Laporan Kinerja Bappeda - 2016 32
terdapat perubahan indicator kinerja yaitu; 1 Persentase aparatur yang mengikuti diklat perencana dan diklat pendukung dari target 4 dengan realisasi 5,57 atau
dengan tingklat capaian 139. Capaian ini diukur dengan membandingkan jumlah tenaga perencana sarjana yang mengikuti diklat perencana dan diklat
pendukung pada setiap unit kerja SKPD lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebanyak 209 orang dibandingkan dengan jumlah 3.750 orang aparatur
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan latar belakang minimal S1. 2 Persentase aparatur yang menjadi fungsional perencana dari target 4 dengan
realisasi 4,3 atau dengan tingklat capaian 107. Capaian ini diukur dengan membandingkan jumlah aparatur fungsional perencana di Bappeda sebanyak 3
orang dibandingkan dengan jumlah aparatur Bappeda dengan latar belakang pendidikan S1,S2 dan S3 sebanyak 70 orang.
4. Perbandingan Realisasi Kinerja dengan Standar Nasional
Dari berbagai penelusuran yang telah dilakukan, belum ada standar nasional yang dapat dipedomani mengenai jumlah tenaga perencana yang ideal untuk
tingkat Provinsi. Oleh sebab itu dapat dijadikan pedoman sementara adalah minimal dalam satu jabatan eselon 3 mempunyai 1 tenaga perencana. Jumlah
jabatan eselon 3 untuk lingkup Pemerintah Provinsi adalah sebanyak 315 maka jumlah tenaga perencana yang dibutuhkan adalah 315 orang.
Dari gambaran jumlah tenaga perencana yang ada sekarang, tentu belum menunjukkan kondisi ideal yang kita harapkan untuk menjalankan tugas pokok
dan fungsinya dibidang perencana.
5. Analisis PeningkatanPenurunan Kinerja dan Solusi
Produk dari perencanaan adalah dokumen perencanaan yang aplikatif. Agar dokumen perencanaan tersebut berkualitas, partisipatif dan dapat dilaksanakan
sesuai dengan yang direncanakan perlu didukung oleh peningkatan kapasitas tenaga perencana di masing-masing SKPD. Keberadaaan aparatur tenaga
perencana dinilai sangat penting dan strategis dalam rangka menghasilkan dokumen perencanaan yang berkualitas sesuai dengan arah kebijakan RPJMD,
tidak hanya di Bappeda melainkan juga pada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD lingkup Provinsi.
Laporan Kinerja Bappeda - 2016 33
Distribusi jumlah tenaga perencana penyebarannya belum merata pada masing-masing SKPD bahkan terdapat SKPD yang tidak punya tenaga perencana
sama sekali. Kondisi ini tentu akan dapat mempengaruhi kualitas dari dokumen perencanaan yang dihasilkan SKPD terkait.
Beberapa hal yang menyebabkan masih kurangnya tenaga perencana tersebut antara lain disebabkan:
1 Masih kurangnya minat PNS untuk menjadi pejabat fungsional perencana karena belum begitu menjadi perhatian secara maksimal oleh SKPD,
disamping itu peluang pelatihan yang diselenggarakan Pusbindiklatren Bappenas untuk jabatan perencana sangat terbatas.
2 Terbatasnya diklat atau Bimtek yang diselenggarakan oleh Badan Diklat, Diklat Kemendagri atau lembaga lain sangat terbatas.
3 Sistem untuk mengakomodir tenaga fungsional perencana belum terstruktur dengan baik.
4 Alokasi anggaran yang terbatas untuk penyelenggaraan diklat perencana tersebut.
6. Analisis Pencapaian Kinerja
Analisis pencapaian kinerja adalah bagaimana upaya yang dilakukan untuk pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan lebih efektif
dan efisien. Analisis pencapaian kinerja dapat dapat dibagai dua yaitu analisis efisiensi penggunaan sumberdaya dan analisis program dan kegiatan yang
menunjang pencapaian kinerja.
a. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Sumberdaya dapat berupa sumberdaya anggaran dan sumberdaya manusia. Dalam upaya untuk melaksanakan capaian kinerja agar jumlah dan kualitas
tenaga perencana bertambah dan meningkat khususnya tenaga perencana di Bappeda, setiap tahun perlu mengirimkan tenaga aparatur untuk mengikuti
pelatihan perencanaan, baik yang dilaksanakan oleh Diklat kemendagri, Bappenas maupun instansi lain dengan pembebanan biaya ditangsung oleh
Instansi pengundang, sehingga dari sisi anggaran Bappeda tidak perlu menyediakan alokasi anggaran sepenuhnya.