23
Beberapa cara itu adalah : a Metode diskusi sebagai metode belajar mengajar, b Kerja kelompok sebagai salah satu strategi belajar mengajar,
c Penemuan sebagai strategi belajar mengajar, d Simulasi sebagai strategi belajar mengajar, e Unit teaching sebagai salah satu strategi
belajar mengajar. 6. Penggunaan Media Pembelajaran
Pada Umumya penggunaan alat-alat audio-visual ini diklasifikasikan menjadi empat jenis yakni Oemar Hamalik, 1986:63 : 1 Alat-alat visual
yang dilihat misalnya tranparancies, papan tulis, gambar-gambar, grafik, poster, dll, 2 Alat-alat yang auditif misalnya radio, rekaman tepe recorder,
3 Alat-alat yang dapat dilihat dan didengar misalnya : film dan televisi, 4 Dramatisasi misalnya pantomim, permainan dramatisasi, sosio drama, dan
demonstrasi. Dengan alat-alat ini pengajaran menjadi konkrit dan para mahasiswa akan memperoleh pengalaman yang konkrit yang bersifat
mendidik dan memotivasi mahasiswa untuk belajar akuntansi.
C. Gaya Mengajar
1. Pengertian Gaya Mengajar
Berdasarkan hasil riset mengenai gaya penampilan dan kepemimpinan guru dalam proses belajar mengajar, ditemukan tiga ragam gaya
kepemimpinan guru, yaitu : otoriter, laisses faire, dan demokratis Muhibin Syah, 1995:254. Pengertian dari gaya kepemimpinan itu sendiri adalah
24
norma perilaku seseorang pada saat orang tersebut mempengaruhi orang lain Miftah, 2007:303. Cara dosen mempengaruhi anak didiknya dapat berupa :
pemberian gambaran masa depan yang lebih baik, mengorbankan semangat, memberi perintah, mendidik, membimbing, memberi motivasi, memberi
petunjuk, mengadakan disiplin, memberi hukuman, dll Sutarto, 1986:25. Cara- cara ini digunakan guru dalam usahanya mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Dalam hal ini peneliti menempatkan dosen sebagai pimpinan dalam proses belajar mengajar dan mahasiswa sebagai bawahannya.
Secara harafiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang- wenang Muhibin Syah,
1995:254. Menurut Sutarto 1986:73, Kepemimpinan otoriter adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerjasama dengan cara segala kegiatan yang dilakukan diputuskan oleh pimpinan semata-mata. Gaya kepemimpinan ini cenderung mengarahkan
anak didik dengan keras tanpa bisa ditawar-tawar, serta kesempatan untuk berperan serta memutuskan cara terbaik untuk kepentingan belajar mereka
sangat sedikit sekali. Gaya kepemimpinan otoriter hanya tepat diterapkan dala m keadaan darurat karena sendi-sendi kelangsungan hidup organisasi
terancam, apabila keadaan darurat telah selesai gaya ini harus sege ra ditinggalkan Sutarto, 1986:75.
25
2. Ciri-Ciri Gaya Mengajar
Ciri-ciri kepemimpinan gaya otoriter adalah sebagai berikut : Sutarto, 1986:73 :
2. Wewenang mutlak pada pimpinan 3. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
4. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan. 5. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan
para bawahannya dilakukan secara ketat. 6. Tugas- tugas bagi bawahan diberikan secara instruktif
7. Cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman. 8. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan, atau pendapat. 9. Lebih banyak kritik dari pada pujian
10. Kasar dan kaku dalam bertindak 11. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan.
Gaya kepemimpinan seperti ini dapat menimbulkan kerugian yaitu suasana kelas menjadi tegang, kaku, menakutkan sehingga dapat
menghambat kelancaran proses belajar mengajar. Akan tetapi, harus diakui banyak guru yang otoriter dapat menyelesaikan tugas keguruan secara baik,
dalam artian rencana. Kepemimpinan gaya demokratis yaitu kemampuan mempengaruhi
orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang dilakukan ditentukan
bersama antara pimpinan dan bawahan Sutarto, 1986:76. Pada intinya gaya kepemimpinan ini mengandung makna memperhatikan persamaan hak
dan kewajiban antara guru dan anak didiknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Ditinjau dari sudut hasil pengajaran, guru yang demokratis dengan otoriter tidak jauh berbeda, akan tetapi dari sudut moral, pemimpin
demokratis ternyata lebih baik karena lebih disenangi baik oleh rekan sejawatnya maupun para siswa sendiri Muhibin Syah, 1995:225. Dosen
yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis pada umumnya dipandang sebagai guru yang paling baik dan ideal.
Ciri-ciri kepemimpinan gaya demokratis sebagai berikut Sutarto, 1986:75 :
1. Wewenang pimpinan tidak mutlak 2. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
3. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik yang terjadi antar pimpinan dan bawahan maupun antara semua bawahan
4. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar
5. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada instruktif
6. Tidak ada paksaan, ancaman, dan hukuman. 7. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran,
pertimbangan, atau pendapat 8. Pujian dan kritik seimbang
27
9. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak, terdapat suasana saling hormat- menghormati, saling percaya, dan
saling harga- menghargai Penerapan gaya kepemimpinan demokratis dapat mendatangkan
keuntungan antara lain berupa keputusan dan tindakan lebih objektif dan tumbuhnya rasa ikut memiliki. Sedangkan kerugiannya yaitu keputusan
serta tindakan kadang-kadang lamban, rasa tanggung jawab kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan terbaik Sutarto,
1986:76. Kepemimpinan gaya laisses-faire membiarkan
adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan Sutarto, 1986:77.
Kepemimpinan gaya laisses-faire membiarkan antara lain berciri : 1. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan 3. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
4. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya
5. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan para bawahan
28
6. Prakarsa selalu datang dari bawahan 7. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
8. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok 9. Kepentingan pribadi lebih utama daripada kepentingan kelompok
10. Tanggungjawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang
4. Kerangka Berfikir