Peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa melalui penggunaan lembar kerja siswa dengan model pembelajaran contextual teaching and learning pada materi kubus dan balok untuk kelas VIIIA di SMPN 1 Kasihan Bantul.

(1)

ABSTRAK

Theresia Hermin Nugraheni. 2016. Peningkatan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Melalui Penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Materi Kubus dan Balok untuk Kelas VIIIA di SMPN 1 Kasihan Bantul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Kurangnya hasil belajar dan keaktifan siswa mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di kelas VIIIA di SMPN 1 Kasihan Bantul. Terdapat dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu (1) untuk mengetahui penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIA di SMPN 1 Kasihan Bantul (2) untuk mengetahui keaktifan siswa di kelas pada pembelajaran Matematika menggunakan Lembar Kerja Siswa dengan model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tiga siklus. Dalam tiap siklus dilakukan satu kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Obyek pada penelitian ini adalah hasil belajar dan keaktifan siswa pada materi Kubus dan Balok.

Berdasarkan analisis data, penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Kubus dan Balok kelas VIIIA SMPN 1 Kasihan Bantul. Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I 65,625%; persentase siklus II 68,75% telah mengalami peningkatan sebesar 3,125% dari siklus sebelumnya; persentase siklus III 75% telah mengalami peningkatan sebesar 6,25% dari siklus sebelumnya dan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa pada materi Kubus dan Balok kelas VIIIA SMPN 1 Kasihan Bantul. Persentase keaktifan siswa di kelas pada siklus I, siklus II, dan siklus III yaitu 46,50%, 49,94%, 57,75%. Persentase tersebut telah menunjukkan peningkatan keaktifan siswa dan tergolong dalam kriteria cukup aktif di setiap siklusnya.

Kata kunci: Keaktifan Siswa, Hasil Belajar, Lembar Kerja Siswa, Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning


(2)

ABSTRACT

Theresia Hermin Nugraheni. 2016. Enhancement of Student’s Learning Result and Active Participation Through the Use of Student Worksheets with Contextual Teaching and Learning Model in Cube and Cuboid Material for Grade VIIIA in SMPN 1 Kasihan, Bantul. Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

The lack of learning result and active participation of students motivates the researcher to do a research in grade VIIIA in SMPN 1 Kasihan, Bantul. There are two purposes in this research, namely (1) to find out the use of student worksheets using Contextual Teaching and Learning (CTL) model to improve students’ learning result (2) to find out students’ active participation in the class when using students worksheets with CTL model.

Classroom Action Research was conducted in three cycles. Each cycle was done in one meeting and it was consisted of four stages, namely planning, action, observation and reflection. The object of this research were students’ learning result and active participation in Cube and Cuboid material.

Based on the data analysis, the use of student worksheets with CTL can increase students’ learning result in Cube and Cuboid material for grade VIIIA SMPN 1 Kasihan, Bantul. The percentage of learning result’s completeness for cycle I is 65.625%; the percentage of cycle II is 68.75%. It concludes that the results increased up to 3.125%. The cycle III is increased up to 6.25% from 75% and it has reached the indicators which established. The use of student worksheets with CTL can increase students’ active participation in Cube and Cuboid material for grade VIIIA in SMPN 1 Kasihan, Bantul. The percentages of students’ active participation are 46.50% in cycle I, 49.94% in cycle II, and 57.75% in cycle III. Those percentages have shown in increasing students’ active participation and they are included in quite active criterion in each cycle.

Keywords: Active Participation, Learning Result, Student Worksheets, Contextual Teaching and Learning Model.


(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

UNTUK KELAS VIIIA DI SMPN 1 KASIHAN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Theresia Hermin Nugraheni NIM : 121414042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

UNTUK KELAS VIIIA DI SMPN 1 KASIHAN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Theresia Hermin Nugraheni NIM : 121414042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

T}NTT}K KELAS \TIIIA DI SMPN 1 KASIHAN BAITTT]L

Dosen Pe

@ggal: S Septemkr.2*16

It 11


(6)

SKRIPSI

PENNYGKATAN IIASIL BXLAJAR. DAJ{ IMAKTIFAIT STSWA MELALTII PENGGT]NAAIY LEMBAR KERJA SISWA

DENGAN bIOD)$L,PEMBELAJARAIT CONT,'HffAAL TEACm!{C' /uf..]p

'

:.

LW4&NING.P.ADA IVIA-TERI KT]BUS I}AN BALOK

uNttn<

xmas'rnne

ut,sMpN

I

KASTITAN

BAI{Trw

'

'

:

,O't'porsiaptru dryldistlsl{r'oleh:

llIM:

l2l4l4f,42

Ketua :

Sekretatis Anggota,

:.

.Anggota Anggota

gkultas' Kegmran dan Ilmu Peadidikan

llt


(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan berkatNya, selalu memberikan kekuatan, semangat dan mengabulkan doa permohonanku sehingga terselesaikanlah skripsi ini.  Kedua orang tuaku, Bapak Yohakim Mintarjo dan Ibuk Yuliana Suradilah yang selalu mendukung

dalam segala hal dan selalu memberikan semangat ketika mengerjakan skripsi ini.

 Kakak saya tercinta Yohanes Marwan Setiawan, yang selalu memberikan wejangan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Diego Senna Gerdioko yang selalu menjadi tempat curhat, menjadi teman, sahabat sekaligus pacar yang mendukungku dalam segala hal, yang selalu memberikan nasehat, motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

 Sahabatku terkasih, Christina Novy Wijaya, Stephani Rangga Larasati, Birgita Galuh Widyastuti, Ika Siwi Wulandani, Mikaela Yuliani, Raimunda, Fransisca Putri Wulandani, Riandika Ratna, sahabat-sahabatku kelas PMAT A, sahabat-sahabat KKN ku dan sahabat-sahabat PPLku yang selalu ada membantuku dan dengan tulus selalu memberikan semangat serta dukungan agar aku cepat lulus.  Sahabat OMK tersayang Benedicta Maria Laras, Anggela Marici Ratna Rosanti, Didik Prayoga,

Dominicus Putut Praba, Listyana Utami, Christina Aprilia yang selalu mendoakan, mendengarkan keluh kesahku, mendukungku selalu.

 Sahabat SMP dan SMA ku, Ninda Nurmalia, Aurelia Rosalin, Iga Rahma Kristiani, Yuyun Hanifah, Sailah Ribha, Puput Putri Amalia dan Anissa yang sudah meluangkan waktu membantu penelitianku, menyumbangkan tenaga untuk membantuku dan semangat yang tiada henti buatku.  Dosen pembimbingku Ibu Novella dan guru matematikaku Bu Maria Dri Handayani yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan penuh padaku.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:

Universitas Sanata Dharma


(8)

v MOTTO

Matius 7:7


(9)

PERI\IYATAAI\I KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya batrwa skripsi yang saya tulis

ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lainr kecuali yang telah disebud<an dalam kutipan atau daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarfa, 2? Septsmkr 2*16

Pemulis,

Nugraheni


(10)

PERTTYATAATT PERSETUJUAIY PUBLIKASI KARYA

ILMIAH

UNTT}K KEPENTINGAIT AKAI}EMIS

Yang befianda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharrna: Narrra : Theresia Hermia Nugraheni

NomorMahasiswa :1.21414A42

Demi kepentingan

ihnu

pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sbnata Dharrra lkarya iimiah yang berjudul:

PEhTINGKATAIY

IIASIL

BELAJAR DAI\I

KEAKTII'AN

SIS}VA MELALTN

TENGGT}NAAN

LBTilBAR

KERJA

SISWA

DENGAFI

MODEL

PEMBELA.'ARA]\I

CONTM{TIAL

ruCEING

AND LHXNING

PAI}A

I4AERT

llggu$

_D.AI{

BALOK tiUTUS

IG14q

1rs4

rU

qlqN

1

KASIHAIiI BA}TTUL

Besorta permgkat yang diperhrkan- Dengan demftian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak rmtuk menyimpan, mengalihkan

dalm

bentuk medria lain, mengelolanya dalam bertuk 4pa saja mendis&ibusikan sectra terbqla$, daq memputlikasitaaqya

di

intp.rnct atau media lain untuk kepenliqgu akdemis tanpaperlu rnerninta iiin dari saya, penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dihrtad,di Yoryakarta

Pada tanggal:27 September ZDrc

ugraheni

al vln


(11)

viii ABSTRAK

Theresia Hermin Nugraheni. 2016. Peningkatan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Melalui Penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Materi Kubus dan Balok untuk Kelas VIIIA di SMPN 1 Kasihan Bantul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Kurangnya hasil belajar dan keaktifan siswa mendorong peneliti untuk melakukan penelitian di kelas VIIIA di SMPN 1 Kasihan Bantul. Terdapat dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu (1) untuk mengetahui penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIA di SMPN 1 Kasihan Bantul (2) untuk mengetahui keaktifan siswa di kelas pada pembelajaran Matematika menggunakan Lembar Kerja Siswa dengan model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tiga siklus. Dalam tiap siklus dilakukan satu kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Obyek pada penelitian ini adalah hasil belajar dan keaktifan siswa pada materi Kubus dan Balok.

Berdasarkan analisis data, penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan model pembelajaran Contextual teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Kubus dan Balok kelas VIIIA SMPN 1 Kasihan Bantul. Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I 65,625%; persentase siklus II 68,75% telah mengalami peningkatan sebesar 3,125% dari siklus sebelumnya; persentase siklus III 75% telah mengalami peningkatan sebesar 6,25% dari siklus sebelumnya dan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa pada materi Kubus dan Balok kelas VIIIA SMPN 1 Kasihan Bantul. Persentase keaktifan siswa di kelas pada siklus I, siklus II, dan siklus III yaitu 46,50%, 49,94%, 57,75%. Persentase tersebut telah menunjukkan peningkatan keaktifan siswa dan tergolong dalam kriteria cukup aktif di setiap siklusnya.

Kata kunci: keaktifan siswa, hasil belajar, Lembar Kerja Siswa, model pembelajaran Contextual Teaching and Learning


(12)

ix ABSTRACT

Theresia Hermin Nugraheni. 2016. Enhancement of Student’s Learning Result and Active Participation Through the Use of Student Worksheets with Contextual Teaching and Learning Model in Cube and Cuboid Material for Grade VIIIA in SMPN 1 Kasihan, Bantul. Thesis. Mathematics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

The lack of learning result and active participation of students motivates the researcher to do a research in grade VIIIA in SMPN 1 Kasihan, Bantul. There are two purposes in this research, namely (1) to find out the use of student worksheets using Contextual Teaching and Learning (CTL) model to improve students’ learning result (2) to find out students’ active participation in the class when using students worksheets with CTL model.

Classroom Action Research was conducted in three cycles. Each cycle was done in one meeting and it was consisted of four stages, namely planning, action,

observation and reflection. The object of this research were students’ learning result

and active participation in Cube and Cuboid material.

Based on the data analysis, the use of student worksheets with CTL can

increase students’ learning result in Cube and Cuboid material for grade VIIIA SMPN 1 Kasihan, Bantul. The percentage of learning result’s completeness for cycle I is 65.625%; the percentage of cycle II is 68.75%. It concludes that the results increased up to 3.125%. The cycle III is increased up to 6.25% from 75% and it has reached the indicators which established. The use of student worksheets with CTL

can increase students’ active participation in Cube and Cuboid material for grade

VIIIA in SMPN 1 Kasihan, Bantul. The percentages of students’ active participation

are 46.50% in cycle I, 49.94% in cycle II, and 57.75% in cycle III. Those percentages have shown in increasing students’ active participation and they are included in quite active criterion in each cycle.

Keywords: keaktifan siswa, hasil belajar, Lembar Kerja Siswa, model pembelajaran Contextual Teaching and Learning


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dan Keaktifan Siswa Melalui Penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual teaching and Learning Pada Materi Kubus dan Balok untuk Kelas VIII A di SMPN 1 Kasihan Bantul”

.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, S. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Th. Sugiarto Pudjohartono, M.T., selaku dosen pembimbing akademik. 5. Ibu Cyrenia Novella Krisnamurti M. Sc. selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis dengan sabar. Terima kasih atas segala saran, motivasi, dan kritik selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Sri Indra Dwiyatno, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Kasihan Bantul yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.


(14)

xi

7. Ibu Maria Dri Handayani, S. Pd. selaku Guru Matematika SMPN 1 Kasihan Bantul yang telah membantu dan membimbing penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas VIIIA SMPN 1 Kasihan Bantul selaku subjek penelitian yang telah bersedia membantu peneliti dalam proses penelitian.

9. Bapak dan ibu guru serta karyawan SMPN 1 Kasihan Bantul yang telah memberikan bantuan dalam penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.

10. Keluarga besar tercinta yang telah mendukung dengan doa dan perhatiannya. 11. Teman-teman yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

12. Teman-teman PMAT kelas A angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan, nasehat, motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa kendala yang peneliti temukan baik dari faktor dalam diri maupun dari luar. Namun, kendala tersebut tidak menjadi hambatan dalam diri peneliti melainkan menjadi semangat untuk terus maju dan menyelesaikan penulisan skripsi. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan Universitas Sanata Dharma.


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Pembatasan Istilah ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar ... 14

B. Media Pembelajaran ... 19

C. Lembar Kerja Siswa ... 23


(16)

xiii

E. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 27

F. Keaktifan Siswa ... 33

G. Bangun Ruang Sisi Datar ... 35

H. Kerangka Berpikir ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 54

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 54

D. Variabel Penelitian ... 54

E. Rancangan Penelitian ... 55

F. Instrumen Penelitian ... 69

G. Teknik Pengumpulan Data ... 75

H. Validitas dan Reliabilitas Tes ... 76

I. Uji Coba Instrumen ... 79

J. Teknik Analisis Data ... 81

K. Indikator Keberhasilan ... 82

L. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 83

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PENYAJIAN DATA, DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 84

B. Penyajian Data ... 92

C. Pembahasan ... 109

D. Kelemahan Penelitian ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Tes Akhir Siklus I ... 70

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir Siklus II ... 70

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir Siklus III ... 71

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Ulangan Harian ... 72

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa di Kelas ... 74

Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi Koefisien Validitas ... 78

Tabel 3.7 Hasil Validitas Tes Akhir Siklus I ... 80

Tabel 3.8 Hasil Validitas Tes Akhir Siklus II ... 80

Tabel 3.9 Hasil Validitas Tes Akhir Siklus III ... 80

Tabel 3.10 Hasil Validitas Ulangan Harian ... 81

Tabel 3.11 Kriteria Persentase Keaktifan Siswa ... 82

Tabel 3.12 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 83

Tabel 4.1 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus I ... 93

Tabel 4.2 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus II ... 95

Tabel 4.3 Hasil Belajar Tes Akhir Siklus III ... 97

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa pada Ulangan Harian ... 98

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa pada Tes Akhir Ketiga Siklus ... 100

Tabel 4.6 Data Awal Hasil Observasi Keaktifan Siswa di Kelas ... 103

Tabel 4.7 Data Awal Hasil Observasi Keaktifan Siswa di Kelas ... 104

Tabel 4.8 Data Awal Hasil Observasi Keaktifan Siswa di Kelas ... 105

Tabel 4.9 Hasil Observasi Keaktifan Siswa di Kelas ... 106

Tabel 4.10 Hasil Observasi Keaktifan Siswa di Kelas ... 106

Tabel 4.11 Hasil Observasi Keaktifan Siswa di Kelas ... 107

Tabel 4.12 Data Observasi Keaktifan Siswa di Kelas... 108


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Kemmis dan Mc Taggart ... 31

Gambar 2.2 Kubus ABCD.EFGH ... 35

Gambar 2.3 Kubus ABCD.EFGH ... 35

Gambar 2.4 Diagonal Sisi pada Kubus ABCD.EFGH ... 38

Gambar 2.5 Diagonal Ruang pada Kubus ABCD.EFGH ... 39

Gambar 2.6 Bidang Diagonal pada Kubus ABCD.EFGH ... 40

Gambar 2.7 Balok ABCD.EFGH ... 41

Gambar 2.8 Balok ABCD.EFGH ... 41

Gambar 2.9 Diagonal Sisi pada Balok ABCD.EFGH ... 43

Gambar2.10 Diagonal Ruang pada Balok ABCD.EFGH ... 45

Gambar2.11 Bidang Diagonal pada Balok ABCD.EFGH ... 46

Gambar2.12 Kubus dan Jaring-jaring Kubus ABCD.EFGH ... 47

Gambar2.13 Balok dan Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH ... 47

Gambar2.14 Kubus ABCD.EFGH ... 48

Gambar2.15 Balok ABCD.EFGH ... 48


(19)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Bappeda dan Surat Selesai

Penelitian ……….. 122

Lampiran 2. Instrumen Pembelajaran ………125 Lampiran 3. Instrumen Penelitian (Lembar Observasi dan Soal Tes) …...191 Lampiran 4. Hasil Observasi ……….213 Lampiran 5. Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran dan Instrumen

Penelitian ………...220

Lampiran 6. Daftar Nilai Siswa ……….248 Lampiran 7. Hasil Pekerjaan Siswa ………...253


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan pendidikan yang menarik untuk dibahas dan dicari solusinya yaitu hasil belajar siswa. Menurut Miller et al (dalam Endrayanto dan Harumurti, 2014:31) hasil belajar adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa memperoleh atau menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa (Oemar Hamalik, 2003:159).

Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Guru menetapkan tujuan belajar dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Ahmad Susanto, 2013:5). Cara mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar yaitu melalui evaluasi pembelajaran.

Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi secara konseptual memiliki keunggulan yaitu menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berfokus pada hakekat siswa untuk mengembangkan


(21)

berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Menggunakan pembelajaran kontekstual memungkinkan proses pembelajaran yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga siswa dapat langsung mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya. Penerapan pembelajaran kontekstual ini tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai (Mulyasa, 2013:110). Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013:65). Menggunakan pembelajaran yang efektif ini, siswa sangat perlu dilibatkan secara aktif karena siswa adalah pusat dari kegiatan pembelajaran. Siswa harus selalu dilibatkan dalam tanya-jawab yang terarah dan mencari pemecahan terhadap berbagai masalah pembelajaran (Mulyasa, 2013:103). Diharapkan dengan pembelajaran yang efektif maka kualitas pembelajaran akan lebih meningkat.

Kurikulum 2013 telah digunakan di SMPN 1 Kasihan Bantul mulai tahun ajaran 2013/2014 dan masih digunakan hingga sekarang. SMPN 1 Kasihan Bantul merupakan salah satu dari 6 sekolah yang ditunjuk pemerintah Bantul untuk melaksanakan kurikulum 2013. Namun dilihat dari penerapannya di kelas, guru dan siswa belum memanfaatkan sumber belajar berupa bahan pengajaran dan alat secara maksimal yang menjadi penyebab masih rendahnya kualitas pembelajaran di kelas. Kurikulum 2013 berbasis kompetensi menjelaskan bahwa guru hendaknya tidak lagi berperan sebagai pusat pembelajaran, karena


(22)

pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar yang ada. Peranan sumber belajar dalam pembelajaran sangat penting karena menentukan keberhasilan belajar siswa. Pendayagunaan sumber belajar harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, menyajikan sumber belajar yang menantang dan mengajak siswa untuk mencari sendiri, memecahkan masalah, serta menemukan kesimpulan jawaban dari suatu permasalahan.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama bersekolah di SMPN 1 Kasihan Bantul, peneliti melihat bahwa guru belum memaksimalkan penggunaan media pembelajaran yang membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan guru dengan ceramah sehingga berdampak pada kurangnya keaktifan siswa ketika mengikuti pembelajaran. Dari permasalahan pembelajaran yang dialami peneliti serta dilihat dari pengertian Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru dengan mengangkat masalah-masalah aktual yang didapatkan dari pengamatan selama pembelajaran di kelas maka peneliti melakukan observasi di kelas VIIIA SMPN 1 Kasihan Bantul. Observasi bertujuan untuk melihat kembali permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas VIIIA dengan guru yang sama. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terlihat bahwa Kurikulum 2013 belum sepenuhnya terlaksana dengan baik di sekolah. Pembelajaran masih berpusat pada guru dengan metode ceramah, sedangkan siswa mendengarkan dan mencatat apa yang telah disampaikan guru. Siswa masih kurang aktif ketika pembelajaran berlangsung, lebih banyak diam dan memperhatikan guru


(23)

menjelaskan. Diam di dalam kelas memiliki arti yang ambigu, antara siswa memang mengerti apa yang disampaikan oleh guru atau sebaliknya. Guru juga kurang mengajak siswa untuk terlibat aktif di dalam pembelajaran sehingga siswapun tidak terlihat aktif bertanya pada guru ketika ada materi yang kurang jelas.

Sumber belajar berupa bahan pengajaran seperti buku pegangan matematika kurikulum 2013 lebih banyak mengajak siswa untuk terlibat aktif dan berpikir kreatif dengan memahami, menanya, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Melalui buku pegangan kurikulum 2013 siswa diarahkan untuk berpikir secara mandiri dan dapat mengeksplorasi pengetahuannya sendiri. Namun pada kenyataannya sumber belajar tersebut kurang dimanfaatkan dengan baik ketika pembelajaran. Guru masih banyak menjelaskan tanpa menggunakan buku sehingga siswapun juga jarang membaca buku tersebut.

Ketika siswa diminta mengerjakan latihan soal, guru tidak sering berkeliling untuk mengecek sampai mana siswa mengerjakan soal sehingga terlihat ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan latihan soal tersebut. Kurangnya kesadaran siswa untuk mengerjakan latihan-latihan soal, kurangnya siswa dalam membaca buku pegangan dan kurang aktifnya siswa ketika pembelajaran itulah yang menyebabkan hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa antara lain faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam seperti motivasi belajar siswa serta dukungan dari orangtua yang masih kurang. Adapun faktor dari luar antara


(24)

lain pengaruh pergaulan siswa di luar sekolah seperti mengikuti suatu kelompok, berkelahi dengan siswa di luar sekolah, ikut tawuran, dan sebagainya.

Dari berbagai permasalahan yang ditemui ketika pembelajaran, maka seorang guru membutuhkan model dan media pembelajaran yang berfungsi untuk mengajak siswa lebih aktif di kelas. Model pembelajaran yang menarik akan membuat siswa lebih bersemangat mengikuti pembelajaran dan mengajak siswa untuk terlibat aktif di dalamnya. Contextual Teaching and Learning adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa untuk melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka (Elaine, 2010:67). Menurut Nurhadi (2003:14) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara meteri yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Landasan fisosofi Contextual Teaching and Learning adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal (Sugiyanto, 2009:16).

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning diharapkan dapat digunakan ketika pembelajaran pada materi Kubus dan Balok. Penggunaan media Lembar Kerja Siswa (LKS) juga sangat diperlukan untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa terutama pada saat latihan soal. Pada LKS terdapat permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan penjelasan tentang materi yang sederhana sehingga siswa akan lebih mudah memahaminya. LKS juga memandu siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan sampai pada


(25)

akhirnya siswa menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang disajikan. Penggunaan bahasa yang lebih sederhana pada LKS akan memudahkan siswa. Diharapkan dengan penggunaan media LKS akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, untuk dapat mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatkan hasil belajar siswa maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dan Keaktifan Siswa Melalui Penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Pada Materi Kubus dan Balok untuk Kelas VIII A di SMPN 1 Kasihan Bantul.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang ada antara lain:

1. Hasil belajar siswa yang masih tergolong rendah.

2. Kurangnya keaktifan siswa selama pembelajaran matematika berlangsung. 3. Siswa kurang memanfaatkan sumber belajar yang ada terutama sangat

kurang membaca buku pelajaran.

4. Pelaksanaan pembelajaran matematika yang dilaksanakan masih berpusat pada guru (Teacher Centered).


(26)

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas VIIIA di SMPN 1 Kasihan Bantul menggunakan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning?

2. Bagaimana keaktifan siswa di kelas pada pembelajaran Matematika ketika menggunakan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning supaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A di SMPN 1 Kasihan Bantul.

2. Untuk mengetahui keaktifan siswa di kelas pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa dengan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

a. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning.


(27)

b. Penggunaan Lembar Kerja Siswa diharapkan dapat memudahkan siswa untuk memahami materi terutama pada materi Kubus dan Balok.

2. Bagi Guru

a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas guru untuk mengembangkan media pembelajaran salah satunya penggunaan Lembar Kerja Siswa.

b. Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan model pembelajaran yang disesuaikan dengan bahan ajar.

3. Bagi Sekolah

Dengan penggunaan media Lembar Kerja Siswa dan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam penelitian ini dapat menambah masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan baru bagi peneliti mengenai dunia pendidikan sebagai seorang calon guru.

F. Pembatasan Istilah 1. Hasil Belajar

Menurut Miller et al (dalam Herman, 2014:31) hasil belajar adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa memperoleh atau menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menunjuk


(28)

pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2007:159). Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.

Belajar merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Ahmad Susanto, 2013:5). Cara mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi.

2. Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Menurut Gerlach & Ely (dalam Cesep Kustandi, 2011:7) jika dipahami secara garis besar, media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Menurut Raharjo (dalam Cecep Kustandi, 2011:7) bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. materi yang diterima adalah pesan instruksional, sedangkan tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses belajar. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai


(29)

alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memroses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Cecep Kustandi, 2011:8).

Menurut pengertian tersebut maka guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Batasan lain telah dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di antaranya AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media juga sering diganti dengan kata mediator. Menurut Fleming (dalam Cecep Kustandi, 2011:8) Mediator adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan memiliki tujuan mendamaikannya. Istilah mediator, media menunjukkan fungsi dan perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pembelajaran. Mediator memiliki pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan paling canggih, dapat disebut media (Cecep Kustandi, 2011:8). 3. Lembar Kerja Siswa

Salah satu sumber belajar yang penting yaitu buku ajar berupa buku materi wajib dan buku pendamping maupun lembar kerja siswa (LKS). LKS digunakan sebagai acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan juga sebagai alat pembelajaran. LKS berisi lembar kegiatan siswa dan soal-soal latihan, LKS juga memuat ringkasan materi. LKS merupakan salah


(30)

satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya siswa (Elaine, 2010:67).

Sistem CTL mencakup delapan komponen berikut ini: 1. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna 2. Melakukan pekerjaan yang berarti

3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri 4. Bekerja sama

5. Berpikir kritis dan kreatif

6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang 7. Mencapai standar yang tinggi

8. Menggunakan penilaian autentik (Elaine, 2010, hal 65)

Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri (Sugiyanto, 2009:16). Dalam pandangan konstruktivisme para siswa dapat membangun sendiri


(31)

pengetahuannya berawal dari konsepsinya. Tugas guru memberikan kesempatan agar siswa dapat mengekplore konsepsinya dengan cara berinteraksi dengan objek kongkrit melalui observasi gejala fisis.

5. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Arikunto (dalam Taniredjo, 2011:15) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu bertujuan untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan pembelajaran di kelas secara profesional (Sukidin, Basrowi dan Suranto, 2002:16).

Menurut Taggart (dalam Zainal Aqib, 2007:30) PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap. Prosedur pelaksanaan PTK mencakup:

1. Penetapan fokus masalah penelitian dengan merasakan adanya masalah, analisis masalah dan perumusan masalah.

2. Perencanaan tindakan dengan membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan, melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.


(32)

3. Pelaksanaan Tindakan

Meliputi siapa yang melakukan apa, kapan, di mana dan bagaimana melakukannya. Skenario yang telah dibuat dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan ini juga dilakukan bersamaan dengan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

4. Pengamatan Interpretasi

Dilakukan dengan perekaman data yang meliputi proses dan hasil pelaksanaan kegiatan. Tujuan pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil dari tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

5. Refleksi

Merefleksi hasil evaluasi pembelajaran pada tiap siklus mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan kegiatan.


(33)

14 BAB II

LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar

Menurut Miller et al (dalam Endrayanto dan Harumurti, 2014:31) hasil belajar adalah kemampuan atau kompetensi yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa memperoleh atau menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa (Oemar Hamalik, 2003:159). Secara sederhana, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.

Belajar merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Guru menetapkan tujuan pembelajaran pada kegiatan pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Ahmad Susanto, 2013:5). Cara mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi.

Berdasarkan pengertian hasil belajar menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar berkaitan erat dengan proses


(34)

belajar siswa. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang telah mencapai tujuan dalam pembelajaran.

Evaluasi hasil belajar (penilaian) menurut Schwarz dan kawan-kawannya (dalam Oemar Hamalik, 2003:157) adalah suatu program untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. Maksud dari pengalaman ini adalah pengalaman yang diperoleh berkat proses pendidikan. Pengalaman tersebut tampak pada perubahan tingkah laku atau pola kepribadian siswa.

Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Oemar Hamalik, 2003:159). Evaluasi hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu:

1. Memberikan informasi tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar.

2. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan-kegiatan belajar siswa lebih lanjut, baik keseluruhan kelas maupun masing-masing individu.

3. Memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya dan menyarankan kegiatan-kegiatan remedial.


(35)

4. Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendorong motivasi belajar siswa dengan cara mengenal kemajuannya sendiri dan merangsangnya untuk melakukan upaya perbaikan.

5. Memberikan informasi tentang semua aspek tingkah laku siswa, sehingga guru dapat membantu perkembangannya menjadi warga masyarakat dan pribadi yang berkualitas.

6. Memberikan informasi yang tepat untuk membimbing siswa memilih sekolah, atau jabatan yang sesuai dengan kecakapan, minat dan bakatnya (Oemar Hamalik, 2003:160).

Evaluasi belajar siswa dilakukan guru dengan berpedoman pada kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi (Endrayanto dan Harumurti, 2014:32).

Berdasarkan pengertian dan tujuan evaluasi hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi hasil belajar adalah kegiatan mengukur tingkat pemahaman siswa selama mengikuti pembelajaran untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran.

Macam-macam hasil belajar antara lain: 1. Pemahaman konsep (aspek kognitif)

Pemahaman menurut Bloom (dalam Ahmad Susanto, 2013:6) sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang dibaca, yang dilihat,


(36)

yang dialami, atau yang dirasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang siswa lakukan. Konsep adalah sesuatu yang telah melekat dalam hati siswa berupa pemikiran atau gagasan atau pengertian yang menjadi tanda bahwa siswa tersebut telah memiliki pemahaman akan sesuatu.

2. Ketrampilan proses (aspek psikomotor)

Menurut Usman dan Setiawati (dalam Ahmad Susanto, 2013:9) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya. Menurut Indrawati (dalam Ahmad Susanto, 2013:9) keterampilan proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.

3. Sikap siswa ( aspek afektif)

Menurut Sardiman (dalam Ahmad Susanto, 2013:11) sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu


(37)

maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang. Jika dihubungkan dengan hasil belajar, sikap mengarah pada pengertian pemahaman konsep.

Macam-macam hasil belajar dapat dilihat selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar dapat dilihat mulai dari pemahaman konsep siswa, keterampilan proses, dan sikap siswa selama pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut teori Gestalt (dalam Ahmad Susanto, 2013:12) meliputi dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Siswa dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Lingkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, dan keluarga.

Menurut Wasliman (dalam Ahmad Susanto, 2013:12) hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, faktor internal maupun eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.


(38)

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Kesimpulan dari kedua pendapat di atas, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor dari dalam diri siswa sendiri (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal). Faktor dari dalam diri siswa meliputi motivasi belajar, minat, ketekunan maupun kondisi fisik siswa, sedangkan faktor dari luar adalah keluarga dan lingkungan masyarakat.

B. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Menurut Gerlach & Ely (dalam Cecep Kustandi, 2011:7) jika dipahami secara garis besar, media adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Menurut Raharjo (dalam Cecep Kustandi, 2011:7) bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan kepada penerima pesan tersebut. Materi yang diterima adalah pesan instruksional, sedangkan tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses belajar.

Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memroses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal


(39)

(Cecep Kustandi, 2011:8). Menurut pengertian tersebut maka guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Batasan lain telah dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di antaranya AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media juga sering diganti dengan kata mediator. Menurut Fleming (dalam Cecep Kustandi, 2011:8) mediator adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan memiliki tujuan mendamaikannya. Istilah mediator, media menunjukkan fungsi dan perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pembelajaran. Mediator memiliki pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai pada peralatan paling canggih, dapat disebut media (Cecep Kustandi, 2011:8).

Media adalah alat yang bertujuan menyampaikan pesan-pesan pembelajaran kepada siswa. Jika media membawa informasi yang memiliki tujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka disebut media pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs secara implisit (dalam Cecep Kustandi, 2011:15) media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafis, televisi, dan komputer.


(40)

Beberapa kesimpulan dari peristilahan media yaitu:

a. Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Media pembelajaran memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

c. Media memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.

d. Media pembelajaran dapat digunakan secara massa (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: buku, computer, radio tape, kaset, video recorder).

Menurut Hamalik (dalam Cecep Kustandi, 2011:21) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Kemp dan Dayton (dalam Cecep Kustandi, 2011:23) media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu dalam


(41)

hal 1) memotivasi minat atau tindakan, 2) menyajikan informasi, dan 3) memberi instruksi.

Menurut pendapat para ahli di atas tentang pengertian dari media, maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Jika dalam pembelajaran media merupakan perantara yang membantu guru maupun siswa untuk menyampaikan materi pembelajaran agar lebih mudah dipahami.

Media pembelajaran memiliki banyak manfaat. Berikut beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar:

a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi, sehingga dapat memperlancar serta meningkatkan proses dan hasil belajar. b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa,

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya,


(42)

misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang (Cecep Kustandi, 2011:26).

Media pembelajaran seperti alat peraga juga dapat dibuat sendiri oleh siswa sebagai sarana yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran serta dapat meningkatkan kreatifitas siswa.

C. Lembar Kerja Siswa

Salah satu sumber belajar yang penting yaitu buku ajar berupa buku materi wajib dan buku pendamping maupun lembar kerja siswa (LKS). LKS digunakan sebagai acuan untuk memandu pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan juga sebagai alat pembelajaran. LKS berisi lembar kegiatan siswa dan soal-soal latihan, LKS juga memuat ringkasan materi. LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya LKS maka akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam peningkatan prestasi belajar.

LKS yang beredar di pasaran bukanlah LKS yang sebenarnya, di sekolah banyak di temui pengunaan jenis LKS yang sebenarnya merupakan buku rangkuman materi pelajaran yang disertai dengan kumpulan soal, terutama soal-soal pilihan ganda. LKS yang semestinya dikerjakan di sekolah dalam kegiatan pembelajaran seringkali juga harus dikerjakan di rumah sebagai pekerjaan rumah (PR). Soal-soal yang terdapat di dalam LKS bisa dijawab siswa dengan melihat


(43)

materi yang ada di dalam LKS sehingga kurang melatih siswa berpikir kritis dan kemandirian siswa.

Secara garis besar Lembar Kerja Siswa adalah salah satu media pembelajaran yang berfungsi membantu guru dalam penyampaian materi. LKS dapat berisi rangkuman materi dan latihan-latihan soal yang menuntun siswa agar lebih memahami materi. LKS mengajak siswa untuk berinteraksi dengan guru sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa.

D. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya siswa (Elaine, 2010:67).

Sistem CTL mencakup delapan komponen berikut ini: 1. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna 2. Melakukan pekerjaan yang berarti

3. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri 4. Bekerja sama

5. Berpikir kritis dan kreatif

6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang 7. Mencapai standar yang tinggi


(44)

Landasan filosofi CTL adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri (Sugiyanto, 2009:16). Melalui pandangan konstruktivisme para siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya berawal dari konsepsinya. Tugas guru memberikan kesempatan agar siswa dapat mengekplor konsepsinya dengan cara berinteraksi dengan objek kongkrit melalui observasi gejala fisis.

Pembelajaran berbasis observasi dimulai dengan adanya masalah atau pertanyaan. Masalah sebaiknya dimunculkan sendiri oleh siswa, ketika mereka mengamati gejala fisis. Dari adanya permasalahan tersebut pembelajaran diarahkan pada memecahkan masalah melalui aktivitas percobaan. Pembelajaran observasi mengarahkan siswa untuk menemukan sendiri konsep, hukum atau teorema. Pembelajaran observasi menekankan adanya saling belajar dari teman sejawat melalui kegiatan refleksi.

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa dengan siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi (Ngalimun, 2014:162).


(45)

Menurut Sanjaya (dalam Sugiyanto, 2009:17) pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yakni: konstruktivisme (contruktivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Inkuiri, artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Penerapan inkuiri pada CTL dimulai dengan adanya masalah yang jelas yang ingin dipecahkan dengan cara mendorong siswa untuk menemukan masalah sampai merumuskan kesimpulan. Bertanya adalah bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan Dalam pembelajaran model CTL guru tidak menyampaikan informasi begitu saja tetapi memancing siswa dengan bertanya agar siswa dapat menemukan jawabannya sendiri (Sugiyanto, 2009:18).

Asas masyarakat belajar dapat diterapkan melalui belajar kelompok, dan sumber-sumber lain dari luar yang dianggap tahu tentang sesuatu yang menjadi fokus pembelajaran. Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa, melalui CTL siswa dapat terhindar dari verbalisme atau pengetahuan yang bersifat teoritis-abstrak. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang dicapai baik


(46)

yang bernilai positif atau negatif. Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar daripada sekedar hasil belajar (Sugiyanto, 2009:19).

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat para ahli dan berbagai penjelasan berkaitan dengan CTL adalah pembelajaran yang mengaitkan kehidupan keseharian siswa dengan materi yang sedang diajarkan bertujuan agar siswa mendapat pengalaman mempraktekkan langsung apa yang sedang mereka pelajari. Diharapkan dengan model pembelajaran yang efektif ini, hasil belajar siswa akan meningkat.

E. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Arikunto (dalam Taniredjo, 2011:15) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu bertujuan untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan pembelajaran di kelas secara profesional (Sukidin, Basrowi dan Suranto, 2002:16).

Berdasarkan rangkuman pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang didapatkan dari pengamatan selama pembelajaran di kelas yang selanjutnya dilakukan tindakan memperbaiki


(47)

dan meningkatkan pembelajaran di kelas secara profesional (Taniredjo, 2011:16). Tiga kata “Penelitian Tindakan Kelas” memiliki arti masing-masing yaitu:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah gerak kegiatan yang sengaja dilakukan untuk tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pembelajaran yang sama dari seorang guru. Kelas disini bukanlah berwujud ruangan namun sekelompok siswa yang sedang belajar (Zainal Aqib, 2007:12)

PTK memiliki karakteristik antara lain:

1. Didasarkan pada permasalahan yang dihadapi guru dalam instruksional 2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya

3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi

4. Bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik instruksional 5. Dilaksanakan dalam beberapa siklus.

Ada beberapa prinsip dasar yang melandasi PTK. Menurut Hopkins (dalam Taniredja, 2011:17) prinsip yang dimaksud antara lain:

1. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.


(48)

2. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.

3. Kegiatan meneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

4. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap diagonosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

5. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.

6. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas.

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara berkesinambungan. Menurut Mulyasa (dalam Taniredja, 2011:20) secara umum tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.

2. Meningkatkan layanan professional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada siswa sehingga tercipta layanan prima.


(49)

3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

4. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.

5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.

Menurut Sukidin, Basrowi, dan Suranto (dalam Taniredja, 2011:21) manfaat yang dapat dipetik jika guru mau melaksanakan PTK terkait dengan komponen pembelajaran antara lain:

1. Inovasi pembelajaran,

2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan pada tingkat kelas, 3. Peningkatan profesionalisme guru.

Ciri-ciri penelitian tindakan adalah penelitian merupakan upaya untuk memecahkan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Dari ciri tersebut penelitian tindakan dapat dilakukan dengan tujuan, setting, dan lokasinya yang sekaligus tertuang dalam namanya, penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.

Beberapa model Penelitian Tindakan Kelas antara lain model Kurt Lewin, model Kemmis dan McTaggart, model Adopsi Depdiknas, model Refleksi Awal,


(50)

model David Hopkins, model Elliot, model Dave Ebbut, model gabungan Sanford dan Kemmis. Model yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah Model Kemmis dan McTaggart. Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart yang merupakan pengembangan dari model Kurl Lewin. Menurut Depdiknas (dalam Taniredja, 2011:24) Model Kemmis dan McTaggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, yang keempatnya merupakan satu siklus.

Model Kemmis dan McTaggart digambarkan sebagai berikut:

Menurut Taggart (dalam Zainal Aqib, 2007:30) PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap. Prosedur pelaksanaan PTK mencakup:

1. Penetapan fokus masalah penelitian dengan merasakan adanya masalah, analisis masalah dan perumusan masalah.


(51)

2. Perencanaan tindakan dengan membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan, melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

3. Pelaksanaan Tindakan

Meliputi siapa yang melakukan apa, kapan, di mana dan bagaimana melakukannya. Skenario yang telah dibuat dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan ini juga dilakukan bersamaan dengan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

4. Pengamatan Interpretasi

Dilakukan dengan perekaman data yang meliputi proses dan hasil pelaksanaan kegiatan. Tujuan pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil dari tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

5. Refleksi

Merefleksi hasil evaluasi pembelajaran pada tiap siklus mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi dampak pelaksanaan kegiatan.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilaksanakan oleh guru bertujuan memperbaiki atau meningkatkan suatu pembelajaran. Satu siklus dalam PTK memiliki empat tahap yang harus dilakukan yaitu tahap perencanaan,


(52)

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus kedua dalam PTK dilakukan bila masih ada yang kurang dalam siklus pertama, selanjutnya siklus ketiga dilaksanakan ketika masih ada kekurangan di siklus kedua.

F. Keaktifan Siswa

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri, maka pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan (Martinis Yamin, 2007:75).

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Martinis Yamin, 2007:77). Menurut Raka Joni dan Martinis Yamin (dalam Martinis Yamin, 2007:80) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan ketika:

1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa.

2. Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar.


(53)

3. Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar).

4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencipta siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep.

5. Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Belajar aktif merupakan fungsi interaksi antara individu dan situasi di sekitarnya yang ditentukan oleh indikator merupakan pengembangan dari kompetensi dasar (Martinis Yamin, 2007:81). Belajar aktif bukan hanya dari keaktifan siswa yang belajar secara fisik, namun juga keaktifan mental. Belajar aktif adalah usaha siswa untuk membangun pengetahuan dalam dirinya, sehingga dalam proses pembelajaran terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, serta keterampilan siswa baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun afektif. Belajar aktif mengandung kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada siswa dan menggali potensi siswa serta guru untuk bersama-sama berkembang dan juga berbagi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.

Jika dirangkum dari berbagai pendapat para ahli di atas tentang pengertian keaktifan siswa, maka keaktifan dalam pembelajaran dapat terjadi jika siswa sebagai pusat pembelajaran, yaitu siswa yang berperan dalam melaksanakan


(54)

pembelajaran sehingga dapat mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, dapat berpikir kritis dan dapat memecahkan masalah berkaitan dengan pembelajaran. G. Bangun Ruang Sisi Datar

Kubus

Kubus merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh enam persegi yang kongruen.

Pemberian nama pada kubus diurutkan menurut titik sudut sisi alas dan sisi atapnya dengan menggunakan huruf kapital (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:303).

A. Unsur-unsur Kubus 1. Sisi

Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Kubus terdiri dari enam sisi berbentuk persegi yang kongruen (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:304).

Perhatikan gambar berikut yang merupakan gambar Kubus ABCD.EFGH:

Gambar 2.3: Kubus ABCD.EFGH Gambar 2.2: Kubus


(55)

Sisi ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, ADHE, BCGF merupakan sisi-sisi dari kubus ABCD.EFGH.

Sisi kubus dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu: a. Sisi datar

Sisi datar terdiri atas sisi alas dan sisi atap (tutup). Pada Gambar 2.3, alas kubus yaitu ABCD dan atap kubus yaitu EFGH saling sejajar.

b. Sisi tegak

Sisi tegak kubus merupakan sisi kubus yang tegak lurus dengan alas. Pada Gambar 2.3 sisi tegak kubus terdiri dari sisi ABFE, DCGH, ADHE, dan BCGF.

2. Rusuk

Rusuk kubus adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua sisi kubus (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:304). Perhatikan kembali kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.3. Pada gambar tersebut AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, HE merupakan 12 rusuk dari kubus ABCD.EFGH.

Rusuk kubus dibagai menjadi dua bagian besar yaitu: a. Rusuk datar

Rusuk datar terdiri dari rusuk alas dan rusuk atas. Rusuk alas kubus dan rusuk atas kubus masing-masing ada 4. Rusuk alas


(56)

kubus pada Gambar 2.3 adalah AB, BC, CD, dan DA, sedangkan rusuk atasnya adalah EF, FG, GH, dan HE.

b. Rusuk tegak

Rusuk tegak adalah rusuk yang tegak lurus dengan rusuk alas. Rusuk tegak kubus pada Gambar 2.3 adalah AE, BF, CG, dan DH. Pada rusuk datar, rusuk-rusuk yang saling sejajar yaitu AB//DC//EF//HG dan AD//BC//EH//FG. Sedangkan pada rusuk tegak, rusuk-rusuk yang saling sejajar yaitu AE//BF//CG//DH. 3. Titik Sudut

Titik sudut kubus merupakan titik persekutuan dari tiga rusuk kubus yang berdekatan . Titik sudut pada kubus ada 8 buah. Titik sudut sering disebut juga titik pojok (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:305). Perhatikan kembali kubus ABCD.EFGH pada Gambar 2.3. Pada gambar tersebut titik A, B, C, D, E, F, G, H merupakan 8 titik sudut dari kubus ABCD.EFGH.

B. Diagonal Kubus

Bangun ruang Kubus memiliki diagonal sisi, bidang diagonal, dan diagonal ruang.

1. Diagonal Sisi Kubus

Diagonal sisi kubus adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan pada sisi kubus. Kubus memiliki 6 buah persegi sebagai sisi kubus. Masing-masing sisi kubus


(57)

mempunyai dua buah diagonal yang disebut diagonal sisi yang jumlahnya 6 x 2 = 12 buah. Semua diagonal sisi mempunyai panjang yang sama.

Berikut ini adalah adalah gambar kubus ABCD.EFGH:

Dari gambar kubus ABCD.EFGH di atas, AF merupakan salah satu diagonal sisi kubus. Diagonal sisi lainnya pada kubus ABCD.EFGH yaitu BE, CH, DG, AC, BD, EG, FH, AH, DE, BG, CF.

Misalkan panjang rusuk kubus ABCD.EFGH pada gambar 2.4 adalah s satuan panjang.

Menggunakan Teorema Pythagoras maka diperoleh hubungan sebagai berikut:

= +

= √ +

= √ +

= √

= √

Jadi, diagonal sisi kubus ABCD.EFGH adalah √ satuan panjang.


(58)

2. Diagonal Ruang

Diagonal ruang kubus adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak dalam sisi kubus yang sama (Marsigit, 2009:187).

Berikut ini adalah gambar kubus ABCD.EFGH:

Dari gambar kubus ABCD.EFGH di atas, ruas garis BH merupakan salah satu diagonal ruang kubus. Diagonal ruang lain dari kubus ABCD.EFGH di atas adalah ruas garis AG, CE, dan DF.

Misalkan panjang rusuk kubus ABCD.EFGH adalah s satuan panjang. Menggunakan Teorema Pythagoras diperoleh hubungan berikut ini:

� = + �

� = √ + �

merupakan diagonal sisi kubus ABCD.EFGH maka panjang adalah √ satuan panjang, maka:

� = √ + �

= √ √ +


(59)

= √ + = √ = √

Jadi diagonal ruang kubus ABCD.EFGH adalah √ satuan panjang. 3. Bidang Diagonal Kubus

Bidang diagonal merupakan bidang yang memuat sepasang diagonal ruang kubus yang saling berpotongan. Bidang diagonal kubus berbentuk persegi panjang dan bidang diagonal kubus dibatasi oleh empat garis lurus, yaitu dua rusuk kubus dan dua diagonal sisi yang saling sejajar. Sebuah kubus mempunyai 6 buah bidang diagonal. Berikut adalah gambar kubus ABCD.EFGH:

Dari gambar kubus ABCD.EFGH di atas, sisi ACGE merupakan salah satu bidang diagonal kubus. Bidang diagonal kubus lainnya antara lain sisi ADGF, DCFE, ABGH, BDHF, dan BCHE.


(60)

Balok

Balok merupakan bangun ruang sisi datar yang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang yang saling sejajar dan kongruen.

Pemberian nama pada Balok diurutkan menurut nama sisi alas dan sisi atasnya seperti penamaan pada kubus (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:308).

A. Unsur-unsur Balok 1. Sisi

Balok memiliki tiga pasang sisi yang berbentuk persegi panjang yang saling sejajar dan kongruen (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:308).

Perhatikan gambar berikut yang merupakan gambar Balok ABCD.EFGH:

Sisi ABCD, EFGH, ABFE, DCGH, ADHE, BCGF merupakan sisi-sisi dari balok ABCD.EFGH.

Gambar 2.7: Balok ABCD.EFGH


(61)

Sisi balok dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

a. Sisi datar terdiri atas sisi alas pada Gambar 2.8 (ABCD) dan sisi atas (EFGH) yang saling sejajar.

b. Sisi tegak, terdiri atas sisi depan pada Gambar 2.8 (ABFE) sejajar dengan sisi belakang (DCGH), sisi kiri (ADHE) sejajar dengan sisi kanan (BCGF).

2. Rusuk

Sebuah balok mempunyai 12 rusuk. Rusuk-rusuk tersebut terbagi dalam tiga bagian yang masing-masing terdiri atas empat rusuk yang sejajar dan sama panjang (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:308). Perhatikan kembali balok ABCD.EFGH pada Gambar 2.8. Pada gambar tersebut AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG, DH, EF, FG, GH, HE merupakan 12 rusuk dari balok ABCD.EFGH.

Rusuk balok dibagai menjadi beberapa bagian yaitu:

1. Bagian pertama terdiri dari rusuk AB, DC, EF, dan HG yang disebut sebagai panjang balok.

2. Bagian kedua terdiri atas rusuk-rusuk tegak yaitu rusuk AE, BF, CG, dan DH yang disebut tinggi balok.

3. Bagian ketiga terdiri atas rusuk-rusuk miring yaitu rusuk AD, BC, EH, dan FG yang disebut lebar balok.


(62)

3. Titik Sudut

Tiga rusuk balok yang berdekatan akan bertemu pada satu titik. Titik tersebut disebut sebagai titik sudut balok (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:309). Pada Gambar 2.8 titik-titik sudut balok yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H. Jumlah titik sudut pada balok seluruhnya adalah 8.

B. Diagonal Balok 1. Diagonal Sisi

Balok mempunyai 12 buah diagonal sisi. Diagonal sisi pada balok tidak semuanya mempunyai panjang yang sama, bergantung pada ukuran sisi balok tersebut (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:309).

Berikut adalah gambar balok ABCD.EFGH:

Pada gambar balok ABCD.EFGH di atas, ruas garis AC merupakan diagonal sisi balok. Diagonal sisi balok lainnya yaitu ruas garis BG, CF, AF, BE, DG, CH, AC, BD, EG, FH.

Misalkan panjang, lebar, dan tinggi balok ABCD.EFGH berturut-turut adalah p, l, dan t.


(63)

Menggunakan Teorema Pythagoras diperoleh hubungan berikut ini:

= +

= √ +

= √� + �

Jadi, diagonal sisi balok ABCD.EFGH adalah √� + � satuan panjang.

= +

= √ +

= √� +

Jadi, diagonal sisi balok ABCD.EFGH adalah √� + satuan panjang.

� = + �

= √ + �

= √� +

Jadi, diagonal sisi balok ABCD.EFGH adalah √� + satuan panjang.

Panjang diagonal sisi balok tidak sama, tetapi tergantung letak diagonal sisinya.


(64)

2. Diagonal Ruang

Berikut ini adalah gambar balok ABCD.EFGH:

Balok mempunyai 4 diagonal ruang. Dari gambar balok ABCD.EFGH di atas, salah satu diagonal ruang balok yaitu CE. Diagonal ruang balok lain adalah AG, BH, dan DF.

Menggunakan Teorema Pythagoras diperoleh hubungan berikut ini:

= +

= √ +

merupakan diagonal sisi balok ABCD.EFGH maka nilai adalah = + = � + � , maka:

= √ +

= √ � + � + = √� + � +

Jadi, diagonal ruang balok ABCD.EFGH adalah √� + � + dengan p, l, dan t merupakan panjang, lebar, dan tinggi balok ABCD.EFGH.


(65)

3. Bidang Diagonal

Bidang diagonal balok merupakan bidang yang memuat sepasang diagonal balok yang saling berpotongan. Dalam balok, bidang diagonal dibatasi oleh dua rusuk balok yang sejajar dan sepasang diagonal sisi yang sejajar. Bidang diagonal balok berbentuk persegi panjang. Keenam diagonal pada satu balok merupakan tiga pasang daerah persegi panjang yang sepasang-sepasang saling kongruen (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:309).

Berikut ini adalah gambar balok ABCD.EFGH:

Dari gambar balok ABCD.EFGH di atas, sisi BDHF merupakan salah satu bidang diagonal balok. Bidang diagonal balok lainnya adalah ACGE, ADGF, BCHE, CDEF, dan ABGH.

Jaring-Jaring Kubus Dan Balok a. Jaring-jaring kubus

Jaring-jaring kubus diperoleh dari model kubus yang dipotong pada beberapa rusuknya kemudian direbahkan sedemikian sehingga masing-masing sisi saling bersekutu dengan sisi lain seperti pada gambar berikut ini:


(66)

Jaring-jaring kubus merupakan rangkaian 6 buah persegi yang kongruen, tetapi rangkaian 6 buah persegi yang kongruen belum tentu merupakan jaring-jaring kubus (Cholik Adinawan dan Sugijono, 2013:115).

b. Jaring-jaring Balok

Jaring-jaring balok diperoleh dari model balok yang dipotong pada beberapa rusuknya sedemikian sehingga masing-masing sisi saling bersekutu dengan sisi lain, kemudian direbahkan. Jaring-jaring balok merupakan rangkaian 6 buah persegi panjang yang terdiri dari 3 pasang persegi panjang yang kongruen (Cholik Adinawan dan Sugijono, 2013:115).

Gambar 2.12: Kubus dan Jaring-jaring Kubus ABCD.EFGH ABCD.EFGH

Gambar 2.13: Balok dan Jaring-jaring Balok ABCD.EFGH ABCD.EFGH


(67)

Luas Permukaan Kubus Dan Balok 1. Luas Permukaan Kubus

Kubus di atas memiliki panjang rusuk = s. Luas permukaan kubus = 6 × � �� ��

= 6 × × = 6

2. Luas Permukaan Balok

Balok di atas berukuran panjang = p, lebar = l, dan tinggi = t. Luas permukaan balok = �� + � + �

= �� + � + � s

s

s

p l

t

Gambar 2.14: Kubus ABCD.EFGH


(68)

Volume Kubus Dan Balok

Volume adalah isi dari bangun-bangun ruang. Volume diukur dalam satuan kubik (Sukino dan Wilson Simangunsong, 2006:307).

Bangun pada Gambar 3 disusun dari 16 buah kubus. Misalkan kubus kecil itu memiliki panjang sisi 1 cm, maka dikatakan bahwa kubus tersebut

memiliki volume “1 cm3”. Bangun pada gambar 3 memiliki volume sebesar

16 kubus kecil atau 16 ×1 cm3 = 16 cm3. 1. Volume Kubus

Untuk menentukan volume (V) kubus, cari dulu luas alas (A), lalu dikalikan dengan tinggi (t).

Misalkan panjang rusuk kubus adalah s.

= × = � � = , maka rumusan volume kubus adalah

� = × ↔ � = × × =

2. Volume Balok

Untuk menentukan volume (V) balok, cari dulu luas alas (A) lalu dikalikan dengan tinggi (t).

� = × ↔ � = � × � ×

1 cm


(69)

H. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan media Lembar Kerja Siswa dalam suatu pembelajaran dapat membantu siswa memahami materi yang diajarkan dengan mudah. LKS adalah media yang digunakan guru untuk dapat menyampaikan materi dengan lebih mudah. Dengan adanya LKS maka akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam peningkatan hasil belajar. Dengan adanya petunjuk dan bahasa yang jelas pada LKS maka siswa akan lebih mudah memahami materi. LKS juga melatih siswa untuk dapat mencoba memecahkan masalah secara mandiri maupun berkelompok.

Dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning siswa diajak menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Pada materi Bangun Ruang Sisi Datar ini siswa diajak untuk mengamati benda-benda yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk kubus dan balok. Dengan menghubungkan materi pembelajaran dengan benda-benda yang ada di kehidupan sehari-hari siswa dapat mengekplorasi pengetahuannya sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu siswa diajak untuk menemukan sendiri rumus ataupun teorema dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap suatu objek yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.


(70)

Cara untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa yaitu dengan mengadakan tes akhir siklus pada setiap siklus Penelitian Tindakan Kelas. Observasi juga dilakukan untuk dapat melihat keaktifan siswa ketika mengikuti pembelajaran Matematika terutama ketika penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning.


(71)

52 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Menurut Arikunto (dalam Taniredjo, 2011:15). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Penelitian tindakan kelas adalah bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu bertujuan untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan pembelajaran di kelas secara profesional (Sukidin, Basrowi dan Suranto, 2002:16). Penelitian ini dilaksanakan langsung oleh peneliti yang berperan sebagai guru menggunakan media Lembar Kerja Siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A di SMPN 1 Kasihan Bantul. Selain itu dalam penelitian ini dilihat pula keaktifan siswa ketika pembelajaran berlangsung.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Kemmis dan McTaggart. Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart yang merupakan pengembangan dari model Kurl Lewin. Menurut Depdiknas (dalam Taniredja, 2011:24) Model Kemmis dan McTaggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu


(1)

291 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

292 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

293 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

294 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

295 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

296 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASARMENGHITUNG VOLUME KUBUS DAN BALOK MELALUI CONTEXTUAL Peningkatan Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Menghitung Volume Kubus Dan Balok Melalui Contextual Teaching And Learning Pada Siswa

0 1 14

PENINGKATAN PERCAYA DIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI KUBUS DAN Peningkatan Percaya Diri Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Materi Kubus Dan Balok Dengan Strategi Contextual Teaching And Learning (CTL) (PTK Pembelajaran Matematika Bagi Sis

0 1 16

PENINGKATAN PERCAYA DIRI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI KUBUS DAN BALOK DENGAN STRATEGI Peningkatan Percaya Diri Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Materi Kubus Dan Balok Dengan Strategi Contextual Teaching And Learning (CTL) (PTK Pembelajar

0 1 12

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TEKNIK Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Teknik Modelling Dalam Pembelajaran Matematika (PTK Pada Siswa Kelas

0 2 16

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GENERATIF DENGAN OPTIMALISASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GENERATIF DENGAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KUBUS DAN BALOK (PTK

0 1 18

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN 02 KARANGANYA

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Dengan Media Power Point Dan

0 1 22

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD 2 BACIN SKRIPSI

0 1 19