UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SENI MUSIK PADA KELAS IV SD NEGERI BIBISLUHUR 1 SURAKARTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM.

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Dinasti Wijayanti

09208244053

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

Jadilah seperti karang di lautan yang selalu kuat meskipun terus

dihantam ombak.

Lakukanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan juga untuk

orang lain, karena hidup tidak abadi.

Yang terakhir bukanlah yang terburuk

karena kami adalah orang-orang yang terpilih untuk belajar lebih

tangguh dalam meraih cita-cita.

Ujian bukan hannya ketika seseorang berada sekolah

melainkan ujian dalam kehidupan suka, duka, tangis dan tawa

yang di jalani dalam kehidupan setiap manusia

karena Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas

kemampuan mahluknya.


(6)

vi

Dengan mengucap rasa syukur atas rahmat dan hidayah yang Allah SWT berikan, karya ini saya persembahkan kepada :

Kedua orang tuaku tercinta

Bapak Warjito dan Ibu Waliyati yang telah memberikan doa, dukungan dan mencurahkan seluruh kasih sayangnya.

Saudaraku

Panitis Prasasti dan Kurnia Dimas yang mendukungku baik moral maupun material

Calon Pendamping hidupku

Setiyawan Tomi yang setiap hari selalu menyemangati dan membantu menggantikan kegiatanku .

Keponakanku


(7)

vii

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Upaya meningkatkan nilai hasil belajar seni musik siswa kelas IV SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta melalui Model Pembelajaran Quantum” ini tepat pada waktunya. Penelitian ini terlaksana tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti sampai selesai penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ibu Dr.Kun Setyaning Astuti,.M.Pd selaku Dosen pembimbing I, yang dengan sabar membimbing, memberi masukan serta memberi motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ibu Panca Putri Rusdewanti,.M.Pd selaku Dosen pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan, arahan, serta kritik dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Suparti,S.Pd.MM selaku kepala sekolah SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta, yang telah memberi kesempatan, kemudahan, dan ijin dalam proses penelitan.

4. Ibu Ita Wati Tikta Magdalena selaku guru Seni Musik SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta, yang telah membantu dan bersedia menjadi kolabolator dalam penelitian ini.


(8)

(9)

ix

Halaman

HalamanJudul ... .. i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan ... iv

Motto ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar isi ... ix

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

Abstrak ... xiv

BAB I Pendahuluan A. Latar belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Bejar ... 8

B. Nilai Hasil Belajar ... 9

C. Kajian Pembelajaran Seni Musik Sekolah Dasar ... 11

1.Pengertian Seni Musik ... 11

2.Fungsi dan tujuan Musik Sekolah Dasar ... 12

3. Unsur-Unsur Musik ... 14

a. Irama/Ritme ... 13

b.Ekspresi ... 13

4. Lagu Perjuangan... 15

D. Karakteristik Siswa Dasar ... 14

E. Hakikat Pembelajaran Quantum ... 19

1. Definisi Pembelajaran ... 19

2. Pengertian Model Pembelajaran ... 19

3. Definisi Model Pembelajaran Quantum ... 21

F. Tindakan Yang Dilakukan ... 24


(10)

x

1.Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

2. Subyek Penelitian ... 27

3.Kolabolator Penelitian ... 27

C. Prosedur Penelitian ... 28

1. Siklus I ... 29

2. Siklus II ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Validasi Instrumen ... 38

G. Validasi Penelitian ... 39

1. Validitas Demokratis ... 39

2. Validitas Hasil ... 40

3. Validitas Proses ... 40

4. Validitas Katalistik ... 41

5. Validitas Dialog ... 41

H. Teknik Analisis Data ... 42

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripi Hasil Pelaksanaan Penelitian ... 44

1. Pra Siklus ... 44

2. Siklus I ... 46

3. Siklus 2 ... 62

B. Pembahasan ... 77

C. Keterbatasan Penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT A. Kesimpulan ... 81

B. Rencana Tindak Lanjut ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(11)

xi

Halaman

Tabel 1. Pedoman Kriteria Pencapaian Nilai ... 43

Tabel 2. Pencapaian Nilai Pra tindakan ... 45

Tabel 3. Perbandingan Nilai Rata-rata Pra Tindakan dengan siklus I ... 59

Tabel 4. Presentase Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Siklus 1 ... 59

Tabel 5. Presentase Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Siklus 2 ... 75


(12)

xii

Halaman

Gambar 1. Siklus Penelitian Arikunto ... 28

Gambar 2. Diagram Batang Nilai Pratindakan ... 46

Gambar 3. Diagram Batang Prestasi Belajar siswa Siklus 1 ... 60


(13)

xiii

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran ... 86

Lampiran 2. Daftar Nilai Siswa ... 87

Lampiran 3. Dokumen Foto Pembelajaran ... 89

Lampiran 4. Rpp Siklus I ... 91

Lampiran 5. Rpp Siklus II ... 112

Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Tes siklus I ... 113

Lampiran 7. Kisi-kisi Soal Tes siklus II ... 115

Lampiran 8. Instrumen Soal Tes Pra siklus dan Siklus 1 ... 117

Lampiran 9. Instrumen Soal Tes Siklus II ... 121

Lampiran 10. Sempel Jawaban Siswa ... 125

Lampiran 11. Instrumen Kisi-kisi Model Pembelajaran Quantum ... 136

Lampiran 12. Instrumen Observasi Guru terhadap Model Pembelajaran Quantum Siklus I ... 139

Lampiran 13.Instrumen Observasi Guru terhadap Model Pembelajaran Quantum Siklus II ... 144

Lampiran 14.Kisi-kisi Observasi Siswa ... 148

Lampiran 15.Instrumen Observasi Siswa Siklus I ... 149

Lampiran 16.Instrumen Observasi Siswa Siklus II ... 150

Lampiran 17.Surat keterangan validasi penelitian ... 151

Lampiran 18. Surat-surat Permohonan Ijin Penelitian ... 153


(14)

xiv ABSTRAK

Oleh: Dinasti Wijayanti NIM. 09208244053

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai hasil belajar seni musik siswa kelas IV SD Negeri Bibisluhur Surakarta dengan menggunakan model pembelajaran Quantum. Penerapan model pembelajaran Quantum diharapkan dapat meningkatkan nilai hasil belajar belajar siswa-siswi.

Penelitian ini merupakan penelitian PTK dengan subjek penelitian siswa kelas IV SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta dengan jumlah murid 36 siswa. Penelitian ini berlangsung dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tes dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data berupa observasi, tes dan dokumentasi.Teknik analisis data yang digunakan berupa deskriptif kualitatif yang dikaitkan dengan data kuantitatif. Validitas penelitian yang digunakan adalah validitas demokratik, validitas hasil, validitas proses, validitas katalistik, validitas dialog. Proses pembelajaran dilaksanakan menggunakan model pembelajaran quantum dengan modalitas VAK (Visual, Audio, Kinestik) serta kerangka quantum TANDUR (Tanami, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan).

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus. Pada pra siklus, siswa yang tuntas 33% dengan nilai rata-rata kelas 63,19 sehinggga perlu dilaksanakan tindakan siklus I. Pada pelaksanaan siklus I, siswa yang memperoleh nilai diatas KKM mengalami peningkatan 50% dengan nilai rata-rata kelas 67,9. Namun pembelajaran siklus I belum sepenuhnya mencapai keberhasilan,perlu dilaksanakan siklus II. Pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan menjadi 100% dengan rata-rata kelas 86,2. Hasil yang diperoleh pada siklus II telah mencapai kriteria keberhasilan.

Kata Kunci: Model pembelajaran Quantum, Nilai Hasil Belajar Seni Musik, Siswa Sekolah Dasar.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Seni musik merupakan salah satu pelajaran Seni Budaya yang terdapat di Sekolah Dasar. Banoe (2013: 79) menjelaskan musik sekolah umum merupakan forum apresiasi yang mempersiapkan para siswa menuju kehidupan bermasyarakat dalam berbagai kemungkinan lingkungan. GBPP Seni musik yang telah ditentukan sesuai dengan tingkatan usia dan kelas jenjang pendidikan. Banoe (2013: 87) dalam pelajaran seni musik kelas 4 di Sekolah Dasar termasuk dalam kelompok GBPP Teori Musik Sekolah II dengan beberapa materi yaitu menyanyikan lagu perjuangan, pengenalan unsur ekspresif dalam musik: tempo, dinamik, dan gaya. Melihat hal tersebut siswa-siswi dituntut untuk dapat mengapresiasikan dan mengekspresikan karya seni musik. Maka dari itu pada pelajaran Seni Musik diharapkan adanya penguasaan materi teori maupun praktik. Siswa-siswi diajarkan materi Seni musik lalu mempraktikkan bersama dengan materi yang telah ditentukan, guna memperoleh nilai yang baik.

Pada kenyataannya beberapa guru di Sekolah Dasar belum sepenuhnya menerapkan pelajaran seni musik dengan maksimal. Kebanyakan guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional. Menurut Ula (2013: 115) pembelajaran Konvesional disebut juga dengan pemebelajaran klasik atau tradisional merupakan pola pembelajaran yang menerapkan pola otoritas pendidik dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional biyasanya masih


(16)

menggunakan cara tradisional dengan ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran yang lainnya.

Biasanya perilaku yang dibangun dalam pembelajaran konvesional ini merupakan perilaku kebiasaan tanpa adanya pembaharuan. Salah satu sekolah yang masih menggunakan pembelajaran konvensional adalah Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta. Berdasarkan survey awal peneliti di Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta kelas 4, dengan jumlah siswa 36 anak kebanyakan siswa-siswi tidak begitu antusias dengan pelajaran yang di berikan. Hal tersebut dapat dilihat pada waktu pelajaran berlangsung masih banyak siswa yang ramai sendiri, yang akhirnya mempengaruhi nilai siswa menjadi kurang memuaskan. Dokumentasi nilai pelajaran siswa sebelumnya menunjukkan bahwa nilai siswa masih tergolong rendah masih banyak siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yang ditentukan yaitu minimal 70.

Melihat kondisi tersebut guru perlu mencari pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya, yaitu dengan pembelajaran yang menyenangkan tetapi bermakna. Dengan menggunakan media-media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa-siswi seperti menggunakan video/visual, suara/audio, gerak tubuh disertai dengan permainan. Hal tersebut dilakukan karena pemilihan model pembelajaran oleh guru sangatlah berpengaruh besar terhadap berlangsungnya pembelajaran di kelas, maka dari itu guru harus dengan seksama memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa-siswi.


(17)

Dalam memilih model pembelajaran guru harus paham dan mengerti terlebih dahulu mengenai pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat berkaitan dalam perolehan nilai hasil belajar, sedangkan nilai hasil belajar merupakan pengukur prestasi yang didapatkan siswa-siswi. Menurut Huda (2014: 5) menjelaskan “1) Pembelajaran sebagai perubahan prilaku, 2) pembelajaran sebagai perubahan kapasitas”. Pembelajaran sangat penting sebagai perubahan perilaku seseorang ketika seorang pembelajar yang awalnya tidak begitu perhatian dalam kelas ternyata berubah menjadi sangat perhatian. Pembelajaran sebagai perubahan kapasitas dilihat saat pelajar takut pada pelajaran tertentu berubah menjadi percaya diri saat pelajaran berlangsung.

Pembelajaran seni musik tidak luput dari komponen pendukung pembelajaran anatara lain pendidik/guru, siswa, model pembelajaran, buku panduan belajar, dan berbagai sarana dan prasarana yang lainnya (Banoe, 2013: 79). Salah satu dari kompenen pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran. Seperti yang sudah dijelaskan diatas beberapa proses pembelajaran yang kita temui terkadang sangatlah kurang kondusif dikarenakan pemilihan model pembelajaran oleh guru yang kurang tepat, sehingga siswa kurang tertarik dan menyebabkan menurunnya nilai mata pelajaran siswa-siswi. Oleh karena itu diperlukan suatu solusi dengan memilih dan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

Salah satunya adalah model pembelajaran Quantum. Model pembelajaran Quantum merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat direkomendasikan untuk meningkatkan hasil nilai belajar siswa-siswi, karena dalam model pembelajaran Quantum memiliki tujuan menjadikan suasana


(18)

kelas menjadi lebih menyenangkan dan bersemangat dalam belajar. Hal tersebut diharapkan dapat mempengaruhi siswa-siswi untuk menjadi bersemangat dan mudah memahami materi pelajaran, yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan nilai siswa-siswi lebih baik lagi.

DePorter, Reardon dan Nourine (2000: 34) menjelaskan “Quantum merupakan interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Deporter dan Harnacki (2015: 14) menjelaskan “Quantum learning berakar dari upaya Dr.Georgi Lozanov yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya suggestology”. Deporter dan Harnacki (2015: 14) mengatakan “Prinsip suggestology bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar”. Selain itu Depoter dan Harnacki (2015: 15) menjelaskan teknik yang digunakan dalam memberikan sugesti positif adalah mendudukan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunkan visual untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi.

Melihat pernyataan diatas disimpulkan bahwa kegiatan belajar siswa-siswi yang menyenangkan dengan sugesti positif dapat dikatakan sebagai energi yang nantinya akan diubah menjadi cahaya yaitu hasil nilai dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung.

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, model pembelajaran Quantum ini diharapkan mampu menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan nilai hasil belajar siswa-siswi kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta.


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berkenaan dengan latar belakang tersebut, dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Sebagian siswa-siswi kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta kurang tertarik dengan pelajaran Seni Musik.

2. Siswa-siswi kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal materi seni musik.

3. Pelaksanaan pembelajaran seni musik siswa-siswi kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta masih bersifat konvensional. 4. Masih banyak siswa-siswi kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur

1 Surakarta yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu nilai kurang dari 70.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang terdapat pada identifikasi masalah diatas maka penelitian ini akan dibatasi pada satu batasan masalah yaitu “Upaya Meningkatan Nilai Hasil Belajar Seni Musik pada Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta tahun ajaran 2015-2016 menggunakan Model Pembelajaran Quantum.


(20)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah Model Pembelajaran Quantum dapat meningkatkan nilai hasil belajar Seni Musik siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta tahun pelajaran 2015-2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disebutkan, tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai hasil belajar seni musik siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bibisluhur 1 Surakarta menggunakan model pembelajaran Quantum yang sudah direncanakan oleh peneliti dan kolabolator.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tindakan kelas dengan Model Pembelajaran Quantum di kelas IV Sekolah Dasar Bibisluhur 1 Surakarta antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai referensi pembelajaran Quantum di perpustakaan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.


(21)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Manfaat praktis bagi guru sebagai sarana menentukan model pembelajaran yang akan digunakan di kelas.

b. Bagi siswa-siswi

Meningkatkan nilai hasil belajar siswa-siswi . c. Bagi Sekolahan

Meningkatkan akreditasi sekolah melalui penelitian PTK mengenai peningkatan nilai belajar Siswa menggunakan Model Pembelajaran Quantum


(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Belajar

Menurut Slameto (2003: 2) “Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sejalan dengan Sugihartono menurut Santrock dan Yusser dalam Sugihartono dkk (2007: 74) berpendapat bahwa “Belajar adalah perubahan yang relativ permanen karena adanya pengalaman”. Garry dan Kingsley dalam Sudjana (2010: 5) mengatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. Lebih jelasnya lagi dijelaskan ”Belajar membawa perubahan behavioral, actual, maupun potensial pada unsurnya kecakapan yang didapatkan karena usaha secara sadar” (Sumad, 2002: 232).

Berdasarkan definisi-definisi tersebut belajar dapat disimpulkan sebagai usaha seseorang yang dilakukan secara sadar individu, untuk tujuan meningkatkan diri menjadi lebih baik melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan, perubahan yang terjadi bukan karena kebetulan, tetapi kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya sehingga terjadi perubahan tingkah laku dan sikap.

Witherington dalam Sudjana (2010: 6) “Perubahan tingkah laku meliputi perubahan ketrampilan meliputi ketrampilan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi”, sedangkan menurut Gage dalam Gufron dan


(23)

Risnawita (2012: 6) Sebagai proses menuju perubahan, belajar memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Sebuah proses atau aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang yabg belajar, 2) Perubahan yang terjadi selama proses belajar harus tampak setelah proses belajar, 3) Perubahan berlaku reltif lama atau permanen, 4) Menghasilkan inovasi baru, 5) Perubahan terjadi karena usaha yang disengaja.

Melihat penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar bertujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, pembentukan sikap, dari individu siswa melalui perubahan belajar guna memperoleh nilai hasil belajar yang lebih baik.

B. Nilai Hasil Belajar

Nilai dalam etimologi dapat diartikan sebagai value kehidupan sehari-hari merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia (Zakiyah, Rusdiana, 2014: 14). Dalam filsafat menurut Muhaimin (1993: 190) “Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas obyek yang menyangkut segala jenis apresiasi atau minat”. Ismail dan Mutawalli (2012: 240) menjelaskan “Makna nilai diartikan sebagai standar atau ukuran (normal) yang digunakan untuk mengukur segala sesuatu”.

Light, dkk (1989: 81) menjelaskan “Nilai merupakan konsep menentukan sikap tentang baik dan buruk, benar dan salah, pantas dan tidak pantas, dan menjadi dasar untuk memberikan penghargaan atau mengevaluasi orang lain”. Melihat pendapat di atas dapat di katakan nilai merupakan ukuran segala sesuatu yang berhubungan dengan


(24)

tingkah laku individu mengenai baik atau buruk dalam semua aspek kehidupan.

Hasil belajar hanya dapat diperoleh individu yang belajar. Reigeluth dalam Suprihatiningrum (2013: 37) “Hasil belajar dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari strategi alternatif dalam kondisi yang berbeda”. Nawawi dalam Susanto (2013: 5) menjelaskan “Hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor atau nilai yang diperoleh dari hasil tes”. Winkel dalam Purwanto (2008: 45) menjelaskan “Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Berdasarkan teori diatas, maka hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa berupa kemampuan, ketrampilan dalam setiap aspek kehidupan setelah melakukan kegiatan belajar. Sedangkan nilai hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar berupa angka sebagai ukuran untuk mengetahui meningkat atau tidaknya kegiatan belajar siswa.

Untuk memperoleh nilai hasil belajar memiliki tingkatan yang berbeda-beda hal tersebut dikarenakan setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda tingkat hasil belajarnya, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Sugihartono, dkk (2007: 76) sebagai berikut :


(25)

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang ada dalam diri siswa yang sedang belajar meliputi jasmani dan rohani, faktor eksternal adalah faktor yang ada dil luar diri siswa meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.

Sedangkan menurut Syah (2008: 132) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

Faktor internal merupakan faktor dari dalam siswa (kondisi jasmani dan rohani siswa), Faktor eksternal merupakan faktor dari luar siswa (kondisi di lingkungan siswa), Faktor pendekatan belajar siswa (jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa).

Jadi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar belajar yang pertama adalah faktor interen merupakan faktor yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan pada diri siswa itu sendiri berupa motivasi, minat, bakat, kepandaian, kesehatan, sikap, perasaan dan faktor pribadi lainnya. Yang ke dua faktor eksternal adalah faktor yang berhubungan dengan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar diri indvidu berupa lingkungan masyarakat, prasarana, guru, metode pembelajaran, ekonomi dan sebagainya yang berkaitan dengan dunia luar.

C. Kajian Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar. 1. Pengertian Seni Musik

Pramayudha (2010: 21) menjelaskan musik adalah bunyi yang diterima, dirasa dan dinikmati oleh individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang. Banoe (2003: 288) mengatakan “Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan


(26)

berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia”. Soeharto (1992: 80) menjelaskan bahwa musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa melodi, irama dan harmoni.

Banoe (2013: 3) “Seni adalah suatu pernyataan atau ekspresi jiwa manusia”. Berbicara mengenai musik dan seni, menurut Redfield dalam Parto (1996: vii) Musik sebagai seni secara umum adalah memaklumi bahwa, musik merupakan bidang seni yang bermateri suara (sound). Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa seni musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran, gagasan dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu, irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu dan ekspresi.

2. Fungsi dan Tujuan Seni Musik SD

Busrah, dkk (1982:1) menjelaskan ”Pelajaran Seni Musik SD berbeda dengan sekolah musik, pelajaran musik SD adalah progam umum, murid-murid tidak dididik menjadi seniman, melainkan pengalaman berekpressi dan berapresiasi yang bersifat ketrampilan dasar”. Safrina (1998: 781) mengatakan “ fungsi pembelajaran seni musik memberi kesempatan pada anak untuk dapat meningkatkan sendiri pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang musik”. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1996: 134) terdapat dua aspek yang diajarkan dalam pembelajaran Seni Musik SD yaitu (1) aspek formal teknis meliputi unsur pengorganisasian ritmik, melodi, instrument, dan cara pencapaian hasil


(27)

melalui pengalaman mendengar, bergerak, bermain, bernyanyi, berkreasi, (2) aspek pedagogis merupakan ungkapan gagasan dan perasaan yang bersifat subjektif dan obyektif dalam diri dan luar diri anak.

Melihat beberapa pendapat sebelumnya maka pelajaran seni musik tidak semata-mata berfungsi sebagai alat pendidikan, segala kegiatan diarahkan pada pembentukan sikap dan peningkatan ketrampilan dasar musik, selain belajar teori dan praktik pelajaran seni musik siswa juga berlatih untuk mengungkapkan gagasan, baik berasal dari luar atau dalam diri yang sangat berarti untuk dirinya baik untuk kepentingan pendidikan ataupun perkembangan diri anak tersebut.

Banoe (2013: 12) menjelaskan tujuan pendidikan musik di sekolah pada umumnya harus berusaha mengembangkan dan membangkitkan rasa serta musikalitas pada anak-anak. Hartayo (1994: ix) menjelaskan “ tujuan instruksional dalam kurikulum pelajaran seni musik siswa diharapkan terampil untuk membaca, menulis, bernyanyi dan bermain dengan notasi-notasi dan irama melalui pengalaman belajar seni musik”.

Dari pernyataan diatas dapat di simpulkan bahwasanya pelajaran seni musik di sekolah dasar memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Adapun fungsi seni musik di sekolah dasar adalah agar siswa siswi dapat memahami mengetahui dasar-dasar pelajaran musik serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sperti berlatih disiplin, berlatih menghargai orang lain dan lain-lain. Sedangkan tujuan dari seni musik adalah agar siswa-siswi dapat memahami materi seni musik dasar dengan berlatih, bernyanyi, praktik unsur-unsur yang terkandung dalam materi seni musik.


(28)

3. Unsur Musik

Pengertian-pengertian Unsur Musik Menurut beberapa ilmuan musik antara lain sebagai berikut:

a. Irama / Ritme

Hartayo (1994:72) “irama adalah denyutan gerak yang diberi tekanan atau aksen pada setiap ketukan yang ditentukan dengan tempo yang tetap”, Sedangkan Soeharto (1992:56) ”irama merupakan gerak yang teratur mengalir karena awalnya aksen tetap”. Dari pengertian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa irama/ritme adalah suatu ketukan tempo dalam lagu musik dan tari yang berfungsi untuk penentu gerakan melodi.

b. Ekspresi

Soeharto (1992:134) mengatakan “Ekspresi merupakan cara bagaimana seseorang mengungkapkan atau menyampaikan pesan yang yang tersirat di dalam lagu. Dalam bentuk musik unsur ekspresi terdiri: tanda tempo, dinamik dan gaya”. Selain itu Soeharto (1992: 134) menjelaskan “tempo merupakan cepat lambatnya gerak musik”. Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tanda untuk menentukan cepat lambatnya sebuah lagu atau karya musik. Tempo dibagi menjadi beberapa jenis, Mudjilah (2004: 64) menyebutkan macam-macam tanda tempo “secara garis besar tanda tempo dibagi menjadi 3 antara lain: tempo cepat (allegro, vivace, presto, prestisisimo), tempo sedang


(29)

(moderato, andantino, andante), lambat (largo, largeto, andagio, lento)”.

Dinamik adalah istilah untuk membedakan keras dan lembutnya dalam pembawaan karya musik (Prier, 2011: 32). Jamalus (1988: 39) menjelaskan bahwa tanda dinamik adalah tanda yang menyatakan tingkat atau volume suara keras lunaknya perubahan suara. Dari definisi tersebut di ketahui tanda dinamik adalah tanda untuk menentukan keras lembutnya melodi secara keseluruhan atau bagian tertentu dalam karya seni musik. Mudjilah (2004: 65) menjelaskan tanda dinamik secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanda dinamik lembut (piano, pianissimo, mezzo piano, descressendo, diminuendo) dan tanda dinamik keras (forte, fortissimo, mezzo forte, forte piano, cressendo).

Selain tanda tempo dan dinamik dalam ekspresi terdapat pula unsur gaya, Hartayo (1994:119) mengatakan “gaya merupakan cara penyampaian melodi atau lagu, tersambung dengan halus, atau putus-putus dan bertekanan, Contohnya legato, staccato, sforzando”.

4. Lagu Perjuangan

Dalam pelajaran seni musik terdapat beberapa jenis lagu antara lain lagu perjuangan, lagu pop, kroncong, lagu dangdut. Salah satunya lagu perjuangan digunakan sebagai wadah dari materi seni musik yang didalamnya terdapat unsur musik yang harus dipelajari. Sri martono dalam Astuti dkk (2013: 9) menjelaskan “Dalam pengertian luas lagu perjuangan sebagai ungkapan perasaan nasionalisme masyarakat Indonesia dalam wujud lagu”.


(30)

Martono dalam Mintargo (2008: 2) ”lagu perjuangan adalah lagu kemampuan dan daya upaya yang muncul lewat media kesenian yang berperan dalam peristiwa sejarah kemerdekaan Indosnesia”. Mintargo (2008: 1) mengatakan “lagu perjuangan Indonesia dikenal dengan istilah musik fungsional yaitu musik yang diciptakan untuk tujuan nasional”, menurut Mintargo (2008: 2) menjelaskan “musik fungsional yaitu musik yang berfungsi untuk mengiringi peribadatan agama (ritual), dan musik untuk mengiringi tari sebagai sarana hiburan”.

Lagu perjuangan Indonesia memiliki beberapa jenis yang berbeda-beda sesuai dengan masa-masanya. Mintargo (2008: 4), menjelaskan lagu perjuangan dibagi menjadi 4 jenis yaitu Lgu Himne , Lagu Mars, Lagu Percintaan, Lagu Sindiran. Mintargo (2008: 5) menjelaskan lagu himne merupakan lagu yang banyak diciptakan pada masa penduduakan Jepang, sebagai sarana membangun moral cinta tanah air untuk selalu tabah dan berjuang menegakkan kebenaran.

Mintargo (2008: 6) menjelaskan lagu mars yaitu lagu yang tercipta pada masa perang kemerdekaan yang digunakan untuk mengiringi para pemuda pejuang yang dikirim ke garis peranng untuk membangkitkan semangat. Mintargo (2008: 7) menjelaskan jenis lagu yang ketiga lagu sindiran yaitu lagu yang diciptakan untuk menggambarkan keburukan masyarakat di masa perjuangan. Mintargo (2008: 7) mengatakan jenis lagu ke empat jenis lagu percintaan yaitu lagu yang berhubungan dengan romantika mengharukan pada pemuda pada masa perjuangan.


(31)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lagu perjuangan adalah ungkapan makna dari cerita jaman perjuangan yang di abadikan di buat dalam bentuk sebuah lagu. Lagu perjuangan sangat penting ditanamkan dalam pembelajaran seni musik di sekolah dasar agar genaerasi muda penerus bangsa tidak lupa akan perjuangan pahlwan dan bisa meneruskan perjuangan bangsa dengan mengapresiasi lagu lagu perjuangan. Selain siswa mempelajari makna dari syair lagu nasional siswa-siswi juga dituntut untuk mempelajari unsur musik yang terkandung dalam lagu tersebut.

D.Karakteristik Siswa Dasar

Sekolah dasar termasuk pada pendidikan formal jenjang tingkat pertama di Indonesia. Pada pendidikan dasar atau pertama tergolong dalam masa kanak-kanak yang berawal dari usia lima atau enam tahun hingga sekitar sebelas atau dua belas tahunan. Piaget dalam Sugihartono, dkk (2007: 109) mengatakan “ Anak usia SD berada pada fase operasional konkrit 7 tahun sampai 11 tahun, dimana kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika”. Jean piaget dalam Sudaryono (2012: 72) menjelaskan fase oprasional kongkrit pada usia SD masa dimana aktifikas menetal peserta didik terfokus pada obyek-obyek yang nyata.

Melihat pernyataan-pernyataan tersebut diketahui bahwa anak-anak SD memiliki kemampuan berfikir dimana obyek yang mudah ditangkap adalah obyek yang bisa dilihat langsung dengan panca indra atau kejadian- kejadian nyata yang secara langsung dialami. Rousseau dalam jamalus


(32)

(1988)”Kesangguapan belajar anak-anak tidak sama dengan orang dewasa, Rouse manganjurkan agar anak-anak dibirakan berkembang secara wajar dan tidak dipaksakan”. Pembelajaran musik harus mampu menciptakan suasana gembira dikalangan anak-anak. Setiap anak memiliki presentase perkembangan yang berbeda-beda. Nasrudin dalam Sudaryono (2012: 71) menjelaskan “perekembangan anak terdiri dari perekembangan Kognitif, Motorik dan Psikomotorik”. Berikut beberapa perkembangan anak menurut para ahli:

a. Perkembangan Kognitif menurut Hilgard dan Chaplin dalam Mulyati (2005: 68) adalah ”Perkembangan kognitif dilihat dari psikis atau mental berupa kemampuan berfikir memperoleh, menganalisis, dan mengolah informasi dengan cermat serta kemampuan pemecahan masalah”.

b. Perkembangan Motorik (Fisik) menurut Ula (2013:13) sebagai berikut: Perkembangan motorik menunjuakan pada hal keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakannya. Secara singkat motorik segala keadaan yang meningkat atau menghasilkan stimulasi/ rangsangan terhadap kegiatan organ fisik kecakapan-kecakapan jasmani.

c. Perkembangan Moral sosial menurut Ula (2013: 37) “Segala sesuatu yang berkaitan dengan sumber daya alam manusia melalui proses hubungan interpersonal (pribadi) terhadap lingkungan masyarakat baik sekolah maupun rumah”.

Setelah melihat beberapa perkembangan yang sudah dijelaskan di atas diketahui bahwa anak setiap anak memiliki tiga perkembangan yang dialami yaitu moral, motorik, dan kognitif, yang mengandung unsur yang berbeda-beda pada setiap jenis perkembangannya nantinya akan diimplementasikan dalam pembelajaran di kelas.


(33)

E.Hakikat Pembelajaran Quantum 1. Defenisi Pembelajaran

Huda (2014: 2) mengatakan “Pembelajaran dapat dikaitkan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman yang dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga mempengaruhi kapasitas seseorang ataupun kelompok belajar”. Gagne dalam Huda (2014:3)”Pembelajaran adalah proses Modifikasi dalam kapasitas manusia yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan levelnya”.

Menurut Huda (2014: 5), terdapat dua definisi yang cukup terkait dengan praktik pembelajaran antara lain yang pertama pembelajaran sebagai perubahan prilaku yang kedua pembelajaran sebagai perubahan kapasitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah berlangsungnya proses belajar belajar dan mengajar yang mengarah dalam perubahan prilaku dan kapasitas belajar.

2. Pengertian Model Pembelajaran

Winataputera dalam Sugiyanto (2008:7) mengatakan “Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistimatis dalam dalam mengoorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu”. Joyce dan Well dalam Suryono dan Hariyanto (2015: 147) menjelaskan “Model pembelajaran merupakan rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membangun kururikulum, untuk merancang bahan pembelajaran yang diperlukan serta pengajaran di dalam kelas pada suatu pembelajaran”.


(34)

Dalam model pembelajaran juga terdapat strategi pencapaian kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan tehnik pembelajaran. Melihat devenisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu cara strategi dalam kegiatan belajar mengajar guna mengelola kegiatan belajar mengajar dengan baik sehingga tercapai semua tujuan dalam pembelajaran.

Sugiyanto (2008:8) terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran, yaitu”tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, bahan ajar /materi, kondisi siswa, ketersediaan sarana prasarana belajar”, sama halnya Triyanto (2009: 26) menjelaskan “memilih model pembelajaran harus mempertimbangkan materi pembelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana prasarana yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Melihat penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memilih model pembelajaran harus dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang sesuai dengan tingkat kognitif siswa, materi, tujuan pelajaran dan sarana-saran yang menunjang terlaksananya pembelajaran tersebut.

Huda (2014: 184) “Pada hakekatnya pendekatan pembelajaran adalah suatu strategi atau cara-cara yang ditempuh oleh seseorang pembelajar untuk bisa belajar dengan efektif”, sedangkan menurut Sugiyanto (2008: 7) Terdapat banyak sekali model pembelajaran yang dikembangkan para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, antara lain adalah model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model


(35)

pembelajaran Terpadu, Model Pembelajaran Berbasis masalah (PBL) dan model pembelajaran Quantum dan masih banyak yang lain.

3. Definisi Model Pembejaran Quantum

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. George Lozanov, seorang pendidik kebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai sugestology yang berprinsip sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil dan situasi belajar (Deporter dan Hernacki, 2013: 14). Huda (2014: 192) mengatakan “Quantum learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan”, sejalan dengan Sugiyanto (2008:11) menjelaskan Model Pembelajaran Quantum learning adalah model pembelajaran yang dapat berlangsung dengan menyenangkan (enjoyful learning), quantum lerning juga merupakan rakitan dari berbagai teori atau padangan psikologi kognitif dan pemrogaman neurologi/neurolonguistik yang jauh sebelum nya sudah ada.

Hal ini diakui oleh Deporter dalam terjemahan Deporter, Harnake (2015: 14) mengatakan ”Quantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis kerja untuk semua tipe orang dan segala usia”. Melihat penjelasan-penjelasan di atas disimpulkan Quantum learning adalah model pembelajaran yang bisa digunakan untuk semua orang, di dalam model pembelajaran Quantum learning sudah di gabungan berbagai teori, pandangan, pemograman yang sudah ada lalu lakukan dengan cara mensugesti siswa yang dapat membawa siswa ke dalam dunia pelajaran yang menyenangkan, enjoy tetapi tetap bermakna dengan memasang latar musik, meningkatkan partisipasi individu,


(36)

menggunakan poster, video, gambar guna memberidengan cara menundukkan siswa dengan musik yang nyaman kesan dengan menonjolkan informasi.

Deporter dan Harnacki (2013: 16) mendefinisikan Quantum Learning sebagai interaksi- interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya semua kehidupan adalah energi ubuh kita adalah materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya dengan interaksi, adar mengahsilkan energi cahaya yang berguna bagi hidup.

Dalam pemahaman Quantum lerning Sugiyanto (2008: 67) menuliskan pernyataan DePorter sebagai berikut :

Rumus yang terkenal dalam fisika Quantum adalah massa kali keceepatan cahaya kuadrat sama dengan energi (E=mc2). Di artikan dalam tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Melihat pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembeljaran quantum bukan berlandaskan sama seperti fisika kuantum melainkan hanya analogi prinsip fisika Einsten .

Huda (2014: 195) Dalam model pembelajaran Quantum terdapat beberapa strategi, konsep dan modalitas antara lain sebagai berikut: (1) Teori otak kanan/kiri, (2) Teori otak trie one, (3) Pilihan Modalitas IntelegensiVAK (Visual/penglihatan, Audio/suara, Kinestik/ gerakan) , (4) Teori kecerdasan ganda (Pendidikan Holistik; Belajar berdasarkan pengalaman; Belajar dengan simbol; Belajar dengan simulasi/ permainan), dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi modalitas VAK (Visual, Audio, Kinestik) dan belajar dengan permainan.


(37)

Menurut Sugiyanto (2008:69-71) beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk pembelajaran Quantum sebagai berikut:

(a).Berpangkal pada psikologi Kognitif, (b). Lebih bersifat humanistis manusia sebagai pembelajar menjadi pusat perhatiannya, (c). Lebih bersifat Kontruktivis, (d). Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna bukan sekedar transaksi makna, (e). Menekankan pada percepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi, (f). Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajarn bukan keadaan yang dibuat-buat, (g). Sangat menekankan kebermaknaan dan kemutuan proses pembelajaran, h). Memadukan konteks dan isi pembelajaran, (i). Memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan dalam hidup dan prestasi fisikal atau material, (j). Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran, (k). Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban (l). Mengintregasikan total tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Quantum memiliki asas yang berbunyi “Bawalah Dunia kita ke Dunia Mereka” dalam artian apa yang ada dalam diri harus mampu mebawa anak didik untuk memahami dan mencoba menerangkannya dalam kehiduapan (Deporter, Reardon, Nourie, 2011: 35). Deporter, Reardon, Nourie (2011: 36) menjelaskan terdapat beberapa prinsip utama pembagun model pembelajaran Quantum adalah (a). Segalanya berbicara, (b). Semuanya bertujuan, (c).Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penanaman, (d). Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran, (e). Sadarilah bahwa sesuatu yang dipelajari layak pula untuk dirayakan.

Proses pembelajaran Quantum juga berlaku bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Selain prinsip pembelajaran Quantum juga memiliki konsep belajar, yaitu adalah konsep belajar TANDUR. Deporter, Reardon, dan Nourie (2012: 128) menjelaskan TANDUR sebagai berikut: a). Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat


(38)

sertakan diri mereka,pikat mereka dengan AMBAK (AMat Banyak Manfaat BagiKu), b). Alami yaitu berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui, c). Namai yaitu berikan data yang tepat saat minat memuncak mengenalkan konsep pokok materi pelajaran, d). Demonstrasikan dengan cara memberikan kesempatan bagi msiswa untuk mengkaitkan pengalaman dengan data baru sehingga mereka menghayati dan menganggapnya seperti pengalaman pribadi, e). Ulangi dengan cara merekatkan gambaran keseluruhan apa yang telah dilalui sebelumnya biasanya dalam bentuk tes, penugasan, pertanyaan, f). Rayakan dengan cara memberikan pujian, bernyanyi bersama, memberi reward. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.

Melihat Penjelasan-penjelasan di atas disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Quantum adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan cara teknik strategi yang menyenangkan yang telah di rancang dari awal hingga akhir yang telah disajikan secara khusus oleh guru.

F. Tindakan Yang dilakukan

Tindakan yang dilakukan adalah guru mengajarkan pelajaran Seni Musik dengan menggunakan model pembelajaran Quantum yaitu pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Dengan cara menerapkan beberapa konsep strategi dan prinsip-prinsip utama yang terkandung dalam pembelajarn Quantum. Menggunakan pilihan modalitas media VAK (Visual, Audiovisual, Kinestik), memotifasi dengan menerapkan konsep belajar AMBAK (amat banyak manfaat bagiku) lalu menerapkan kerangka


(39)

rancangan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan).

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan, maka hipotesis tindakan yang diajukan, yaitu: penerapan model pemebelajaran Quantum dapat meningkatkan nilai hasil belajar seni musik siswa kelas IV SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta.


(40)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau Class Action Research (CAR). Dalam Arikunto (2010: 1) Departemen Pendidikan Nasional berpendapat bahwa “penelitian ini merupakan penelitian yang sangat tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan selanjutnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara luas”.

Salah satu ciri penelitian Tindakan Kelas Menurut Arikunto (2010) adalah harus terlihat adanya upaya untuk meningkatkan mutu professional guru, bukan hannya seperti yang dilakukan sebagai pekerjaan sehari-hari. Adapun salah satu tujuan PTK menurut Arikunto (2008: 81) adalah “Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah”.

B. Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta yang beralamatkan di Jln Krakatau utara no 4 Surakarta Jawa Tengah. Dimulai pada bulan Januari sampai bulan Mei tahun 2016, secara rinci agenda kegiatan yang berkaitan bisa dilihat pada Tabel 1 (lihat Lampiran 1 ).


(41)

2. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SD Negeri Bibisluhur 1 surakarta, tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 36 siswa. Sedangkan obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar seni musik dengan penerapan model Pembelajaran Quantum.

3. Kolaborator Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini secara operasional dilaksanakan secara kolaborasi. Tindakan kolaborasi ini dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi unsur subjektifitas pengamat serta mutu kecermatan yang dilakukan. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh satu orang kolaborator yaitu Ita Wati Tikta Magdalena selaku guru seni musik di SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta. Adapun dalam penelitian ini, kolaborator ikut serta menerapkan tindakan yang dilakukan dalam proses meningkatkan prestasi belajar seni musik siswa, memberi masukan, merekam segala bentuk kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran dan menjadikannya sebagai deskripsi, dan mendiskusikan permasalahan yang ada dengan peneliti. Data dikumpulkan melalui hasil evaluasi yang dilakukan mulai dari pra siklus sampai siklus berikutnya berakhir bersama kolaborator.


(42)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus. Arikunto (2010 : 17) menggambarkan tahapan-tahapan dalam masing-masing siklus penelitian sebagai berikut :

Gambar I : Siklus Penelitian (Arikunto, 2010: 17)

Masing- masing siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada penelitian ini, dalam siklus I masih ditemukan kekurangan/kendala, maka hasil dari penelitian siklus I diteruskan pada siklus II setelah melalui evaluasi dan refleksi. Penelitian ini hanya sampai siklus II karena pada siklus II ini nilai KKM sudah terpenuhi yaitu nilai minimal 70.


(43)

Adapun uraian dari tahap-tahap setiap siklus dijelaskan sebagai berikut:

1. Siklus 1

Dalam siklus I, pelaksanaan penelitian terdiri atas 4 tahap, yaitu perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi. Secara rinci keempat tahapan ini diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan sesuatu. Tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Seni musik dengan menggunakan model pembelajaaran Quantum.

2) Menyiapkan materi pembelajaran bahan ajar yaitu lagu perjuangan definisi lagu hymne, mars, percintaan, dan sindiran beserta contohnya menyiapkan salah satu lagu jenis hymne yaitu lagu “Bagimu Negeri” beserta makna syair unsur ekspresif (dinamik,tempo dan gaya) yang terkandung dalam lagu tersebut berupa video, audio dan konsep-konsep materi yang telah di siapkan.

3) Menyiapkan media pembelajaran ( layar LCD, Laptop dan speaker) 4) Menyusun pedoman pengamatan yaitu aspek-aspek yang akan diobservasi yang terdiri dari lembar observasi model pembelajaran, lembar observasi siswa.


(44)

5) Menyusun rancangan evaluasi program bersama kolabolator, selanjutnya adalah pengerjaan soal pada setiap akhir siklus. Soal terdiri dari soal pre tes dan post tes dimana pre tas dilaksanakan sebelum tindakan di berikan yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi. Sedangkan post test diberikan pada setiap akhir siklus.

6) Menyiapkan ruangan kelas. b. Pelaksanaan

Pada tahap ini telah dilakukan implementasi tindakan yang direncanakan pada tahap perencanaan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang setiap kegiatan mengandung asas TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan), menerapkan modalitas VAK (Visual, Audio, Kinestik) dan memotivasi AMBAK (Apa manfaatya bagiku) dalam model pembelajaran Quantum. Adapun isi dari proses pembelajaran dilaksanakan sesuai RPP yang terlampir.

Pertemuan I

Materi : Memahami definisi, jenis dan contoh lagu perjuangan beserta makana syair lagu “Bagimu Negeri”.

Pertemuan pertama ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup sesuai pada Rpp yang terlampir.

Pertemuan II

Materi : Menjelaskan unsur ekspresif musik (tempo yang di pakai grave , dinamik yang dipakai cresendo dan decresendo, gaya


(45)

yang di pakai legato dan sforzando) dalam lagu perjuangan “Bagimu Negeri

Pertemuan kedua ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup sesuai pada Rpp yang terlampir (pada Lampiran ).

Pertemuan III

Pada pertemuan ketiga dilaksanakan evalusi akhir siklus, siswa- siswi mengerjakan soal tes akhir siklus berupa tes obyektif yaitu tes pilihan ganda yang bertujuan untuk mengukur aspek kognitif pengetahuan yang sudah di dapatkan.

c. Pengamatan/ observasi

Pengamatan / observasi dalam penelitian ini telah dilaksanakan dengan mencermati proses jalannya pelaksanaan tindakan. Sementara tindakan dilaksanakan, dilakukan pengamatan terhadap perilaku yang diberikan. Tahap observasi dilaksanakan untuk melihat secara langsung aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum. Hasil dari observasi ini digunakan oleh peneliti sebagai dasar atau acuan untuk tahap refleksi.

d. Refleksi

Refleksi atau pristiwa perenungan ini merupakan langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakuakn guru maupun siswa. Dari hasil observasi yang sudah dilakukan. Pada pertemuan siklus I dan II serta evaluasi telah ditemukan kekurangan, maka kekurangan tersebut akan dipergunakan untuk memperbaiki


(46)

kinerja pada pertemuan selanjutnya, hasil analisis dari refleksi akan digunakan sebagai acuan perencanaan siklus berikutnya. Dari hasil observasi yang sudah dilakukan melalui hasil tes evaluasi, dan observasi serta dokumentasi maka dilakukan penilaian/penyekoran dari hasil tindakan untuk dilakukan refleksi.

Dalam refleksi ditemukan kekurangan, yakni nilai tes siswa-siswi masih ada yang dibawah standar nilai yang ditentukan. Dari hasil pengamatan observasi masih terdapat beberapa siswa-siswi yang cenderung ramai sendiri, sedangkan teman-temannya memperhatikan dan aktif mengkuti pelajaran. Kekurangan itu dijadikan pertimbangan dalam menyusun rencana tindakan untuk diterapkan pada siklus berikutnya, sedangkan ada beberapa hal yang menunjukkan hasil positif yakni siswa lebih antusias dan lebih cepat menangkap materi/bahan ajar, ditampilkan menggunakan video dan audio lalu menggunakan permainan untuk mengevaluasi siswa-siswi. Dari hasil tersebut,maka hal yang positif akan dipertahankan dan ditingkatkan intensitasnya.

2. Siklus 2

Hasil dari pengamatan siklus 1 tindakan lanjutan ini merupakan tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar hasil belajar mata pelajaran seni musik yang lebih baik. Siklus II dari penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Perbedaan dari tindakan siklus I dan tindakan siklus II terletak pada hasil yang diperoleh dan kegiatan inti yang diberikan guru sedikit berbeda dengan siklus 1. Pada siklus satu


(47)

banyak siswa-siswi yang masih kurang aktif dalam pembelajaran sedangkan pada siklus dua siswa-siswi mendapat kesempatan tanggung jawab masing-masing untuk menjawab soal yang diberikan Guru.

Dalam tindakan siklus II ini, hasil belajar yang diperoleh mengalami perbaikan dari hasil belajar tindakan siklus I. Sama seperti siklus 1 dalam siklus II ini terdapat 4 tahap, yaitu perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi. Secara rinci keempat tahapan ini diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan sesuatu. Tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran. Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Seni musik

dengan menggunakan model pembelajaaran Quantum.

2) Menyiapkan materi pembelajaran bahan ajar lagu perjuangan yaitu definisi lagu hymne, mars, percintaan, dan sindiran beserta contohnya menyiapkan salah satu lagu jenis lagu perjuangan. Salah satunya Lagu “Halo-Halo Bandung” beserta makna syair unsur ekspresif (dinamik, tempo dan gaya) yang terkandung dalam lagu tersebut berupa video audio dan konsep-konsep materi yang telah di siapkan dan 4 lembar soal dan jawaban yang di tempel pada kertas asturo untuk dikerjakan siswa-siswi .


(48)

3) Menyiapkan media pembelajaran ( layar LCD, Laptop dan speaker, kertas asturo)

4) Menyusun pedoman pengamatan yaitu aspek-aspek yang akan diobservasi yang terdiri dari lembar observasi model pembelajaran, lembar observasi siswa.

5) Menyusun rancangan evaluasi program bersama kolabolator. Tahap selanjutnya adalah pengerjaan soal pada setiap akhir siklus.

6) Menyiapkan ruangan kelas. b. Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang setiap kegiatan mengandung asas TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan), modalitas VAK (Visual, Audio, Kinestik) dan memotivasi AMBAK (Amat banyak manfaat bagiku) dalam model pembelajaran Quantum. Adapun isi dari proses pembelajaran dilaksanakan sesuai RPP (lihat Lampiran 7) .

Pertemuan I

Materi : Memahami definisi, jenis dan contoh lagu perjuangan beserta makana syair lagu “Halo-Halo Bandung”.

Pertemuan pertama ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup sesuai pada Rpp yang terlampir.


(49)

Pertemuan II

Materi : Menjelaskan unsur ekspresif musik (tempo dimaricca, dinamik cresendo dan decreseno, gaya stackato dan sforzando) dalam lagu Perjuangan “Halo-halo Bandung”.

Pertemuan kedua ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup sesuai pada Rpp yang terlampir.

Pertemuan III

Pada pertemuan ketiga dilaksanakan evalusi akhir siklus, yaitu siswa mengerjakan soal tes akhir siklus berupa tes pilihan ganda yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana perubahan prestasi belajar siswa setelah diadakannya tindakan.

c. Pengamatan/ observasi

Pengamatan dalam penelitian ini merupakan proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Sementara tindakan dilaksanakan, dilakukan pengamatan terhadap perilaku yang diberikan. Tahap observasi dilaksanakan untuk melihat secara langsung aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum. Hasil dari observasi ini digunakan oleh peneliti sebagai dasar atau acuan untuk tahap refleksi.

a. Refleksi

Kegiatan pada langkah ini untuk mencermati, mengkaji, dan menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan yang didasarkan pada data yang telah terkumpul pada langkah


(50)

observasi. Data yang diperoleh dari hasil observasi penelitian ini dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan. Kesimpulan yang telah diperoleh pada siklus II ini adalah siklus yang terahir yang tidak perlu memberikan tindakan lanjutan karena hasil penelitian telah dapat dikatakan berhasil. Nilai Tes pada siklus II ini lebih baik dari tes siklus 1.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data diperoleh ketika dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Prastowo (2011: 112-113) mengatakan bahwa:

Data peneliti dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu data skunder dan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian menggunakan alat ukur atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari, sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitinya.

Pengumpulan data pada penelitian ini akan menggunakan pengumpulan data primer yaitu berupa data tes, observasi, dokumentasi, lapangan sebagai berikut:

1. Observasi

Narbuko dkk (2013: 16) menjelaskan observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunaka observasi dengan menggunakan tanda (v) atau kata ya pada hal yang diamati muncul lalu didiskripsikan menjadi kata-kata dari sekor yang diperoleh.


(51)

2. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa Foto, dan arsip nilai yang digunakan sebagai perbandingan data dalam proses meningkatkan prestasi belajar Seni Musik melalui Model Pembelajaran Quantum. 3. Tes

Tes digunakan sebagai instrument pengumpul data digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Pada penelitian ini guru menggunakan tes pilihan ganda sebelum tindakan siklus dilaksanakan dan setiap akhir siklus dilaksanakan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa lembar observasi siswa dan guru, soal tes, dan dokumentasi sebagai berikut:

a. Soal Tes

Jenis soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dengan bentuk tes pilihan ganda. Tes yang diberikan digolongkan menjadi dua yaitu tes pre tes (sebelum tindakan dilakukan) dan pro tes (setelah tindakan dilaksanakan) . Tes awal sebelum dilaksanakannya pembelajaran (lihat Lampiran 8) dan tes setelah dilaksanakan pembelajaran pada setiap akhir siklus berahir (lihat Lampiran 9). Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengukur aspek pengetahuan kognitif siswa yang di tandai


(52)

denga meningkatnya nilai hasil belajar siswa-siswi dalam menggunakan model pembelajaran Quantum dalam pelajaran seni musik kelas 4.

b. Lembar observasi

Lembar observasi disusun peneliti dengan kolabolator untuk mengumpulkan data tentang :

1. Penerapan kerangka model pembelajaran Quantum dalam pelajaran seni musik oleh guru. (lihat Lampiran 12)

2. Aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. (lihat Lampiran 15)

c. Dokumentasi

Instrumen dari dokumentasi yaitu adalah kamera. Kamera digunakan untuk mengambil gambar atau foto dan kegiatan siswa-siswi selama proses pembelajaran berlangsung. (lihat Lampiran 5)

F. Validasi Instrumen

Instrumen yang valid menurut Arikunto (2012:127) adalah “instrumen yang mampu mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur”. Untuk mendapat data yang akurat perlu disusun instrumen yang valid dan reliabel. Ada 4 stategi untuk meningkatkan validasi menurut Arikunto (2012: 128) adalah “Face Validity, Trianggulation, Critical reflektion, Catalic validity”.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah face validity. Menurut Arikunto (2012) setiap anggota peneliti tindakan sering mengecek/ menilai/ memutuskan suatu instrumen dan data dalam proses kolaborasi dalam penelitian tindakan.


(53)

G. Validitas Penelitian

Brog dan Gall dalam Kunandar (2008: 104-107) menjelaskan ada lima kriteria yang tepat untuk validasi penelitian tindakan kelas yaitu, validitas demokratis, validitas katalistik, validitas proses, validitas hasil dan validitas dialog. Berikut ini uraian dari masing-masing validitas tersebut:

1. Validitas Demokratis

Validitas demokratik Penelitian tindakan ini memenuhi validitas demokratik karena peneliti benar-benar berkolaborasi dengan guru dan siswa serta menerima segala masukan dari berbagai pihak agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam penelitian yang dilakukan sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti berupa upaya meningkatkan nilai seni musik siswa-siswi kelas IV melalui Quantum learning di SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta. Hal ini dilandasi dengan rendahnya pemahaman siswa tentang unsur-unsur yang terkandung dalam seni musik.

Selanjutnya kolaborator memberikan masukan bahwa dalam mengajarkan seni musik siswa diberikan contoh dengan menggunakan media yang menarik terlebih dahulu, yang akhirnya anak akan tertarik dengan materi yang akan diberikan. Peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran diperlukan pembelajaran yang menyenangkan dengan modalitas media yang dapat menunjang agar pembelajaran terlaksana menyenangkan, maka penggunaan Model Pembelajaran Quantum sangat tepat untuk membantu proses pembelajaran Seni Musik , karena selain dapat menampilkan Materi, siswa juga dapat mendengarkan bunyi gambar video dan menjawab soal-soal dengan cara yang menyenangkan. Oleh


(54)

karena itu, dalam proses pembelajaran Seni Musik dengan Model Quantum Learning akan meningkatkan nilai siswa. Dalam validitas ini saling mengemukakan pendapat yang dilakukan oleh peneliti dan kolabolator berlangsung sepanjang penelitian,dari awal hingga akhir penelitian.

2. Validitas Hasil

Validitas hasil mengandung konsep bahwa tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran seni musik melalui Model Pembelajaran Quantum SD Negeri Bibisluhur 1 Surkarta membawa hasil yang sukses. Hasil yang efektif tidak hanya melibatkan solusi masalah tetapi juga meletakkan kembali masalah kedalam suatu kerangka sehingga melahirkan pertanyaan baru.

3. Validitas Proses

Validitas proses merupakan salah satu kriteria validitas yang merujuk pada sifat kritis atau proses penelitian dan keberhasilan kerjasama selama proses keberhasilan berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran, terdapat beberapa siswa yang ramai sendiri tidak fokus dengan apa yang terjadi di kelas nya.

Peneliti dan kolabolator membahas masalah – masalah tersebut dipecahkan bersama bagaimana agar siswa tetap memperhatikan guru dan lingkungan kelasnya. Kolabolator dan peneliti menemukan solusi yaitu untuk menerapkan reflesing dan games pada saat pelajaran berlangsung. Yang nanti nya diharapkan dapat menarik perhatian siswa tersebut.


(55)

4. Validitas Katalistik

Validitas katalistik terkait dengan kadar pemahaman yang tercapai pada proses pembelajaran dengan cara mengelola perubahan, termasuk pemahaman peneliti, kolaborator dan siswa terhadap peran masing-masing dan tindakan yang dilakukan sebagai akibat perubahan ini. Validitas ini ini mengarah pada pembaharuan. Dalam proses pembelajaran awalnya guru memberikan pengajaran dengan satu arah yaitu hanyya guru yang aktif setelah di telaah dilakukan pembaharuan guru dalam penelitian ini sebaiknya menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran melalui media pembelajaran audio video kinestik.

5. Validitas Dialog

Berdasarkan data awal penelitian dan masukan yang ada, selanjutnya peneliti mengklarifikasikan, mendiskusikan, menganalisis data tersebut dengan guru Seni Musik untuk memperoleh kesepakatan. Penentuan bentuk tindakan pada penelitian ini dilakukan bersama antara peneliti dan guru Seni Musik SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta yaitu Ita Wati Tikta Magdalena, dialog atau diskusi dilakukan untuk menyepakati bentuk tindakan yang sesuai sebagai alternatif pemecahan permasalahan dalam penelitian ini.


(56)

H. Teknik Analisis Data

Dari hasil data penelitian yang terkumpul, kemudian dianalisis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis yang mendeskripsikan proses penelitian tentang peningkatkan prestasi belajar seni musik siswa yang berlangsung di kelas IV SD Negeri Bibisluhur 1 Surakarta dari awal hingga akhir penelitian. Data yang diperoleh berupa lembar observasi, dan dokumentasi diolah dianalisis menjadi kesimpulan. Selanjutnya diklasifikasikan untuk kemudian dikaitkan dengan data kuantitatif yaitu data dari Tes yang sudah dianalisis dengan menghitung rata-rata nilai dan presentase. (Sukardi, 2008: 53) Adapun rumus untuk mencari rata-rata, presntase keberhasilan, dan peningkatan nilai adalah sebagai berikut :

Nilai Rata-rata siswa = Jumlah nilai siswa Jumlah siswa

Presentase keberhasilan = Jumlah nilai siswa yang mencapai KKM X 100 Jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian

Peningkatan nilai = Nilai akhir – Nilai awal

Hasil analisis tersebut digunakan sebagai dasar untuk mendiskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang ditandai semakin meningkatnya nilai prestasi belajar seni musik menggunakan model pembelajaran


(57)

Quantum. Secara lengkap pedoman penentuan kategori peningkatan evaluasi pembelajaran dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1: Pedoman Kriteria Pencapaian Nilai

Nilai Katagori

80 - 100 Sangat baik

66 - 79 Baik

66 – 79 Cukup

56 - 65 Kurang

41 - 55 Sangat Kurang

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika dapat mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Berdasarkan keberhasilan yang tuntas, maka dalam penelitian ini, peneliti menetapkan indikator keberhasilan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai rata-rata kelas pada setiap siklus mengalami peningkatan. 2. Jika 70% siswa mencapai kriteria tuntas yaitu mencapai nilai KKM


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian

Hasil penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan dilanjutkan siklus II. Tetapi sebelum siklus I dilakukan, terlebih dahulu dilaksanakan uji pra siklus. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat peningkatan hasil belajar mengetahui sejauh mana kemampuan siswa-siswi kelas IV SDN Bibisluhur 1 Surakarta, dalam menguasai materi Seni Musik. Adapun penjabaran hasil pra siklus, siklus I, dan siklus II sebagai berikut:

1.Pra Siklus

Kegiatan uji pra siklus dalam penelitian ini berupa pemberian soal- soal tes kepada siswa terkait materi seni musik lagu perjuangan dengan unsur musik tempo, gaya dan dinamik. Hasil uji pra siklus dan hasil siklus dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan antara sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Kegiatan pra siklus dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Januari 2016. Dari hasil tes pra siklus yang diperoleh, diketahui nilai rata-rata sebesar 63,19 apabila dikonversikan dalam katagori penafsiran klasifikasi nilai maka rata-rata pra siklus tersebut tergolong dalam klasifikasi cukup tetapi belum memenuhi setandar KKM yang ditentukan yaitu rata-rata nilai kelas 70. Secara lengkap hasil ujian pra siklus dapat dilihat pada (lampiran 2).


(59)

Berdasarkan lampiran nilai pra siklus disimpulkan bahwa nilai rata-rata prestasi siswa kelas VI pada tahapan pra tindakan yaitu sebesar 63,19. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa-siswi masih berada dibawah KKM yang ditentukan yaitu pada angka 70. Jumlah siswa –siswi yang tuntas atau mencapai nilai > 70 adalah 12 siswa sedangkan siswa-siswi yang belum tuntas atau mendapatkan nilai kurang dari < 70 adalah 12 siswa-siswi. Nilai tertinggi yang dperoleh pada pra tindakan adalah sebesar 85 dengan nilai terendah adalah 45 . Berikut kriteria pencapaian prestasi belajar seni musik pada siswa-siswi kelas VI SDN Bibisluhur 1 Surakarta pada tahapan pra tindakan:

Tabel 2: Pencapaian Nilai Pra tindakan

Nilai Katagori Jumlah siswa

80 - 100 Sangat baik 4

66- 79 Baik 8

56- 65 Cukup 12

40- 55 Kurang 12

0- 39 Sangat Kurang -

Berdasarkan tabel pencapaian nilai pra tindakan, dapat disimpulkan bahwa nilai dalam kriteria cukup dan kurang yaitu jumlah masing-masing cukup 12 siswa, kurang 12 siswa. Sedangkan siswa yang mencapai nilai sangat baik sejumlah 4 orang, baik sejumlah 8 orang, nilai sangat kurang 0 siswa. Berikut adalah histogram nilai pada tahap pra tindakan.


(60)

Gambar 2.Diagram Batang Nilai Pra Tindakan

Berdasarkan dari histogram diatas, diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata kemampuan awal siswa siswi masih berada pada dua kriteria antara cukup dan kurang yaitu sejumlah nilai kurang 12 siswa, jumlah nilai cukup 12 siswa rata-rata kelas belum memenuhi KKM yaitu dengan nilai rata-rata kelas 70. Maka berdasarkan kesimpulan diatas dijadikan pedoman penelitian siklus pertama dan begitu pula selanjutnya.

2. Siklus 1

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus 1 terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan . Adapun penjabaran hasil penelitian pada siklus I sebagai berikut:


(61)

a. Perencanaan

Pada tahap pertama pelaksanaan siklus I adalah perencanaan. Perencanaan dilakukan agar kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan terarah, runtut dan sistematis. Perencanaan disusun melalui tahapan merancang tindakan yang akan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan prestasi hasil belajar seni musik siswa-siswi SDN Bibisluhur 1 Surakarta kelas VI dengan penerapan model pembelajaran Quantum. Berikut tahap perencanaan tindakan siklus I :

1. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian 2. Membuat Perangkat pembelajaran antara lain :

a. Menyusun Rencana Pembelajaran (Rpp) Seni Musik dengan menggunakan model pembelajaran Quantum.

b. Menyiapkan materi pembelajaran bahan ajar yaitu lagu perjuangan yang mencakup definisi, jenis, contoh lagu perjuangan, unsur ekspresif lagu. Salah satunya Lagu “Bagimu Negeri” beserta makna syair unsur ekspresif (dinamik, tempo dan gaya) yang terkandung dalam lagu tersebut berupa video audio dan konsep-konsep materi yang telah di siapkan dalam Power Point.

c. Menyiapkan media pembelajaran ( layar LCD, Laptop dan speaker).


(62)

d. Menyiapkan beberapa video untuk pembelajaran yaitu video jaman penjajahan, video medle lagu perjuangan, video lagu anak-anak “Kalau kau suka hati”.

e. Merancang permainan untuk evaluasi.

f. Menyusun pedoman pengamatan yaitu aspek-aspek yang akan di observasi yang terdiri dari lembar observasi model pembelajaran, dan lembar observasi siswa. Adapun lembar observasi dapat dilihat pada (lampiran 6).

g. Menyusun rancangan rubik penilaian dan evaluasi program bersama kolabolator. Menyusun Soal evaluasi lisan dan Tes pilahan ganda siklus I beserta kriteria soal dan penilaian nya. Adapun lembar soal dan penilaiannya dapat dilihat di lampiran 3. h. Menyiapkan ruangan kelas, kelas di beri pengharum ruangan

rasa buah-buahan. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

1. Pertemuan 1

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari kamis tanggal 28 januari 2016 . Pertemuan I ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup. Pada model pembelajaran Quatum ini setiap kegiaan terterap asas pembelajaran Quantum yaitu TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Sebelum Pelajaran seni musik dimulai guru menyiapkan terlebih dahulu Materi, video, laptop, LCD, speaker, dan pengharum ruangan yang nantinya akan dipakai di dalam kelas VI.


(63)

Pada kegiatan awal terterap Asas Quantum Tumbuhkan yaitu pertama-tama guru masuk ke kelas dan mengucapkan salam. Selanjutnya guru memasang perangkat yang akan digunakan serta memutar suara latar musik dengan volume lirih dan menyemprotkan pengharum ruangan sementara kolaborator menanyakan kesiapan belajar, siswa-siswi yang tidak masuk. Setelah persiapan selesai guru bersama kolaborator membuat kesepakatan bersama siswa-siswi yang bertujuan menciptakan ketertiban dan keamanan dan kelancaran selama proses pembelajaran berlangsung serta menyampaikan tujuan pembelajaran AMBAK (Apa Manfaatnya BagiKu) kepada siswa-siswi .

Pada kegiatan awal ini untuk menarik semangat siswa-siswi serta menyatukan dunia siswa-siswa-siswi dengan guru, guru mengajak siswa-siswi untuk refreshing dari mata pelajaran sebelumnya siswa siswi diajak menyanyikan lagu “kalau kau suka hati” dengan modalitas VAK (visual, audio, kinestik). Setelah itu sebelum memasuki ke kegiatan inti guru memutarkan video yang berhubungan dengan materi, yaitu video masa perjuangan lalu dihubungkan dengan kehidupan kehidupan sehari-hari di rumah.

Memasuki kegiatan inti guru menerapkan asas Quantum Alami saat minat siswa-siswi memuncak guru memulai menjelaskan materi lagu perjuangan yang diawali dengan memerintahkan siswa-siswi untuk mencatat materi yang sekiranya perlu dan penting untuk dicatat. Guru menjelaskan konsep materi lagu perjuaangan definisi,


(64)

jenis, dan makna salah satu lagu perjuangan yaitu “Bagimu Negeri”. Menjelaskan konsep lagu perjuangan meliputi definisi lagu perjuangan yang mempunyai arti ungkapan perasaan nasionalisme masyarakat indonesia dalam wujud bentuk lagu.

Berikutnya menjelaskan jenis lagu perjuangan terdiri dari 4 jenis yaitu lagu hymne, lagu mars, lagu percintaan dan lagu sindiran. Guru menjelaskan definisi setiap jenis lagu tersebut disertai dengan contoh lagu dan penciptanya yang diputarkan dalam video audio. Setelah itu guru memilih contoh satu lagu yaitu lagu “Bagimu Negeri” untuk dijelaskan makna lagu nya menggunakan modalitas VA (Visual, Audio). Guru memutar video yang berisi syair dan lagu Bagimu Negeri”. Penjelasan-penjelasan yang di jelaskan guru terkonsep dalam Power Point yang sudah di buat peneliti dengan kolabolator.

Menerapkan asas Quantum N (namai) peserta didik diberi kesempatan menjawab soal secara lisan materi lagu perjuangan dari guru. Guru memilih beberapa siswa siswi melalui permainan dengan menggunakan modalitas VAK ( Visual, audio, kinestik). Caranya siswa-siswi diajak menyanyikan lagu “ Kalau kau suka hati” satu putaran di ikuti dengan gerakan sesuai yang diperintahkan di lagu. Setelah itu barulah guru memberi arahan untuk menyanyikan lagu “Kalau kau suka hati” mempraktikkan tetapi tanpa suara perintah dari lagu tersebut hanya di gerakkan saja tanpa dibunyikan.


(65)

Dari permainan tersebut guru mendapatkan beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi dan akhirnya keliru membunyikan perintah dari lagu “Kalau kau suka hati” lalu siswa-siswi tersebut diberi soal oleh guru. Pada pertemuan kedua ini ada beberapa siswa yang salah mempraktikkan intruksi dan akhirnya diberi pertanyaan lisan oleh guru. Saat siswa menjawab soal dari guru siswa yang lain diberi kesempatan untuk menyanggah jawaban temannya tersebut. Pertemuan pertama ini belum nampak siswa-siswi menyanggah jawaban temannya yang mendapat pertanyaan dari guru. Karena hal tersebut guru langsung mengoreksi membahas dan menyimpulkan jawaban siswa-siswi berikan secara lisan.

Pembahasan selesai guru menerapkan asas Quantum Demonstrasi dimana peserta didik bersama-sama menyanyikan lagu “Bagimu Negeri” dengan mempraktikkan makna lagu yang sudah dijelaskan guru yaitu dengan tenang dan khidmad menggunakan modalitas Audio Visual Kinestik .

Asas Quantum berikutnya adalah asas Ulangi pada asas ulangi ini guru menjelaskan kembali materi yang sudah diterangkan menguatkan materi definisi, jenis, contoh, pencipta lagu perjuangan beserta makna lagu “Bagimu Negeri” di simpulkan kembali oleh guru. Pada tahap ini guru menanyakan kembali kepada siswa-siswi apakah ada kesulitan pada siswa-siswi mengenai materi yang sudah diberikan guru.


(66)

Kegiatan akhir tertera asas Quantum yang terahir yaitu asas Rayakan. Guru mengajak seluruh siswa-siswi tepuk tangan bersama-sama guna mengakhiri pelajaran telah terlaksana dengan lancar. Selain itu guru memberi reward berupa janji pemberian hadiah berupa pensil dan penghapus kepada beberapa siswa yang paling aktif dalam pembelajaran pada akhir penelitian, lalu diringi tepuk tangan satu kelas. Untuk menutup pelajaran guru mengucapkan salam guna mengakhiri pelajaran yang sudah berlangsung.

2. Pertemuan 2

Pertemuan kedua siklus 1 dilaksanakan pada hari kamis tanggal 4 Febuari 2016 . Pertemuan kedua tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama hanya materi nya yang berbeda. Pertemuan ke dua ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup. Masih sama dengan pertemuan I pada model pembelajaran quatum ini setiap kegiaan terterap asas pembelajaran Quantum yaitu TANDUR (Tanami, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Sebelum Pelajaran seni musik dimulai guru menyiapkan terlebih dahulu Materi, video, laptop, LCD, speaker, dan pengharum ruangan yang nantinya akan dipakai di dalam kelas VI.

Pada kegiatan awal terterap Asas Quantum Tumbuhkan yaitu pertama-tama guru masuk ke kelas dan mengucapkan salam. Selanjutnya guru memasang perangkat yang akan digunakan serta memutar suara latar musik dengan volume lirih dan menyemprotkan


(67)

pengharum ruangan sementara kolaborator menanyakan kesiapan belajar, dan mengecek absensi siswa-siswi yang tidak masuk. Setelah persiapan selesai guru bersama kolaborator membuat kesepakatan bersama siswa-siswi yang bertujuan menciptakan ketertiban dan keamanan dan kelancaran selama proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran AMBAK (Apa Manfaatnya BagiKu) kepada siswa-siswi .

Guru menyatukan dunia siswa-siswi dengan cara mengajak siswa-siswi untuk refreshing dari pelajaran sebelumnya menyanyikan lagu “Kalau kau suka hati” dengan modalitas VAK (visual, audio, kinestik). Selanjutnya guru memutarkan cuplikan video yang berkaitan dengan materi pertemuan ke II yang dikaitkan dengan materi minggu lalu. Setelah itu guru menanyakan materi minggu lalu yang dikaitkan dengan materi yang akan dibahas selanjutnya yaitu unsur musik dinamik, tempo dan gaya pada lagu “Bagimu Negeri”.

Memasuki kegiatan inti guru menerapkan asas Quantum Alami saat minat siswa-siswi memuncak guru memulai menjelaskan materi unsur ekspresif yaitu dinamik, tempo, gaya dalam lagu “Bagimu Negeri” yang diawali dengan memerintahkan siswa-siswi untuk mencatat materi yang sekiranya perlu dan penting untuk dicatat. Menjelaskan konsep materi meliputi definisi dan contoh unsur musik dinamik, tempo dan gaya. Selanjutnya mengapresiasi lagu “Bagimu Negeri” dengan unsur musik dinamik, tempo dan


(68)

gaya yang terkandung dalam lagu tersebut dengan memutarkan video lagu “Bagimu Negeri” dengan modalitas Visual Audio. Penjelasan materi guru tersebut terkonsep dalam power point yang sudah dibuat guru dengan kolabolator sebelumnya.

Kegiatan selanjutnya masih sama seperti peserta didik diberi kesempatan menjawab soal secara lisan dari guru. Dengan permainan guru memilih beberapa siswa siswi untuk menjawab soal menggunakan modalitas VAK ( Visual, audio, kinestik). Caranya siswa-siswi diajak menyanyikan lagu “Kalau kau suka hati” satu putaran di ikuti dengan gerakan sesuai yang diperintahkan di lagu. Setelah itu barulah guru memberi arahan untuk menyanyikan lagu “Kalau kau suka hati” tetapi tanpa membunyikan perintah dari lagu tersebut hanya di gerakkan saja tanpa dibunyikan perintahnya. Dari permainan tersebutlah guru mendapatkan beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi dan akhirnya diberi soal oleh guru.

Guru menerapkan asas Quantum Namai Pada pertemuan kedua masih ada siswa yang salah dan akhirnya diberi pertanyaan lisan oleh guru. Saat siswa menjawab soal dari guru siswa yang lain diberi kesempatan untuk menyanggah jawaban temannya tersebut. Pada pertemuan ke dua ini siswa-siswi sudah mulai merespon jawaban temannya lalu ada beberapa anak yang berani menyanggah jawaban yang diberikan temannya. Setelah itu sanggahan dari siswa yang memberi sanggahan tersebut di bahas dengan guru di kelas dengan didiskusikan bersama-sama. Lalu guru menyimpulkan


(69)

mengoreksi jawaban siswa-siswi tersebut secara lisan. Setelah pembahasan selesai guru menerapkan asas Quantum Demonstrasi dimana peserta didik bersama-sama diajak menyanyikan lagu “Bagimu Negeri” dengan mempraktikkan unsur musik dinamik, tempo dan gaya dalam lagu “Bagimu Negeri” sesuai pada partitur yang tertera dengan menggunakan modalitas Audio Visual Kinestik . Asas Quantum berikutnya adalah asas Ulangi pada asas ulangi ini guru menjelaskan kembali materi yang sudah diterangkan menguatkan materi dinamik, tempo dan gaya dalam lagu “Bagimu Negeri” di simpulkan kembali oleh guru. Pada tahap ini guru menanyakan kembali kepada siswa-siswi apakah ada kesulitan pada siswa-siswi mengenai materi yang sudah diberikan guru.

Kegiatan Akhir tertera asas Quantum yang terahir yaitu asas Rayakan. Guru mengajak seluruh siswa-siswi tepuk tangan bersama-sama guna mengakhiri pelajaran telah terlaksana dengan lancar. Selain itu guru memberi reward hadiah berupa pensil dan penghapus kepada beberapa siswa yang paling aktif dalam pembelajaran yang di iringi tepuk tangan satu kelas. Setelah itu guru mengumumkan kepada siswa-siswi minggu depan akan diadakan ulangan dengan materi minggu lalu dan hari ini. Mengingatkan untuk belajar agar bisa mengerjakan soal yang diberikan guru minggu depan. Untuk menutup pelajaran guru mengucapkan salam guna mengakhiri pelajaran yang sudah berlangsung.


(1)

(2)

(3)

(4)

156


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKATKAN KREATIVITAS MELALUI MODEL QUANTUM PADA PEMBELAJARAN SENI MUSIK

1 17 119

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI MALANGAN.

0 1 197

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADASISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PEDES SEDAYU KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA.

1 2 230

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BRUNER DI KELAS IV SD NEGERI 2 LESMANA

0 0 16

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS IV SD NEGERI 1 LESMANA

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP MENGHARGAI PRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ENERGI PANAS DAN BUNYI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM PADA KELAS IVA SD NEGERI 2 CILONGOK

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DI KELAS IV SD NEGERI 1 BOTOMULYO

0 5 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DI KELAS IV SD NEGERI 1 BOTOMULYO - repository perpustakaan

0 0 23

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SENI MUSIK MATERI MENGIDENTIFIKASI NADA DAN SIMBOL NADA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ZOLTAN KODALY KELAS III SD NEGERI 2 KARANG TALUN

1 2 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DI KELAS V SD NEGERI MADUKARA P

0 0 16