16 Proses distribusi beras di Indonesia dilakukan dengan dua cara yaitu
melalui Bulog dan mekanisme pasar. Bulog hanya menguasai sekitar 10 market share beras, sedangkan sisanya melalui mekanisme pasar. Bulog hanya berperan
sebagai stabilisator harga untuk pengadaan beras dalam negeri, bukan sebagai penentu harga pasar beras secara keseluruhan. Pembelian gabah secara nasional
bertujuan memberikan harga yang wajar pada petani terutama pada saat panen raya melalui HPP, sebagai sumber pengadaan dalam negeri. Kemudian gabah dan
beras hasil pengadaan dalam negeri akan menjadi persediaan yang tersimpan dalam gudang-gudang Divre di seluruh tanah air sebagai Cadangan Beras
Pemerintah CBP sebesar 1-1,5 juta ton buffer stock yang dapat digunakan pemerintah sebagai sumber bantuan sosial, operasi pasar, keperluan darurat dan
suplai pasar tertentu. Untuk menjaga kualitas dan kuantitas CBP, pemerintah menugaskan Bulog untuk mendistribisikannya kepada keluarga miskin melalui
Raskin. Dibandingkan dengan jumlah konsumsi total, besarnya CBP tersebut belum merepresentasikan pengaruh Bulog terhadap distribusi beras dalam negeri.
Sebagian besar distribusi beras di Indonesia lebih dari 90 melalui mekanisme pasar.
2.3. Revitalisasi Pertanian
Dalam rangka pemantapan ketahanan pangan masyarakat, pemerintah kabinet Indonesia Bersatu pimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY
membangun strategi revitalisasi pertanian yang merupakan salah satu dari strategi tiga jalur triple-track strategy yang berazas pro-growth, pro-employment, dan
pro-poor. Selengkapnya, ketiga jalur strategi itu adalah: 1 peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 per tahun melalui percepatan investasi dan
ekspor, 2 pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan
17 kerja dan menciptakan lapangan kerja baru, 3 revitalisasi sektor pertanian dan
pedesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan, sebagaimana disebut sebelumnya Arifin, 2007.
Strategi tersebut telah dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah RPJM. Selanjutnya masing-masing departemen atau lembaga merumuskan secara spesifik program masing-masing sesuai tugas dan fungsinya
dalam bentuk Rencana Strategis Renstra dengan mengacu pada kedua dokumen tersebut.
Revitalisasi pertanian mengandung arti sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan
konstektual, dalam arti menyegarkan kembali vitalitas, memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional
dengan tidak mengabaikan sektor lain Deptan, 2005.
2.4. Konsep Produksi
Model hubungan anatara masukan dan keluaran diformulasikan dengan fungsi produksi yang berbentuk q = fK, L, M...., dimana q mewakili keluaran
untuk suatu barang tertentu dalam satu periode, K mewakili penggunaan modal selama periode tersebut, L mewakili jam masukan tenaga kerja. M mewakili
bahan mentah yang dipergunakan, dan notasi ini menunjukan kemungkinan variabel-variabel lain mempengaruhi proses produksi. Menurut Nicholson, 1991
juga mengatakan produk fisik marginal dari sebuah masukan adalah keluaran tambahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari
masukan tersebut sambil mempertahankan semua masukan lain tetap konstan.
18 Fungsi produksi merupakan hubungan kuantitatif antara masukan dan
produksi. Masukan seperti pupuk, tanah, tenaga kerja, modal, dan iklim yang mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Tidak semua masukan
yang dipakai dianalisis, hal ini tergantung penting tidaknya pengaruh masukan itu terhadap produksi. Jika bentuk fungsi produksi diketahui, maka informasi harga
dan biaya yang dikorbankan dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi masukan yang baik. Namun biasanya petani sulit melakukan kombinasi ini,
menurut Soekartawi, 1990 karena: 1 Adanya ketidaktentuan mengenai cuaca, hama, dan penyakit tanaman.
2 Data yang dipakai untuk melakkukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar.
3 Pendugaan fungsi produksi tidak hanya diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan.
4 Data harga dan biaya yang dikorbankan mungkin tidak dilakukan secara pasti. 5 Setiap petani dan usaha taninya mempunyai sifat yang khusus.
Oleh karena itu keputusan penggunaan faktor produksi baik dalam kuantitas maupun kombinasi yang dibutuhkan dalam satu tingkat produksi
ditentukan oleh petani. Dalam suatu penelitian biasanya faktor-faktor yang relatif dapat dikontrol dimasukan kedalam peubah bebas, sedangkan faktor-faktor yang
relatif kurang dapat dikontrol biasanya diperhitungkan sebagai galat. Bentuk persamaan matematis dari fungsi produksi pada dasarnya
merupakan abstraksi dari proses produksi yang disederhanakan, sebab dengan melakukan penyederhanaan kejadian-kejadian atau gejala-gejala alam yang
sesungguhnya begitu kompleks dapat digambarkan tingkah lakunya. Dari fungsi
19 produksi dapat dilihat hubungan teknis antara faktor produksi dengan
produksinya, serta suatu gambaran dari semua metode produksi yang efisisen. Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = fX
1
, X
2
, X
3
,....X
n
Dimana: Y
= Jumlah produksi Xn
= Faktor-faktor produksi Pembagian daerah produksi berdasarkan elastisitas produksi dibedakan
atas tiga daerah yaitu : 1 Daerah I daerah rasional atau kenaikan hasil yang selalu bertambah. Daerah
dengan elastisitas produksi lebih besar dari satu, sehingga setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen mengakibatkan penambahan produksi
lebih dari asatu persen. Pada daerah ini keuntungan maksimum belum tercapai karena produksi masih dapat ditingkatkan dengan pemakaian faktor produksi
yang lebih banyak, dengan asumsi cukup tersedia faktor produksi. 2 Daerah II daerah rasional atau kenaikan hasil tetap. Daerah dengan
elastisitas produksi antara 0 dan 1, sehingga setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan mengakibatkan penambahan produksi
paling tinggi satu persen dan paling rendah sebesar nol persen. Pada daerah ini keuntungan maksimum akan tercapi karena faktor produksi telah digunakan
secara maksimum. 3 Daerah III daerah irasional atau kenaikan hasil negatif. Daerah yang
elastisitas produksi lebih kecil dari nol, sehingga setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen akan mengakibatkan penurunan produksi sebesar
20 nilai elastisitasnya. Pada daerah ini mencerminkan bahwa pemakaian faktor
produksi sudah tidak efisien. Hubungan fisik antara faktor produksi dengan produksi dapat digambarkan
dalam suatu proses produksi seperrti yang tergambar dibawah ini :
Keterangan : a
: PM maksimum X
: Hasil Produksi b
: e = 1, PR maksimum Y
: Faktor Produksi c
: e = 0 PT
: Produk Total 0-b
: Daerah I EP 1
PR : Produk Rata-Rata
b-c : Daerah II
0 EP 1 PM
: Produk Marginal. c
: Daerah III EP 1
Sumber : Soekartawi, 1990
Gambar 1. Elastisitas Produksi dan Daerah-Daerah Produksi Y
a b
c
X Y
X PT
PR
PM
21 Menurut Soekartawi 1990, beberapa model fungsi produksi yang dikenal
antara lain model linier, Cobb douglas, dan transendental. Model linear berganda dan model Cobb-Douglas merupakan model yang paling sederhana serta mudah
dianalisis.
2.5. Konsep Konsumsi