angka sementara
Angka sangat sementara
Universitas Sumatera Utara
84 Dengan nilai i rata-rata= 14,56 , maka pertumbuhan arus dapat dihitung
dengan rumus � = �
+ �
�
Dimana: Pn
= Proyeksi arus lalu lintas tahun ke-n P
= Proyeksi arus lalu lintas tahun ke-1 i
= Tingkat pertumbuhan PDRB n
= Tahun ke-n
Tabel 4. 18 Proyeksi Pertumbuhan Arus Lalu Lintas 25 Tahun pada Jam Sibuk
Pendekat Arus Lalu Lintas smpjam
2016 2017
2018 2019
2020 2025
2030 2035
Utara 578.41
662.63 759.11
869.64 996.25 1965.78 3878.83
7653.59 Selatan
609.80 698.59
800.30 916.83 1050.32 2072.46 4089.32
8068.94 Timur
1434.75 1643.65 1882.96 2157.12 2471.20 4876.11 9621.40 18984.67 Barat
1149.61 1316.99 1508.75 1728.42 1980.08 3907.04 7709.26 15211.69
Sumber: Hasil Perhitungan
Data arus pada tabel 4.18 akan dikonversikan menjadi data derajat kejenuhan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia MKJI 1997.
Universitas Sumatera Utara
85
Gambar 4. 6 Proyeksi Pertumbuhan Derajat Kejenuhan Sampai 2035
Sumber: Hasil Perhitungan
Pada gambar 4.5 diatas menggambarkan kenaikan derajat kejenuhan setiap tahunnya sampai tahun 2035. Setelah penambahan lebar pendekat di mulut
simpang pada bagian timur dan barat simpang maka derajat kejenuhan akan mencapai 1 setelah tahun 2019 yang sebelumnya akan terjadi pada tahun
2017 jika tidak dilakukan penambahan lebar pendekat.
Tabel 4. 19 Proyeksi Derajat Kejenuhan Sampai Tahun 2035
Tahun Tanpa
Dengan penambahan Penanganan
lebar pendekat
2016 0.9502
0.828 2017
1.0088 0.888
2018 1.066
0.947 2019
1.1219 1.006
2020 1.1756
1.063 2025
1.4026 1.318
2030 1.5548
1.501 2035
1.6453 1.614
Sumber: Hasil Perhitungan VC 1 dilakukan penanganan simpang
0.7 0.8
0.9 1
1.1 1.2
1.3 1.4
1.5 1.6
1.7
2016 2017
2018 2019
2020 2025
2030 2035
Derajat Kejenuhan Perbaikan Geometri vs Tanpa Penanganan
tanpa penanganan dengan penambahan lebar pendekat
Universitas Sumatera Utara
86
Jika diperhatikan pada tabel 4.19 derajat kejenuhan akan bertahan hanya dalam 2 tahun. Pada tahun 2019 diprediksikan akan muncul masalah kemacetan yang sama
seperti sebelumnya,
ii. Perubahan fase sinyal
Jika pendekat dengan arus berangkat terlawan tipe 0 dan rasio belok kanan PRT tinggi menunjukan nilai FR kritis yang tinggi FR 0,8, suatu rencana
fase alternatif dengan fase terpisah untuk lalu lintas belok kanan mungkin akan sesuai. Sedangkan, pada kasus yang diteliti penulis tidak terdapat
pendekat tipe terlawan. Semua pendekat merupaka tipe terlindung tipe p dan nilai FR kritis masih pada level 0,78. Jadi perubahan fase sinyal tidak perlu
dilakukan. iii.
Pelarangan Belok Kanan Early Cut Off
Waktu hijau dari kaki simpang pada arah berlawanan diberhentikan beberapa saat lebih cepat untuk memberi kesempatan kendaraan belok kanan. Fasilitas
ini diberikan kepada kaki persimpangan yang jumlah kendaraan belok kanan cukup besar.
Late Start Menunda beberapa detik waktu hijau dari arah berlawanan untuk memberikan
kesempatan kendaraan belok kanan. Kombinasi Early Cut Off dan Late Start
Digunakan apabila pada kedua arah jumlah kendaraan yang belok kanan cukup besar. Biasanya early cut-off digunakan pada kaki simpang yang
Universitas Sumatera Utara
87 memiliki jumlah belok kanan yang lebih besar dari arah yang berlawanan,
sedangkan untuk yang lebih ringan digunakan fasilitas late start. Cara kombinasi digunakan pada arus fase 1 dan fase 2.
Early cut off pada fase 1 Lama waktu Early cut off 7 detik sebelum waktu kuning fase 1 yaitu pada
detik ke-11,41. Jadi setelah waktu tersebut, arus dari pendekat selatan dilarang belok kanan.
Late start pada fase 2. Saat fase early cut off pada fase 1, maka arus dari utara fase 2 hijau tetapi
tidak melakukan belok kanan hingga fase 1 habis yaitu pada detik ke-18,41 fase 1. Selanjutnya, arus belok kanan dimulai late start bersamaan dengan
arus lurus sampai fase 2 habis. Dengan metode kombinasi ini, menghemat waktu siklus sebesar 20 detik
detik sehingga waktu siklus menjadi 137,64 detik. Derajat kejenuhan menjadi 0,778.
Tabel 4. 20
Prediksi Tingkat Pelayanan Pasca Perubahan Kode
pendekat Tundaan
Rata-rata LoS
Tundaan total
Tundaan Simpang
rata-rata LoS
Utara 63,26
F
31938.02 44.75
E
Selatan 71,40
F
38008.14 Timur
47,00 E
58863.35 Barat
55.62
E
61834.24
Sumber: Hasil Perhitungan
Universitas Sumatera Utara
88
Gambar 4. 7 Gambar Siklus Waktu dan Fase Early Cut Off
Early cut off akan terjadi pada detik ke-10,41 dan berakhir pada detik ke- 18,41 pada fase pertama. Selama fase ini terjadi, arus yang diperbolehkan
keluar dari simpang adalah arus lurus dan arus belok kiri dari pendekat Utara FASE 1
U
Early cut off Late Start
FASE 2
Universitas Sumatera Utara
89 dan Selatan. Selanjutnya pada fase kedua terjadi late start selama 8 detik
setelah fase kedua sudah hijau.
4.3.3. Skenario Pembangunan Jalan Layang