6
1. Pembatasan Masalah
Agar  permasalahan  tidak  melebar,  maka  pada  penelitian  ini  dibatasi hanya pada peningkatan profesionalisme guru bidang studi Agama pasca UU
guru  dan  dosen.  Peningkatan  Profesionalisme  disini  mencakup;  kompetensi, kualifikasi,  sertifikasi.  Yang  dimaksud  kompetensi  disini  yaitu  empat
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional. Sedangkan kualifikasi yaitu penjelesan tentang guru  yang mengajar harus sesuai dengan kualifikasi
latar  belakang  pendidikan.  Dan  sertifikasi  yaitu  penjelasan  secara  umum tentang pelaksanaan sertifikasi guru.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan  pembatasan  masalah  tersebut,  maka  selanjutnya  penulis merumuskan  masalah  sebagai  berikut:  “Bagaimana  kesiapan  guru  bidang
studi  Agama  dalam  meningkatkan  profesionalismenya  pasca    UU  guru  dan dosen di MTs Islamiyah Ciputat?”.
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam  melakukan  penelitian  ini,  tujuan  yang  ingin  dicapai  adalah sebagai berikut:
1 Untuk  mengetahui  kesiapan  bagi  guru  bidang  studi  Agama  dalam
menghadapi uji profesionalismenya yang tertera dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen di MTs Islamiyah Ciputat.
2 Untuk mengetahui upaya guru bidang studi Agama dalam meningkatkan
profesionalismenya yang dianggap sebagai tantangan masa depan di MTs Islamiyah Ciputat.
7
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain: 1
Bagi guru Memberi  informasi  bagi  guru  tentang  ketentuan  kompetensi,  kualifikasi
dan sertifikasi sesuai apa yang disyaratkan dalam UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005.
2 Bagi sekolah
Menambah  wawasan  bagi  mereka  bahwa  peningkatan  mutu  pendidikan juga bergantung pada profesionalisme seorang guru.
3 Bagi penulis
Dapat  menambah  pengetahuan  dan  informasi  liku-liku  pendidikan  di sekolah.
Khususnya, yang
berhubungan dengan
peningkatan profesionalisme guru.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
1. Pengertian Guru
Guru  adalah  pendidik  profesional,  karenanya  secara  implisit  ia  telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan
yang  terpikul  di  pundak  para  orang  tua.  Mereka  ini,  tatkala  menyerahkan anaknya ke Sekolah, sekaligus pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan
anaknya  kepada  guru.  Hal  itupun  menunjukan  pula  bahwa  orang  tua  tidak mungkin  menyerahkan  anaknya  kepada  sembarang  guruekolah  karena  tidak
sembarang orang dapat menjabat guru.
1
Agama  Islam  sangat  menghargai  orang-orang  yang  berilmu  pengetahuan guruulama,  sehingga  hanya  mereka  sajalah  yang  pantas  mencapai  taraf
ketinggian  dan  keutuhan  hidup.  Sebagaimana  yang  difirmankan  Allah  SWT dalam surat Al-Mujaadilah:11 dan sabda Nabi, yaitu:
 
 
 
 
 
“.  .  .  .  Niscaya  Allah  akan  meninggikan  orang-orang  yang  beriman  di antaramu  dan  orang-orang  yang  diberi  ilmu  pengetahuan  beberapa  derajat
“. Q.S. Al-Mujaadilah: 11
1
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, Cet ke-10, h. 39.
9
قا ر
س ْو
ها ها ى ص
ع ْيه
و :  َس
ْن ع
َ ع
ًْ ف ا
ت ه
ْلا ج
ه ها
ي ْو
ْلا قي
ا ة
ب ج
ا ْن
ن را
ثيدحلا
“Barang siapa ditanya tentang ilmu kemudian menyimpan ilmunya tidak mau  mengajarkan,  maka  Allah  akan  mengekang  dengan  kekangan  api  neraka
pada hari kiamat.”
2
Dengan  demikian  dapat  terlihat  bahwa  Islam  sangat  menghargai  orang- orang  yang  berilmu  pengetahuan  seperti  ulama  atau  guru  yang  berada  pada
derajat  dan  kedudukan  yang  tinggi.  Dengan  ilmu  yang  dimilikinya,  guru  dapat memberi  petunjuk  pada  kebaikan  yang  menuju  kebahagiaan  dunia  dan  akhirat,
bumi akan gelap dan rusak tanpa adanya guru sebagai orang  yang memberikan petunjuk pada kebaikan.
Ada beberapa pengertian guru yang dirumuskan para ahli pendidik, antara lain sebagai berikut:
a. Ahmad  D.  Marimba  mengartikan  guru  sebagai  orang  yang  memikul
pertanggungjawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya tentang pendidikan si terdidik.
3
b. Selanjutnya, Uzer Utsman mengatakan bahwa “guru merupakan jabatan atau
profesi  yang  memerlukan  keahlian  khusus  sebagai  guru.  Pekerjaan  ini  tidak bisa  dilakukan  oleh  orang  yang  tidak  memiliki  keahlian  untuk  melakukan
kegiatan  atau  pekerjaan  sebagai  guru.  Orang  yang  pandai  berbicara  dalam bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru”.
4
Oleh karena itu, guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi dan profesi bagi  seseorang  yang  mengabdikan  dirinya  dalam  bidang  pendidkan  melalui
interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Hal ini sesuai dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal  1  dinyatakan  bahwa: “Guru  adalah  pendidik  profesional  dengan  tugas
utama  mendidik,  mengajar,  membimbing,  mengarahkan,  melatih,  menilai  dan
2
Ibid., h. 40.
3
Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999, Cet. I, h. 81.
4
Moh. Uzer Utsman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, h. 5.
10
mengevaluasi  peserta  didik  pada  jalur  pendidikan  formal,  pada  jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
5
Dari  pengertian  di  atas,  bahwa  guru  dituntut  harus  menjadi  profesional dalam  arti  pekerjaan  atau  kegiatan  guru  tersebut  harus  memerlukan  keahlian,
kemahiran  atau  kecakapan  yang  memenuhi  standar  mutu  pendidikan.  Adapaun tugas  utama  guru  tidak  hanya  mengajar  dan  mendidik,  akan  tetapi  juga
membimbing,  mengarahkan,  melatih,  menilai  dan  mengevaluasi  peserta  didik secara  terus-menerus.  Maka  dari  itu,  dalam  perspektif  profesionalisme  tidak
semua orang menjadi guru.
2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Guru
1 Kedudukan Guru
Undang-undang guru dan dosen no. 14 tahun 2005 pasal 2 ayat 1 dan 2 secara  tegas  menyebutkan  bahwa,  guru  mempunyai  kedudukan  sebagai  tenaga
profesional  pada  jenjang  pendidikan  dasar,  pendidikan  menengah  dan pendidikan  anak  usia  dini  pada  jalur  pendidikan  formal  yang  diangkat  sesuai
peraturan  perundang-undangan.  Adapun  pengakuan  kedudukan  guru  sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
6
Berkaitan dengan hal di atas, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan  sangat  kompleks  di  dalam  proses  belajar  mengajar,  dalam  usahanya  untuk
mengantarkan anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Karenanya setiap kegiatan guru harus dapat didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak
didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.
7
Oleh  karena  itu,  guru  sebagai  salah  satu  unsur  di  bidang  kependidikan harus  berperan  secara  aktif  dan  menempatkan  kedudukannya  sebagai  tenaga
profesional, sesuai dengan tuntunan masyarakat yang semakin berkembang.
5
Mohamad  Surya  dkk,  Landasan  Pemdidikan:  Menjadi  Guru  Yang  Baik,  Bogor:  Ghalia Indonesia, 2010, h. 77.
6
Undang-Undang  Guru  dan  Dosen,  UU  RI  NO  14  Tahun  2000,  Jakarta:  Sinar  Grafika, 2009,Cet.II, h. 6.
7
A.  M  Sardiman,  Interaksi  dan  Motivasi  Mengajar,  Jakarta:  Raja  Grafindo  Persada,  2006, Cet. XIII, h.125.