b. Penilaian Kompetensi Keterampilan menyulam
Siswa tunagrahita ringan merupakan anak yang mempunyai IQ di bawah rata-rata sehingga penilaian yang paling tepat digunakan untuk
menilai kemampuan skill yang dimiliki adalah tes perbuatan atau unjuk kerja.
Artinya siswa yang dinilai kemampuannya skill-nya harus menampilkan atau melakukan keterampilan yang dimilikinya di bawah
persyaratan-persyaratan kerja yang berlaku. Namun demikian tes perbuatan sebenarnya juga mengukur kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan pengetahuan tertentu. Sri Wening:1996:43. 1
Penilaian Skoring Penilaian adalah suatu tindakan untuk memberikan intepretasi
terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan norma tertentu untuk mengetahui tinggi-rendahnya atau baik-buruknya aspek
tertentu Sugihartono,2007: 130. Semua usaha membandingkan hasil pengukuran terhadap suatu bahan pembanding atau patokan
atau norma disebut penilaian. Skor adalah kuantitas yang diperoleh dari suatu pengukuran sifat suatu obyek Masidjo, 1997: 14.
Kuantitas sifat suatu objek yang merupakan hasil dari kegiatan pengukuran dari suatu objek, dibedakan menjadi dua yaitu
kuantitas kontinu dan kuantitas nominal. Kuantitas yang digunakan untuk mengukur kompetensi siswa dari suatu mata pelajaran adalah
kuantitas kontinu. Kuantitas kontinu merupakan hasil suatu
pengukuran kompetensi keterampilan menyulam siswa yang diatur dalam suatu sistem yang disebut skala atau kelas interval.
Skala atau kelas interval adalah suatu pengukuran kuantitas kontinu dalam suatu sistem sehingga tampak perbedaan lebih dan
kurang. Skala yang digunakan dalam peneitian ini menggunakan dua kategori yaitu tuntas dan belum tuntas.
Acuan penilaian yang digunakan dalam unjuk kerja belajar adalah penilaian acuan patokan PAP, karena penentuan nilai tes
unjuk kerja yang diberikan kepada siswa berdasarkan standart mutlak artinya pemberian nilai pada siswa dilaksanakan dengan
membandingkan antara skor hasil tes masing-masing individu dengan skor ideal. Tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang
diberikan kepada individu mutlak ditentukan oleh besar kecilnya atau tinggi rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masing-masing
peserta didik. Sri Wening, 1996:10. 2
Kriteria Ketuntasan Minimal KKM Kriteria Ketuntasan Minimal KKM sesuai dengan pelaksanaan
standar isi, yang menyangkut masalah Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD maka sesuai dengan petunjuk dari
Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP tahun 2006, maka dipandang perlu setiap sekolah-sekolah untuk menentukkan
Standar Ketuntasan Minimal KKM-nya masing-masing sesuai dengan keadaan sekolah dimana sekolah itu berada. Artinya antara
sekolah A dan sekolah B bisa KKM-nya berbeda satu sama lainnya.
Sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan oleh BSNP maka ada beberapa unsure yang harus diamati sebelum ditetapkan KKM
disekolah. Adapun rambu-rambu yang dimaksud adalah : a
KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran,
b
KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah,
c KKM dinyatakan dalam bentuk persentase berkisar antara 0-
100, atau rentang nilai yang sudah ditetapkan,
d Kriteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya
berkisar 75 , e
Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kriteria ideal sesuai kondisi sekolah,
f Dalam menentukan KKM haruslah dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indikator, serta kemampuan sumber daya
pendukung, g
KKM dapat dicantumkan dalam LHBS sesuai model yang
ditetapkan atau dipilih sekolah.
Dari berbagai rambu-rambu yang ada itu, selanjutnya melalui kegiatan Musyawarah Guru Bidang Studi MGMP maka akan
dapat diperoleh berapa KKM dari masing-masing bidang studi.