Asparagus. Dalam kegiatan budidaya, perusahaan menggunakan bahan serta penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Sedangkan sayuran ekslusif ini
diartikan sebagai sayuran yang benihnya merupakan benih impor, yakni dari Korea, Jepang dan Amerika Serikat.
Benih Asparagus yang digunakan saat ini antara lain benih yang diproduksi sendiri yang dikembangkan secara ramah lingkungan. Benih yang
diproduksi sendiri merupakan benih persilangan sendiri dari varietas Mary Washington
dari Amerika dan salah satu varietas dari Eropa. Harga benih yang relatif mahal dan sistem pertanian ramah lingkungan yang diterapkan
menyebabkan harga jual Asparagus paling tinggi diantara harga sayuran lain yang diproduksi Agro Lestari. Walaupun demikian, permintaan akan Asparagus
ke Agro Lestari cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, hingga saat ini Agro Lestari belum bisa memenuhi semua permintaan tersebut.
Peningkatan permintaan tersebut adalah peluang bagi Agro Lestari untuk mengembangkan usahanya. Selain membentuk kerjasama dengan petani plasma,
perusahaan berupaya terus untuk meningkatkan angka produksi dengan membuka lahan baru. Sebelumnya, Agro lestari sudah menjalankan usahataninya di Cisarua,
Cigombong, dan Pasir Muncang. Perluasan lahan berikutnya akan dilakukan di Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
1.2 Perumusan Masalah
PT Agro Lestari adalah salah satu produsen sayuran ramah lingkungan yang sudah membudidayakan kurang lebih 83 jenis sayuran, termasuk Asparagus.
Asparagus memiliki nilai jual yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis
sayuran lain karena harga benih yang mahal dan pemeliharaan yang relatif lebih sulit. Harga jual Asparagus saat ini mencapai Rp 35.000 per kg.
Perusahaan mengalami permasalahan yang sama dari tahun ke tahun, yakni jumlah produksi Asparagus yang jauh di bawah total permintaan yang
masuk ke perusahaan. Lahan yang dimiliki perusahaan tidak hanya digunakan untuk Asparagus saja, melainkan juga diperuntukkan untuk tanaman sayuran
lainnya. Luasan lahan yang digunakan untuk Asparagus sampai saat ini hanya mencapai 1 ha yang tersebar di beberapa kebun, yakni kebun Pasir Muncang dan
Cisarua. Proyek untuk membudidayakan Asparagus seluas 1 hektar pada lahan yang sama adalah proyek yang akan menghabiskan dana yang relatif besar.
Sehingga sebelum pelaksanaannya harus dipastikan terlebih dahulu bahwa proyek dapat dijalankan secara teknis dan mampu menghasilkan keuntungan finansial
bagi perusahaan. Upaya yang selama ini dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan
angka produksinya adalah dengan membentuk petani plasma yang tersebar di beberapa daerah. Namun, dari keseluruhan volume produksi, Agro Lestari hanya
mampu memenuhi kurang lebih sekitar 30 persen permintaan yang masuk. Permintaan yang besar adalah peluang bagi Agro Lestari untuk pengembangan
usaha, diantaranya adalah dengan pembukaan lahan baru. Tabel 2 menyajikan data yang menunjukkan perkembangan atas permintaan dan produksi Asparagus
di PT Agro Lestari. Tabel 2 Perkembangan Produksi dan Permintaan Asparagus PT Agro Lestari,
2005-2007
Tahun Permintaan
ton Peningkatanpenurunan
persen Produksi
ton Peningkatanpenurunan
persen 2005 12,15
- 3,6 -
2006 13,37
10,04 3,96
9,95 2007 14,70
10,00 4,36
10,10
Pada dasarnya, Asparagus adalah jenis tanaman dataran tinggi. Oleh karena itu, perlu disesuaikan antara pemilihan lahan baru dengan iklim yang
dibutuhkan tanaman Asparagus. Beberapa upaya penyesuaian dilakukan agar tanaman ini dapat berproduksi baik di dataran lain. Hal ini ditujukan agar produksi
Asparagus tidak terlalu dibatasi oleh ketinggian dataran. Lahan baru yang akan dijadikan lahan untuk penanaman Asparagus adalah Desa Cibedug, Kecamatan
Ciawi, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini dikarenakan beberapa alasan diantaranya karena kondisi Desa Cibedug yang termasuk pada dataran tinggi dan
memiliki iklim yang diperkirakan sesuai untuk budidaya Asparagus. Luas tanam yang direncanakan di Desa Cibedug adalah 1 ha. Lokasi ini
dipilih setelah daerah Parung yang sebelumnya dijadikan lokasi perencanaan proyek dinyatakan oleh pihak perusahaan kurang baik untuk budidaya Asparagus.
Hal ini dikarenakan kondisi iklim panas yang berkepanjangan yang terjadi beberapa waktu terakhir. Sehingga dikhawatirkan secara teknis proyek tidak dapat
dilaksanakan di daerah Parung. Mengingat kondisi yang cenderung mengalami perubahan, maka dalam
menilai kelayakan dari proyek ini akan dilakukan analisis switching value. Perubahan tersebut dapat berupa penurunan produksi ataupun kenaikan harga
pada beberapa komponen yang diperlukan dalam kegiatan usahatani Asparagus. Dari analisis tersebut akan diketahui perubahan pada variabel yang bisa diterima
agar usahatani Asparagus tetap layak untuk dilaksanakan. Variabel-variabel yang digunakan untuk analisis switching value adalah kenaikan harga pada masing-
masing komponen biaya variabel, penurunan volume penjualan dan penurunan harga jual Asparagus.
Dari perumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana daya dukung aspek teknis, pasar, manajemen dan sosial
terhadap kelayakan usaha? 2.
Apakah investasi usahatani Asparagus layak secara finansial? 3.
Bagaimana Switching value dari kenaikan harga pada masing-masing komponen biaya variabel, penurunan volume penjualan dan penurunan
harga jual Asparagus?
1.3 Tujuan Penelitian