Model Conservation Scout Kajian Pustaka

26

2.1.6 Model Conservation Scout

Model Conservation Scout merupakan salah satu model pembelajaran inovatif untuk memberikan pendidikan lingkungan kepada anak khususnya tentang konservasi secara sederhana melalui kegiatan-kegiatan kelompok yang menyenangkan. Kegiatan ini dapat dikembangkan dengan empat macam metode, namun demikian dalam pemilihan metode dari model CS perlu memperhatikan kondisi dan kebutuhan sasaran karena setiap metode tersebut juga memiliki kekurangan dan kelebihan pada pelaksanaannya. Metode dari model CS tersebut antara lain kebun konservasi, area konservasi di dalam ruangan, minitrip perjalanan ke alam terbuka, dan eksperimen sederhana Suseno, 2016: 4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen sederhana dengan teknik kampanye dan peer tutoring. Melalui metode ini, Siswa kelas III SD N Jetis 1 akan diajak untuk melakukan eksperimen sederhana tentang “Penyebab Banjir” dan “Fungsi Akar”. Setiap siswa akan melakukan kegiatan eksperimen “Penyebab Banjir” di dalam kelompok untuk membuktikan benar atau tidak bahwa perilaku membuang sampah di sembarang tempat khususnya membuang sampah di sungai dapat membuat sungai menjadi kotor dan banjir. Siswa juga diajak untuk membuktikan pentingnya tumbuhan bagi kehidupan manusia dan lingkungan melalui eksperimen “Fungsi Akar”. Untuk mengoptimalkan tercapainya tujuan dari metode ini, setiap siswa juga diajak untuk membuat sebuah karya seni yang bersifat persuasif, baik berupa puisi, gambar, poster, atau pun karya lain sesuai keinginan dan kehendak anak sesuai dengan prinsip Pendidikan Emansipatoris. Siswa berkesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan cara menceritakan pengalaman belajar yang sudah didapat melalui kegiatan kampanye dan peer tutoring. Karya seni yang dibuat siswa dapat digunakan sebagai media dalam pelaksanaan kampanye dan peer tutoring pada orang lain dengan tujuan untuk mengajak dan membantu teman yang lain agar sadar dan peduli terhadap lingkungan. Penggunaan model Conservation Scout dalam penelitian ini, didasarkan pada pandangan dari beberapa tokoh pendidikan terkemuka di dunia, diantaranya yaitu 27 Maria Montessori. Maria Montessori merupakan salah satu tokoh pendidikan perempuan yang termahsyur namanya di dunia terkait karyanya yakni sebuah metode bernama “Metode Montessori”. Perempuan kelahiran Chiaravalle, Provinsi Ancona, Italia Utara tanggal 31 Agustus 1870 ini menjadi begitu terkenal dikarenakan dedikasinya yang begitu tinggi dalam mengajar anak-anak dengan sungguh-sungguh. Zaman, 2012 menjelaskan bahwa Montessori tercatat sebagai doktor wanita pertama dalam sejarah Italia pada usia 26 tahun dengan gelar Doctor of Medicine. Dalam pandangannya tentang anak, Montessori Montessori, 2002, dalam Crain, 2007 berpendapat bahwa anak-anak itu ternyata juga belajar dengan cara mereka sendiri untuk menjadi dewasa, maka dari itu kita dianggap salah ketika mengasumsikan anak- anak sebagai individu yang kita buat “demikian” Crain, 2007: 99. Sejalan dengan pendapat Rousseau, beliau meyakini bahwa anak-anak sering berpikir dan belajar dengan cara yang cukup berbeda dari orang dewasa. Anak-anak diyakini sangat menyukai permainan, karena melalui permainan mereka dapat mengaktualisasikan dirinya. Anak-anak diyakini sedang memasuki periode sensitifkepekaan sensitive period, periode di mana anak mudah menerima stimulus- stimulus tertentu atau informasi-informasi baru, sehingga mudah untuk membentuk cara berpikir anak. Montessori juga meyakini bahwa jiwa anak belum terbentuk seutuhnya. Dengan pengetahuan awal yang dimiliki anak, orang dewasa dapat membantu anak untuk mengembangkan pengetahuan lainnya. Tahapan ini dikenal dengan konsep ingatan yang meresap absorbent minds. Dalam tahapan ini, anak-anak akan menyerap pengalaman-pengalaman bersama lingkungannya secara tak sadar, mencontohnya, dan kemudian melaksanakannya dalam kehidupan pribadinya beradaptasi. Proses tak sadar tersebut nantinya akan berkembang dan menjadi aktivitas jiwa yang sadar dalam diri anak. Konsep lain yang diyakini juga oleh Montessori adalah “lingkungan yang dipersiapkan” the prepared environment. Menurut Montessori, perkembangan dari para balita, anak-anak, dan remaja itu di stimulasi oleh interaksi mereka dengan lingkungan. Apa yang telah diberikan di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 dalam lingkungan, sebagian besar menentukan bagaimana anak berkembang dalam hal intelektual, emosional, dan spiritual. Pandangan dari Jean Piaget juga digunakan dalam penelitian ini. Jean Piaget merupakan tokoh pendidikan yang mencapai posisi penting di dalam seluruh sejarah Psikologi, berkat hasil pemikirannya yang luar biasa mengenai teori perkembangan intelektual paling komprehensif dan banyak mendekati kebenaran. Teori perkembangan yang beliau gagaskan dikenal dengan nama “Teori Perkembangan Konstruktivisme”. Jean Piaget atau lebih dikenal Piaget lahir tanggal 09 Agustus 1896 di Neuchatel, sebuah kota universitas kecil di Swiss. Kemampuan yang dimiliki Piaget sejak kecil, menjadikan dirinya dipandang sebagai ilmuwan yang sangat menjanjikan di masa depan. Ayah Piaget adalah seorang ahli sejarah dengan spesialisasi abad pertengahan, sedangkan Ibunya adalah seorang yang inteligen, dinamis, takwa, namun juga emosional. Piaget meneruskan cara-cara belajar Sang Ayah dan akhirnya memfokuskan diri pada penelitian biologi dan filsafat. Piaget sudah menerbitkan karangannya yang pertama tentang Burung Pipit Albino dalam majalah Ilmu Pengetahuan Alam pada usia 10 tahun. Tawaran menjadi kurator koleksi moluska di Museum Ilmu Pengetahuan Alam Geneva juga beliau terima pada waktu berusia 15 tahun, akan tetapi ditolak dikarenakan hendak meneruskan sekolah menengah terlebih dahulu. Gelar doktor filsafat dengan disertasi tentang moluska pun beliau sandang pada usia 21 tahun Suparno, 2001: 11-12, Crain, 2007: 167. Piaget mulai mempelajari secara lebih dalam tentang anak setelah bekerja bersama Dr. Theophile Simon di Laboratorium Binet di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran tahun 1920 dan saat menjadi Direktur Penelitian institut Jean-Jacques Rousseau di Geneva tahun 1921. Beliau meyakini bahwa ada perbedaan antara proses pemikiran anak dan orang dewasa. Anak diyakini bukan merupakan suatu tiruan replika dari orang dewasa melainkan memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Piaget juga meyakini bahwa ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai dewasa. Keyakinannya ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 mendorongnya untuk meneliti ketiga anaknya sendiri yang lahir tahun 1925,1927, dan 1931 Suparno, 2001: 13-19. Pandangan tentang anak menurut Piaget dianggap sangat penting, sebab dijadikan acuan utama untuk melakukan studi tentang cara berpikir anak. Piaget dalam Suparno, 2001, Crain, 2007: 167-224 membagi tahap- tahap perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahap, antara lain yaitu: Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget Tahap Usia Karakteristik 1. Sensorimotor Lahir-2 tahun Sudah mampu menghisap, menggenggam, memukul, dan beraktivitas selangkah demi selangkah 2. Pra-Operasional 2-7 tahun Belajar berpikir menggunakan simbol-simbol batiniah, namun pemikiran mereka masih belum sistematis dan belum logis 3. Operasional Konkret 8-11 tahun Mengembangkan kemampuan berpikir berdasarkan aktivitas konkret, dengan peraturan yang jelas 4. Operasional Formal 11 tahun sampai dewasa Mampu berpikir asbtrak, berpikir sistemats, berpikir deduktif dan induktif, berpikir logis, dan mampu berhipotesis Pandangan tentang anak dari Lev Semionovich Vygotsky juga digunakan dalam penelitian ini. Lev Semionovich Vygotsky adalah seorang Psikolog Rusia yang sezaman dengan Piaget, akan tetapi meninggal dunia lebih dahulu yakni tahun 1934. Vygotsky sendiri lahir di Rusia tahun 1896. Latar belakang pendidikan beliau cukup beragam, dikarenakan mempelajari bidang studi seperti psikologi, filsafat, sastra, dan hukum. Gelar hukum beliau terima di Moscow Imperial University pada tahun 1917. Beliau bekerja di institusi pelatihan guru dan kemudian mendirikan sebuah laboratorium psikologi dan menulis sebuah buku psikologi pendidikan. Perjalanan hidup Vygotsky cukup beragam, dan akhirnya salah satu peristiwa penting dalam hidupnya terjadi tahun 1924 pada saat Kongres Psikoneurologi All- Rusian kedua di Leningrad. Vygotsky mempresentasikan karya ilmiahnya dengan judul “The Methods of Reflexological and Psychological Investigation”. Karyanya tersebut mengkritik pandangan tentang psikologi yang dominan waktu itu, yakni pandangan tentang refleks-relfeks terkondisi dari Pavlov. Vygotsky juga menyampaikan pandangannya tentang hubungan refleks-refleks terkondisi dengan pikiran sadar dan perilaku manusia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 Vygotsky berpendapat bahwa manusia memiliki kapasitas untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keperluan mereka, tidak seperti hewan yang hanya bereaksi terhadap lingkungan. Pandangannya ini meninggalkan kesan pada seorang peserta kongres bernama Alexander Luria. Vygotsky pun diundang oleh Luria untuk bergabung dalam Institut of Defektology yang tujuannya mempelajari cara-cara membantu orang cacat. Perjalanan hidupnya berakhir tahun 1934 akibat menderita penyakit Tuberculosis Slavin, 2011, Schunk, 2012. Dalam pandangannya mengenai anak, Vygotsky menyatakan bahwa anak dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial Schunk, 2012. Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial secara aktif. Terdapat dua gagasan utama dari gagasan Vytgotsky yang menjadi landasan penelitian ini Slavin, 2009, 2011 yaitu 1 pendekatan sosial, yakni anak belajar dan berpendapat melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih mampu dan 2 pembelajaran termediasi, yakni penerapan sistem scaffolding pentanggaan atau bentuk bantuan yang diberikandisediakan oleh teman yang lebih kompeten atau orang dewasa untuk memahami suatu informasi. Steg, Berg, dan Groot 2013: 223-229 menyampaikan bahwa untuk membangun kesadaran manusia salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan strategi informasi informational strategies. Dua metode dari Steg.dkk juga digunakan dalam penelitian ini yang diintegrasikan dalam Model Conservation Scout yakni goal setting yaitu mendorong siswa untuk melakukan aksi dari tujuan pembelajaran dan feedback yaitu memberikan respon positif terhadap perilaku baik siswa terhadap lingkungan. Teknik peertutoring dan kampanye yang digunakan merupakan bentuk perwujudan metode tersebut. Chawla dan Chusing 2007 menyampaikan bahwa pendidik lingkungan bisa membentuk sikap positif seseorang, meningkatkan pemahaman, dan melakukan praktik langsung bersama individu atau pun kelompok terhadap lingkungan. Beberapa jenis kegiatan seperti kelompok atau pun organisasi lingkungan, dapat 31 digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai lingkungan dan bagaimana belajar untuk melakukan aksi terhadap lingkungan. Berdasarkan penelitian dari Chawla dan Chusing tersebut, menunjukkan bahwa adanya sebuah kegiatan kepanduan scout itu penting untuk diberikan kepada anak- anak.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan