PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fojiano NIM 12108249037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Jalan terbaik untuk bebas dari masalah adalah dengan

memecahkannya


(6)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan untuk:

1.

Kedua orangtuaku: Bapak dan Ibu yang selalu memberikan

yang terbaik untukku dengan segenap kasih sayang agar

menjadi orang yang berguna.


(7)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN

YOGYAKARTA

Oleh Fojiano NIM 12108249037

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui model active learning tipe index card match.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tukangan Yogyakarta pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian yakni siswa kelas VI yang terdiri dari 28 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model active learning

tipe index card match dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung dengan meningkatnya persentase hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 13 siswa (46,4%), pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 15 siswa (53,6%), kemudian hasil belajar tersebut meningkat pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 22 siswa (78,6%).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS VI SEMESTER I SD NEGERI TUKANGAN YOGYAKARTA kepada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi dapat berjalan dengan lancar tidak lepas dari bantuan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Supartinah, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Sekar Purbarini Kawuryan, S.IP.,M.Pd. selaku validator instrumen penelitian

6. Bapak As.Windyanto, S.Pd.I selaku Kepala SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah memberi izin untuk penelitian

7. Ibu Fathonah, S.Pd, selaku guru wali kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah bersedia bekerjasama dalam mengumpulkan data penelitian.

8. Siswa kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta yang telah bekerjasama selama penelitian berlangsung.


(9)

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di SD ... 8

1. Pembelajaran IPS di SD ... 8

2. Materi IPS SD ... 9

B. Kajian tentang Hasil Belajar ... 13

1. Pengertian Hasil Belajar ... 13

2. Pengertian Hasil Belajar IPS . 15 3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 17


(11)

C. Karakter Siswa SD Kelas Tinggi... 24

D. Kajian tentang Active Learning tipe Index Card Match... 26

1. Pembelajaran Aktif (Active Learning)... 26

2. Pembelajaran Tipe Index Card Match... 30

E. Kajian Penelitian yang Relevan... 35

F. Kerangka Pikir... 36

G. Hipotesis Tindakan... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 40

B. Subjek Penelitian... 40

C. Setting Penelitian... 40

D. Desain Penelitian... 41

1. Tahap Perencanaan Tindakan ... 41

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)... 41

3. Tahap Pengamatan (Observating)... 43

4. Tahap Refleksi... ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data... 43

1. Observasi ... ... 43

2. Tes ... 44

F. Instrumen Penelitian... 44

1. Lembar Observasi ... ... 44

2. Tes ... 45

G. Validitas Instrumen... 47

H. Teknik Analisis Data... 47

I. Kriteria Keberhasilan... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Pra Tindakan ... 50

2. Tindakan Sikus I ... 51

3. Tindakan Sikus II ... 72


(12)

C. Keterbatasan Penelitian... 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 93

B. Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA... 95


(13)

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal Mata Pelajaran Kelas

VI Semester II 2016 SDN Tukangan Yogyakarta ... 4

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 6 Semester I ... 11

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi aktivasi Siswa ... 44

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi aktivasi Guru ... 44

Tabel 5. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 45

Tabel 6. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 46

Tabel 7. Pedoman penilaian dalam standar 10 ... 48

Tabel 8. Kualifikasi Persentase Skor Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPS Siswa ... 49

Tabel 9. Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal ... 50

Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 65

Tabel 11. Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPS Siswa Siklus I ... 68

Tabel 12. Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 82


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Model Kemmis & Mc Taggart ... 40 Gambar 2. Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal

dan Siklus I ... 66 Gambar 3. Diagram Batang Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I

dan Siklus II ... 83 Gambar 4. Diagram Batang Hasil Partisipasi Aktifitas


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 98 Lampiran 2. Lembar Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I dan II ... 142 Lampiran 3. Lembar Skor penilaian Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II ... 155 Lampiran 4. Dokumentasi ... 170 Lampiran 5. Lembar Surat Keterangan Validasi Instrumen ... 173 Lampiran 6. Surat Izin Penelitian... 175


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengenal mata pelajaran IPS, merupakan hal yang tidak asing lagi didengar di dunia pendidikan Indonesia. IPS yang merupakan kepanjangan dari Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran umum untuk ditingkat sekolah dasar, menengah dan tingkat sekolah atas. Mata pelajaran ini memuat beberapa materi yang mengkaji tentang sejarah, geografi, ekonomi serta pelajaran ilmu sosial lainnya. Namun diantara mata pelajaran lainnya yang ada di berbagai tingkat sekolah di Indonesia, mata pelajaran IPS menjadi salah satu bagian yang terpenting untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional di Indonesia.

Menurut M. Numan Somantri (2001:92), pendidikan IPS merupakan seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologi untuk tujuan pendidikan. Begitu pentingnya mata pelajaran ini yang telah melewati seleksi disiplin ilmu-ilmu sosial dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,


(17)

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dengan demikian apa yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional dapat menaruh harapannya pada mata pelajaran IPS untuk dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar peserta didik. Mata pelajran IPS diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1975. Menurut Sapriya (2009:42), mengatakan bahwa IPS sebagai mata pelajaran baru dalam kurikulum 1975 diberikan untuk jenjang SD, SMP dan SMA menggunakan pendekatan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik peserta didik yang ada di tiap jenjang tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertama kali mata pelajaran IPS, khususnya untuk tingkat SD atau Sekolah Dasar diperkenalkan pada tahun 1975 di Indonesia yang memakai sistim kurikulum 1975.

Kemudian, mengapa mata pelajaran IPS di Indonesia menjadi yang terpenting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional?, dan apa yang tujuan serta manfaat dalam mata pelajaran ini. Menurut Etin Solihatin, dkk (2007:14), pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar pada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi

Jadi pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada siswa baik itu pengetahuan, bakat dan ketrampilan, sehingga potensi tersebut dapat dikembangkan untuk dimasa yang akan datang. Dan telah jelas


(18)

bahwa, mata pelajaran IPS sangat berperan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selain itu mata pelajaran IPS dikelompokkan menjadi tiga kategori, menurut Hasan dalam (Nana Supriatna, dkk, 2007:5) ada tiga kategori tujuan pembelajaran IPS yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk mendidik dan membekali siswa agar dapat mengembangkan kemampuan diri yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya.

Beralih pada keterlaksanaan ketercapaian hasil belajar khususnya pada mata pelajaran IPS, alasan yang menjadikan mata pelajaran IPS sebagai bahan penelitian yaitu berdasarkan obesrvasi dan wawancara pra penelitian pada tanggal 28-30 Juli 2016 yang dilakukan di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta, kegiatan proses belajar mengajar mengalami permasalahan, peneliti menemukan bahwa masih ada 15 siswa yang belum tuntas KKM pada pembelajaran IPS, hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS belum optimal. Kemudian pada observasi selanjutnya, hasil belajar mata pelajaran IPS di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta pada semester genap tahun 2016, kemudian dibandingkan dengan mata pelajaran matematika, IPA, IPS dan Bahasa Indonesia, jumlah terbanyak siswa yang tidak tuntas KKM yaitu pada mata pelajaran IPS berjumlah 15 siswa.


(19)

Tabel 1. Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal Mata Pelajaran Kelas VI Semester II 2016 SDN Tukangan Yogyakarta

No. Mata Pelajaran KKM Siswa Yang Belum Lulus KKM

1. IPS 70 15 Siswa

2. IPA 65 6 Siswa

3. Bahasa Indonesia 70 3 Siswa 4. Pendidikan

kewarganegarann

70 5 Siswa

5. Matematika 65 10 Siswa

Sedangkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang tidak tuntas KKM berjumlah tiga siswa, mata pelajaran Matematika berjumlah sepuluh siswa, Pendidikan Kewarganegaraan berjumlah lima siswa dan IPA berjumlah enam siswa.

Setelah itu siswa banyak yang diam ketika guru sedang mengajukan pertanyaan terkait materi yang dijelaskan. Pada saat guru menjelaskan materi, sebagian siswa ada yang asyik sendiri dengan aktifitas yang mereka lakukan. Kemudian berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan, guru wali kelas mengatakan bahwa siswa sulit utuk menerima dan merespon informasi yang disampaikan pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, isi materi hampir memuat hafalan, sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan untuk menerima pesan pada materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh guru.

Dalam hal ini, siswa banyak yang jenuh dan merasa bosan ketika guru sedang menyampaikan informasi pada saat membahas materi. Sofan Amri, dkk (2010:167) menyebutkan bahwa gaya penyajian yang digunakan guru


(20)

siswa. Melalui permasalahan siswa tersebut, guru harus mampu membuat materi yang menarik untuk memikat rasa ingin tahu serta perhatian siswa. Kemudian beberapa siswa lain, susah menerima informasi pada saat proses pembelajaran berlangsung ketika pembelajarannya bersifat hafalan. Menurut

secara menarik dan memudahkan peserta didiknya.

Maksud penjelasan tersebut, bahwa setiap mata pelajaran yang bersifat hafalan, guru harus mampu menyajikan materi pembelajaran semenarik mungkin agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan mempermudah siswa menerima informasi yang disampaikan oleh guru. Selain itu, guru diharapkan untuk mampu mengembangkan media dan strategi pembelajaran yang menarik serta bervariasi agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

SD Negeri Tukangan merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang berlokasi di Kecamatan Pakualaman Kota Yogyakarta, tepatnya di JL. Suryopranoto No. 59. Berdasarkan pengamatan observasi serta wawancara dengan salah seorang guru, letak sekolah cukup strategis karena sangat dekat dengan jalan raya, akan tetapi kebisingan akibat lalu lintas kendaraan juga tidak dapat dipungkiri sedikitnya dapat mengganggu proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dan hasil diskusi peneliti dengan guru, maka dipilihlah teknik index card match atau ICM untuk memecahkan masalah belum optimalnya hasil belajar IPS di kelas VI Semester I SDN Tukangan Yogyakarta.


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sulitnya siswa dalam menerima serta merespon pesan informasi yang disampaikan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Isi materi pada mata pelajaran IPS hampir memuat hafalan, sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan.

3. Guru belum mampu mencari solusi permasalahan dalam mengembangkan strategi pembelajaran serta media untuk menarik perhatian siswa.

4. Hasil belajar IPS belum optimal

5. Model pembelajaran yang digunakan sebelumnya belum maksimal C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah agaimana meningkatan hasil belajar IPS dengan teknik index card match di kelas VI semester I SD Negeri Tukangan Yogyakarta

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan hasil belajar IPS dengan teknik index card match di kelas VI semester I SD Negeri Tukangan Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi perbaikan serta solusi baik secara teoritis maupun secara praktis.


(22)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori yang berkaitan dengan pengembangan strategi menggunakan teknik pembelajaran serta memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca 2. Manfaat praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan masukkan untuk evaluasi pembelajaran di SD

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dijadikan bahan sumber evaluasi untuk mengembangkan strategi strategi menggunakan teknik pembelajaran yang menarik di kelas.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini digunakan sebagai penambah sumber referensi, pengalaman serta wawasan dalam memecahkan masalah serta pengalaman dalam mengembangan strategi melalui teknik pembelajaran di kelas sebelum benar benar terjun langsung menjadi guru.


(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pembelajaran IPS di SD 1. Pembelajaran IPS di SD

Mengenal pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, di dalam buku pusat kurikulum (2006:5), dikemukakan bahwa IPS merupakan salah satu pelajaran yang diberikan mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui hal tersebut, pembelajaran IPS mengacu aspek kehidupan nyata, dimana peserta didik di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat untuk menghadapi kehidupan masyarakat global yang selalu berubah.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan mata pelajaran IPS yang ditetapkan untuk jenjang SD atau Sekolah Dasar sebagai berikut (BSNP, 2006:159).

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.


(24)

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Melalui tujuan tersebut, harapannya dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan siswa dalam menganalisis terhadap kondisi sosial masayarakat saat ini.

Meninjau ruang lingkup pembelajaran IPS di SD, materi pelajaran dibagi atas dua bagian yakni materi sejarah dan materi pengetahuan sosial, untuk materi pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, geografi, ekonomi, dan politik sedangkan cakupan materi sejarah meliputi sejarah lokal dan sejarah nasional. Mulyasa (2006:125) menjelaskan bahwa Tujuan hal tersebut adalah untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan keterampilan dasar yang akan digunakan dalam kehidupannya serta meningkatkan rasa nasionalisme dari peristiwa masa lalu hingga masa sekarang agar para siswa memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air. 2. Materi IPS SD

Berbagai macam cara penyajian pembelajaran pada mata pelajaran IPS yang dilakukan oleh guru untuk mempermudah siswa dalam menerima informasi yang disampaikan. Namun berdasarkan pra penelitian yang telah dibahas pada latar belakang masalah, siswa banyak yang jenuh dan merasa bosan ketika guru sedang menyampaikan informasi pada saat membahas materi.


(25)

Sofan Amri, dkk (2010:167) menyebutkan bahwa gaya penyajian yang digunakan guru dalam membahas materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap perhatian siswa. Dalam hal penyajian pembelajaran IPS, seorang guru harus membutuhkan berbagai macam pendekatan, metode dan strategi agar materi yang diberikan dapat menarik perhatian siswa dan mudah dimengerti. Sapriya (2009:57) menjelaskan, bahwa salah satu pendekatan dalam pembelajaran IPS dan sekaligus menjadi tugas guru pada tingkat pendidikan dasar adalah menerjemahkan materi yang sulit menjadi mudah atau materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret. Mengkaji secara keseluruhan isi materi pengajaran IPS, secara keseluruhan berbentuk (Abdul Azis Wahab 2012:124-125) :

a. Konsep dan Generalisasi

Konsep dan generalisasi diperoleh dari disiplin ilmu-ilmu sosial seperti geografi, ekonomi, ilmu politik, sosiologi, dan antropologi serta sejarah dan tata negara

b. Tema dan Topik

Tema dan topik diangkat dari buku-buku paket program studi ilmu-ilmu sosial atau buku teks ilmu-ilmu sosial.

c. Masalah

Masalah dapat diangkat pula dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang ada yang dapat dijadikan sebagai pokok pembahasan dalam pengajaran IPS di Sekolah.


(26)

Kemudian beralih pada mencapai tujuan dari isi materi pelajaran IPS SD, maka dikembangkanlah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berdasarkan kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (Sapriya, 2009:79).

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk kelas VI SD/MI sebagai berikut (Sapriya, 2009:200) :

Tabel 2. Kelas 6, Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami

perkembangan wilayah Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara, serta benua-benua

1.1 Mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia

1.2 Membandingkan kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga

Setelah itu, adapun cakupan materi pembelajaran IPS kelas VI semester I sebagai berikut (Sanusi Fattah, dkk, 2008:V)

a. Perubahan wilayah provinsi di Indonesia b. Wilayah laut teritorial Indonesia


(27)

d. Ciri-ciri gejala sosial di Indonesia dan negara tetangga

Telah dijelaskan isi cakupan dari materi pembelajaran serta Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas VI semester I, berdasarkan latar belakang masalah hampir keseluruhan isi materi bersifat hafalan. Mengenai paparan di atas, dalam hal tersebut seorang guru harus mampu mencari sumber media seperti ketika seorang guru hendak menjelaskan sebuah makna dari kayu, maka guru harus membawa sebuah kayu kemudian menjelaskan serta mendemonstrasikannya kepada siswa. Kemudian seorang guru harus mampu membuat bagaimana isi materi pengajaran pada mata pelajaran IPS yang bersifat hafalan dapat menarik rasa ingintahu siswa.

Abdul Azis Wahab (2012:49) mengatakan mengajar IPS haruslah membantu dan mendorong siswa untuk berpikir karena untuk berpikir para siswa harus dihadapkan pada permasalahan yang dekat lingkungan dan kebutuhannya baik untuk sekarang maupun yang akan datang. Jadi seorang guru dalam mengajarkan materi pembelajaran IPS di SD harus mampu membantu siswa untuk berpikir, maksudnya seorang guru harus berupaya bagaimana membuat model materi pembelajaran IPS dapat mendorong siswa untuk berpikir. Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri Tukangan Yogyakarta, penyampaian isi materi dalam pembelajaran IPS pada saat kegiatan proses belajar mengajar di kelas harus ditingkatkan lagi agar siswa dapat berpikir untuk memahami isi materi pembelajaran.


(28)

B.Kajian tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Proses belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seorang siswa, oleh karena itu belajar tidak hanya sekedar menghafal namun anak belajar dari mengalami dan mempraktikkan. Oemar Hamalik (2001:27) mengatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Jadi belajar bukan hanya sekedar membaca dan menghafal, tetapi juga harus mengalami. Dalam kegiatan belajar, siswa akan dilatih dengan tujuan untuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.

Dalam hal tersebut, belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Purwanto, 2008:43-44). Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar, sehingga perubahan-perubahan tersebut dapat menjadikan sebuah hasil belajar. Selain itu belajar juga merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dengan berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan, pemahamannya, siakp dan keterampilannya (Nana Sudjana, 2005:28). Membahas tentang hasil belajar, bahwa belajar bukan suatu tujuan tetapi suatu proses untuk mencapai hasil dan bukti.

Menurut Oemar Hamalik (2001:30) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,


(29)

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam kajian tersebut, bahwa hasil belajar merupakan sebuah efek dari belajar yang menunjukkan munculnnya perubahan terhadap seseorang. Mengkaji lebih lanjut tentang hasil belajar, menurut Purwanto (2008:44-45) mengatakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan

dimana hasil menunjukkan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional, sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar, maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar juga merupakan sebuah pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pendidikan pada peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar pada mata pelajaran tertentu. Selain itu hasil belajar juga perlu dilakuakan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar (Purwanto, 2008:47). Berdasarkan prapenelitian yang dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri Tukangan Yogyakarta, bahwa strategi dalam mengajarkan pembelajaran IPS pada siswa kelas VI harus dilakukan evaluasi, agar dapat


(30)

meningkatkan hasil belajar yang lebih baik kepada siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas.

2. Pengertian Hasil Belajar IPS

Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan mengenai deskripsi hasil belajar, dimana hasil belajar yanng baik akan menimbulkan perubahan kemampuan pada siswa yang meliputi hasil kemampuan aspek pengetahuan, keterampilan dan karakter. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2010:102-103) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang memiliki seseorang.

Berdasarkan beberapa pandangan tentang deskripsi hasil belajar dari beberapa ahli yang dikemukakan sebelumnya, bahwa hasil belajar IPS merupakan sebuah pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pendidikan dengan diwujudkannya perubahan tingkat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik pada peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Menurut Anderson dan Krathwohl dalam (Winarni, dkk, 2012:139) klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dibagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni.


(31)

Mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali.

2. Memahami

Menafsirkan, meringkas, membandingkan, menjelaskan. 3. Menerapkan

Melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi.

4. Menganalisis

Menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, membedakan, menyamakan, membandingkan.

5. Mengevaluasi

Menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji.

6. Berkreasi

Merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, emngubah.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berhubungan dengan menerima, menanggapi, menilai, mengelola dan menghayati


(32)

c. Ranah psikomotorik

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang meliputi menirukan, memanipulasi, dan artikulasi.

Berdasarkan tiga ranah hasil belajar tersebut, bahwa hasil belajar IPS merupakan hasil sebuah pencapaian kemampuan peserta didik kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta dengan diwujudkannya perubahan tingkat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik pada peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada sub pokok pembahasan mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia dan membandingkan kenampakkan alam keadaan sosial negara tetangga. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, bahwa hasil belajar IPS belum optimal, melalui hal tersebut hasil belajar IPS dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada ranah kognitif yakni pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mencapai hasil belajar yang baik, perlu diketahui bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Alben Ambarita (2006:58) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik akan berpengaruh pada kualitas proses dan hasil belajar peserta didik, faktor-faktor tersebut terdiri dari dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.


(33)

a. Faktor internal 1. Bakat

Seorang peserta didik yang tidak memiliki bakat dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran tertentu, maka akan berpengaruh pada hasil belajar dari kegiatan belajar yang diikutinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang mengikuti kegiatan proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, ketika mendapat tugas untuk mempraktekkan membaca puisi di depan kelas, siswa yang kurang bakatnya dalam membaca dan berekspresi saat berpuisi maka akan berpengaruh pada nilai tugas mata pelajaran tersebut.

2. Kecerdasan (Intelektual, Emosional, dan Spiritual)

Kurangnya kecerdasan intelektual, peserta didik yang kurang mampu dalam menerima dan merespon isi dari penjelasan materi pembelajaran, akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh, begitu juga dengan kecerdasan emosi dan spiritual.

3. Minat

Kemauan siswa dalam mengikuti kegiatan prosesbelajar mengajar akan berpengaruh pada hasil belajar, sebagai contoh siswa yang kurang minat dalam mengikuti mata pelajaran tertentu, ia akan mengabaikan penjelasan dari materi pembelajaran tersebut sehingga berdampak pada hasil belajar.


(34)

4. Motivasi

Kurangnya motivasi dari guru dan terkhususnya orang tua, akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Siswa kurang semangat atau bergairah dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh.

5. Sikap

Peserta didik yang karakternya sangat buruk, akan berpengaruh pada kegiatan proses belajar mengajar, ia berbuat sesuka hati di dalam kelas pada saat kegiatan proses belajar mengajar, akan menjadi penilaian dan evaluasi bagi seorang guru melakukan strategi belajar agar siswa tersebut medapatkan hasil belajar yang baik.

6. Latar Belakang Sosial, Ekonomi dan Budaya

Peserta didik yang memiliki latar belakang sosial yang buruk, kemudian penghasilan kerja orang tua yang sedikit serta diskriminatif budaya oleh teman kelas dan lingkungannya akan sangat berpengaruh pada kegiatan proses belajar mengajar yang ia ikuti di dalam kelas sehingga berdampak buruk pada hasil belajar. b. Faktor Eksternal

1. Tujuan Pembelajaran 2. Materi Pelajaran

3. Strategi dan Metode Pembelajaran 4. Media Pembelajaran


(35)

5. Pengorganisasian Kelas

6. Penguatan yang Di Gunakan Guru 7. Iklim Sosial Dalam Kelas

8. Waktu yang Tersedia 9. Sistem dan Teknik Evaluasi

10.Pandangan dan Sikap Guru Terhadap Peserta Didik

11.Upaya Guru Dalam Menangani Kesulitan Belajar Peserta Didik Kemudian mengenai paparan diatas, mengkaji pada sumber referensi lainnya menurut Wasty Soemanto (1998:113) mengatakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 3 bagian.

a. Faktor-faktor stimuli belajar

Maksudnya adalah faktor segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencakup material, penegasan serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar.

b. Faktor-faktor metode belajar

Maksudnya metode pembelajaran yang dipakai oleh guru saat melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dapat menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.


(36)

Faktor-faktor ini meliputi kematangan, usia kronologis, jenis kelamin, pengalaman, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani dan rohani serta motivasi.

Namun disisi lain mengkaji kesumber referensi lainnya, menurut Nana Sudjana (1996:6) mengatakan pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua macam yaitu faktor internal dimana faktor yang datang dari diri individu itu sendiri yang meliputi faktor fisiologis, psikologis, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan lainnya, sedangkan faktor eksternal faktor yang datang dari luar individu yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan yaitu pada pra penelitian yang dilakukan pada bulan Juli di SD Negeri Tukangan Yogyakarta, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPS, perhatian terhadap permasalahan internal dan eksternal masing-masing peserta didik harus ditingkatkan lagi, agar kegiatan proses belajar mengajar memperoleh hasil belajar yang baik.

4. Macam-Macam/Jenis Hasil Belajar

Hasil belajar akan mengaitkan antara peserta didik dengan guru yang diantara kaitan tersebut terjadi sebuah aktifitas yaitu proses kegiatan belajar mengajar dimana seorang guru berperan sebagai alat dan fasilitator dan peserta didik sebagai subjek. Di dalam kaitan aktifitas kegiatan proses


(37)

belajar mengajar tersebut akan menghasilkan macam-macam hasil belajar yang diperoleh peserta didik melalui kaitan jenis-jenis hasil belajar.

Dalam teori Taksonomi Bloom (Max Darsono, 2000:315) ada tiga macam hasil belajar berdasarkan ranahnya antara lain kognitif, afektif dan psikomotorik.

a. Ranah Kognitif

Dalam ranah ini, terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, menilai, organisasi dan karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah ini meliputi manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Dalam pembahasan tersebut ranah kognitif sangat lebih mendominasi diantara ranah lainnya, namun ranah afektif dan psokomotorik juga berperan penting dalam proses penilaian proses kegiatan pembelajaran sekolah yang akan menentukan hasil belajar. Mengkaji pada sumber referensi lainnya, menurut Nana Sudjana (2000:22-23) dalam klasifikasi hasil belajar Benyamin S. Bloom yang lebih dikenal dengan Taxonomi Bloom, beliau membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.


(38)

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

c. Ranah Psikomotorik

Meliputi enam aspek ranah yaitu 1. Gerakan refleks

2. Keterampilan gerakan dasar 3. Kemampuan perceptual (persepsi) 4. Keharmonisan atau ketepatan 5. Gerakan keterampilan kompleks 6. Gerakan ekspresif atau interpretative

Melalui pembahasan tersebut, tiga aspek ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik menjadi sangat penting dalam penilaian proses kegiatan belajar mengajar yang akan menentukan hasil belajar peserta didik. Seorang guru harus memperhatikan tiga ranah tersebut, dan juga tidak hanya mendominasi salah satu ranah namun harus mementingkan ketiga ranah sebagai acuan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal dalam kegiatan proses belajar mengajar.


(39)

C.Karakter Siswa SD Kelas Tinggi

Pada latar belakang masalah yang telah dibahas, laporan pra penelitian melalui obsercasi dan wawancara, bahwa sulitanya siswa kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta dalam menerima pesan serta informasi yang dijelaskan oleh guru pada saat kegiatan proses belajar mnegajar khusunya pada mata pelajaran IPS. Melalui permasalahan tersebut, peneliti mengkaji dan mengaitkan dengan karakter siswa SD kelas tinggi. Siswa kelas VI memasuki masa kelas tinggi sekolah dasar, dimana siswa tersebut memasuki masa kanak kanak akhir. Masa kanak-kanak akhir memasuki kelas tinggi sekolah dasar yang berlangung antara usia 9-10 tahun dan 12-13 tahun (Rita Eka Izzaty,dkk, 2013:115).

Ciri-ciri khas anak masa kelas tinggi sekolah dasar yaitu: a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis

c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

d. Anak-anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat sebagai prestasinya mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta, materi pelajaran pada mata pelajaran IPS hampir sebagian isi dari materi memuat hafalan sehingga siswa menjadi bosan dan kurangnya minat dan rasa ingin tahu siswa untuk menerima pesan dan


(40)

informasi yang disampaikan oleh guru. Namun berdasarkan sumber referensi yang telah dijelaskan, bahwa ciri khas anak masa kelas tinngi sekolah dasar adalah memiliki rasa ingin tahu, melalui hal ini seharusnya seorang guru harus mampu membuat materi pembelajaran tersebut menjadi menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa.

Kemudian berdasarkan pra penelitin yaitu pada observasi yang dilakukan di kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta, beberapa siswa mulai bosan dengan tugas hafalan dan materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh

guru di depan kelas. guru

sebagai aktor sentral, akibatnya siswa banyak yang mengantuk, pasif dan tidak paham apa yang disampaikan guru. Melalui hal tersebut guru harus berupaya sekreatif mungkin untuk memilih serta mengembangkan strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dapat membantu untuk mempermuda siswa menerima pesan dan informasi dari materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Menurut Marsh (Rita Eka Izzaty,dkk, 2013:116), adapun strategi guru dalam pembelajaran masa kanak kanak akhir yaitu:

a. Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya barang/benda konkret. b. Gunakan alat visual, misalnya OHP, Tranparan.

c. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yyang bersifat sederhan ke yang bersifat kompleks.

d. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik, misalnya menggunakan angka kecil dan butir-butir kunci.


(41)

e. Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya menggunakan teka-teki, dan curhat pendapat.

Melalui paparan yang dijelaskan, bahwa seorang guru harus memahami perkembangan siswa, agar dapat menggunakan dan memilih strategi yang dapat memaksimalkan tujuan dari kegiatan proses belajar mengajar. Disamping itu, guru harus juga cerdas dalam memilih metode dan teknik pembelajaran yang dipakai, dengan tujuan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu.

D.Kajian tentang Active Learning tipe Index Card Match 1. Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Siswa yang aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar sangatlah diharapkan bagi kalangan orang tua dan guru, karena siswa yang aktif selama kegiatan proses belajar mengajar akan berdampak pada hasil belajar yang baik. Untuk menjadikan siswa yang aktif maka diperlukan strategi pembelajaran yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam belajar di kelas maupun di rumah. Salah satu strategi yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam belajar yaitu pembelajaran aktif atau yang dikenal dengan Active Learning. Adapun alasan mengapa strategi ini dipilih karena dalam kegiatan pembelajaran sering terjadi guru mengajar namun siswa tidak belajar. Hal ini seolah-olah siswa tidak terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar. Konsep Active Learning/pembelajaran aktif yang mengedepankan keterlibatan peserta didik secara penuh dalam proses belajar mengajar yang tidak hanya dibatasi dalam aktivitas kelas


(42)

Membahas pembelajaran aktif, dalam kamus Inggris-Indonesia (Wahyu Untara, 2010), Active berarti aktif, rajin dan giat. Sedangkan

Learning berarti kegiatan belajar, jadi Active Learning adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya dapat berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Meninjau referensi lainnya, bahwa Active Learning merupakan pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif (Hisyam Zaini,dkk, 2008:xiv).

Selain itu menurut Hamruni (2011:155) mengatakan pembelajaran aktif merupakan pembelajaran langkah cepat, menyenangkan, menarik dan mencerdaskan dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa Active Learning

merupakan suatu strategi yang dapat memberikan keaktifan bagi peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar baik aktif antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan pengajar. Dalam strategi Active Learning, seorang guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang aktif yang dapat membuat peserta didik aktif dalam belajar. Menurut Abu Ahmadi,dkk (2007:129) ada beberapa hal yang mendasar untuk menciptakan pembelajaran aktif ditinjau dari beberapa aspek yaitu

a. Subjek Didik

Kondisi subjek didik merupakan faktor utama dalam menciptakan cara belajar yang dinamis, untuk itu setiap subyek didik hendaknya memiliki hal sebagai berikut


(43)

1. Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan dan dorongan dalam proses belajar mengajar sehingga subyek didik akan merasa diakui dan dihargai perasaanya.

2. Keberanian mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun tingkat lanjut.

3. Ada usaha atau kreatifitas subyek didik dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga mencapai hasil yang maksimal.

4. Adanya dorongan rasa ingin tahu yang besar pada subyek didik untuk mengetahui dan mengajarkan sesuatu yang baru dalam proses belajar mengajar.

5. Adanya kebebasan untuk berkreasi dalam proses belajar mengajar. b. Pendidik

Guru meupakan sentral yang keberadaanya merupakan penentu bagi keberhasilan dalam pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Adanya usaha untuk membina dan mendorong subyek didik dalam meningkatkan semangat dan partisipasi secara aktif.

2. Adanya kemampuan pengajar untuk melakukan peran sebagai inovator maupun motivator terhadap hal-hal baru dalam proses belajar mengajar.


(44)

Kemudian dalam kegiatan proses belajar mengajar, prinsip sangat dibutuhkan dalam menciptakan kegiatan belajar mengajar yang optimal. Adapun prinsip-prinsip tersebut berdasarkan tipe pembelajaran aktif (M. Dalyono, 2005:202-206):

a. Stimulus belajar

Berbicara tentang stimulus, berarti membahas tentang rangsangan yang diberikan dalam maksud sebuah bentuk penyampaian informasi yang diharapkan dapat menerima isi materi pelajaran dengan baik. b. Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, alat bantu belajar, media belajar dan lainnya.

c. Respon yang dipelajari

Respon yang dapat dipelajari oleh peserta didik harus mampu menunjang tujuan pembelajaran sehingga dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik.

d. Penguatan

Sumber penguat belajar untuk pemenuhan kebutuhan peserta didik dapat berupa nilai, pengakuan prestasi, ganjaran dan sebagainya.

e. Asosiasi

Dalam menyampaikan informasi yang jumlahnya sangat banyak diperlukan pengaturan dan penempatan informasi, sehingga peserta didik mampu mengingat dan menghubungkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain.


(45)

Setelah pembahasan tersebut, adapun contoh contoh strategi pembelajaran aktif diantaranya yaitu The Power of Two, Reading Guide,

Info Search, Index Card Match, Everyone is A Teacher Here, Student Create Case Study, Point-Counteroint, Students Questions Have, Listening Team dan Card Sort (Hamruni, 2011:160-167).

Dalam penelitian ini melalui latar belakang masalah yang telah dibahas, peneliti akan membuat isi materi pembelajaran yang semula membosankan menjadi menyenangkan melalui strategi pemeblajaran aktif dengan menggunakan salah satu diantara contoh strategi pembelajaran aktif yaitu dengan menggunakan teknik Index Card Match. Melalui hal ini juga, peneliti akan membuat suasana pembelajaran IPS yang membuat aktif siswa untuk bertanya dan mencari tahu sendiri.

2. Pembelajaran Tipe Index Card Match

Ketika seorang guru akan melakukan kegiatan proses belajar mengajar di kelas, maka guru tersebut harus memikirkan bagaimana pendekatan, strategi serta metode yang harus dilakukan agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik. Seorang guru harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan bagaimana kondisi siswa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam pembahasan tersebut seorang guru harus membutuhkan teknik agar kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat berjalan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Membahas tentang teknik, teknik merupakan cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode (Hamruni,


(46)

2011:7). Dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan seorang guru dalam melasanakan suatu metode pembelajaran agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Jadi melalui pembahasan tersebut, teknik sangat berkaitan dengan metode, dan melalui hal tersebut seorang guru harus memikirkan dan memilih teknik yang tepat sebelum menjalankan metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat berjalan dengan semaksimal mungkin.

Telah dipaparkan deskripsi mengenai teknik pembelajaran, dimana seorang guru harus lebih kreatif dalam memilih teknik pembelajaran yang akan digunakan. Berdasarkan judul penelitian yaitu peningkatan hasil belajar IPS dengan teknik index card match di jelas VI semester I SD Negeri Tukangan Yogyakarta, peneliti akan memakai teknik tersebut dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar pada mata belajaran IPS. Mengkaji sumber referensi tentang teknik index card match, dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia (Wahyu Untara, 2010), index berarti daftar kata-kata, sedangkan card yang artinya kartu, kemudian match yang artinya mengkombinasikan dan mencocokkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik index card match merukan proses mengkombinasikan atau mencocokkan daftar kata-kata pada kartu yang berupa pertanyaan serta jawaban. Meninjau referensi lainnya, bahwa teknik index card match

merupakan teknik mencari pasangan dan mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya (Hisyam Zaini,dkk, 2008:67).


(47)

a. Buatlah potongan potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada di dalam kelas.

b. Bagi jumlah kertas-kertas terseut menjadi dua bagian yang sama. c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada

setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.

d. Pada sebagian kertas lainnya, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.

e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.

f. Beri setiap peserta didik satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta didik kan mendapatkan soal dan sebagian yang lainnya akan mendapatkan jawaban.

g. Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang didapatkan kepada teman lainnya.

h. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan lainnya. i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.


(48)

Mengkaji kesumber referensi lainnya mengenai teknik index card match, bahwa teknik tersebut merupakan teknik yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas (Hamruni, 2011:162). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Pada kartu indeks terpisah, tulislah pertanyaan tentang apa pun yang diajarkan di dalam kelas. Buatlah kartu pertanyaan yang sesuai dengan jumlah siswa.

b. Pada kartu terpisah, tulislah jawaban bagi setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut.

c. Gabungkan dua lember kartu dan kocok beberapa kali sampai benar-benar acak.

d. Berikan satu kartu pada setiap peserta didik. Jelaskan bawa ini adalah latihan permainan. Sebagian memegang pertanyaan dan sebagian lainnya memegang jawaban.

e. Meminta peserta didik menemukan kartu permainannya. Ketika permainan dibentuk, perintahkan peserta didik yang bermain untuk mencari tempat duduk bersama.

Melalui paparan di atas, teknik index card match merupakan teknik permainan dalam memberikan sebuah materi pembelajaran dengan menggunakan kartu. Teknik ini, peserta didik dituntut untuk mencari pasangan melalui kartu dan memainkan kuis kepada kawan sekelas.


(49)

Adapun langkah-langkah yang telah dipersiapkan oleh peneliti sebagai berikut:

a) Guru menyediakan kartu dengan empat macam warna yaitu merah, biru, kuning dan hijau

b) Kemudian guru menyuruh peserta didik untuk membentuk menjadi empat kelompok

c) Kelompok pertama mengambil kartu berwarna merah pada masing-masing tiap individu, begitu juga dengan kelompok kedua, ketiga dan keempat. Jadi masing-masing kelompok tiap individuya mendapatkan kartu yang berbeda warna. Dalam kartu tersebut telah dituliskan separuh soal dan jawaban.

d) Kemudian guru membuat tabel papan skor di depan papan tulis (papan skor ditujukan untuk memicu keaktifan siswa).

e) Setelah itu guru menyuruh siswa tiap-tiap kelompoknya berpencar ke kelompok lain untuk menemukan pasangan kartunya (siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dengan kelompok lain).

f) Jika ada yang sudah menemukan pasangannya mintalah mereka untuk duduk berdekatan.

g) Jika semua siswa sudah menemukan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan untuk membacakan soal dengan keras kepada teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab atau ditanggapi oleh pasangan-pasangan lainnya sehingga menimbulkan diskusi.


(50)

h) Kemudian akhirilah proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Harapannya teknik ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

E.Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Fitri Utami (2012), dalam penelitian yang berjudul: Pengaruh Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Teams Assisted Individualization) Dalam pembelajaran IPA Materi Gaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Temuan dalam penelitian ini yaitu mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Perolehan hasil yang sesuai dengan teori bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Hal tersebut terbutkti dengan adanya peningkatan yang positif dan sangat signifikan antara pre test dan post test pada kelas eksperimen.

2. Rina Nur Hartatik (2012), dalam penelitian yang berjudul: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pemberian Kuis Pada Siswa Kelas V Di SD Ngebel Taman Tirto Kasihan Bantul. Temuan dalam penelitian ini yaitu melalui pemberian kuis dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V . Hasil penelitian ditujukan sebagai berikut: pada tindakan siklus 1, hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran IPA melalui pemberian kuis, yaitu jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 18 siswa atau mencapai


(51)

51,43%. Pada siklus 2, jumlah siswa yang memenuhi KKM adalah 22 siswa atau mencapai 62,86%. Hasil yang dicapai pada tindakan siklus 3, jumlah siswa yang memenuhi KKM sebanyak 27 siswa atau mencapai 77,14%. Pada tindakan siklus 4, siswa yang memenuhi KKM sebanyak 33 siswa atau mencapai 94,29%.

F. Kerangka Pikir

Mata pelajaran IPS di Indonesia sudah mulai diperkenalkan pada tahun 1970, dan pada tahun 1975 sudah mulai diterapkan khususnya jenjang Sekolah Dasar di Indonesia dengan menggunakan kurikulum 1975. Seiring pergantian kepemimpinan pemerintahan Indonesia, mata pelajaran IPS telah mengalami beberapa pergantian kurikulum, dimulai dari kurikulum tahun 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) pada tahun 2003 dan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pada tahun 2006.

Seiring pergantiannya kurikulum, pembelajaran IPS masih mengalami beberapa problematika, diantara salah satunya yang sedang menjadi dilema pada kalangan pendidikan sekarang adalah isi materi pembelajaran IPS yang bersifat hafalan. Dalam hal proses kegiatan pembelajaran, salah satu yang menjadi tujuan dari proses kegiatan pembelajaran adalah bagaimana siswa dapat memahami dan mengerti serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui isi materi yang telah dijelaskan. Bedasarkan pra penelitian yang dilakukan di SD Negeri Tukangan Yogyakarta, isi materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh guru kepada siswa sudah sangat jelas, namun siswa


(52)

masih sulit untuk menerima dan menanggapi isi materi pembelajaran tersebut. Dalam hal ini gaya penyampaian isi materi yang dijelaskan oleh guru sangat berpengaruh terhadap respon siswa dalam memahami isi materi tersebut.

Selain itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pengimplementasian materi ajar, juga menjadi hal mendasar bagaimana isi materi tersebut dapat menarik perhatian siswa dan mengaktifkan siswa. Ada banyak strategi-strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu penyampaian isi materi yang akan dijelaskan kepada siswa, salah satu strategi tersebut adalah strategi pembelajaran aktif atau yang dikenal dengan active

learning san

mendasar kenapa para guru mengajar dengan active learning adalah bahwa kegiatan kegiatan belajar hanya bersifat pasif, siswa pasti mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan dan tanpa minat, lain halnya ketika kegiatan belajar yang bersifat aktif, siswa akan berusaha mendapatkan sesuatu dari apa yang dipelajari.

Proses belajar mengajar yang masih bersifat pasif dan sangat monoton atau membosankan akan membuat siswa mengantuk dan tidak paham dengan isi materi ajar yang dijelaskan oleh guru. Seorang guru harus mampu mebuat suasana kegiatan pembelajaran yang aktif dan tidak membosankan, atau membuat macam-macam situasi belajar di kelas yang berbeda. Melalui Strategi pembelajaran aktif, ada beberapa contoh teknik yang dapat digunakan utuk membantu pemecahan permasalahn yang telah dipaparkan di atas, salah satunya adalah strategi active learning tipe index card match. Hisyam


(53)

Zaini,dkk (2008:67) mengatakan bahwa Strategi active learning tipe index Card match adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Strategi active learning

tipe index Card match dengan memakai media kartu , dapat membantu dalam penyampaian isi materi dan membuat suasana kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan pembelajaran yang sangat menyenangkan.

Pemicu aktifnya siswa dalam strategi ini, mau tidak mau siswa harus bergerak dalam membentuk kelompok, bertukar pendapat dan mencari tahu sendiri melalui kartu yang diberikan. Kemudian pada strategi ini juga, siswa bergerak dan aktif dalam instruksi yang diberikan oleh guru yaitu siswa mencari pasangan yang cocok dengan jawaban yang ada pada media kartu, setelah menemukan pasangannya siswa akan mempersentasikannya di depan kelas. Jika strategi ini sering diterapkan dalam pembelajaran IPS, maka suasana kegiatan pembelajaran akan berbeda dan selain itu memiki hasil, dimana siswa akan mudah menerima dan merespon inti dari isi materi pembelajaran yang dijelaskan oleh guru.

Melalui strategi pembelajaran aktif bertipe index card match ini harapnnya dapat membantu gaya penyajian guru dalam menyampaikan isi materi yang hampir memuat hafalan dan mempermudah siswa dalam merespon isi materi pembelajaran IPS. Siswa yang merasa senang dengan suasana pembelajaran dan kegiatan pembelajaran IPS, harapannya dapat dapat menigkatkan hasil belajar siswa melalui strategi tersebut.


(54)

G.Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah index card match dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VI SD N Tukangan Yogyakarta .


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau PTK. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan adalah memakai model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart 1988 dalam (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010:21). PTK bermodel spiral, terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, kemudian keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

Gambar 1. Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama, 2010:26) B.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI semester I SD Negeri Tukangan Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa yag tediri dari 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.


(56)

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tukangan, Kelurahan Gunung Ketur, Kecamatan Pakualaman, Kota Yogyakarta, Provinsi DIY. Lokasi SDN Tukangan berada di Jalan Suryopranoto 59, Yogyakarta. Letak sekolah cukup strategis karena sangat dekat dengan jalan raya. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2016.

D.Desain Penelitian

1. Tahap Perencanaan Tindakan

a. Melakukan wawancara dengan guru dan siswa kelas VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta untuk mengidentifikasi lebih lanjut permasalahan yang ada.

b. Pembuatan desain pembelajaran yang memuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disetujui oleh pimpinan sekolah.

c. Persiapan sarana dan prasarana: penelitian yang meliputi penyediaan kartu bergambar (Index Card Match).

d. Setting ruangan: ruangan tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu luas, kemudian penyusunan meja dan kursi yang membentuk kelompok. e. Indikator kinerja: sebagai tolak ukur keberhasilan pada peningkatan

hasil belajar IPS dengan mudahnya siswa menerima pesan dan informasi materi pembelajaran yang dijelaskan oleh guru dengan menggunakan teknik index card match.


(57)

Dalam tahap pelaksanaan tindakan, maka peneliti menyusun skenario pembelajaran berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan isi materi pembelajaran IPS kepada siswa dengan menggunakan media gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

Siswa melakukan index card match yang diinstruksikan oleh guru (Guru menjelaskan langkah-langkah melakakukan index card match, kemudian Guru menyediakan kartu dengan empat macam warna yaitu merah, biru, kuning, dan hijau, guru menyuruh peserta didik untuk membentuk menjadi empat kelompok, kelompok pertama mengambil kartu berwarna merah pada masing-masing tiap individu, begitu juga dengan kelompok kedua, ketiga dan seterusnya. Jadi masing-masing kelompok tiap individuya mendapatkan kartu yang berbeda warna. Dalam kartu tersebut telah dituliskan separuh soal dan jawaban. Guru membuat tabel papan skor di depan papan tulis dengan tujuan untuk memicu keaktifan siswa. Masing-masing siswa tiap-tiap kelompoknya berpencar ke kelompok lain untuk menemukan pasangan kartunya. Jika semua siswa sudah menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan untuk membacakan soal dengan keras kepada teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab atau ditanggapi oleh pasangan-pasangan lainnya sehingga menimbulkan diskusi).


(58)

c. Guru bersama siswa memberikan klarifikasi tentang jawaban materi yang ada pada kartu.

d. Siswa bersama guru membuat kesimpulan.

e. Guru memberikan evaluasi kepada siswa dengan membuat resume materi yang telah didapat selama kegiatan proses belajar berlangsung secara individu.

3. Tahap Pengamatan (Observating)

Mencatat secara manual dengan poin poin indikator yang menjadi pengisian lembar observasi dan lembar penilaian yang telah disiapkan. Data ini juga nantinnya akan menjadi poin penilaian dan patokan refleksi pada siklus 1, dan siklus 2. Kemudian menggunakan alat perekam video visual dan kamera gambar.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil observasi dan tes. Tindakan yang berhasil akan tetap digunakan pada siklus berikutnya, sedangkan tindakan yang kurang berhasil akan diperbaiki dan dicari solusi permasalahannya.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi observasi (pengamatan) dan tes.

1. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi sistematis. Aspek yang diamati beserta komponen-komponen yang diamati


(59)

dalam penelitian ini berupa pengamatan aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik index card match, dan pengamatan guru saat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknik index card match.

2. Tes

Penelitian ini menggunakan tes obyektif sebagai tes akhir untuk mengetahui nilai atau hasil belajar siswa. Tes ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS pada materi memahami pentingnya koperasi melalui teknik indexcard match.

F. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen penelitian berupa soal dan lembar pengamatan 1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan disesuaikan dengan langkah-langkah

index card match dari Hamruni (2011:162) dan Hisyam Zaini, dkk (2008:67).

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No. Aspek yang diamati Jumlah Butir Nomor Butir

1. Kedisiplinan siswa 2 1, 2

2. Keaktifan siswa di kelas 5 3,4,5,6,7, 3. Kemampuan siswa melakukan

index card match

3 8,9,10

Jumlah 10 10

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru


(60)

1. Persiapan memulai pembelajaran 3 1, 2, 3

2. Penyampaian isi materi 1 4

3. Kemampuan guru mengelola waktu 1 5 4. Kemampuan guru membimbing

sisiwa dalam kegiatan pembbelajaran IPS dengan menggunakan index card match

6 6,7,8,9,10,11

5. Kemampuan menutup pembelajaran 2 12,13 Jumlah 13 15

2. Tes

Kisi-kisi lembar tes objektif untuk penilaian hasi belajar siswa pada materi memahami pentingnya koperasi berdasarkan pada buku Sapriya (2009:198). Kisi-kisi lembar tes obejektif tersebut dimasukkan kedalam kisi-kisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuann Pendidikan (KTSP) Kelas VI Semester I.

Tabel 5.

Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I

No. Kompetensi Dasar Indikator Jumlah Butir

Tingkat Kesulita n Soal 1. 1.1 Mendeskripsikan

perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia 1.1.1 Mengidentifikasi perkembangan jumlah dan nama provinsi serta ibu kota yang ada di Indonesia

1, 2, 3 C1, C2 dan C3

1.1.2

Menunjukkan dan menjelaskan letak dan nama-nama provinsi pada peta di Indonesia

4,5

1.1.3

Mengidentifikasi perkembangan perubahan laut


(61)

teritorial Indonesia 1.1.4

Mengidentifikasi usaha-usaha dalam upaya melestarikan sumber daya alam laut di Indonesia

9,10

Tabel 6.

Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II

No. Kompetensi Dasar Indikator Jumlah Butir

Tingkat Kesulita n Soal 1. 1.2 Membandingkan

kenampakan alam dan keadaan sosial begara tetangga

1.2.1

Menunjukkan dan menjelaskan letak dan nama negara tetangga

Indonesia

1, 2, 3 C1, C2 dan C3

1.2.2

Membandingkan kenampakan alam negara negara tetangga kawasan Asia Tenggara

4,5

1.2.3

Membandingkan ciri ciri keadaan sosial negara tetangga 6,7,8 1.2.4 Memberi contoh sikap waspada terhadap keadaan masalah sosial di Indonesia dan negara tetangga


(62)

G.Validitas Instrumen

Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara expert judgment oleh dosen pembimbing sikripsi dan dosen dalam bidang kajian IPS yaitu ibu Sekar Purbarini Kawuryan, S.IP., M.Pd.

H. Teknik Analisis Data

Menggunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif, deskriptif kuantitati untuk menganalisis hasil tes kognitif materi IPS. Nilai tes dicari reratanya, sehingga diketahui hasil peningkatan kognitif pada mata pembelajaran IPS. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Menghitung jumlah skor yang diperoleh dari lembar penilaian soal tes objektif hasil belajar siswa.

2. Mengkonversi skor ke dalam pedoman penilaian berstandar 10. Nana Sudjana (2005: 133) menjelaskan cara untuk mengkonversi skor ke dalam pedoman penilaian berstandar 10 adalah dengan membandingkan skor yang diperoleh dengan skor maksimal lalu dikali 10. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada rumus berikut ini.

Keterangan: X = skor yang dicari (dalam pedoman penilaian berstandar 10) 3. Mencocokan skor hasil konversi dengan tabel pengkategorian berdasarkan

pedoman penilaian berstandar 10.

10

x maksimal skor

diperoleh yang

skor X


(63)

Depdiknas (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2011: 154) memaparkan pedoman penilaian dengan menggunakan standar 10 sebagai berikut.

Tabel 7. Pedoman penilaian dalam standar 10

Rentangan Skor Predikat atau Kategori

8,5-10 Sangat Baik (A)

7,0-8,4 Baik (B)

5,5-6,9 Cukup (C)

4,0-5,4 Kurang (D)

<4,0 Sangat Kurang (E)

Setelah skor hasil konversi diperoleh, kemudian dicocokan dengan pedoman penilaian dalam standar 10 (Tabel 6) di atas, sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa pada kategori sangat kurang, kurang, cukup, baik, atau sangat baik.

4. Kemudian rumus untuk menghitung persentase keberhasilan pembelajaran adalah sebagai berikut :

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM

N = Banyaknya individu dalam subjek penelitian (dalam hal ini adalah jumlah siswa sebagai subjek penelitian yaitu siswa kelas

VI SD Negeri Tukangan Yogyakarta)

5. Kemudian untuk analisis data observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru berdasarkan pedoman tabel penelitian dalam standar sepuluh. Setelah

% 100

x N F P


(64)

itu skor dikomulatifkan dicari persentasenya dan dikualifikasi dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 8. Kualifikasi Persentase Skor Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPS Siswa

Rentang Skor Kualifikasi

80%-100% Sangat Tinggi

60%-80% Tinggi

40%-60% Sedang

20%-40% Rendah

0%-20% Sangat Rendah

I. Kriteria Keberhasilan

Penetapan kriteria untuk menentukan tingkat pemecahan masalah sebagai akibat dilakukannya suatu tindakan merupakan suatu hal yang sangat perlu (Sujati, 2000: 21). Berdasarkan pernyataan tersebut, penetapan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah 75% siswa kelas VI mencapai peningkatan hasil belajar pada kategori baik dalam pembelajaran IPS dengan teknik index card match. Penetapan kriteria keberhasilan sewaktu-waktu bisa berubah tergantung persetujuan dengan guru kelas VI SD Negeri Tukangan dan dosen pembimbing skripsi.


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Pra Tindakan

Sebelum melakukan penelitian, diawali dengan melakukan observasi dan wawancara dengan guru IPS kelas VI. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat kondisi awal siswa.

Tabel 9. Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal No Skor Jumlah

Siswa

Predikat atau kategori

Persentase

1. 4 2 Kurang (D) 7,2

2. 5 7 Kurang (D) 25

3. 6 6 Cukup (C) 21,4

4. 7 9 Baik (B) 32,1

5. 8 4 Baik (B) 14,3

Jumlah 28

Kriteria Keterangan

Nilai siswa tertinggi 8

Nilai siswa terendah 4

Siswa belum tuntas 15 siswa Siswa sudah tuntas 13 siswa

Berdasarkan tabel hasil belajar siswa kondisi awal, diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 13 siswa (46,4%), sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM ada 15 siswa (53,6%). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan taraf minimal yang telah ditentukan, yaitu 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah mencapai KKM sebesar 70. Dikarenakan masih


(66)

ada 53,6% siswa yang nilainya belum mencapai pada KKM, maka perlu dilakukan penelitian yaitu pada tindakan siklus I.

Kemudian berdasarkan wawancara yang telah dilaksanakan, guru wali kelas mengatakan bahwa siswa sulit utuk menerima dan merespon informasi yang disampaikan pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, isi materi hampir memuat hafalan, sehingga membuat siswa merasa jenuh dan bosan untuk menerima pesan pada materi pembelajaran IPS yang dijelaskan oleh guru. Terlihat bahwa dalam kelas tersebut kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan siswa masih pasif dan belum maksimalnya metode pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyampaikan isi materi yang bersifat hafalan.

2. Tindakan Siklus I a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti bersama dengan guru mernyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam perencanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Peneliti melakukan observasi di kelas untuk mengetahui keadaan dalam proses pembelajaran di kelas secara langsung.

2) Peneliti berdiskusi dengan guru merencanakan pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran active learning tipe index card match. 3) Menentukan materi IPS yang akan digunakan dalam pembelajaran,

meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajarannya.


(67)

4) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan 1,2 dan 3 pada siklus pertama berdasarkan poin 3, dan pertimbangan dosen pembimbing, dosen tim ahli IPS serta guru IPS, dilengkapi dengan kisi-kisi soal serta instrumen tes soal berupa pilihan ganda.

5) Mempersiapkan sumber belajar dan alat peraga yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran.

6) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi partisipasi siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Pertemuan 1 1) Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan pada Jumat, 19 Agustus 2016. Pembelajaran IPS selama 2 jam pelajaran, dimulai pukul 07.00 sampai pukul 08.10 WIB. Materi yang dipelajari adalah mengidentifikasi perkembangan jumlah dan nama provinsi serta ibukota yang ada di Indonesia. Dari jumlah keseluruhan siswa 28, yang hadir pada pertemuan 1 siklus 1 sebanyak 28 siswa.

a) Kegiatan Awal

Pada awal kegiatan guru mempersiapkan siswa untuk berdoa, dan membuka pembelajaran dengan salam. Kemudian siswa dipresensi oleh guru, dan setelah itu salah satu siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dipelajari


(68)

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sistem administrasi wilayah Indonesia kemudian mengartikan sistem administrasi wilayah Indonesia. Setelah itu guru melontarkan satu

Indonesia saat ini. Kemudian siswa mendengarkan penjelasan guru tentang sejarah perkembangan jumlah provinsi yang ada di Indonesia serta beberapa pengenalan nama ibukota provinsi.

Kemudian siswa diinstruksikan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk membentuk kelompok menjadi empat kelompok. Siswa yang tergabung dalam kelompok mendengarkan instruksi penjelasan guru dalam langkah langkah melakukan index card match. Adapun langkah langkah dalam melakukan index card match yaitu:

1. Guru menyediakan kartu dengan empat macam warna yaitu merah, biru, kuning, dan hijau, , Kemudian guru menyuruh peserta didik untuk membentuk menjadi empat kelompok besar, dimana di dalam kelompok besar terdiri dari dua kelompok kecil.

2. Kelompok pertama mengambil kartu berwarna merah pada masing-masing tiap individu, begitu juga dengan kelompok kedua, ketiga dan seterusnya. Jadi masing-masing kelompok tiap individuya mendapatkan kartu yang berbeda warna. Dalam kartu tersebut telah dituliskan separuh soal dan jawaban.


(69)

3. Kemudian guru membuat tabel papan skor di depan papan tulis (papan skor ditujukan untuk memicu keaktifan siswa).

4. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk menemukan pasangan kartunya di dalam kelompok besar atau kelompoknya masing-masing (siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dengan siswa lain).

5. Jika ada yang sudah menemukan pasangannya mintalah mereka untuk duduk berdekatan.

6. Jika semua siswa sudah menemukan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan untuk membacakan soal dengan keras kepada teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab atau ditanggapi oleh pasangan-pasangan lainnya sehingga menimbulkan diskusi.

7. Kemudian akhirilah proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Kemudian siswa yang tergabung dalam 4 kelompok mengambil media kartu yang telah dipersiapkan oleh guru, setelah itu siswa yang tergabung dalam kelompok melakukan index card match sesuai dengan instruksi langkah-langkah yang dijelaskan oleh guru. Setelah selesai melakukan index card match, siswa berama guru membahas mengenai hasil kegiatan index card match dan bertanya jika ada hal-hal yang masih belum dimengerti.


(70)

Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian guru mencoba memberi kesimpulan terakhir dari keseluruhan materi yang telah dijelaskan sebelumnya. 2) Tahap Pengamatan

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar IPS melalui model active learning tipe index card match.

Pengamatan dilakukan dengan mengamati partisipasi aktif siswa dan aktivitas guru dalam menerapkan model active learning tipe index card match selama pembelajaran berlangsung pada tindakan siklus I pertemuan I. Selama pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, dan wawancara untuk mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan model active learning tipe index card match.

1) Lembar Observasi

a) Partisipasi Aktif Siswa

Dari hasil pengamatan pada tindakan siklus 1 pertemuan 1, pada aspek kedisiplinan siswa yang meliputi sikap dalam mengikuti instruksi kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung serta keberanian menyampaikan pendapat persentase hasil observasi sebesar 50%. Berdasarkan hal tersebut tingkat keaktifan siswa berada dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian siswa mengikuti kegiatan pembelajaran serta masih ada sebagian siswa di dalam kelas yang belum berani mengemukakan pendapat.


(71)

Kemudian pada aspek kedua yaitu keaktifan siswa di kelas yang meliputi kemampuan memimpin jalannya diskusi kegiatan kelompok dengan persentase hasil observasi sebesar 40% dimana masing-masing ketua kelompok belum kelihatan sikap dalam mengatur jalannya diskusi. Sedangkan kemampuan berbicara dalam diskusi kegiatan kelompok persentase hasil observasi sebesar 50% dimana sebagian siswa masih banyak yang diam saat kegiatan diskusi kelompok berjalan.

Setelah itu mengikuti secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok dengan persentase 70% dimana hampir seluruh siswa aktif dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok dari awal hingga akhir. Dalam hal kerja sama antar anggota kelompok dan kemampuan dalam mencari pasangan kartu dengan siswa kelompok lainnya dengan persentase 50% dimana sebagian siswa ada yang hanya melakukan kerja sama dan hanya diam menunggu mencari pasangan kartunya.

Dalam aspek kemampuan siswa melakukan index card match

yang meliputi kemauan dalam mengkomunikasikan hasil kepada guru dan temannya, kemampuan memberi kesimpulan serta menjaga dan merapikan kembali ruangan kelas, persentase sebesar 50% dimana hanya beberapa siswa mengkonfirmasikan hasil kegiatan diskusi, memberikann pendapat serta masih ada sebagian


(72)

siswa yang kurang peduli dalam menjaga dan merapikan kembali ruangan kelas.

b) Aktivitas Guru

Aktifitas guru yang diamati selama pembelajaran IPS terutama dalam menerapkan model active learning tipe index card match.

Pada tindakan siklus 1 pertemuan 1, pembelajaran dengan menggunakan model active learning tipe index card match telah berjalan dengan lancar. Guru telah melakukan setiap tahap pembelajaran model active learning tipe index card match.

Presentase keterlaksanaan pembelajaran adalah 100%. c. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Pertemuan II

1) Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan ke dua siklus 1 dilaksanakan pada Kamis, 25 Agustus 2016. Pembelajaran IPS selama 2 jam pelajaran, dimulai pukul 07.00 sampai pukul 08.10 WIB. Materi pokok yang dipelajari adalah menunjukkan dan menjelaskan letak dan nama-nama provinsi pada peta di Indonesia. Pembelajaran ini dihadiri oleh 28 siswa.

a) Kegiatan Awal

Pada awal kegiatan guru mempersiapkan siswa untuk berdoa, dan membuka pembelajaran dengan salam. Kemudian siswa dipresensi oleh guru, dan setelah itu salah satu siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.


(73)

b) Kegiatan Inti

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang letak dan nama-nama provinsi pada peta Indonesia kemudian siswa menunjukkan dan mendeskripsikan salah satu nama provinsi di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas yang telah dipersiapkan. Kemudian siswa diinstruksikan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti.

Guru menginstruksikan kepada siswa untuk membentuk kelompok menjadi empat kelompok. Siswa yang tergabung dalam kelompok mendengarkan instruksi penjelasan guru dalam langkah langkah melakukan index card match. Adapun langkah langkah dalam melakukan index card match yaitu:

1. Guru menyediakan kartu dengan empat macam warna yaitu merah, biru, kuning, dan hijau, , Kemudian guru menyuruh peserta didik untuk membentuk menjadi empat kelompok besar, dimana di dalam kelompok besar terdiri dari dua kelompok kecil.

2. Kelompok pertama mengambil kartu berwarna merah pada masing-masing tiap individu, begitu juga dengan kelompok kedua, ketiga dan seterusnya. Jadi masing-masing kelompok tiap individuya mendapatkan kartu yang berbeda warna. Dalam kartu tersebut telah dituliskan separuh soal dan jawaban.

3. Kemudian guru membuat tabel papan skor di depan papan tulis (papan skor ditujukan untuk memicu keaktifan siswa).


(74)

4. Setelah itu guru menyuruh siswa untuk menemukan pasangan kartunya di dalam kelompok besar atau kelompoknya masing-masing (siswa dituntut untuk mampu bekerja sama dengan siswa lain).

5. Jika ada yang sudah menemukan pasangannya mintalah mereka untuk duduk berdekatan.

6. Jika semua siswa sudah menemukan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan untuk membacakan soal dengan keras kepada teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dijawab atau ditanggapi oleh pasangan-pasangan lainnya sehingga menimbulkan diskusi.

7. Kemudian akhirilah proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Kemudian siswa yang tergabung dalam 4 kelompok mengambil media kartu yang telah dipersiapkan oleh guru, setelah itu siswa yang tergabung dalam kelompok melakukan index card match sesuai dengan instruksi langkah-langkah yang dijelaskan oleh guru. Setelah selesai melakukan index card match, siswa berama guru membahas mengenai hasil kegiatan index card match dan bertanya jika ada hal-hal yang masih belum dimengerti.


(75)

Siswa bersama guru membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian guru mencoba memberi kesimpulan terakhir dari keseluruhan materi yang telah dijelaskan sebelumnya.

2) Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengamati partisipasi aktif siswa dan aktivitas guru dalam menerapkan model active learning tipe index card match selama pembelajaran berlangsung pada tindakan siklus I pertemuan II. Selama pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan, dan wawancara untuk mengetahui tanggapan guru mengenai penerapan model active learning tipe index card match.

1) Lembar Observasi

a) Partisipasi Aktif Siswa

Meninjau hasil pengamatan pada tindakan siklus 1 pertemuan II, pada aspek kedisiplinan siswa yang meliputi sikap dalam mengikuti instruksi kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung serta keberanian menyampaikan pendapat persentase hasil observasi sebesar 50%. Berdasarkan hal tersebut tingkat keaktifan siswa masih berada dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sebagian siswa mengikuti kegiatan pembelajaran serta masih ada sebagian siswa di dalam kelas yang belum berani mengemukakan pendapat.


(1)

(2)

175

LAMPIRAN 6.


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Metode Index Card Match di Kelas III SDN Cempaka Putih 1 Ciputat Timur

0 14 210

Pengaruh Metode Index Card Match dalam pembelajaran PAI terhadap prestasi belajar siswa SMP Dharma Karya UT Tangerang Selatan

2 10 189

Pengaruh Penggunaan Strategi Active Learning Dengan Metode Index Card Match Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 7 166

Pengaruh penerapan metode index card match terhadap hasil belajar siswa di MTs Islamiyah Ciputat

0 5 172

Peningkatan keaktifan belajar ips materi permasalahan sosial melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match pada siswa kelas iv mi. “fathurrachman” jakarta selatan

0 4 125

Peningkatan keaktifan belajar IPS materi permasalahan social melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe index card match pada siswa kelas IV MI. “Fathurrachman” Jakarta Selatan

0 3 125

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Akidah Akhlak Melalui Metode Pembelajaran PAIKEM Tipe Jigsaw Dan Index Card Match di MTs Jam'iyyatul Khair Ciputat

2 31 149

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE INDEX CARD MATCH DENGAN Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ips Melalui Penerapan Metode Index Card Match Dengan Mengoptimalkan Media Power Point Pada Siswa Kelas VA SD Muhammadiyah

0 2 19

Metode Index Card untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mapel IPS Kelas VI SD

0 0 6

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TEKNIK INDEX CARD MATCH DI KELAS IV

0 0 14