Praktik kekuasaan Perbandingan kondisi tutupan lahan HLSW dan DAS Manggar

57 ekosistemnya”. Kedua fungsi tersebut merupakan pernyataan yang mendukung wacana pelestarian keanekaragaman hayati yang berkelanjutan. Selanjutnya, SK Walikota No.188.45-2452007 menetapkan pembentukan BP –HLSW DAS Manggar Kota Balikpapan. Intinya adalah menggabungkan pengelolaan kedua hutan lindung di bawah rentang kendali BP –HLSW DAS Manggar 5 . Keputusan ini merupakan suatu keniscayaan apabila ditinjau dari arti penting DAS Manggar bagi masyarakat Balikpapan, khususnya sebagai penyedia sumber air baku masyarakat. Badan Pengelola memiliki tugas, fungsi dan wewenang pengelolaan yang merujuk pada struktur Perda Pengelolaan HLSW. Meski disadari oleh Pemkot, perda tersebut secara spesifik untuk pengelolaan HLSW yang memiliki karakteristik biofisik, sosial kemasyarakatan dan kesejarahan penetapan hutan yang berbeda. Implikasinya pengelola harus segera menyusun rencana strategis yang sesuai dengan karakteristik DAS Manggar. Tabel 11 Struktur Perda No.11 Tahun 2004 tentang Pengelolaan HLSW No Struktur Perda Pasal 1 Bab I Ketentuan Umum 1 pasal 2 Bab II Asas dan Tujuan 2 pasal 3 Bab III Fungsi Hutan Lindung Sungai Wain 1 pasal 4 Bab IV Penataan dan Pemanfaatan Hutan 6 pasal 5 Bab V Perlindungan dan Pengamanan Kawasan 1 pasal 6 Bab VI Hak dan Kewajiban Masyarakat 2 pasal 7 Bab VII Kelembagaan Pengelolaan 7 pasal 8 Bab VIII Pendanaan 1 pasal 9 Bab IX Pengawasan dan Evaluasi 1 pasal 10 Bab X Ketentuan Penyidikan 1 pasal 11 Bab XI Sanksi Administrasi 1 pasal 12 Bab XII Ketentuan Pidana 1 pasal 13 Bab XIII Ketentuan Peralihan 1 pasal 14 Bab XIV Ketentuan Penutup 1 pasal Catatan: Dasar penerbitan SK Walikota No.15 Tahun 2004 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemberian Izin Kegiatan pada HLSW Pasal 6, 7, 10 ayat 1 dan 2 serta Pasal 12; Dasar penerbitan SK Walikota No.13 Tahun 2004 tentang Penataan dan Pemanfaatan Hutan pada Kawasan HLSW Pasal 5 ayat 3; dan Dasar penerbitan SK Walikota No.14 Tahun 2004 tentang Pembentukan BP-HLSW yang telah beberapa kali diubah, terakhir melalui SK Walikota No.188.45-082014 tentang BP- HLSW DAS Manggar Kota Balikpapan Tahun 2014 Pasal 14. 5 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dalam ketentuan penutup, Pasal 100 menyatakan “Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan BupatiWalikota, atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, harus dimaknai sebagai peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang- Undang ini”. Implikasinya, meski penetapan pengelolaan hutan lindung DAS Manggar kepada BP HLSW DAS Manggar hanya berlandaskan ketetapan dalam SK Walikota No.188.45-2452007, namun penetapan tersebut harus dimaknai sebagai sebuah peraturan tertulis yang memuat norma dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dhi. Walikota.

b. Performa BP-HLSW DAS Manggar dalam mengelola hutan lindung

Kinerja pengelolaan HLSW DAS Manggar ditinjau berdasarkan kerangka kerja Forest Governance dengan aspek kelembagaan dan tata kelola tenurial sebagai area kunci key area . Kinerja kelembagaan BP –HLSW DAS Manggar untuk mengantisipasi dan menyelesaikan permasalahan administrasi organisasi pengelola, perencanaan, instrumen pembiayaan, kapasitas pengelola dan penegakan aturan Perda. Sedangkan tata kelola tenurial dilihat dari seberapa optimal tata usaha distribusi aliran manfaat hutan telah mampu memberikan keseimbangan keberlangsungan kelestarian hutan dan pemanfaatan yang berkeadilan sosial. Subyek kajian adalah organisasi UP –HLSW DAS Manggar sebagai pelaksana pengelolaan hutan serta masyarakat sekitar hutan lindung. Analisis ini merupakan analisis kebijakan ex-post dengan pendekatan retrospektif Dunn 1994. Tujuan utama kajian adalah memahami kesenjangan implementasi kebijakan di tingkat tapak. Menurut Sabatier 2007, setelah kebijakan diimplementasikan selanjutnya dievaluasi dan ditinjau kembali untuk melihat apakah produk kebijakan sesuai dengan tujuan. Kerangka kerja Forest Governance PROFOR-FAO 2011 dan PROFOR 2012, terdiri 39 indikator di dalam sepuluh komponen, meliputi 28 kriteria dan 39 sub-kriteria. Kerangka ini berpijak pada tiga pilar utama, yakni pilar kebijakan, institutional dan pengaturan; pilar proses perencanaan dan pengambilan keputusan; serta pilar implementasi penegakan dan kepatuhan Gambar 2. Rincian struktur dan matriks forest governance disajikan dalam Lampiran 5 dan 6. Hasil analisis mengungkapkan kinerja pengelolaan HLSW DAS Manggar berada dalam posisi cukup baik Gambar 15 dan 16. Artinya, kesenjangan kebijakan dan implementasi tidak terlampau jauh. Secara umum, kondisi aktual sepuluh komponen masih di bawah kondisi ideal nilai keseluruhan mencapai 21,42 dari total skor maksimal 30. Apabila ditinjau dari sepuluh komponen Forest Governance , tiga komponen diantaranya memiliki bobot rata-rata yang mendekati kondisi ideal. Komponen transparansi dan akuntabilitas pengelolaan mencapai 2,67 dari skor maksimal 3, partisipasi stakeholders mencapai 2,5 dari skor maksimal 3 serta komponen kualitas kebijakan daerah mencapai bobot 2,25 dari skor maksimal 3. Sisanya memiliki nilai skor dua atau dalam kondisi kurang ideal. Nilai skor total kinerja Forest Governance dipengaruhi keragaman arena pengelolaan hutan lindung. Implikasinya berpengaruh besar terhadap hasil akhir kinerja pengelolaan. Tingkat deforestasi menjadi salah satu indikator lemahnya kinerja pengurusan dan pengelolaan hutan Nugroho 2013. Merujuk uraian perbandingan tutupan lahan sebelumnya dan Gambar 8, eskalasi perubahan tutupan lahan di DAS Manggar semakin memprihatinkan. Menjadi tantangan berat pengelola guna mempertahankan keberlanjutan fungsi kawasan lindung, khususnya mengantisipasi tata kelola tenurial masyarakat sebelum penetapan hutan lindung. Harus dipahami tidak ada sistem kebijakan ideal yang mampu menyelesaikan semua permasalahan pengelolaan hutan berkarakteristik CPRs. Oleh karenanya sistem kebijakan harus dievaluasi secara kontinu agar tujuan kebijakan pengelolaan dapat tercapai.