motivasi berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku masing-masing bawahan dengan berbagai teori motivasi yang berbeda satu dengan
yang lain.
b. Teori Motivasi.
Setiap pimpinan perlu menanamkan hakikat motivasi yang tepat bagi bawahannya, setiap pimpinan juga perlu memahami teori
motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teori motivasi Ranupandojo dan Husnan
1984:197-201. 1 Teori Isi Content Theory
Teori isi juga dikenal sebagai teori kebutuhan, teori ini menitikberatkan pada arti penting pemahaman faktor yang ada di
dalam individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku atau berperilaku tertentu.
2 Teori Proses Process Theory Pendekatan teori proses menekankan bagaimana dan
dengan tujuan apa setiap individu dimotivasi. Dasar dari teori motivasi ini adalah adanya pemahaman yaitu apa yang dipercaya
oleh individu akan mereka peroleh dari tingkah laku mereka. 3 Teori Pengukuhan Reinforment Theory
Teori pengukuhan ini tidak menggunakan konsep atau suatu praktik motivasi. Tetapi teori ini menjelaskan bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konsekuensi perilaku dimasa lalu mempengaruhi tindakan dimasa mendatang dalam suatu siklus proses belajar.
Menurut teori yang dikemukakan oleh David McCleland beserta rekan–rekannya, setiap orang mempunyai tiga jenis
kebutuhan yaitu Garry Dessler, 1984: 335 : 1 Need for Achievement nAch
Bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. Keberhasilan itu bahkan mencakup
seluruh segi kehidupan dan penghidupan seseorang. Dalam kehidupan organisasional, kebutuhan untuk berhasil biasanya
tercermin pada adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan mencapai prestasi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Penetapan standar itu dapat bersifat intrinsik, akan tetapi dapat pula bersifat ekstrinsik. Artinya, seseorang dapat menentukan bagi
dirinya sendiri standar karya yang ingin dicapainya. Apabila seseorang tergolong sebagai insan yang maksimalis, standar yang
ditetapkan bagi dirinya adalah standar yang tinggi bahkan mungkin melebihi standar yang ditetapkan secara ekstrinsik, yaitu oleh
organisasi. Akan tetapi bila seseorang tergolong sebagai insan yang minimalis, tidak mustahil bahwa standar yang ditetapkannya
sebagai pegangan lebih rendah dari standar yang ditetapkan secara ekstrinsik. Berarti dengan nAch yang besar seseorang yang
berusaha berbuat sesuatu misalnya dalam penyelesaian tugas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipercayakan kepadanya akan berusaha lebih baik dibandingkan dengan orang–orang lain. Orang demikian biasanya berusaha
menemukan situasi di mana ia dapat menunjukkan keunggulannya, seperti dalam pengambilan keputusan dan melakukan sesuatu yang
dapat memberikan kepadanya umpan balik dengan segera tentang hasil yang dicapainya di mana ia dapat mengetahui apakah ia
meraih kemajuan atau tidak. 2 Need for Power nPo
Menurut teori ini, kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh
terhadap orang lain. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini: Pertama, adanya seseorang yang mempunyai kebutuhan
berpengaruh pada orang lain. Kedua, orang lain terhadap siapa pengaruh itu digunakan. Ketiga, persepsi ketergantungan antara
seseorang dengan orang lain. Meskipun benar bahwa dalam kehidupan organisasional, bawahanlah yang biasanya tergantung
pada atasannya, tetapi sesungguhnya ketergantungan itu tidak semata–mata terbatas pada adanya hubungan atasan dengan para
bawahannya. Artinya setiap kali seseorang bergantung pada orang lain untuk sesuatu hal, pengaruh orang kepada siapa orang lain
menggantungkan dirinya sudah berarti terpenuhinya nPo orang yang bersangkutan. Semakin besar tingkat ketergantungan orang
lain pada seseorang, semakin besar pula pengaruh orang tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada pihak lain itu. Demikian pula halnya dalam kehidupan organisasional. Apabila seorang manajer mempunyai kekuasaan
untuk menentukan nasib seorang pekerja, misalnya dalam hal promosi, pemberian penghargaan, atau pengenaan sanksi disiplin
yang berupa teguran, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan pangkat atau bahkan penurunan pangkat dan jabatan,
pekerja tersebut menjadi sangat tergantung pada atasan yang memiliki wewenang tersebut.
3 Need for affiliation nAff Kebutuhan affiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap
manusia, terlepas dari kedudukan, jabatan dan pekerjaannya. Artinya, kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan mereka yang
menduduki jabatan manajerial, tetapi juga kebutuhan para bawahan yang tanggung jawab utamanya melaksanakan kegiatan
operasional. Kenyataan ini berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan akan afiliasi pada umumnya tercermin
pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain dalam organisasi, apakah orang lain
itu teman sekerja yang setingkat atau atasan. Kebutuhan akan afiliasi biasanya diusahakan agar terpenuhi melalui kerjasama
dengan orang lain. Meskipun demikian tetap perlu diingat bahwa sampai sejauh mana seseorang bersedia bekerjasama dengan orang
lain dalam kehidupan organisasionalnya tetap diwarnai oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persepsinya tentang apa yang akan diperolehnya dari usaha kerjasama tersebut Sondang P.Siagian, 1989:167.
c. Jenis-jenis Motivasi