Hasil Analisis Uji Hipotesis

1. Uji Hipotesis Pertama dan Ketiga Pada Tabel V.7 terdapat hasil analisis regresi berganda yang dapat menjelaskan hipotesis 1 dan 3 sebagai berikut: Tabel V.13 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 16.811 2.455 6.848 .000 Insentif .591 .176 .394 3.360 .001 Motivasi .238 .153 .183 1.558 .007 a. Dependent Variable: Kinerja 1. Pengaruh Insentif terhadap Kinerja Karyawan H1 atau P1 a. Merumuskan Hipotesis = Pemberian insentif tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan = Pemberian insentif berpengaruh terhadap kinerja karyawan b. Menerima dan Menolak Hipotesis Dari hasil analisis regresi berganda pada tabel V.7 untuk uji hipotesis pertama terlihat signifikan sebesar 0,001 0,05, maka ditolak dan diterima. Artinya pemberian insentif berpengaruh terhadap kinerja secara positif dengan tingkat kesalahan 0.05 α = 5 2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan H3 atau P2 a. Merumuskan Hipotesis = Motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan = Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan b. Menerima dan Menolak Hipotesis Dari hasil analisis regresi berganda pada tabel V.7 terlihatsignifikan sebesar 0,007 0,05, maka ditolak dan diterima. Artinya, motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara positif dengantingkat kesalahan 0.05 α = 5. 3. Uji Hipotesis Kedua H2 atau P3 Hasil regresi dijelaskan pada table V.8 berikut : Tabel V.14 Hasil Uji Analisis Regresi Sederhana a. Merumuskan Hipotesis = Pemberian insentif tidak berpengaruh terhadap motivasi = Pemberian insentif berpengaruh terhadap motivasi b. Menerima dan Menolak Hipotesis Dari hasil analisis regresi sederhana pada tabel V.8 terlihat dengan signifikan sebesar 0,001 0,05, maka diterima dan ditolak. Artinya, pemberian insentif berpengaruh terhadap motivasi secara posifif denga n tingkat kesalahan 0,05 α = 5 4. Uji Hipotesis Keempat a. Merumuskan Hipotesis = Pemberian insentif berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan. = Pemberian insentif berpengaruh tidak langsung melalui motivasi terhadap kinerja karyawan. b. Menerima dan Menolak Hipotesis Dari perhitungan pengaruh langsung antara insentif terhadap kinerja karyawan melalui motivasi membuktikan bahwa analisis ditolak diterima.Artinya pemberian insentif berpengaruh tidak langsung melalui motivasi terhadap kinerja karyawan. Hal tersebut dibuktikan oleh pengaruh secara tidak langsung indirect effect insentif terhadap kinerjakaryawan melalui motivasi sebesar 0,51862. Dengan demikian dapat dibandingkan koefisien pengaruh tidak langsung insentif terhadap kinerja karyawan melalui mediasi dengan pengaruh langsung insentif terhadap kinerja karyawan 0,518620,183. Memperlihatkan bahwa variabel motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap variabel kinerja karyawan terkait insentif dilihat dari signifikansi sebesar 0,000 sign 0,05 dengan tingkat kesalahan 0,05 α = 5 .

F. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R 2 dari hasil regresi linier berganda menunjukkan seberapa besar variabel dependen kinerja karyaawan dipengaruhi oleh variabel independen insentif dan motivasi. Hasil uji koefisien determinasi R 2 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel V.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .535 a .286 .271 4.786 a. Predictors: Constant, Motivasi, Insentif Berdasarkan tabel diperoleh angka R 2 R Square sebesar 0,286 atau 28,6. Hal ini berarti sumbangan pengaruh variabel independen insentif dan motivasi terhadap variabel dependen kinerja karyawan adalah sebesar 28,6 sedangkan sisanya sebesar 71,4 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

G. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lansung variabel bebas insentif atau tidak langsung melalui variabel mediasi motivasi terhadap variabel terikat kinerja karyawan. Penelitian ini dilakukan di CV. AVIVA Klaten, dengan menggunakan analisis jalur. Dalam penelitian ini karena alasan tertentu, peneliti tidak dapat melihat dan mendampingi secara langsung pembagian dan pengisian kuesioner. Oleh karena itu, kuesioner diserahkan dan dibagikan secara langsung oleh pimpinan CV. AVIVA dan pengembalian kuesioner dilakukan pada hari selanjutnya, sehingga dapat dilakukan uji prasyarat. Setelah didapatkan hasil data, pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan didapatkan hasil yang positif dengan nilai koefisien 0. 394, 3. 360 dengan tingkat signifikansi 0.001 yang berarti semakin tinggi insentif yang diterima semakin tinggi motivasi karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Artinya insentif yang diterima, standar kerja, upah normal, pembayaran yang sederhana dan cepat yang diberikan oleh perusahaan mampu memotivasi karyawan untuk memperbaiki kinerja secara kualitas maupun kuantitas. Pengujian hipotesis tidak hanya dilakukan pada variabel bebas saja tetapi juga dilakukan pada variabel mediasi yaitu motivasi. Setelah dilakukan dengan nilai koefisien sebesar 0.183, 1.558 dengan tingkat signifikan 0.007 yang berarti semakin tinggi motivasi karyawan semakin tinggi pula kinerja karyawan. Artinya bekerja keras, semangat juang yang tinggi, kesenangan karyawan dalm bekerja, penghargaan yang diberikan oleh perusahaan dan sedikit pengawasan mendukung terciptanya kinerja karyawan yang tinggi Motivasi adalah faktor yang berpengaruh pada kinerja karyawan. Semakin tinggi motivasi maka semakin tinggi pula kinerja karyawan. Karyawan akan bergerak pada rangkaian kebutuhan yang berbeda- beda individu satu dengan individu yang lainnya. Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik . Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang disebut sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya- daya mengancam seperti penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Karyawan yang merasa tidak aman akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar dan akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya hal tersebut akan mengganggu kinerjanya Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan