17 dalam  penelitian  ini  adalah  sebagai  berikut:  a  lafal,  b  kelancaran,  c
kejelasan suara, dan d intonasi.
B. Karakteristik Peserta Didik Kelas I  SD
Anak-anak  usia  Sekolah  Dasar  memiliki  karakteristik  yang  berbeda dengan  anak-anak  lainnya.  Menurut  Desmita  2009:  35,  karakteristik  anak
usia Sekolah Dasar adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam  kelompok,  dan  senang  merasakan  atau  melakukan  sesuatu  secara
langsung. Oleh sebab itu guru hendaknya menciptakan  proses pembelajaran yang  mengandung  unsur  permainan,  membuat  siswa  untuk  aktif  berpindah
atau  bergerak,  belajar  dan  bekerja  dalam  kelompok,  serta  memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlihat langsung dalam proses pembelajaran.
Menurut  Piaget  dalam  Syamsu  Yusuf,  2004:  06  mengatakan  tahap- tahap  perkembangan  anak  secara  hierarkis  terdiri  dari  empat  tahap  yaitu:  1
sensorimotor  0 – 2 tahun, 2 tahap praoperasional 2  – 6 tahun, 3 tahap
operasional  konkret  7  tahun –  11  tahun,  dan  4  tahap  operasi  formal  11
tahun sampai dewasa. 1.
Sensorimotor 0-2 tahun Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau
objek benda. Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti: menggenggam atau menghisap.
2. Praoperasional 2-6 tahun
Anak  mulai  menggunakan  simbol-simbol  untuk  untuk  merepresentasi dunia  lingkungan  secara  kognitif.  Simbol-simbol  itu  sepertiL  kata-kata
18 dan  bilangan  yang  dapat  menggantikan  objek,  peristiwa  dan  kegiatan
tingkah laku yang tampak. 3.
Operasional Konkret 7-11 tahun Anak  sudah  dapat  membentuk  operasi-operasi  mental  atas  pengetahuan
yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi  ini  memungkinkannya  untuk  dapat  memecahkan  masalah  secara
logis.  Proses-proses  penting  selama  tahapan  ini  dipaparkan  pada  tabel berikut ini.
Tabel 1. Operasional Konkret Piaget Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk,  atau  ciri  lainnya.  Contohnya,  bila  diberi  benda
berbeda  ukuran,  mereka  dapat  mengurutkannya  dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi Kemampuan
untuk memberi
nama dan
mengiodentifikasi serangkaian
benda menurut
tampilannya,  ukurannya,  atau  karakteristik  lain, termasuk  gagasan  bahwa  serangkaian  benda-benda
dapat  me  nyertakan  benda  lainnya  ke  dalam  rangkaian tersebut.  Anak  tidak  lagi  memiliki  keterbatasan  logika
berupa  animism  anggapan  bahwa  semua  benda  hidup dan berperasaan
Decentering Anak  mulai  mempertimbangkan  beberapa  aspek  dari
suatu  permasalahan  untuk  bisa  memecahkannya. Sebagai  contoh,  anak  tidak  akan  lagi  menganggap
cangkir  lebar  yang  pendek  lebih  sedikit  isinya disbanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat  diubah,  kemudian  kembali  ke  keadaan  awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa
4 + 4 sama dengan 8, 8 – 4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
Konservasi Memahami  bahwa  kuantitas,  panjang,  atau  jumlah
benda-benda tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan  objek  atau  benda-benda  tersebut.  Sebagai
contoh,  jika  anak  diberi  cangkir  yang  seukuran  dan isinya  sama  banyak,  mereka  akantahu  bila  air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas  itu  akan  tetap  sama  banyak  dengan  isi  cangkir
19 lain.
Penghilangan Sifat
Egosentrisme Kemampuan  untuk  melihat  sesuatu  dari  sudut  pandang
orang  lain  bahkan  saat  orang  tersebut  berfikir  dengan cara  yang  salah,  tetapi  kemampuan  penyesuaian  diri
terkendali.
4. Operasional Formal 11 tahun-dewasa
Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak remaja sudah  dapat  berhubungan  dengan  peristiwa-peristiwa  hipotesis  atau
abstrak,  tidak  hanya  dengan  objek-objek  konkret.  Remaja  sudah  dapat berfikir  abstrak  dan  memecahkan  masalah  melalui  pengujian  semua
alternatif yang ada. Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  karakteristik
peserta  didik  pada  siswa  kelas  I  berada  pada  tahap  operasional  konkret. Artinya  dalam  proses  pembelajaran  guru  seharusnya  menggunakan  media,
termasuk pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca.
C. Media Pembelajaran