2. Repeat offenders
Hasil statistik menunjukkan bahwa seseorang yang melakukan kecurangan internal memiliki kecenderungan tinggi untuk melakukan
kecurangan lebih dari satu kali. Dalam hal ini, faktor tekanan dan rasionalisasi akan kurang dominan dibandingkan dengan tipe first-time
offenders. Faktor kesempatan akan menjadi pemicu untuk melakukan kecurangan.
3. Organized crime groups
Kelompok kecurangan tipe ini termasuk kelompok profesional, bisa juga secara individu, yang biasanya melakukan kecurangan
dengan tipe khusus. Faktor utama kecurangan tipe ini bisa terlaksana karena adanya kesempatan, yaitu lemahnya pengendalian internal,
penyuapan atau pemerasan oleh karyawan atau melalui kolusi dengan pemasok atau pelanggan.
4. Intenally committed for the perceived benefit of the corporation.
Pelaku kecurangan biasanya pegawai yang percaya bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan adalah untuk kebaikan perusahaan. Secara
khusus, dominasi faktor tekanan dan rasionalisasi terhadap kesempatan kondisinya sama seperti tipe firts-time offender maupun repeat
offender.
2.1.3.3 Fraud Triangle Teory
Penelitian ini menggunakan fraud triangle theory sebagai dasar teori utama nya. Berdasarkan teori ini ada tiga faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan kecurangan. Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga kecurangan fraud triangle. Menurut Kurniawati 2012, konsep segitiga
kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh Cressey 1953. Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang melakukan penggelapan uang perusahaan yang
disebutnya “trust violators” atau “pelanggar kepercayaan”, Cressey menyimpulkan bahwa :
Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah keuangan yang
tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar bahwa masalah ini secara
diam-diam dapat
diatasinya dengan
menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemegang kepercayaan di bidang keuangan, dan
tindak-tanduk sehari-hari memungkinkan menyesuaikan pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang bisa dipercaya dalam
menggunakan dana atau kekayaan yang dipercayakan.
Cressey 1953 dalam Tuannakotta 2007 menyimpulkan bahwa kecurangan secara umum mempunyai tiga sifat umum. Fraud triangle terdiri dari
tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu pressure, opportunity, dan rationalization.
Incentive Pressure
Opportunity Rationalizations Sumber : Fraud Triangle Theory oleh Cressey 1953 dalam Norbarani2012
Gambar 2.3 Fraud Triangle
a. Tekanan pressure
Menurut Salman 2005 dalam Kurniawati 2012 tekanan yaitu insentif yang mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup,
ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja. Montgomery et al., 2002 dalam
Kurniawati 2012 mengatakan tekanan ini sesungguhnya mempunyai dua bentuk yaitu nyata direct dan bentuk persepsi indirect. Bentuk merupakan tekanan
yang nyata disebabkan oleh kondisi-kondisi kehidupan yang nyata yang dihadapi oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan. Kondisi tersebut
dapat berupa kebiasaan sering berjudi, kecanduan obat terlarang, atau menghadapi persoalan keuangan. Tekanan dalam bentuk persepsi merupakan opini yang
dibangun oleh pelaku yang mendorong untuk melakukan kecurangan seperti misalnya executive need. Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang
umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need dan
financial targets. b.
Opportunity kesempatan Menurut Montgomery et al., 2002 dalam Kurniawati 2012 kesempatan
yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa menjalankan aksinya yang disebabkan oleh pengendalian internal yang lemah, ketidakdisiplinan, kelemahan
dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Hal yang paling menonjol di sini adalah dalam hal pengendalian internal.
Pengendalian internal yang tidak baik akan memberi peluang orang untuk
melakukan kecurangan, SAS no. 99 menyebutkan bahwa peluang pada financial statements fraud dapat terjadi pada tiga kategori. Kondisi tersebut adalah nature
of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. c.
Rationalization rasionalisasi Menurut Norbarani 2012 rasionalisasi merupakan sikap, karakter, atau
serangkaian nilai-nilai etis yang memperbolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-orang yang berada dalam lingkungan
yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisai adalah komponen penting dalam banyak kecurangan. Rasionalisasi
menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur
Skousen et al., 2009, dalam Norbarani, 2012.
2.1.3.4 Fraud pada Sektor Pemerintahan