Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pesegipanjang dan persegi pada siswa kelas VII-D SMP N 2 Mlati tahun ajaran 2014/2015.

(1)

ABSTRAK

Wahyu Ardiana Pratiwi. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Persegipanjang Dan Persegi Pada Siswa Kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran matematika dan (2) mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) materi persegipanjang dan persegi.

Penelitian ini termasuk penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif di lapangan dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015 sampai 2 Mei 2015. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan 4 kali pertemuan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: (1) data keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dianalisis dengan menjumlahkan skor tiap kegiatan, (2) data observasi siswa dianalasis dengan pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung, (3) data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor pada setiap pernyataan siswa, (4) data kuis siswa dianalisis dengan menentukan skor, kemudian skor dijumlah, kuis I dan kuis II skor nya dibuat rata-rata , (5) data hasil belajar siswa dianalisis dengan kriteria pencapaian hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) dapat diterapkan di kelas VII-D SMP N 2 Mlati pada materi persegipanjang dan persegi dengan pencapaian keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mencapai 100%, dengan motivasi tinggi mencapai 75,86%, dan hasil belajar pada kriteria efektifitas cukup tinggi dengan presentase 79,32% (2) motivasi siswa tinggi mencapai 75,86%, dan hasil belajar siswa pada kriteria efektifitas cukup dengan kriteria 79,32%.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions), motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa.


(2)

ABSTRACT

Wahyu Ardiana Pratiwi. 2015. Application of Cooperative Learning Model Material rectangle and square STAD In Student Class VII-D SMP N 2 Mlati Academic Year 2014/2015. Thesis, Department of Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma of University.

This study aims to : (1) determine the level of adherence to the process of learning mathematics and (2) determine the motivation and student learning outcomes with the implementation of cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievent Divisions) material rectangle and square.

This study included exploratory research. Exploratory research in the field was conducted on 22 April 2015 to May 2, 2015. The subjects of this study were students of class VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta academic year 2014/2015, which consists of 32 students. The research was conducted 4 meetings. The data collected in this study: (1) Data Learning Implementation Plan (RPP) were analyzed by summing the scores for each activity, (2) students in analasis observation data with observations during the learning process, (3) the data were analyzed with student motivation determines students 'scores on each statement, (4) the data were analyzed by determining the student quiz score, then score add up, quiz quiz I and II of his scores were averaged, (5) the students' learning outcome data were analyzed with the criteria of learning achievement and mastery learning students.

The results showed that: (1) The cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievent Divisions) can be applied in class VII-D SMP N 2 Mlati on material rectangle and square with the achievement of Learning Implementation Plan (RPP) reached 100%, with motivation high reached 75.86%, and the result of learning on the criteria of effectiveness is quite high with a percentage of 79.32% (2) high student motivation reached 75.86%, and student learning outcomes on the criteria of effectiveness is quite at 79.32% criterion.

Keywords: Cooperative Learning Model STAD (Student Teams Achievement Divisions), student motivation, student learning outcomes.


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MATERI PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI PADA SISWA KELAS

VII-D SMP N 2 MLATI TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Wahyu Ardiana Pratiwi NIM : 111414098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MATERI PERSEGIPANJANG DAN PERSEGI PADA SISWA KELAS

VII-D SMP N 2 MLATI TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Wahyu Ardiana Pratiwi NIM : 111414098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Allah SWT yang selalu memberikan Ridho, kemudahan, dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ibuku dan Alm. Bapakku tercinta

Adikku Reza

Penyemangatku Mustahal

Keluarga Besar ku

Teman-temanku P.MAT 2011


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 September 2015

Penulis


(9)

vi ABSTRAK

Wahyu Ardiana Pratiwi. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Persegipanjang Dan Persegi Pada Siswa Kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran matematika dan (2) mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) materi persegipanjang dan persegi.

Penelitian ini termasuk penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif di lapangan dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015 sampai 2 Mei 2015. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015, yang terdiri dari 32 siswa. Penelitian ini dilaksanakan 4 kali pertemuan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini: (1) data keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dianalisis dengan menjumlahkan skor tiap kegiatan, (2) data observasi siswa dianalisis dengan pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung, (3) data motivasi belajar siswa dianalisis dengan menentukan skor pada setiap pernyataan siswa, (4) data kuis siswa dianalisis dengan menentukan skor, kemudian skor dijumlah, kuis I dan kuis II skor nya dibuat rata-rata , (5) data hasil belajar siswa dianalisis dengan kriteria pencapaian hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) dapat diterapkan di kelas VII-D SMP N 2 Mlati pada materi persegipanjang dan persegi dengan pencapaian keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mencapai 100%, dengan motivasi tinggi mencapai 75,86%, dan hasil belajar pada kriteria efektifitas cukup tinggi dengan presentase 79,32% (2) motivasi siswa tinggi mencapai 75,86%, dan hasil belajar siswa pada kriteria efektifitas cukup dengan kriteria 79,32%.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions), motivasi belajar siswa, hasil belajar siswa.


(10)

vii ABSTRACT

Wahyu Ardiana Pratiwi. 2015. Application of Cooperative Learning Model Material rectangle and square STAD In Student Class VII-D SMP N 2 Mlati Academic Year 2014/2015. Thesis, Department of Mathematics Education, Department of Mathematics and Natural Sciences, the Faculty of Education, Sanata Dharma of University.

This study aims to : (1) determine the level of adherence to the process of learning mathematics and (2) determine the motivation and student learning outcomes with the implementation of cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievent Divisions) material rectangle and square.

This study included exploratory research. Exploratory research in the field was conducted on 22 April 2015 to May 2, 2015. The subjects of this study were students of class VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta academic year 2014/2015, which consists of 32 students. The research was conducted 4 meetings. The data collected in this study: (1) Data Learning Implementation Plan (RPP) were analyzed by summing the scores for each activity, (2) students in analasis observation data with observations during the learning process, (3) the data were analyzed with student motivation determines students 'scores on each statement, (4) the data were analyzed by determining the student quiz score, then score add up, quiz quiz I and II of his scores were averaged, (5) the students' learning outcome data were analyzed with the criteria of learning achievement and mastery learning students.

The results showed that: (1) The cooperative learning model type STAD (Student Teams Achievent Divisions) can be applied in class VII-D SMP N 2 Mlati on material rectangle and square with the achievement of Learning Implementation Plan (RPP) reached 100%, with motivation high reached 75.86%, and the result of learning on the criteria of effectiveness is quite high with a percentage of 79.32% (2) high student motivation reached 75.86%, and student learning outcomes on the criteria of effectiveness is quite at 79.32% criterion.

Keywords : Cooperative Learning Model STAD (Student Teams Achievement Divisions), student motivation, student learning outcomes.


(11)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Wahyu Ardiana Pratiwi

Nomor Mahasiswa : 111414098

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi Persegipanjang Dan Persegi Pada Siswa Kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015. Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 1 September 2015 Yang menyatakan,


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan memberikan kesempatan untuk menjadi pakar dalam validasi soal tes hasil belajar.

4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis dengan sabar dan penuh perhatian.


(13)

x

5. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen yang telah menyediakan waktu untuk menjadi pakar dalam uji validitas kuesioner motivasi belajar siswa.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmunya dalam setiap perkuliahan, selama penulis kuliah. 7. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki hasil penelitian ini. 8. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Doen Penguji yang telah memberikan

kritik dan saran untuk memperbaiki hasil penelitian ini.

9. Ibu Rini Trimurti MG, S.Pd, M.Hum selaku kepala sekolah di SMP N 2 Mlati, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. 10. Bapak Drs. Sujono, sebagai guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 2 Mlati Sleman yang telah memberikan kesempata dan membantu penulis dalam pelaksanaan pembuatan skripsi ini.

11. Seluruh siswa kelas VII-B dan VII-D yang telah bekerja sama dengan baik dalam pelaksanaan pembuatan skripsi ini.

12. Orang tuaku, Ibu Sarmini dan Alm. Bapak Suharno serta adikku Reza Putra Sakti. Terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

13. Mustahal, terima kasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis.


(14)

xi

14. Teman-teman kos mushola Mbak Ani, Mbak WS, Mbak Cin, Nining dan Niken terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

15. Teman-teman PPL di SMP N 2 Mlati, Eka, Ery, Naldy, Rosa, Dian, Tiwi, Mbak Ika, dan Mas Yudi, yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman KKN kelompok 37, Lisa, Imma, Arin, Mita, Vita, Grati, Indra, Dito, dan Johan yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2011. 18. Seluruh pihak dengan tidak mengurangi rasa hormat karena tidak dapat

menyebutkan satu persatu yang telah membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini karena keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 1 September 2015 Penulis,


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Batasan Istilah ... 8

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Belajar ... 13

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15


(16)

xiii

D. Motivasi ... 32

E. Hasil Belajar ... 35

F. Materi Pembelajaran ... 41

G. Kerangka Berpikir ... 47

H. Hipotesis ... 49

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Tempat dan Waktu Pengambilan Data ... 50

C. Subyek Pengambilan Data ... 50

D. Obyek Pengambilan Data ... 50

E. Variabel Penelitian ... 51

F. Instrumen Penelitian ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 55

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 56

I. Metode Analisis Data ... 64

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ... 68

K. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Pengambilan Data ... 70

BAB IV ANALISIS DATA ... 71

A. Kelayakan Analisis ... 71

B. Deskripsi Data ... 71

C. Analisis Data ... 77

D. Pembahasan ... 92

E. Kelemahan Penelitian ... 95

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97


(17)

xiv


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 21

Tabel 2.2 Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif 26 Tabel 2.3 Penghitungan Perkembangan Skor Individu ... 30

Tabel 2.4 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 31

Tabel 3.1 Interpretasi Tingkat Validitas ... 58

Tabel 3.2 Interpretasi Tingkat Reliabilitas ... 59

Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda ... 60

Tabel 3.4 Kriteria Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 61

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 62

Tabel 3.6 Skor Kuisioner Motivasi ... 65

Tabel 3.7 Rentang Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 66

Tabel 3.8 Kriteria Efektifitas Hasil Belajar Secara Kualitatif ... 67

Tabel 3.9 Kriteria Efektifitas Hasil Belajar Secara Kuantitati ... 68

Tabel 3.10 Tabel Penjadwalan Waktu Pengambilan Data ... 70

Tabel 4.1 Proses Pelaksanaan Penelitian ... 71

Tabel 4.2 Skor Keterlaksanaan RPP ... 72

Tabel 4.3 Data Mentah Skor Kuis Siswa, (n=29) ... 73

Tabel 4.4 Data Skor Kuisioner Motivasi, (n=29) ... 75

Tabel 4.5 Data Mentah Tes Hasil Belajar, (n=29) ... 76

Tabel 4.6 Analisis Nilai Kuis Siswa ... 82

Tabel 4.7 Jumlah Siswa Dan Kriteria Efektifitas Hasil Kuis Secara Kualitatif 84 Tabel 4.8 Analisis Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 85

Tabel 4.9 Jumlah Siswa Dalam Kualifikasi Motivasi Belajar Siswa ... 85


(19)

xvi

Tabel 4.11 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar Siswa ... 87 Tabel 4.12 Jumlah Siswa Dalam Kriteria Pencapaian Hasil Belajar ... 88 Tabel 4.13 Jumlah Siswa Dan Kriteria Efektifitas Hasil Belajar Secara

Kualitatif ... 90 Tabel 4.14 Persentasi Dan Kualifikasi Hasil Belajar Siswa ... 90


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Motiovasi Dasar ... 33

Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow ... 34

Gambar 2.3 Model Persegipanjang ... 41

Gambar 2.4 Ilustrasi Sifat Persegipanjang ... 42

Gambar 2.5 Ilustrasi Sifat Persegi... 43

Gambar 2.6 Gambar bangun persegipanjang KLMN dengan kotak-kotak kecil di dalamnya ... 44

Gambar 2.7 Gambar bangun persegi KLMN dengan kotak-kotak kecil di dalamnya ... 46


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 102

LAMPIRAN A.1 Surat Ijin Penelitian ... 103

LAMPIRAN A.2 Surat Keterangan Telah Melaksanaan Penelitian ... 105

LAMPIRAN A.3 Daftar Nama Siswa Kelas VII D ... 106

LAMPIRAN A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 107

LAMPIRAN A.5 Hasil Uji Pakar Tes Hasil Belajar Siswa ... 122

LAMPIRAN A.6 Kisi-Kisi Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 123

LAMPIRAN A.7 Uji Pakar Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 124

LAMPIRAN A.8 Kuisioner Motivasi Belajar Siswa ... 125

LAMPIRAN A.9 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 127

LAMPIRAN A.10 Soal Kuis I ... 133

LAMPIRAN A.11 Soal Kuis II ... 134

LAMPIRAN B ... 135

LAMPIRAN B.1 Lembar Observasi Siswa ... 136

LAMPIRAN B.2 Lembar Keterlaksanaan RPP ... 142

LAMPIRAN B.3 Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Siswa ... 146

LAMPIRAN C ... 148

LAMPIRAN C.1 Skor Kuis Siswa ... 149

LAMPIRAN C.2 Skor Kuesioner Motivasi Siswa ... 150

LAMPIRAN C.3 Skor Tes Hasil Belajar Siswa ... 151

LAMPIRAN D ... 152

LAMPIRAN D.1 Daftar Nilai Hasil Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 153


(22)

xix

LAMPIRAN D.3 Perhitungan Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar ... 157 LAMPIRAN D.4 Daya Pembeda Soal Tes Hasil Belajar ... 158 LAMPIRAN D.5 Tingkat Kesukaran Soal Tes Hasil Belajar ... 159 LAMPIRAN D.6 Pekerjaan Kuis Siswa ... 160 LAMPIRAN D.7 Kuisioner Motivasi Siswa ... 166 LAMPIRAN D.8 Pekerjaan Tes Hasil Belajar Siswa ... 172 LAMPIRAN D.9 Dokumentasi Penelitian ... 185


(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan telah menjadi dasar pembentukan karakter manusia di Indonesia. Sistem pendidikan yang ada di Indonesia adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya standar proses pendidikan juga dalam penerapan model pembelajaran tertentu yang ditinjau dari hasil belajar siswa. Pada proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, sehingga otak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (H. Wina Sanjaya, 2006:1). Pelajaran matematika sampai saat ini masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan dipahami. Kesulitan matematika tersebut karena objek dari matematika yang bersifat abstrak, sehingga untuk mengatasi kesulitan


(24)

tersebut mata pelajaran matematika sangat perlu diberikan kepada siswa mulai dari Sekolah Dasar. Hal tersebut berguna untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, dan kemampuan bekerjasama. Selain itu masih banyak sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional, yaitu kegiatan belajar hanya berpusat pada guru. Guru aktif menjelaskan materi yang diberikan, sedangkan siswa hanya menerima, dan tidak dituntut aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, guru seharusnya berperan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator, sehingga dalam pembelajaran siswa yang dituntut aktif. Akibatnya sangat diperlukan pengembangan terhadap suatu model pembelajaran. Pada saat menentukan model pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

Berdasarkan observasi pada saat Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Mlati, sekolah ini beralamat di Jalan Perkutut Sinduadi Sleman Yogyakarta, Telp 0274 586711 Kode Pos 55282. Sekolah ini berdiri pada tanggal 1 April 1979. Sekolah tersebut pada tahun ajaran 2014/2015 mempunyai 12 kelas dan jumlah seluruh siswa 384 orang. Guru mata pelajaran matematika di sekolah tersebut berjumlah 3 orang. Karena ada 3 kelas maka 1 guru mengajar 4 kelas. Dengan hal tersebut guru memenuhi standarisasi dalam mengajar yaitu 4 kelas, dengan tiap kelas 6 jam pelajaran.


(25)

Berdasarkan observasi tersebut dapat diketahui bahwa kondisi siswa di dalam kelas sangat tidak kondusif. Pada saat observasi berlangsung di dalam kelas, siswa yang bersangkutan dari awal pelajaran menunjukkan sikap yang kurang siap untuk melaksanakan kegiatan belajar. Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa mau memperhatikan hanya dimenit-menit awal dan untuk menit-menit selanjutnya mereka mulai jenuh dan mulai sibuk dengan dirinya sendiri, mengganggu teman, mengobrol dengan teman sebangkunya, jadi guru harus berulang kali menegur siswa-siswanya supaya mau untuk memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh guru dan mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru, bahkan ada beberapa siswa yang memang dari awal sudah tidak memperhatikan pelajaran. Mereka cenderung membuat keadaan kelas menjadi tidak kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Namun masih ada siswa yang antusias untuk mengikuti kegiatan belajar, mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru, dan mencatat materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dari segi materi, siswa masih mengalami kesulitan dengan materi persegipanjang dan persegi dalam hal pemecahan masalah dan lupa terhadap rumus. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, yang pertama karena usulan dari guru, dengan alasan persegipanjang dan persegi merupakan materi yang mudah namun siswa sulit memahami dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan persamaan satu variabel. Faktor kedua, pada saaat observasi peneliti melihat bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru


(26)

adalah monoton. Guru hanya mengajar di depan kelas, dengan mediapower pointsaja, tidak ada LKS (Lembar Kerja Siswa) dan lainnya. Berdasarkan hal tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran yang berbeda untuk diterapkan di kelas tersebut. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions)

Selain masalah tersebut, pemilihan kelas adalah kelas VII-D karena siswa dikelas juga kurang aktif dalam mengikuti pelajaran matematika. Namun, ada juga beberapa siswa yang sedikit aktif dalam pembelajaran, tetapi siswa tersebut tidak mau untuk menyampaikan pendapat di hadapan teman-teman sekelas dan guru. Siswa juga kurang terdorong untuk menyampaikan hasil pekerjaan di papan tulis jika ada tugas atau pekerjaan rumah. Siswa juga sering mengeluh kesulitan untuk mengerjakan soal, padahal soal tersebut belum dibaca dengan cermat oleh siswa. Siswa juga cenderung terbiasa diberi masukan atau materi yang terus menerus oleh guru kemudian dihafalkan dibandingkan dengan siswa yang diberi lembar kerja siswa kemudian menemukan jawaban dengan cara diskusi kelompok.

Observasi di luar kelas dilakukan pada saat istirahat maupun saat pergantian jam belajar. Menurut pengamatan, aktivitas siswa di luar jam belajar masih dalam batas wajar. Saat istirahat, siswa pergi ke kantin. Saat pergantian jam belajar pasti ada beberapa siswa yang keluar kelas untuk ke


(27)

kamar mandi. Siswa-siswa cukup disiplin sehingga dapat melakukan hal-hal yang tidak selayaknya dilakukan pada saat jam pelajaran berlangsung.

Untuk mengoptimalkan hal itu, hendaknya strategi mengajar tidak hanya bertumpu pada usaha menyampaikan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga usaha untuk menciptakan sistem lingkungan di mana siswa lebih diberikan ruang untuk mengembangkan rasa ingin tahu, menyampaikan gagasan, serta bertanggung jawab pada hasil belajarnya. Strategi belajar yang demikian diharapkan mampu untuk menjawab kendala yang dialami pada siswa terhadap mata pelajaran matematika khususnya pada materi persegipanjang dan persegi.

Tipe STAD (Student Teams Achievent Divisions) dalam model pembelajaran kooperatif siswa diikut sertakan dalam pembelajaran. Siswa juga dituntut untuk aktif dalam berdiskusi kelompok dengan instrumen lembar kerja siswa dan menyampaikan gagasan-gagasan serta mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tugas guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan berupa lembar kerja siswa yang berisi permasalahan yang dapat di pecahkan oleh siswa dalam diskusi kelompok. Selain itu guru juga membantu mengekspresikan ide-ide siswa sehingga pelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan dan siswa dapat memperoleh pemahaman.


(28)

Selain model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran matematika, tentu harus ada motivasi yang mendorong siswa untuk senang dan paham belajar matematika. Motivasi merupakan daya-daya dalam dirinya sendiri untuk bergerak, motivasi siswa berasal dari dalam diri siswa dan juga berasal dari luar atau lingkungan sekitar siswa. Disini merupakan tugas guru untuk memotivasi siswa agar terdorong untuk mau belajar matematika supaya tidak bosan. Penerapan model pembelajaran tersebut ditinjau dari tingkat motivasi dan hasil belajar siswa dalam mempelajari matematika.

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Asep, 2013:30), sehingga model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika misalnya pada materi persegipanjang dan persegi setelah melakukan belajar secara berkelompok didalam kelas.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Materi PersegiPanjang dan

Persegi Pada Siswa Kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran


(29)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan anak untuk menghafal semua informasi dalam mata pelajaran terjadi pada saat proses belajar mengajar.

2. Pelajaran matematika yang dianggap sulit dan membosankan bagi siswa.

3. Siswa masih susah dalam memahami dan mengerjakan soal pemecahan masalah materi persegipanjang dan persegi.

4. Kurang antusiasnya siswa mengikuti pelajaran matematika sehingga perlu diterapkan model pembelajaran tipe STAD. 5. Kurang aktifnya siswa untuk berpartisipasi dalam proses

pembelajaran.

6. Guru hanya menggunakan metode ceramah pada saat mengajar dengan media power point, tidak ada media pembelajaran yang lain seperti alat peraga dan LKS (Lembar Kerja Siswa).

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti perlu membatasi lingkup permasalahan penelitian, agar penelitian dapat terlaksana dengan baik dan fokus. Pembatasan masalah yang ditentukan adalah penerapan model pembelajaran tipe STAD siswa pada materi persegipanjna dan persegi di kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta.


(30)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan pada materi persegipanjang dan persegi di kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman ditinjau dari hasil motivasi dan hasil belajar siswa?

2. Bagaimana motivasi dan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran pada materi persegipanjang dan persegi di SMP N 2 Mlati, Sleman?

E. Batasan Istilah

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu cara sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.


(31)

3. Student Team Achievement Divisions(STAD)

Student Team Achievement Divisions(STAD) merupakan suatu metode tentang pengaturan kelas dan bukan metode pembelajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi guru untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi lain.

4. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII-D SMP

Negeri 2 Mlati Sleman Yogyakarta yang berjumlah 32 orang.

Dari batasan istilah yang sudah didefinisikan, arti dari judul penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran dengan siswa belajar pada kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda pada materi persegipanjang dan persegi di SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat keterlaksanaan proses pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi persegipanjang dan persegi di kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015 ditinjau dari hasil motivasi dan hasil belajar siswa.


(32)

2. Mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi persegipanjang dan persegi di kelas VII-D SMP N 2 Mlati Tahun Ajaran 2014/2015.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengetahui sejauh mana model pembelajaran tipe STAD dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika pada materi persegi dan persegi panjang di SMP N 2 Mlati. Penerapan tersebut ditinjau dari motivasi dan hasil belajar siswa, setelah mengikuti proses pembelajaran matetika dengan model pembelajaran tipe STAD.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Dengan adanya penerapan tipe STAD pada model pembelajaran kooperatif maka siswa dapat melakukan model pembelajaran dengan berdiskusi kelompok. Selain itu siswa juga dapat menyalurkan ide di dalam kelompok, melalui presentasi.


(33)

b. Bagi Guru

Setelah menerapkan tipe STAD pada model pembelajaran kooperatif, guru dapat mengubah atau memvariasi proses pembelajaran dikelas dengan model pembelajaran.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman dan pengetahuan sebagai calon guru. Sehingga dapat menjadi acuan dalam memberikan pembelajaran matematika pada siswa. Serta dapat memberikan gambaran yang jelas akan fakta di lapangan.

H. Sistematika Penulisan

1. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi sub-bab diantaranya : latar belakang yang berisi alasan dari dilakukannya penelitian, identifikasi masalah berisi masalah-masalah yang muncul pada latar belakang, pembatasan masalah berisi masalah yang dibatasi dari identifikasi masalah , rumusan masalah berisi rumusan dari pembatasan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi sub-bab diantaranya : definisi belajar, pembelajaran matematika, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, metode diskusi, definisi motivasi, definisi hasil belajar, materi pembelajaran, kerangka berpikir, hipotesis.


(34)

3. Bab III merupakan metode penelitian yang berisi sub-bab diantaranya : jenis penelitian, tempat dan waktu pengambilan data, subyek pengambilan data, obyek pengambilan data, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen, metode analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian secara keseluruhan.

4. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi sub-bab diantaranya: kelayakan analisis, deskripsi data, analisis data, pembahasan, kelemahan penelitian.

5. Bab V merupakan kesimpulan dan saran, yang berisi kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan dan saran dari peneliti untuk penelitian yang akan datang.


(35)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar merupakan hal yang perlu dilaksanakan oleh manusia di semasa hidupnya. Dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Syah (Asep, 2013:1) mengemukakan bahwa pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.

Menurut Ausubel (Asep, 2013:2) belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang sudah ada. Adapun struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Sudjana (Asep, 2013:2) berpendapat, belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan


(36)

sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Sedangkan menurut John Dewey (Asep, 2013:2) belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya, pelajar juga harus dibimbing ke arah pemanfaatan kekuatan untuk melakukan berpikir reflektif. Belajar mempunyai bentuk dan jenis yang sangat beragam, mengambil ruang di berbagai tempat baik dalam format pendidikan formal, informal maupun non formal dengan komleksitas yang berbeda mulai dari yang sederhana sampai yang canggih.

Perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, di antaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi disadari oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada fungsi kehidupan lainnya. Selain itu perubahan bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari pembelajar, tidak bersifat sementara, bertujuan, dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Sejalan dengan perubahan paradigma dalam belajar, belajar tidak efektif jika anak duduk dengan manis di kelas sementara guru menjejali anak dengan berbagai hal, namun belajar saat ini memeiliki


(37)

kecenderungan dengan istilah belajar aktif (sering dikenal sebagai “cara belajar siswa aktif”) merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajari. Dari uraian tersebut, belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Menurut Soejadi dalam (Rusman, 2014:201) pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Menurut Slavin dalam (Rusman, 2014:201), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.


(38)

Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang diharapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagianyang lebih sederhana atau keterampilan yang diharaapkan. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak, menurut Ratna dalam (Rusman, 2014:201).

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerjadalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang denga struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya


(39)

karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan

cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhak (2001:19-20) bahwa “pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri”.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication). Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atau kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan Sanjaya dalam (Rusman, 2014:203).

Tom V. Savage dalam (Rusman, 2014:203) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.


(40)

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar dan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dalam (Rusman, 2014:205) dinyatakan bahwa :

a. Penggunaaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain.

b. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.


(41)

Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi, yaitu :


(42)

1) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.

2) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

3) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal

d. Keterampilan bekerja sama

Keterampilan bekerja sama itu dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara


(43)

berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa

1 2 3

Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar

Siswa memperhatikan penjelasan guru dan memberi respon jika guru melakukan stimulus

Tahap 2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan

Siswa menyimak, dan bertanya jika ada yang kurang jelas atau belum dimengerti, siswa aktif Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Siswa berkumpul dalam kelompok-kelompok heterogen yang dibentuk oleh guru. Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Siswa mengerjakan tugas dalam kelompok, siswa bertanya kepada guru berkaitan tentang tugas kelompok, siswa aktif dalam kelompok, dan saling memberi ide. Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi, siswa dalam kelompok lain boleh memberikan kritik, saran, dan pendapat.


(44)

1 2 3 Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Siswa yang sangat aktif mendapat penghargaan dari guru.

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2008) dalam (Rusman, 2014:212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu seabagai berikut : a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence),

yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction),

yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan


(45)

interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

e. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut : a. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan


(46)

memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006:247) dalam (Rusman, 2014:213). “Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.”

d. Pengakuan tim, adalah penerapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

5. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut, adalah sebagai berikut :

a. ModelStudent Teams Achievement Division(STAD)

Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan suatu metode generik tentang pengaturan


(47)

kelas dan bukan metode pembelajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi lain.

b. Model Jigsaw

Model pembelajaran dimana siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Model pembelajaran yang berbentuk kelompok, dengan kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri, yang beranggotakan 2-6 orang, setiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan materi yang diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok . Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka, dikemukakan oleh Burns dalam (Rusman, 2014:220).


(48)

d. Model Struktural

Model pembelajaran yang terstruktur dengan interaksi siswa didalam kelompok juga terstruktur.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Perbandingan karakteristik dari masing-masing model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif

STAD JIGSAW INVESTIGASI

KELOMPOK

STRUKTURAL

1 2 3 4 5

Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inquiry Informasi akademik sederhana Tujuan Sosial Kerja Kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja sama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial Struktur Tim Kelompok

belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota

Kerja kelompok dan kerja sama

Kelompok belajar dengan 5-6 anggota homogen Bervariasi berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anggota Pemilihan Topik Pelajaran

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas Utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli”, kemudian membantu anggota kelompok “asal” mempelajari materi itu Siswa menyelesaikan inquiry komples Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif


(49)

1 2 3 4 5 Penilaian Tes mingguan Bervariasi, dapat

berupa tes mingguan Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essai Bervariasi Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Publikasi lain Lembar

pengetahuan dan publikasi lain

Bervariasi

Sumber : Rusman, 2014:227.

C. Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan STAD

Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Menurut Slavin (2007) dalam (Rusman, 2014:213) model STAD (Student Team Achievement Divisions) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang palin banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri, yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya.


(50)

Slavin memaparkan bahwa gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorongdan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah sebagai berikut :

1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. 2. Pembagian Kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru


(51)

dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

5. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penugasan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.


(52)

6. Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Menghitung Skor Individu

Menurut Slavin (Trianto, 2007:55), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut :

Tabel 2.3 Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No Nilai Tes Skor

Perkembangan 1. Lebih dari 10 poin di bawah skor

dasar

0 poin

2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar

10 poin

3. Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar

20 poin

4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

30 poin

5. Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar)

30 poin

Sumber : Rusman, 2014:216.

b. Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumalah anggota


(53)

kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam tabel 2.4 sebagai berikut :

Tabel 2.4 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Rata-rata Skor Kualifikasi 1. 0 ≤ N ≤ 5 -

2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team) 3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great

Team)

4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)

Sumber : Rusman, 2014:216.

c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (Kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh Slavin dalam (Rusman, 2014:213) peneliti menyimpulkan bahwa STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pembelajaran komprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Lembar tugas dan kuis disediakan bagi kebanyakan subjek sekolah untuk siswa, tetapi kebanyakan guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi lain.


(54)

D. Motivasi

Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasi”. Rukminto mengemukakan dalam Hamzah (2006:3) bahwa istiah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diiterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.

Banyak teori motivasi yang didasarkan dari asas kebutuhan (need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat memenuhinya. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti : keinginan yang hendak dipenuhinya, tingkah laku, tujuan, umpan balik.


(55)

Proses interaksi ini disebut sebagai produk motivasi dasar (basic motivations process), dapat digambarkan dengan model proses seperti berikut.

Sumber :Hamzah, 2006:5.

Gambar 2.1 Proses Motivasi Dasar

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangkamencapai tujuan tertentu.

Maslow, sebagai tokoh motivasi aliran humanisme, menyatakan bahwa kebutuhan manusia secara hierarkis semuanya laten dalam diri manusia. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis (sandang pangan), kebutuhan rasa aman (bebas bahaya), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan dihargai dan dihormati, dan kebutuhan aktualisasi diri (Robbins, 1986:213-214) dalam (Hamzah,2006). Aktualisasi diri, penghargaan atau penghormatan, rasa memiliki, dan rasa cinta atau

Needs, desires, or expectation

Goals Feedback


(56)

sayang, perasaan aman, dan tenteram merupakan kebutuhan fisiologis mendasar.

Teori ini dikenal sebagai teori kebutuhan (needs) yang digambarkan secara hierarkis seperti berikut :

Sumber : Stephen P. Robbins, 1996:214 dalamHamzah,2006:6. Gambar 2.2 Hierarki Kebutuhan Maslow

Motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternalpada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam

Aktualisasi diri

Kebutuhan Fisiologis Perasaan Aman dan Tenteram Rasa Memiliki dan Rasa Cinta/Sayang


(57)

keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dari uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemapuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999) dalam (Asep, 2013:14). Belajar tu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.


(58)

Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Menurut Benjamin S. Bloom dalam (Asep, 2013:14) tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.J. Romizowski dalam (Asep, 2013:14) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance) (Abdurrahman, 1999) dalam (Asep, 2013:14).

Dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selanjutnya Benjamin S. Bloom dalam (Asep, 2013:14) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri atas 4 kategori yaitu :

a. Pengetahuan tentang fakta; b. Pengetahuan tentang prosedural; c. Pengetahuan tentang konsep; d. Pengetahuan tentang prinsip;


(59)

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu :

a. Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif; b. Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; c. Keterampilan bereaksi atau bersikap;

d. Keterampilan berinteraksi.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Menurut Hamalik (2003) dalam (Asep, 2013:15) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar. Sudjana (2004) dalam (Asep, 2013:15) berpendapat, hasil belajar


(60)

adalah kemapuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya di ukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran yang berupa evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditujukan kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterlibatan siswa siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Indikator Hasil Belajar

Mengingat pembelajaran merupakan sesuatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka disini dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Menurut Sudjana (2004) dalam (Asep, 2013:20) kedua kriteria tersebut adalah :

a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pembelajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi

dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu


(61)

mengukur keberhasilan pembelajaran dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan di bawah ini :

1) Apakah pembelajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh guru dengan melibatkan siswa secara sistematik?

2) Apakah kegiatan belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pembelajaran itu?

3) Apakah guru memakai multimedia?

4) Apakah siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya?

5) Apakah proses pembelajaran dapat melibatkan semua siswa dalam kelas?

6) Apakah suasana pembelajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan merangsang siswa belajar?

7) Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboratorium belajar?


(62)

Di samping tinjauan segi proses, keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang di capai siswa :

1) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?

2) Apakah hasil belajar yang dicapai siswa dari proses pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa?

3) Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?

4) Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukkan oleh siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran? Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.


(63)

F. Materi Pembelajaran

1. Pengertian Persegipanjang dan Persegi

Gambar 2.3. Model persegi panjang

Gambar-gambar di atas, merupakan jenis barang yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Permukaan handuk, permukaan koper, dan lembaran buku di atas berbentuk daerah persegipanjang. Dari contoh tersebut berarti persegipanjang merupakan segiempat dengan ciri-ciri :

a. Memiliki dua pasang sisi sejajar;

b. Dua pasang sisi yang berhadapan sama panjang;

c. Sisi-sisi yang berpotongan membentuk sudut 90o atau siku-siku.

Berdasarkan ciri-ciri persegipanjang di atas, kita tuliskan pengertian persegipanjang dan persegi sebagai berikut :

a. Persegipanjang adalah segiempat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan sama panjang serta sisi-sisi yang berpotongan membentuk sudut 90o (Buku Guru Kelas VII Kur. 2013 : 306).


(64)

b. Persegi adalah persegipanjang yang semua sisinya sama panjang (Buku Guru Kelas VII Kur. 2013 : 306).

Gambar 2.4. Ilustrasi Sifat Persegipanjang

Gambar di atas merupakan persegipanjang. Sifat-sifat persegipanjang dapat diungkapkan sebagai berikut.

a. Sifat-sifat persegipanjang

Untuk semua persegipanjang, berlaku :

1) Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang. Pada persegipanjang ABCD, sisi AB dan CD sejajar dan sama panjang. Demikian juga sisi AD dan BC sejajar dan sama panjang.

2) Semua sudutnya sama besar dan besar setiap sudutnya 90o. Pada persegipanjang ABCD,

Sudut A = sudut B = sudut C = sudut D = 90o

.

3) Memiliki dua diagonal yang sama panjang. Pada

persegipanjang ABCD, AC = BD. D

B A


(65)

4) Kedua diagonalnya berpotongan di satu titik dan saling membagi dua sama panjang

5) Mempunyai dua sumbu simetri

6) Menempati bingkainya dengan empat cara

Gambar 2.5. Ilustrasi Sifat persegi

Gambar di atas merupakan persegi, adapun sifat-sifat persegi sebagai berikut :

a. Sifat-sifat Persegi

Untuk semua persegi, berlaku :

1) Mempunyai empat sisi yang sama panjang. Pada persegi ABCD, panjang sisi AB, BC, CD, dan DA adalah sama.

2) Memiliki dua pasang sisi sejajar dan sama panjang. Pada persegi ABCD, sisi AB sejajar sengan CD , sisi BC sejajar dengan AD.

3) Mempunyai empat sudut siku-siku. Pada persegi ABCD, sudut A = sudut B = sudut C= sudut D =

D

B A


(66)

90o. Karena terdapat empat sudut dan tiap sudut besarnya 90o maka jumlah keempat sudut dalam persegi adalah 360o.

4) Memiliki dua diagonal yang sama panjang, saling berpotongan saling tegak lurus di satu titik Pada persegi ABCD yaitu AC = BD.

Dari pengertian dan sifat-sifat persegipanjang dan persegi dapat diturunkan rumus luas daerah dan rumus keliling persegipanjang dan persegi sebagai berikut.

2. Keliling dan Luas Persegipanjang serta Persegi a. Keliling persegipanjang

Keliling persegi panjang sama dengan jumlah seluruh panjang sisinya. KLMN pada gambar 2.7 di bawah ini, menunjukkan persegi panjang dengan sisi-sisinya KL, LM, MN, dan KN.

Gambar 2.6 Gambar bangun persegi panjang KLMN dengan kotak-kotak kecil di dalamnya.

Tampak bahwa panjang KL = NM = 5 satuan panjang dan panjang LM = KN = 3 satuan panjang.


(67)

Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK

= (5 + 3 + 5 + 3) satuan panjang = 16 satuan panjang

Selanjutnya, garis KL dan garis MN disebut panjang (p), garis KN dan garis LM disebut lebar (l). Secara umum dapat disimpulkan bahwa keliling persegipanjang dengan panjang p dan lebar l adalah K = p + l + p + l, dan dapat ditulis sebagai :

b. Luas persegipanjang

Luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan lebarnya. Luas persegi panjang KLMN pada gambar 2.7 adalah Luas = KL x LM

= (5 x 3) satuan luas = 15 satuan luas

Jadi secara umum luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah

c. Keliling persegi

Keliling suatu persegi adalah sama dengan penjumlahan dari panjang semua sisi persegi. Gambar 2.6 dibawah ini

K = 2p + 2l atau K = 2 (p + l)


(68)

menunjukkan bangun persegi KLMN, dengan panjang tiap sisi = 4 satuan panjang.

Gambar 2.7 Gambar bangun persegi KLMN dengan kotak-kotak kecil di dalamnya.

Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK

= (4 + 4 + 4 + 4) satuan panjang = 16 satuan panjang

Karena panjang KL = LM = MN = NK disebut sisi s, Jadi secara umum keliling persegi dengan panjang sisi s adalah

K = s + s + s + s, dan dapat ditulis sebagai berikut

d. Luas persegi

Luas persegi sama dengan perkalian antara dua sisi dari persegi tersebut, atau dapat juga disebut sebagai kuadrat panjaang sisinya. Luas persegi KLMN pada gambar 2.6 adalah

Luas = KL x LM

= (4 x 4) satuan luas = 16 satuan luas


(69)

Atau dapat ditulis sebagai 42 satuan luas = 16 satuan luas. Jadi secara umum luas persegi dengan panjang sisi s adalah

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Tujuan dari pembelajaran matematika adalah membentuk kemampuan berpikir siswa yang tercermin melalui berfikir secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien. Dalam pembelajaran matematika ini, siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar dapat dilihat dari kemauan dan dorongan siswa untuk bertanya, menyampaikan pendapat, dan menyelesaikan tugas dari guru.

Guru memiliki peran penting dalam proses pembelajaran karena guru merupakan fasilitator bagi siswanya. Guru lebih dominan menggunakan metode pembelajaran ceramah. Hal inilah yang menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan kurang tertarik untuk belajar matematika. Ketika guru memberikan pekerjaan rumah (PR), mereka menganggap itu adalah suatu beban yang mengganggu waktu bermain. Hal-hal itu yang menyebabkan rendahnya motivasi siswa terhadap mata pelajaran matematika, terlihat saat siswa merasa tidak semangat dalam mengikuti pelajaran matematika. Hal lain yang menyebabkan rendahnya


(70)

motivasi siswa dalam pelajaran matematika adalah dengan banyaknya rumus-rumus sehingga mereka cenderung menghafalkan rumus itu satu persatu tanpa mencoba melakukan dengan berlatih soal.

Cara yang mampu membuat pelajaran matematika menjadi bermakna dan siswa dapat termotivasi adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ketika guru menyampaikan suatu materi, siswa diberi kesempatann untuk berdiskusi dengan siswa yang lain, kemudian menanyakan suatu hal yang tidak dipahami terkait materi tersebut, selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk bernalar mencari ide pemecahan masalah tersebut dan mencoba untuk mempresentasikan idenya di ruang kelas. Dengan pembelajaran seperti itu, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengekspresikan kemampuannya, mereka mendapat kesempatan untuk bertanya apa saja dan menyumbangkan ide yang mereka miliki, sehingga dari sini perlahan-lahan tumbuh motivasi dalam dirinya untuk terus mempelajari materi tersebut.

Dengan demikian keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dengan ditinjau dari motivasi dan hasil belajar siswa di kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta.


(71)

H. Hipotesis

Dari landasan teori diatas peneliti dapat menerka bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh kemauan dari dalam maupun luar diri siswa. Selain dipengaruhi oleh kemauan untuk belajar hasil belajar juga dipengaruhi oleh dorongan belajar dari diri siswa maupun dari luar siswa. Kemauan dan dorongan tersebut terangkum di dalam satu topik yaitu motivasi. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat mengajar juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempermudah siswa mempelajari materi persegipanjang dan persegi yang diajarkan oleh guru.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan siswa untuk meraih hasil belajar yang tinggi jika motivasi untuk belajar tinggi.


(72)

50 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan tergolong dalam penelitian eksploratif, yang berarti bahwa peneliti ingin menggali secara luas tentang sebab-akibat atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu (Suharsimi, 2002:6). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif kuantitatif. Data kualitatif yang dikumpulkan berupa data kuisioner mengenai motivasi belajar siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperartif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) yang dilaksanakan. Data yang dikumpulkan berupa skor hasil belajar siswa terhadap materi persegipanjang dan persegi.

B. Tempat dan Waktu Pengambilan Data

Tempat : Kelas VII-D SMP N 2 Mlati

Waktu Pengambilan Data : 22 April – 2 Mei 2015 C. Subyek Pengambilan Data

Subyek dari penelitian adalah siswa-siswi kelas VII-D SMP Negeri 2 Mlati Sleman tahun ajaran 2014/2015.

D. Obyek Pengambilan Data

Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII-D SMP N 2 Mlati, Sleman, Yogyakarta pada materi persegipanjang dan persegi.


(73)

E. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Divisions).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa terhadap materi persegipanjang dan persegi.

F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan variabel-variabel di atas dapat dituangkan dalam instrumen seperti di bawah ini :

1. Variabel bebas

Di dalam tipe STAD pada model pembelajaran kooperatif, instrumen yang digunakan peneliti berupa lembar pengamatan dan lembar kerja siswa.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun oleh peneliti sebagai instrumen pembelajaran selama proses pelajaran matematika berlangsung.


(74)

b. Lembar pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran

Lembar pengamatan keterlaksanaan Rencana Pelaksananaan Pembelajaran ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, juga berguna untuk mengamati kegiatan yang tertera dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran sesuai atau tidak.

c. Lembar Pengamatan / Observasi Aktivitas Siswa

Lembar pengamatan/observasi digunakan untuk mengamati pembelajaran, terutama aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan tipe STAD pada model pembelajaran kooperatif. Isi dalam lembar pengamatan ini sesuai dengan aspek yang diamati. Aspek-aspek tersebut di antaranya :

1) Kesiapan siswa, meliputi :

a) Kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran. b) Kesiapan siswa untuk mendengarkan apersepsi dari

guru, sebelum memulai proses pembelajaran

c) Kemauan siswa untuk menyiapkan dan membaca buku referensi, dan mencatat pada saat proses pembelajaran berlangsung.


(75)

2) Partisipasi siswa, meliputi :

a) Kemauan siswa untuk memperhatikan penjelasan guru / teman lain.

b) Kemauan siswa mencatat hal-hal yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas.

c) Kemauan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok.

d) Kemauan siswa untuk mencoba mengerjakan dan fokus melakukan diskusi dalam kelompok pada saat proses pembelajaran berlangsung.

e) Kemauan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.

3) Keaktifan siswa, meliputi :

a) Kemauan siswa untuk bertanya pada guru berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang berlangsung.

b) Kemauan siswa untuk bertanya pada saat diskusi kelompok ataupun presentasi kelas

c) Kemampuan siswa untuk menanggapi pembahasan pembelajaran yang sedang berlangsung

d) Kemauan siswa menjawab pertanyaan pada saat presentasi berlangsung.


(76)

e) Kemauan siswa memberikan kritik dan saran dengan maksud untuk perbaikan pembahasan presentasi yang kurang tepat.

4) Motivasi siswa , meliputi :

a) Kemauan siswa untuk menghargai dan menerima pendapat dari teman dengan baik

b) Kemauan siswa untuk peduli dengan

keberhasilan/pemahaman teman satu kelompok. c) Kemauan siswa untuk menunjukkan antusiasme

pada saat pembelajaran matematika berlangsung. d. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa disusun oleh peneliti sebagai instrumen pembelajaran untuk siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang menerapkan tipe STAD pada model pembelajaran kooperatif. 2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar dan Motivasi. Untuk mengukur motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika, peneliti menggunakan kuisioner. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar peneliti menggunakan tes hasil belajar untuk siswa diantaranya :

1) Kuis

Kuis dilaksanakan berguna untuk mengetahui pemahaman siswa dalam tiap pertemuan.


(77)

2) Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar merupakan tes pemahaman dalam proses pembelajaran. Tes hasil belajar ini dilaksanakan berguna untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperati tipe STAD. G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Pengamatan Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran

Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati kesesuain kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan kegiatan yang tertera di dalam RPP. 2. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan terlaksana pada saat sebelum penelitian. Dari observasi tersebut peneliti dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang pelajaran matematika. Selain itu peneliti juga dapat melihat sikap siswa di kelas maupun di luar kelas. Dari observasi ini peneliti juga bertanya kepada guru matematika atau melakuan wawancara dengan guru matematika tentang mater-materi yang biasanya kesulitan siswa dalam belajar matematika.


(78)

3. Data Kuis

Kuis diberikan kepada siswa di akhir pembelajaran di tiap sesi, hal ini bertujuan untuk melihat sampai dimana pemahaman siswa dengan materi serta sebagai pedoman peneliti dalam berhasil atau tidaknya model pembelajaran tipe STAD diterapkan pada materi persegipanjang dan persegi. 4. Data Tes Hasil Belajar

Tes akhir merupakan tes hasil belajar, tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari tes hasil belajar ini dapat diketahui cocok atau tidak cocok model pembelajaran kooperatiff tipe STAD dapat diterapkan dalam materi persegipanjang dan persegi.

5. Kuisioner motivasi

Kuisioner dibuat bertujuan untuk melihat seberapa besar motivasi siswa dalam mempelajari pelajaran matematika. Kuisioner

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Sebelum soal tes hasil belajar dipakai harus dicoba terlebih dahulu untuk mengetahui kevalidan dan kelayakan soal tes hasil belajar, selanjutnya dilakukan pengujian validitas. Validitas yang digunakan oleh peneliti yaitu :


(79)

a. Validitas Isi atau kontruk

Validitas ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Uji validitas isi atau kontruk ini dilakukan oleh pakar yaitu dosen pembimbing, pakar dan guru.

b. Validitas Empiris

Validitas ini bertujuan untuk menentukan tingkat kehandalan soal adalah validitas bandingan (concurrent validity). Pada penentuan tingkat validitas butir soal digunakan korelasi product moment Pearson dengan mengkorelasikan antara skor yang di dapat siswa pada suatu butir soal dengan skor total yang didapat. Rumus yang digunakan :

Sumber : Asep, 2013:183

Keterangan :

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Banyaknya peserta tes X = Nilai hasil uji coba Y = Nilai rata-rata harian

ݎ௑௒ = ܰ∑ܻܺ−

(∑ܺ) (∑ܻ)


(80)

Hasil yang diperoleh disesuaikan denganrProduct Moment dari Pearson dengan taraf signifikasi 5%.

1) JikarXY> rtabel maka butir soal tersebut valid 2) JikarXY ≤ rtabel maka butir soal tersebut tidak valid Intepretasi terhadap nilai koefisien korelasi rXY digunakan

kriteria berikut ini :

Tabel 3.1 Interpretasi Tingkat Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 < rXY ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < rXY ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < rXY ≤ 0,60 Cukup 0,20 < rXY ≤ 0,40 Rendah

rXY ≤ 0,20 Sangat rendah Sumber : Asep, 2013:183

2. Reliabilitas Insrumen

Reliabilitas mempunyai pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi, 2010:221).

Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha Crombach. Rumus yang digunakan dinyatakan dengan :

Sumber: Asep, 2013:185.

ݎ

ଵଵ

=

݊

݊

1

ቃ ቈ

1

ݏ

௜ ଶ

ݏ


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Lampiran D.9


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi

1 56 180

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 12

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 1 21

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok tekanan kelas VIII semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 48