Metode Analisis METODOLOGI PENELITIAN

diukur. Variabel masih bisa dipecah menjadi sub variabel atau indikator apabila penyusunannya dilakukan sesuai prosedur kuesioner yang benar yang telah memenuhi validitas logis. Oleh karena itu, validitas logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memahami masalah penelitian, mengembangkan variabel penelitian serta menyusun kuesioner. Untuk menguji tingkat validitas instrumen peneliti dapat melakukan tryout dengan memakai responden terbatas terlebih dahulu. Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi Construct Validity. Validitas konstruksi menentukan validitas alat pengukur dengan mengkorelasi antara skor yang diperoleh dari masing- masing item yang berupa pertanyaan ataupun pertanyaan dengan skor totalnya. Pengujian validitas tiap butir pertanyaan digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Suatu butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r- hitung yang merupakan nilai dari Corrected Item-Total Correlation dari r-tabel. Bhuono Agung Nugroho, 2005 : 68 . 2. Uji Reliabilitas Apabila suatu alat pengukur telah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya adalah mengukur reliabilitas dari instrumenalat. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila diujicobakan secara berulang- ulang kepada kelompok yang sama akan manghasilkan data yang sama asumsinya, tidak terdapat perubahan psikologis pada responden. Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan digunakan yakni apakah alat ukur tersebut akurat, stabil dan konsisten. Menurut Santoso 2001 : 227, metode pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan salah satunya dengan metode Alpha-Cronbach, yaitu diukur berdasarkan skala alpha 0 sd 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan seperti tabel berikut : Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 s.d. 0,20 0,20 s.d. 0,40 0,40 s.d. 0,60 0,60 s.d. 0,80 0,80 s.d. 1,00 Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel Reliabel Sangat Reliabel Sumber : Triton P.B., Riset Statistik Parametrik, 2006 3. Uji Asumsi Klasik Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak digunakan untuk analisis statistic parametric. Pengguna uji normalitas karena pada analisis statistic parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Maksud terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Bahwa data memusat pada nilai rata-rata median. Untuk mengetahui bentuk distribusi data kita bisa menggunakan grafik distribusi. b. Uji Multikolinearitas Uji asumsi ini berarti bahwa antara variabel independen yang satu dengan independen yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Suatu data terbebas dari multikolinearitas jika nilai Variance Inflation Factor VIF tidak lebih dari 10,0 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. Bhuono Agung Nugroho, 2005 : 59. c. Uji Autokorelasi Uji ini merupakan pengujian asumsi dalam regresi di mana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan dirinya sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi kita menggunakan uji Durbin-Watson DW. Uji ini menghasilkan nilai DW dihitung d dan nilai DW tabel d l d v . Hipotesisnya adalah: Ho : Tidak ada autokorelasi, jika Durbin-Watson -2 sampai dengan 2 Ha : Ada autokorelasi positif negatif. Jika Durbin-Watson -2 maka terjadi autokorelasi positif, dan jika DW 2 maka terjadi autokorelasi negatif. d. Uji Heteroskedastisitas Uji asumsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara satu pengamatan dan pengamatan yang lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antara satu varians dari residual. Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan gejala heterokedastisitas, sedangkan gejala varians residual yang sama dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain disebut dengan homokedastisitas. Salah satu uji untuk menguji heterokedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians residual. Bhuono Agung Nugroho, 2005 : 62 4. Analisis Regresi Berganda Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda Multiple Regression, yakni analisis tentang hubungan antara satu variabel dependen dengan dua atau lebih variabel independen Triton P. B., 2006 : 56. Persamaannya : Y = a + b 1 x 1 + b b Keterangan : Y = Variabel terikat Respon konsumen remaja a = Konstanta harga y bila = 0 b = Koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan nilai variabel independen. Bila b + maka naik, dan bila b - maka terjadi penurunan. X 1 = Variabel bebas celebrity endorser dalam iklan televisi X 2 = Variabel bebas personal selling X 3 = Variabel bebas harga e = Standar Kesalahan error terms 5. Pengujian Hipotesis a. Uji t Metode pengujian ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebas tehadap variabel terikat dengan hipotesis yang telah dikemukakan oleh Singgih Santoso 2008 : 227 sebagai berikut : Jika t hitung t tabel atau nilai p value pada kolom sig. level of significant maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti secara parsial ada pengaruh antara variabel bebas dan terikat. Jika t hitung t tabel atau nilai p value pada kolom sig. level of significant maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti secara parsial tidak ada pengaruh antara variabel bebas dan terikat. . Rumus : t = - µo s n Dimana t = nilai t yang dihitung = nilai rata-rata s = simpangan baku sampel n = jumlah anggota sampel µo = nilai yang dihipotesiskan b. Uji F Digunakan untuk mengetahui pengujian variabel bebas secara simultan bersama-sama. Hasil uji F ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA. Menurut Triton P. B. 2006 : 267, langkah-langkah uji F statistik adalah sebagai berikut : 1 Hipotesis nol Ho dan hipotesis alternative Ha yang digunakan yaitu : Ho : bo = 0, artinya tidak ada pengaruh antara celebrity endorser dalam iklan televisi, personal selling, dan harga terhadap respon konsumen remaja. Ha : ba 0, artinya ada pengaruh celebrity endorser dalam iklan televisi, personal selling, dan harga terhadap respon konsumen remaja. Tingkat signifikan yang digunakan yaitu = 0.05 2 Menghitung nilai F : F hitung = Dimana R 2 = koefisien regresi yang ditemukan K = jumlah variabel bebas X n = jumlah sampel R 2 k-1 1 – R 2 n-k-1 F = F hitung yang selanjutnya diuji dengan F tabel : Jika Sig. F 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas X dan terikat Y. Jika Sig. F 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas X dengan terikat Y.

E. Operasional Variabel Penelitian

Dalam proses penganalisaannya, penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu sebagai berikut : 1. Variabel independen variabel bebas Adalah variabel yang akan mempengaruhi secara positif atau negatif variabel terikat dalam pola hubungannya. Dalam hal ini celebrity endorser dalam iklan televisi merupakan variabel bebas X 1 , personal selling merupakan variabel bebas X 2 , dan harga tarif merupakan variabel bebas X 3 . 2. Variabel dependen variabel tidak bebas terikat Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam hal ini respon konsumen remaja merupakan variabel terikat Y.

F. Tabel Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian Variabel Sub Variabel Indikator Celebrity Endorser dalam iklan televisi X 1 1. Daya tarik selebriti attractiveness 2. Kepercayaan selebriti trustworthiness 1. Penampilan keseluruhan dari endorser selebriti dalam iklan. 2. Apakah sikap, perilaku, atau cara berbicara sumber pesan selebriti mewakili sosok anak mudaremaja yang gaul? 3. Kecantikanketampanan sumber pesan selebriti 4. Apakah penampilan dan cara berpakaian sumber pesan iklan selebriti telah mewakili image gaul yang keren? 5. Tingkat sex appeal dari sumber pesan selebriti 6. Ketenarankepopuleran sumber pesan selebriti yang sangat tinggi di masyarakat 1. Fanatisme terhadap sumber pesan selebriti 2. Keterbukaan dari setiap pernyataan informasi produk yang disampaikan sumber pesan selebriti yang apa adanya pada setiap penampilannya 3. Jaminan bahwa setiap pernyataan sumber pesan dalam setiap penampilannya dapat diandalkan 4. Kejujurankebenaran dari setiap pernyataan informasi produk yang disampaikan, dan sikap si sumber pesan 5. Tingkat kepercayaan terhadap sumber pesan selebriti Personal Selling X 2 3. Keahlian selebriti expertise 4. Status selebriti prestige 5. Kecocokan selebriti 1. Keterampilan wiraniaga 2. Tingkat keahlian wiraniaga 1. Keahlian sumber pesan sebagai seorang entertainer integritas sumber pesan dalam menyampaikan pesan 2. Pengalaman sumber pesan dalam membintangi sebuah iklan 3. Pengetahuan sumber pesan mengenai produk 4. Kualitas sumber pesan dalam menyampaikan pesan dan mengiklankan produk 5. Kemampuan teknis sumber pesan dalam menyampaikan pesan sebagai presenter entertainer 1. Gaya hidup selebriti yang glamour dalam kehidupan sehari-hari 2. Kedudukan seorang selebriti dalam selebriti 1. Sumber pesan selebriti sebagai pendukung iklanendorser sangat cocok untuk mewakili remaja 2. Citra selebriti, nilai, dan perilakunya sesuai dengan kesan yang diinginkan untuk merek yang diiklankan 1. Keterampilan dalam berkomunikasi yang baik kepada calon pelanggan 2. Pengetahuan teknis yang mendalam dalam menjelaskan fitur produk kepada calon pelanggan dalam melakukan teknik penjualan 3. Kesiapan wiraniaga dalam melakukan presentasi penjualan 1. Keahlian melakukan presentasi 2. Inovasi dalam memecahkan masalah 3. Kemampuan menjelaskan menyampaikan tentang fitur produk, kinerja, dan manfaat