Keterampilan Y3
Y33 Semakin meningkatkan kepercayaan yang tinggi dari
pimpinan, tanggung jawab akan keterampilan yang dimiliki karyawan semakin meningkat.
Y34 Semakin
meningkatkan kemampuan
karyawan memperbaiki dirinya dan mengembangkan keterampilan
yang dimiliki semakin tinggi setelah mengikuti pelatihan.
Y35 Semakin meningkatkan ketepatan kerja karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan keinginan perusahaan.
Sumber : Data primer yang diolah smartPLS, 2012
4.6.1. Evaluasi Outer Model-Reflektf pada Konstruk First Order dengan
Indikator pada Setiap Konstruk Second Order
Evaluasi indikator pada setiap konstruk first order dilakukan dengan menggunakan lima kriteria yang telah disebarkan. Kriteria dan
standarisasi evaluasi outer model dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Kriteria Penilaian PLS Evaluasi Pengukuran Reflektif Kriteria
Penjelasan
Loading Faktor Nilai Loading Factor harus di atas 0,70
Composite Reliability Composite
Reliability mengukur
internal consistency dan nilainya harus di atas 0,60
Average Variance
Extracted AVE
Nilai AVE harus di atas 0,5 Validitas Driskiminan
Nilai akar kuadrat dari AVE harus lebih besar daripada nilai korelasi antar
variabel laten
Cross Loading Merupakan ukuran lain dari validitas
diskriminan, diharapkan setiap blok indikator memiliki loading lebih tinggi
untuk setiap variabel laten yang diukur dibandingkan dengan indikator untuk
laten varibael lainnya.
Sebelum hasil pengolahan SEM dianalisis dilakukkan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu agar model layak dan dapat
dipercaya hasil interpretasinya.. Pada model reflektif dilakukan tiga pengujian untuk menentukan validitas dan reliablitas, yaitu convergent
validity, discriminant validity, dan composite reliability. Convergent Sumber : Imam Ghozali 2006
validity dari model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item score dengan construct score.
Hasil pengolahan data dengan menggunakan smartPLS dapat disimpulkan bahwa penerapan pelatihan I CARE di Bank Panin cabang
Bogor mempengaruhi kompetensi karyawan sebesar 0,778 atau 77,8 . Output grafis model pengukuran awal dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar12 .Output grafis SmartPLS Sebelum Estimasi Ulang
Sumber : Hasil data primer yang diolah smartPLS, 2012 Dari hasil estimasi diperoleh nilai muatan faktor loading factor ,
muatan faktor merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa besar tingkat kontribusi pengaruh peubah indikator dalam membentuk
peubah laten. Nilai muatan faktor yang paling besar menunjukkan bahwa peubah indikator tersebut merupakan faktor yang paling
berpengaruh dalam membentuk peubah laten. Dengan kata lain, semakin besar nilai muatan faktor, maka semakin besar kontribusi
pengaruh suatu peubah indikator dalam membentuk peubah laten. Pada penelitian ini variabel indikator reflektif dikatakan memenuhi
syarat convergent validity apabila nilai loadingnya di atas 0,7. Hasil outer loading sebelum estimasi ulang dapat dilihat pada lampiran 5.
KOM
Pada Gambar 12 dapat disimpulkan bahwa indikator yang tidak dikeluarkan dan mempunyai nilai loading factor paling tinggi pada
konstruk pelatihan adalah indikator dari variabel hasil yaitu X43 sebesar 0,832 yaitu meningkatnya keterampilan. Sedangkan indikator
kedua yang paling tinggi nilainya loading factornya adalah X42 masih berasal dari variabel hasil yaitu meningkatnya kualitas karyawan. Untuk
urutan ketiga indikator yang masih ada merupakan indikator dari variabel pembelajaran yaitu X22 sebesar 0,772 yaitu perubahan
pandangan bahwa pelatihan I CARE dapat meningkatkan kompetensi karyawan.
Selanjutnya estimasi ulang indikator reflektif di atas 0,70. Pada Gambar 12 indikator yang dikeluarkan cukup banyak, yaitu indikator
dari pelatihan yang dikeluarkan ada 8 indikator yaitu X11, X12, X13, X15, X16, X21, X31, dan X33. Indikator-indikator yang dikeluarkan
setelah estimasi loading factor 0,7 dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 19. Indikator-indikator yang dikeluarkan setelah estimasi
Kontruk Indikator
Keterangan
Reaksi X1 X11
Kepuasan terhadap materi pelatihan. X12
Kepuasan terhadap metode pelatihan. X13
Kepuasan terhadap waktu pelatihan. X14
Kepuasan terhadap kualitas instruktur. X15
Kepuasan terhadap fasilitas ruangan. X16
Kepuasan terhadap ruang alat peraga yang digunakan
PembelajaranX2 X21
Mengetahui bagaimana melatih diri- sendiri agar mampu berperilaku aman
dalam bekerja
Perilaku X31 X31
Materi yang didapat dari pelatihan I CARE dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. X33
Mempraktekkan isi materi yang didapat dari hasil pelatihan I CARE.
Sumber : Hasil data primer yang diolah smartPLS,2012 Berdasarkan Tabel 20, menunjukkan bahwa indikator X11-X16
yang merupakan indikator dari variabel laten reaksi dikeluarkan semua.
Hal ini menunujukan bahwa reaksi itu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pelatihan I CARE. Pada variabel laten pembelajaran ada satu
indikator yang dikeluarkan yaitu X21, hal ini menunjukan bahwa pelatihan I CARE tidak dicerminkan dengan kemampuan karyawan
untuk dapat melatih diri sendiri untuk berperilaku aman dalam bekerja. Indikator yang dikeluarkan selanjutnya adalah pada variabel perilaku
yaitu X31 dan X33, hal ini menunjukan bahwa pelatihan I CARE tidak dicerminkan dengan pengimplementasikan pelatihan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari serta mempraktekan isi materi yang didapat dari pelatihan I CARE. Variabel laten hasil tidak mengeluarkan satu
indikator pun, hal ini menunjukan bahwa pelatihan yang baik itu dicerminkan
dari meningkatnya
produktivitas, kualitas
dan keterampilan karyawan.
Pada Gambar 12 juga dapat disimpulkan bahwa indikator yang mepunyai nilai loading factor paling tinggi pada konstruk kompetensi
karyawan adalah Y13 sebesar 0,770 yang terdapat pada variabel pengetahuan yaitu semakin meningkatkan perhatian karyawan terhadap
aspek tugas dan tanggung jawab. Untuk urutan kedua nilai loading factor yang paling tinggi adalah Y34 sebesar 0,762 yang terdapat pada
variabel keterampilan yaitu semakin meningkatkan kepercayaan yang tinggi dari pimpinan dan tanggung jawab. Terakhir urutan ketiga nilai
loading factor yang paling tinggi adalah Y15 sebesar 0,753 yang terdapat pada variabel pengetahuan yaitu semakin meningkatkan
proses berpikir karyawan sehingga karyawan dapat bekerja lebih baik. Hasil Output grafis smartPLS setelah estimasi dapat dilihat pada
Gambar 13.
Pada indikator yang terdapat dalam kompetensi, berdasarkan nilai loading factor masing-masing indikator yang dikeluarkan ada 6 yaitu
Y11, Y12, Y24, Y31, Y32, dan Y33. Hasil output grafis smartPLS setelah estimasi menunjukkan bahwa indikator Y11-Y12 yang
merupakan indikator dari variabel laten pengetahuan yang dikeluarkan. Hal ini menunujukan bahwa kompetensi yang baik itu tidak
dicerminkan dari meningkatkan pengetahuan karyawan untuk melihat perkara atau masalah dari berbagai arah dan tidak dicerminkan juga dari
meningkatakan pengetahuan dalam berkomunikasi dengan rekan kerja ,dengan atasan serta dengan nasabah. Pada variabel sikap kerja ada satu
indikator yang dikeluarkan yaitu Y24, hal ini menunjukan bahwa kinerja yang baik tidak dicerminkan dari karyawan yang dapat
menerima dengan baik dan senang bila ada masukkan, kritikan ataupun teguran baik dari rekan kerja terutama dari atasan.
Tiga indikator yang dikeluarkan terakhir adalah pada variabel keterampilan yaitu Y31, Y32 dan Y33, hal ini menunjukan bahwa
kompetensi yang baik pada pelatihan I CARE tidak dicerminkan dari semakin meningkatkan ketepatan kerja, kemampuan dalam bekerja
sama dan keterampilan karyawan dalam hal teknis, dasar teknis yang baik dan kepraktisan. Indikator-indikator dari variabel laten kompetensi
yang dikeluarkan setelah estimasi dapat dilihat pada Tabel 21.
Gambar 13 . Output grafis SmartPLS setelah estimasi
Sumber : Hasil data primer yang diolah smartPLS, 2012
KOM
Tabel 21. Indikator-indikator yang dikeluarkan setelah estimasi
Konstruk Indikator
Keterangan
Pengetahuan Y1
Y11 Meningkatkan pengetahuan karyawan untuk
melihat perkara atau masalah dari berbagai arah.
Y12 Semakin meningkatakan pengetahuan dalam
berkomunikasi dengan rekan kerja ,dengan atasan serta dengan nasabah
Sikap Kerja Y2
Y24 Karyawan semakin menerima dengan baik dan
senang bila ada masukkan, kritikan ataupun teguran baik dari rekan kerja teruatama dari
atasan.
Keterampilan Y3
Y31 Semakin
meningkatkan ketepatan
kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan keinginan perusahaan. Y32
Semakin meningkatkan kemampuan karyawan dalam bekerja sama dan membangun kinerja
tim yang baik.
Y33 Semakin
meningkatkan keterampilan
karyawan dalam hal teknis, dasar teknis yang baik dan kepraktisan.
Sumber : Hasil data primer yang diolah smartPLS, 2012 Setelah syarat convergent validity terpenuhi selanjutnya adalah
discriminant validity. Discriminant validity dari model pengkuran indikator reflektif dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan
konstruk. Jika indikator-indikator pelatihan I CARE menggambarkan refleksi dari pelatihan I CARE, maka nilai korelasi indikator-indikator
terhadap pelatihan I CARE harus lebih besar dibandingkan korelasi indikator-indikator tersebut terhadap variabel laten lainnya. Begitupun
untuk konstruk kompetensi karyawan. Tabel cross loading untuk menguji discriminat validity dapat dilihat pada Lampiran 7 dan
Lampiran 8. Setelah pengujian validitas indikator diketahui, selanjutnya
dilakukan uji validitas konstruk. Analisis Model inner untuk menggambarkan model construct antara laten. Model dikatakan baik
apabila nilai AVE Average Variance Extracted masing-masing konstruk reflektif nilainya lebih besar dari 0,5. Nilai AVE dari masing-
masing konstruk dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Nilai AVE dan Composite Reliability
Peubah AVE
Composite Reliability
Pelatihan 0,596099
0,898117 Kompetensi
0,533681 0,900343
Sumber : Hasil data primer yang diolah smartPLS, 2012 Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai AVE konstruk lebih besar
dari 0,5, di samping itu uji validitas, dilakukan juga uji reliabilitas digunakan untuk mengukur internal consistency. Konstruk dinyatakan
memiliki reliabilitas yang baik atau reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 dengan tingkat kesalahan 5.
4.6.2. Indikator-indikator yang Mencerminkan Efektivitas Pelatihan