Efektivitas layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MENGGUNAKAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

(Studi Pra Eksperimen Pada Siswa/i Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Umi Masrokhah 131114076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MENGGUNAKAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

(Studi Pra Eksperimen Pada Siswa/i Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Umi Masrokhah 131114076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN MOTTO Man Jadda Wa Jadda”

Barang siapa yang bersungguh - sungguh akan mendapatkannya. Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,

maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga ( H.R Muslim)

Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan baik (H.R Thabrani)

There is apparently nothing that cannot happen today. (Mark Twain)

"I think and think for months and years. Ninety-nine times, the conclusion is false. The hundredth time I am right."


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini ku persembahkan bagi….

Yang utama dari segalanya Alloh SWT yang selalu memberi karunia serta kemudahan yang Engkau berikan kepada penulis

Ayah (Sugiyanto), Ibuku (Martini) dan Nenekku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa dan dorongan

Saudara-saudaraku tercinta Laila Nur Qomariyah, Risma Nur Isnaini, dan Dera Emy Mahmudah

Catur Septiawan

Serta sahabatku dan teman-temanku 2013 yang selalu menemani di setiap langkah


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MENGGUNAKAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

(Studi Pra Eksperimen Pada Siswa/i Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017)

Umi Masrokhah Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur: 1) Peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII.2 di sekolah SMP Taman Dewasa JetisYogyakarta sebelum dan sesudahmendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama 2) Signifikansi keterampilan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatifpre-experimental menggunakan One Group Pre-test Post-test Design.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 23 siswa kelas VII 2 di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan Self Assessment Scale Keterampilan Komunikasi Interpersonal.Dengan nilai koefisien reliabilitas senilai 0,855. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan kategorisasi dan Uji Wilcoxon Signed Two Ranks.

Temuan penelitian menunjukan, 1) Terdapat peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII 2 SMP Taman Dewasa Jetis sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama. 2) Keterampilan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII 2 SMP Taman Dewasa Jetis secara signifikan dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama dari mean sebesar 108,52(pretest)menjadi 112,83 (posttest), signifikansi senilai 0,001.

Kata kunci :Bimbingan klasikal, sosiodrama, keterampilan komunikasi interpersonal


(10)

ix ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF CLASSICAL GUIDANCE USING SOCIODRAMA TECHNIQUE IN IMPROVING INTERPERSONAL

COMMUNICATION SKILLS

(Pre-experiment Study on VII Graders of SMP (Junior High School) Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Batch 2016/2017)

Umi Masrokhah Sanata Dharma University

2017

This research was aimed at measuring: 1) improvement of interpersonal communication skills of VII.2 Graders of SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta before and after receiving classical guidance service using sociodrama technique, 2) the significance of students’ interpersonal communication skills before and after receiving classical guidance service using sociodrama technique.

This research was a pre-experimental quantitative research using One Group Pre-test Post-test Design. The subjects of this research were 23 VII.2 graders of SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta. The data in this research were collected using self-assessment scale of interpersonal communication skills with the reliability coefficient of 0.855. Data analysis technique used in this research was categorization and Wilcoxon Signed Two Ranks Test.

This research showed, 1) there was improvement of interpersonal communication skills of VII.2 Graders of SMP Taman Dewasa Jetis before and after receiving classical guidance service using sociodrama technique, 2) Interpersonal communication skills of VII.2 Graders of SMP Taman Dewasa Jetis could significantly be improved through classical guidance service using sociodrama technique from a mean of 108.52 (pretest) to a mean of 112.83 (Posttest) wit a significance of 0.001.

Keyword: Classical Guidance, Sociodrama, Interpersonal Communication Interpersonal


(11)

x

KATAPENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulisan tugas akhir dengan judul“Efektivitas Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Teknik Sosiodrama Dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal (Studi Pra Eksperimen Pada Siswa/I Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017)” dapatterselesaikan denganbaik.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.Selama menulis tugas akhir ini, peneliti menyadari bahwa begitubanyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukungsetiap proses yang peneliti jalani. Oleh sebab itu, peneliti ingin menyampaikanucapan terimakasihkepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr.Gendon Barus,M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua ProgramStudi Bimbingan dan Konseling, sekaligus dosen pembimbing tugas akhir.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konselingatasbimbingan dan pendampingan selama peneliti


(12)

xi menempuhstudi.

5. Stefanus Priyatmoko (Mas Moko) selaku petugas sekretariat Program Studi Bimbingandan Konseling yang senantiasa ramah melayani administrasiselama peneliti menempuh studi.

6. SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakartayang menerima peneliti dengan terbuka selama melaksanakan penelitian.

7. Seluruh siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, khususnya kelas VII 2 yang dengan senang hati dan antusias menerima peneliti untuk melaksanakan penelitian.

8. Kedua orangtua tercinta Bapak Sugiyanto dan Ibu Martini yang tiada hentinya memberikan dorongan, semangat serta doa yang terus mengalir sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak serta adik-adikkuyang selalu membuat peneliti bangkit ketika keputusasaaan datang.

10.Catur Septiawan yang selalu meluangkan waktu membantu peneliti menyelesaikan skripsi dari awal hingga akhir.

11.Sahabat-sahabatku Juliana Melani, Anastasia H, Windriati, Rima Septiana, Mita Yuliani yang sudah terlibat dan mau melibatkan diri membantu peneliti.

12.Teman-teman BK angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan dan semngat yang luar biasa.


(13)

xii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna, meski demikian peneliti berharap semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.


(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN HASIL KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7


(15)

xiv

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Masalah ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Hakikat Keterampilan Komunikasi Interpersonal ... 11

1. Pengertian keterampilan komunikasi interpersonal ... 11

2. Aspek-aspek keterampilan komunikasi interpersonal ... 14

3. Faktor-faktor keterampilan komunikasi interpersonal ... 17

B. Hakikat layanan bimbingan klasikal ... 21

1. Pengertian bimbingan klasikal ... 21

2. Tujuan layanaan bimbingan klasikal ... 22

C. Teknik Sosiodrama... 23

1. Pengertian teknik sosiodrama ... 23

2. Tujuan sosiodrama ... 25

3. Manfaat sosiodrama ... 26

4. Langkah-langkah penggunaan sosiodrama ... 26

5. Kaitan antara Sosiodrama dengan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa... 29

D. Hakikat Remaja sebagai pelajar SMP ... 30

1. Pengertian remaja sebagai pelajar ... 30

2. Ciri-ciri remaja ... 31

3. Tugas-tugas perkembangan remaja sebagai pelajar ... 32

E. Penelitian yang relevan ... 33

F. Kerangka berpikir... 34

G. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan waktu penelitian ... 38

C. Subjek penelitian ... 38


(16)

xv

1. Teknik pengumpulan data ... 39

2. Instrumen ... 40

E. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Normalitas ... 43

1. Validitas ... 43

2. Reliabilitas ... 45

3. Uji Normalitas ... 47

4. Prosedur tindakan eksperimen ... 48

F. Teknik analisis data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Hasil penelitian... 55

1. Gambaran Tingkat Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa kelas VII 2 di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Menggunaakan Teknik Sosiodrama... 55

2. Signifikansi Peningkatan hasil keterampilan komunikasi Interpersonal Siswa kelas VII 2 SMP Taman dewasa jetis sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 59

B. Pembahasan ... 61

1. Gambaran tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII 2 SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 61

3. Signifikansi Peningkatan hasil keterampilan komunikasi Interpersonal Siswa kelas VII 2 SMP Taman dewasa jetis sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68


(17)

xvi

B. Keterbatasan penelitian ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian One-group pretest posttest design ... 37

Tabel 3.2 Jadwal kegiatan bimbingan ... 38

Tabel 3.3 Tabel subjek penelitian ... 38

Tabel 3.4 Gradasi pernyataan item skala likert ... 41

Tabel 3.5 Kisi-kisi skala keterampilan komunikasi interpersonal ... 42

Tabel 3.6 Hasil rekapitulasi skala komunikasi interpersonal ... 45

Tabel 3.7 Norma Kategori reliabilitas statistic Guilford ... 46

Tabel 3.8Hasil uji reliabilitas skala keterampilan komunikasi interpersonal ... 47

Tabel 3.9 Tabel uji normalitas skala keterampilan komunikasi interpersonal ... 48

Tabel 3.10 Tabel norma kategorisasi ... 52

Tabel 3.11 Norma kategorisasi tingkat keterampilan komunikasi interpersonal ... 53

Tabel 4.1 Distribusi skor keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII 2 di sekolah SMP Taman Dewasa Jetis Tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 56


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR


(20)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik4.1Tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 56 Grafik 4.2 Perkembangan skor... 57 Grafik 4.3 Perkembangan pretest dan posttest ... 61


(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Skala keterampilan komunikasi inter personal ... 75

Lampiran 2. Hasil uji validitas butir item skala keterampilan komunikasi Interpersonal ... 81

Lampiran 3. Hasil uji reliabilitas keterampilan komunikasi interpersonal ... 86

Lampiran 4. Tabulasi data instrumen hasil pretest dan post test skala keterampilan komunikasi interpersonal ... 87

Lampiran 5. Tabulasi data pre test ... 89

Lampiran 6. Tabulasi data post-test ... 90

Lampiran 7. Rencana pelayanan bimbingan ... 91

Lampiran 8. Surat ijin penelitian ... 111

Lampiran 9. Daftar hadir siswa ... 112

Lampiran 10. Hasil sosiodrama siswa ... 113

Lampiran 11. Hasil sosiodrama siswa ... 114


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan keberadaan manusia lain terkait kebutuhannya baik dalam bentuk jasa maupun kebutuhan yang sifatnya material. Kebutuhan manusia akan mudah terpenuhi apabila terjalin hubungan yang baik antara sesama manusia yang saling berinteraksi dalam suatu lingkungan. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya, memerlukan hubungan sosial yang ramah dengan cara membina hubungan yang baik dengan orang lain. Manusia ingin bergabung dengan orang lain ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan ingin mencintai dan dicintai (Rakhmat, J.2012:14).

Proses kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir hingga dewasa mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu fase perkembangan manusia adalah masa remaja.Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak dan masa dimana keingintahuan tentang segala sesuatu yang remaja belum tahu, termasuk didalamnya adalah tentang bagaimana melakukan hubungan interpersonal yang baik agar bisa diterima oleh lingkungan sosialnya.Masa remaja sebagai masa periode yang tidak


(23)

menentu (Wijayanti, 2012: 1). Hurlock (Istiwidayanti, 1995: 10) mengemukakan dalam perkembangannya remaja memiliki tugas perkembangan yang menitikberatkan kepada hubungan sosial yang diantaranya: mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, serta memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Kemampuan yang harus dimiliki oleh remaja dalam menjalin hubungan interpersonal, termasuk hubungan pertemanan, meliputi kemampuan untuk melakukan inisiatif, kemampuan membuka diri dengan tepat,kemampuan untuk menyediakan dukungan emosi kepada teman, kemampuan untuk menyatakan ketidaksetujuan, serta kemampuan untuk mengelola konflik (Buhmester et.al 1988:991).

Namun masalah komunikasi menjadi pembuka bagi permasalahan lainnya terutama penyimpangan moral, dendam yang mengarah kepada perkelahian, pembunuhan dan lain-lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 180 remaja dikabupaten Kudus menunjukkan 94% menyatakan pernah melakukan tindakan tidak menyenangkan terhadap orang lain. Tindakan tidak menyenangkan melalui komunikasi yang sering dilakukan adalah mengejek dan memberikan julukan. Sasaran atau kepada siapa tindakan tidak menyenangkan tersebut dilakukan adalah 50% kepada teman sekelas, 16 % adik kelas, 14 % kepada anak dari sekolah lain, 7 % kepada kakak kelas dan 5% kepada guru (Mahardayani, 2010).


(24)

Data-datatersebut bermakna siswa kurang mampu menunjukkan sikap kesetaraan dan sikap positif kepada teman sebayanya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada saat melaksanakan magang BK 2 dengan salah satu wali kelas VII di SMP Taman Dewasa Jetis menyatakan bahwa “Di sekolah ini khususnya kelas VII laki-laki sering memanggil nama teman mereka dengan sebutan yang tidak baik misalkan: ireng, koplak. Bahkan terkadang mereka memanggil dengan nama panggilan orangtua dan ketika saya masuk ke kelas siswa itu sangat pasif sekali untuk bertanya atau mengajukan pertanyaan kepada guru”. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap guru bimbingan konseling terdapat siswayang memiliki kesulitan melakukan komunikasi interpersonal, yang diindikasikan adanya perilaku komunikasi interpersonal siswa yang kurang baik dengan teman sekelasnya dan kelas lainnya, banyak siswa yang menyendiri serta mereka cenderung lebih bersifat individu. Kemudian ketika berkomunikasi dengan teman sebaya cenderung mengeluarkan kata-kata yang kurang baik serta membeda-bedakan teman. Selain itu masih ada siswa yang kurang terbuka dalam mengungkapkan masalahnya kepada teman guru bimbingan konseling karena ada perasaan malu, sungkan dan takut.

Usaha membantu mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa di sekolah dapat dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling. Personal yang paling bertanggungjawab terhadap


(25)

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling memegang peranan penting dalam perkembangan peserta didik sebagai bagian integral pendidikan. Pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab I Pasal 1 ayat (4) menyatakan: Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

Bimbingan klasikal dipandang tepat digunakan pada layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan kepada siswa yang belum memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang efektif.Melalui bimbingan klasikal diharapkan siswa secara optimal mendapatkan pemahaman dan perubahan untuk mencapai kemampuan perkembangan komunikasi interpersonal yang positif.

Teknik bimbingan klasikal yang dapat digunakan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa di sekolah ialah melalui teknik sosiodrama.Menurut Winkel, (2012:571) sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial.Teknik sosiodrama dipandang tepat membantu siswa untuk meningkatkan komunikasi interpersonal sesuai dengan salah satu tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial


(26)

yaitu memiliki kemampuan interaksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia (Depdiknas, 2008: 198).

Teknik sosiodrama menuntut kualitas tertentu pada siswa, siswa diharapkan mampu menghayati tokoh-tokoh (peran) atau posisi yang dikehendaki keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan, dan identifikasi diri terhadap nilai berkembangnya (Hasan, 1996: 266). Melalui teknik sosiodrama para siswa diajak untuk belajar memecahkan dilema-dilema pribadi yang mendukungnya dengan bantuan kelompok sosial yang anggota- anggotanya adalah teman-teman sendiri.Menurut penelitian Pratiwi (2013) pemberian bimbingan dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMP.

Di dalam bimbingan klasikal membuat siswa yang diberi tugas memainkan peran dapat berusaha mengeksplorasi perilaku sesuai dengan perannya, sehingga siswa yang semula pemalu, pendiam dapat belajar berbicara di depan kelas dan di hadapan temannya. Siswa yang semula kurang berani mengemukakan pendapat dapat belajar berpendapat dan memberi masukan kepada teman yang kurang sempurna dalam memainkan peran yang diperoleh.Setelah memainkan sosiodrama, diharapkan juga terdapat perubahan perilaku pada siswa yaitu siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan komunikasi interpersonal (Djannah, 2012: 171).


(27)

Berdasarkan kajian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Teknik Sosiodrama Dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis”. B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta diam saat di berikan kesempatan untuk bertanya (pasif).

2. Beberapa siswa memiliki perilaku komunikasi interpersonal yang kurang baik dengan teman sekelasnya yaitu siswa laki-laki sering memanggil nama teman mereka dengan sebutan yang tidak baik misalkan: ireng, koplak. Bahkan terkadang mereka memanggil dengan nama panggilan orangtua

3. Kurangnya keterbukaan dalam mengungkapkan masalahnya kepada guru bimbingan konseling karena ada perasaan malu, sungkan dan takut.

4. Beberapa siswa suka menyendiri serta mereka cenderung lebih bersifat individu.

5. Belum pernah diterapkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama untuk meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.


(28)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini fokus kajian diarahkan pada menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi di atas khususnya masalah mengenai kurangnya keterampilan komunikasi interpersonal siswa sebagai peserta didik.Maka peneliti fokus pada “Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Teknik Sosiodrama Dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis”. D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa tinggi peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII.2 di sekolah SMP Taman Dewasa Jetissebelum dan sesudahmendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama?

2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi interpersonal siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah:

1. Menganalisis seberapa tinggi tingkat komunikasi interpersonal siswa kelas VII di sekolah SMP Taman Dewasa Jetis sebelum dan sesudah


(29)

mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama.

2. Menganalisis signifikansi peningkatan komunikasi interpersonal siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling terutama tentang efektifitas layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama dalam meningkatkan komunikasi interpersonal. Sehingga dapat dijadikan sumber informasi pendidikan dalam penerapan layanan bimbingan dan konseling dalam setting sekolah. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan pada sekolah SMP Taman Dewasa jetis Yogyakarta tentang efektivitas teknik sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan interpersonal siswanya, dalam hal ini yang berusia remaja.

b. Bagi pembimbing, dapat menjadi masukan bahwa melalui teknik sosiodrama, pembimbing bisa memberikan informasi yang


(30)

dibutuhkan oleh remaja, misalnya informasi tentang bagaimana meningkatkan keterampilan interpersonal.

c. Untuk mengenalkan teknik sosiodrama pada siswa bahwa dengan kegiatan tersebut dapat membantu siswa untuk menunjang aktivitas dalam kehidupannya.

d. Bagi jurusan Bimbingan dan Konseling, bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan pada umumnya dan rancangan metode sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan interpersonal remaja.

G. Definisi Istilah

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Bimbingan klasikal adalah suatu layanan yang menjembatani dalam proses penerimaan diri dan orang lain, menemukan aternatif cara berkomunikasi dengan orang lain dna mengambil keputusan yang tepat dari permasalahan yang dialaminya.

2. Sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial.

3. Komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang terjadi antara dua orang dengan bentuk percakapan face to face dan adanya feedback secara langsung atau seketika.


(31)

5. Bimbingan pribadi-sosial adalah usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.


(32)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan hakikat keterampilan komunikasi interpersonal, hakikat layanan bimbingan klasikal, hakikat teknik sosiodrama, hakikat layanan bimbingan klasikal, hakikat remaja sebagai pelajar, kerangka berpikir, hipotesis. Masing-masing pokok pikiran tersebut dijelaskan sebagai berikut.

A. Hakikat Keterampilan Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Devito (2011) mengungkapkan pendapatnya bahwa pengetahuan dan keterampilan komunikasi termasuk yang paling penting dan berguna. Melalui komunikasi seseorang dapat berbicara, mengenal, mengevaluasi, meyakinkan diri sendiri, mempertimbangkan berbagai keputusan yang diambil dan menyiapkan pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. Melalui komunikasi antar pribadi seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain,mengenal orang lain,dan mengungkapkan diri kepada orang lain.

Kata “komunikasi” berasal dari Bahasa Latin yaitu cum yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti satu.Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam Bahasa Inggris menjadi communion artinya kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Jadi komunikasi oleh sebagian orang dianggap sebagai proses pemberitahuan dari satu pihak ke pihak lainyang dapat berupa rencana-rencana, instruksi, petunjuk, dan


(33)

sarana. Muhammad (2000) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.Pengirim pesan dapat berupa individu, kelompok maupun suatu organisasi demikian juga degan si penerima pesan. Proses komunikasi berlangsung melalui tahapan-tahapan tertentu dan berkesinambungan,berubah-ubah dan tidak berakhir. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi.

Dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai arti penting.Salah satu bentuk komunikasi yang digunakan dalam organisasi adalah komunikasi interpersonal.Rogers (Liliweri, 1991) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara dua atau lebih pribadi. Komunikasi interpersonal merupakan pengiriman informasi atau pesan oleh seseorang dan diterima oleh orang lain dan mendapatkan umpan balik secara langsung (Devito 2013).

Johnson (Supratiknya, 1995) merumuskan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi dua arah yang berlangsung apabila pengirim pesan cukup leluasa mendapatkan umpan balik dari penerima yang menangkap pesan yang dikirimnya. Komunikasi interpersonal memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi dan selanjutnya sangat menologi dalam mengembangkan suatu relasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerja sama yang efektif.


(34)

Keterampilan komunikasi tidak serta merta ada sejak kita dilahirkan, oleh karena itu untuk dapat memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik perlu proses pembelajaran dan pelatihan. Memiliki keterampilan dalam berkomunikasi sangat penting artinya untuk menjaga kelangsungan komunikasi kita dengan orang lain. Seperti keterampilan-keterampilan yang lainnya, keterampilan komunikasi interpersonal dapat dipelajari dengan kiat-kiat tertentu Johnson (Supratiknya, 1995).

Keterampilan komunikasi interpersonal sangat penting dimiliki agar terwujud komunikasi yang efektif. Keterampilan komunikasi interpersonal adalah tingkat dimana perilaku kita mencapai tujuan komunikasi interpersonal yang kita lakukan kepada orang lain (Hardajana, 2003). Johnson (Supratiknya, 1995) mengungkapkan bahwa keterampilan dasar berkomunikasi sangat dibutuhkan untuk dapat memulai, mengembangkan dan memelihara komunikasi yang produktif, hangat dan akrab dengan orang lain. Kemampuan seseorang untuk mengirim pesan secara efektif disebut keterampilan komunikasi interpersonal. Keterampilan komunikasi interpersonal meliputi banyak hal seperti kemampuan untuk memahami individu yang diajak bicara dan memahami caramengirimkan pesan secara efektif (Devito, 2013).

Dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi interpersonal adalah tingkat kemampuan seseorang untuk melakukan proes pengiriman pesan antara minimal satu orang dengan


(35)

orang lain terjadi secara langsung, degan efek umpan balik secara langsung. Dalam proses komunikasi ini perilaku individu disesuaikan dengan situasi dan dapat mencapai tujuan komunikasi interpersonal.

2. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (2011), aspek-aspek komunikasi interpersonal antara lain:

a. Keterbukaan (Openness)

Keterbukaan mengacu pada tiga aspek yaitu sikap terbuka oleh komunikator kepada orang yang diajak berinteraksi,ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi.Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini.Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.


(36)

Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran.Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

b. Empati(Empaty)

Devito (2011) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain ” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak


(37)

mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

c. Sikap Mendukung (Supportive-ness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness).Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb.Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung.Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

d. Sikap positif(Positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal.Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.


(38)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan.Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Keterampilan komunikasi yang dimaskud dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, dimana pesan yang diterima sama dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator. Rakhmat (1989) mengatakan bahwa efektifitas komunikasi interpersonal tergantung pada persepsi interpersonal yang dimiliki masing-masing individu. Pada kenyataannya persepsi seseorang


(39)

terhadap orang lain seringkali tidak cermat dan berbeda-beda pada tiap orang. Sedangkan yang terjadi apabila kedua belah pihak saling menanggapi dengan tidak cermat adalah kegagalan komunikasi (communication breakdown).

Selanjutnya Rakhmat (2000) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi, yaitu:

a. Konsep diri

Faktor ini merupakan faktor yang amat penting dalam terwujudnya komunikasi interpersonal, karena seseorang yang memiliki konsep diri positif akan mampu mengeluarkan segala sesuatu yang ada pada dirinya terutama dalam mengeluarkan pendapat, ide, atau gagasan pada orang lain.

b. Percaya diri

Seseorang yang tidak percaya diri akan cenderung menghindari situasikomunikasi karena takut jika orang lain menyalahkan atau meremehkan dirinya. Kegagalan dalam membina komunikasi dengan orang lain menjadikan seseorang menarik diri dari pergaulan, dan berusaha sekecil mungkin berkomunikasi dan hanya berbicara jika situasi mendesaknya.

c. Atraksi interpersonal

Ketertarikan yang terjadi diantara pelaku komunikasi interpersonal dapat dipakai sebagai alat untuk memprediksi komunikasi interpersonal yang akan terjadi. Makin tertarik seseorang kepada


(40)

orang lain maka kecenderungan untuk berkomunikasi semakin besar dan komunikasi yang berlangsung akan semakin efektif. d. Persepsi interpersonal

Persepsi interpersonal yang tidak tepat seringkali menyebabkan kegagalan dalam komunikasi interpersonal. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila seseorang berperilaku sesuai dengan persepsi orang lain maka komunikasi interpersonal akan semakin lancer. Perilaku seseorang dalam komunikasi interpersonal sangat tergantung pada perepsi interpersonal.

Lunandi (2003) mengemukakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal, yaitu:

a. Citra Diri (Self Image)

Setiap manusia merupakan gambara tertentu mngenai dirinya, status sosialnya, kelebihan dan keurangannya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, tertutama manusia lain yang penting bagi dirinya.

b. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)

Citra pihak lain juga menentukan cara dan menentukan orang lain berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas pada dirinya kadang dengan orang yang satu komunikatif ancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu gugup dan bingung. Ternyata pada saat


(41)

berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan campur tangan pihak lain.

c. Lingkungan Fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada norma sendiri yang harus ditaati. Di samping itu suatu tempat atau di sebut lingkungan fisik sudah barang tentu ada kaitannya juga dengan kedua faktor diatas.

d. Lingkungan Sosial

Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.

e. Kondisi

Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang cermat dalam memilih kata-kata.Kondisi emosional yang kurang stabil, komunikasinya kurang stabil, karena komunikasi berlangsung timbal balik.Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi pengiriman komunikasi juga penerima.Komunikasi berarti peluapan sesuatu yang terpenting adalah meringankan kesalahan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada proporsi yang lebih wajar.


(42)

f. Bahasa badan

Komunikasi tidakhanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang diucapkan, badan juga merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi dalam hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum sebagai bahasa atau pernyataan.

B. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Makhrifah & Nuryono, (2014:1) mengemukakan bimbingan klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa oleh guru bimbingan & konseling (Guru BK) atau konselor kepada sejumlah siswa dalam satuan kelas yang dilaksanakan di dalam kelas. Kebutuhan dan masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar siswa, dan tidak selalu bersifat pribadi, dapat dibantu dengan layanan bantuan secara klasikal atau kelompok besar yang biasanya bersifat informatif, sehingga dapat segera diberikan oleh konselor atau guru BK (Sukmadinata, 2007:116 &118).

Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bimbingan klasikal merupakan istilah yang khusus digunakan di institusi pendidikan sekolah dan menunjuk pada sejumlah siswa yang dikumpulkan bersama untuk kegiatan bimbingan. Pengertian lain menyebutkan bahwa bimbingan klasikal adalah bimbingan yang berorientasi pada


(43)

kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30-40 orang siswa (satu kelas).

Bimbingan klasikal dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas.Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian bimbingan klasikal adalah kegiatan bimbingan yang diberikan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan serta masalah yang bersifat umum, dihadapai oleh seluruh atau sebagian besar siswa dalam satuan kelas.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal

Menurut Makhrifah dan Nuryono, (2014:2) strategi layanan bimbingan klasikal sebagai salah satu strategi dalam pelayanan bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk meluncurkan aktivitas-aktivitas pelayanan yang mengembangkan potensi siswa atau mencapai tugas perkembangannya sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.

Suciati (2005) mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal diklasifikasi dalam beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitifberorientasi pada kemampuan berfikir mencakup kemampuan intelektual sederhana yakni mengingat sampai kemampuan memcahkan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif


(44)

padatingkatan paling rendah meliputi:pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis dan evaluasi.

b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap yang menunjukan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari tingkatan paling rendah meliputi: penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, pembentukan organisasi sistem nilai dan pembentukan pola hidup.

c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dnegan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis bimbingan klasikal pada aspek timgkatan psikomotor dari tingkatan paling rendah meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

C. Teknik Sosiodrama

1. Pengertian teknik Sosiodrama

Sosiodrama adalah teknik pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta


(45)

mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya Depdiknas 2012 ( Abdullah 2013). Sociodrama is a learning method that creates depp understanding of the social systems that shape us individually and collectively (Brown, 2005).Artinya sosiodrama adalah metode belajar yang menciptakan pemahaman yang mendalam mengenai sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.

Menurut Winkel (2004) sosiodrama merupakan dramatisasi dari berbagai persoalan yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Metode sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Dari penjelasan tentang sosiodrama diatas dapat disimpulkan bahwa sosiodrama adalah kegiatan bermain peran yang didalamnya mengulas mengenai masalah yang biasa terjadi dalam hubungan sosial.Dalam kegiatan sosiodrama, beberapa siswa memerankan tokoh yang terdapat di skenario dan yang lainnya mengamati dan menganalisis interaksi antara pemeran.

Pada masa sekarang ini istilah metode selalu dihubungkan dengan masalah pendidikan yang bertujuan mengubah tingkah laku siswa, serta dapat memotivasi siswa supaya dapat berbuat dengan tujuan pendidikan. Metode sosiodrama dalam aplikasinya melibatkan siswa untuk memainkan peranan sesuai dengan tokohdan di dalam memerankan peranan siswa tidak perlu menghafal nasakah, mempersiapkan diri, dan sebagainya. Pemain hanya berpegangan


(46)

judul dan garis besar skenarionya.Mereka di bawa ke dalam peristiwa seperti yang pernah terjadi dan mereka belajar untuk memahami dan menghayati setiap kisah agar dapat mengaplikasikan kemudian.

Menurut Abdullah (2013:108), keunggulan sosiodrama sebagai berikut:

a. Menumbuhkan rasa empati dan memperkaya siswa dalam berbagai pengalaman situasi sosialisasi yang bersifat problematik.

b. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman semua siswa mengenai cara menghafal dan memecahkan suatu masalah.

c. Dengan bermain peran siswaa memperoleh kesempatan untuk belajar mengekspresikan penghayatan mereka mengenai suatu problema sosial.

d. Memupuk keberanian siswa untuk tampil di depan umum tanpa kehilangan keseimbangan pribadi.

e. Merupakan suatu hiburan bagi siswa dengan melakukan/melihat permainan peran.

2. Tujuan Sosiodrama

Menurut Azwan dan Djamarah (2010), tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain:

a. Agar individu dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.


(47)

c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.

d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. 3. Manfaat Sosiodrama

Manfaat sosiodrama (Pratiwi, 2009) adalah sebagai berikut: a. Individu dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan

memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.

b. Dapat mempertinggi perhatian individu melalui adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi. c. Individu tidak saja mengerti persoalan sosial psikologi, tetapi

mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia.

4. Langkah-langkah Penggunaan Sosiodrama

Menurut Romlah (2001) pelaksanaan sosiodrama secara umum mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan, fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.

b. Membuat skenario sosiodrama.

c. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat


(48)

dilakukan secara suka rela. Setelah fasilitator mengemukakan ciri-ciri atau rambu-rambu, masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain, atau berdasarkan kedua-duanya.

d. Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi pemain. Tugas kelompok pemain adalah untuk mengobservasi pelaksanaan permainana. Hasil observasi kelompok penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai. e. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain

diberi kesempatan untuk berdiskusi beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana sosiodrama akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah permainan. Masing-masing pemain memerankan perannyaberdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya. Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan sikap-siksp tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya. Dalam permainan ini diharapkan terjadi identifikasi yang sebesar-besarnya antara permainan maupun penonton dengan peran-peran yang dimainkannya.

f. Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasrkan hasil observasi dan tanggapan-tanggapan penonton. Diskusi diarahkan untuk membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain


(49)

membawakan perannya sesuai dengan cirri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya. Balikan yang paling lengkap adalah melalui rekaman video yang diambil pada waktu permainan berlangsung dan kemudian diputar kembali.

g. Ulangan permainan. Dari hasil diskus dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan permainan atau tidak. Ulangan permainan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut:

1) Bertukar peran (role reversal). Bertukar peran terjadi bila seorang pemain diminta untuk memainakan peran yang sebelumnya diperankan oleh orang lain.

2) Peran ganda (doubling). Peran ganda terjadi apabila ada orang ketiga yang ikut bermain dalam permainan peranan dengan mengisi suara salah satu seorang pemain.

3) Teknik cermin (the mirror technique). Anggota kelompok yang lain diminta menirukan peran yang dibawakan oleh salah seorang pemain seperti pada waktu pemain itu memerankannya.

4) Teknik kursi kosong (the empty chair technique). Tenik ini digunakan bila anggota kelompok mengalami kesulitan untuk berinteraksi secara langsung dengan anggota kelompok yang lain.


(50)

5) Bermain peranan sendiri (monodrama). Sering terjadi seseorang dapat meningkatkan penghayatannya terhadap peran yang dimainkannya dengan bermain peran sendiri denganberpindah-pindah tempat duduk pemeran yang lain dan melakukan monolog.

5. Kaitan antara Sosiodrama dengan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa

Menurut Winkel, W. S (2012:571) sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial. Teknik sosiodrama dipandang tepat membantu siswa untuk meningkatkan komunikasi interpersonal sesuai dengan salah satu tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sosial yaitu memiliki kemampuan interaksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia (Depdiknas, 2008: 198).

Teknik sosiodrama dipilih secara spesifik dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa karena pada teknik sosiodrama siswa dapat saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan, ide-ide yang diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan komunikasi interpersonal. Siswa juga mempunyai kesempatan untuk menggali potensi belajar yang dimiliki melalui sebuah pemeran tokoh tertentu, selanjutnya siswa


(51)

dapat melatih dan memiliki kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian melalui interaksi antar anggota kelompok yang akan menimbulkan rasa saling percaya untuk mengungkapkan masalah.

Teknik sosiodrama dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa dalam membuat rencana dan keputusan yang tepat.Pada teknik sosiodrama, siswa juga diharapkan memperoleh suatu dorongan atau kekuatan untuk menjaga hubungan interaksi dengan sesama (hubungan interpersonal), dimaksudkan agar siswa mampu belajar menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitar, lingkungan yang dimaksud meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Natawijaya, R. 1987: 33).Teknik sosiodrama dijadikan alat untuk mengatasi siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang rendah, dikarenakan teknik sosiodrama memiliki kelebihan yaitu dapat membantu siswa dalam memahami seluk-konflik-konflik sosial (Romlah, T. 2001: 104).

D. Hakikat Remaja sebagai Pelajar SMP 1. Pengertian Remaja sebagai Pelajar

Remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental emosional sosial dan fisik (Hurlock,1992:206). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai


(52)

tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Hurlock 1992: 207) masa remaja menunjukan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Masa remaja ditandai dengan (a) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kearah independen (b) minat seksualitas dan (c) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral Salzaman dan pikunas, 1976 (Yusuf 2010). Erikson (Yusuf ,2010) berpendapat bahwa remaja kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral. Erikson (Yusuf,2010) berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Erikson memandang pengalaman hidup saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab siapa dirinya. Jika remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah,dan berdampak remaja mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang.

2. Ciri-ciri Remaja

Awal masa remjaa berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai tujuh belas tahun dan akhir masa remaja dari usia enam belas tahun sampai delapan belas tahun yaitu usia matang secara hukum. Masa remaja mempunyai cirri-ciri tertentu yang membedakannya


(53)

dengan periode sebelum dan sesudahnya.Ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut (Hurlock,1980):

a. Periode penting

Usia remaja merupakan masa yang penuh dengan kejadian penting yang menyangaakut mengenai pertumbuhan dan perkembangan rohnai maupun jasmani.

b. Periode peralihan

Usia remaja merupakan peralihan dari masa kanan-kanak menuju masa remaja.

c. Periode perubahan

Perubahan pada emosi peerubahan tubuh, minat dan peran, perubahan pada nilai-nilai yang dianut serta keinginan akan kebebasan.

d. Masa mencari identitas

Remaja mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian , berbicara dan berperilaku yang sama dengan kelompoknya.. 3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja sebagai Pelajar

Tugas-tugas perkembangan yang harus disesuaikan individu pada masa remaja adalah (Hurlock 1991):

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita


(54)

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif

d. Mencapai kemandirian emosional dan orangtua serta orang-orang dewasa lainnya

e. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapakan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Penelitian Teknik Sosiodrama Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal

Pratiwi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “ Penelitian Teknik Sosiodrama Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal Pada Kelas VII F di SMP Kemlagi Mojokerto", dilihat dari hasilnya diketahui hasil mean pre-test 99,883 dan mean post test 119,7835 dengan demikian selisih nilai mean sebesar 38,875. Dapat disimpulkan bahwa pemberian bimbingan dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa.


(55)

F.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Keterampilan Komunikasi Interpersonal Pembuka

- Pengantar - ice breaking - masuk dalam

kelompok - fasilitator menjelaskan tema

dan tujuan Kegiatan inti

- - per kelompok membuat drama dan memainkan drama - berdiskusi mngenai pembawaan

karakter pemain dan bagaimana cara memecahkan masalah - siswa memaknai setiap nilai

-fasilitator mendorong siswa menciptakan konsep baru Penutup

- siswa merumuskan niat-niat

- siswa mengimplementasikan nilai-nilai tersebut pada

kehidupan sehari-hari - fasilitator memberi

peneguhan

Fakta Komunikasi Interpersonal di sekolah

Siswa pasif, suka menyendiri, memanggil teman dengan sebutan yang tidak baik

- Sikap positif - Keterbukaan - Empati - Kesetaraan - Sikap

mendukung - Citra diri

- Citra pihak lain - Lingkungan fisik - Lingkungan sosial - Kondisi

- Bahasa badan

Komunikasi Interpersonal

pretest

Faktor Aspek

Layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama


(56)

Melalui kerangka pikir di atas, dapat diketahui bahwa model bimbingan klasikal dalam rangka meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal menggunakan teknik sosiodrama di SMP Taman Dewasa Jetis, merupakan sebuah tawaran untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan secara afektif dan meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal menggunakan teknik sosiodrama di SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017. Pada pelaksanaanya bimbingan klasikal akan diselenggarakan oleh guru BK.

G. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 :Layanan Bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama secara

signifikan tidak efektifmeningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta kelas VII 2 tahun ajaran 2016/2017.

H1 :Layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama secara

signifikan efektif meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta kelas VII 2 tahun ajaran 2016/2017.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian antara lain jenis penelitian dan desain penelitian, setting (lokasi, waktu, dan pengkondisian penelitian), subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas, reliabilitas uji normalitas dan analisis data.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan pre-experimental one group pretest-posttest design.Menurut Sugiyono (2013:109) dikatakan pre-experimentaldesignkarena desain ini belum merupakan eksperimen sunggguh-sungguh.Dikatakan demikian karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen hasil penelitian pra experiment merupakan varibel dependen.Hal ini dapat terjadi karena tidak ada variabel control, dan sampel tidak dipilih secara random.Desain ini merupakan teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan.Maka dalam penelitian ini sebelum perlakuan subjek penelitian terlebih dahulu diberikan pretest (tes awal), dan diakhiri perlakuan diberi posttest (tes akhir).

Tujuan dari penggunaan desain ini adalah mengetahui gambaran umum tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan


(58)

keterampilan komunikasi interpersonal berbasis layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama Tahun Ajaran 2016/2017, dan mengetahui efektifitas keterampilan komunikasi interpersonal berbasis layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Secara sederhana, desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design

Pretest Treatment Posstest

O1 X O2

Keterangan:

O1 : tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan O2 : tes akhir (posttest) setelah perlakuan diberikan

X : perlakuan atau treatment (layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama)

Peneliti memberikan satu kali pre-test sebelum perlakuan (treatment) dan satu kali posstest setelah perlakuan (treatment). Dalam penelitian ini peneliti memberikan dua kali perlakuan (treatment) dengan dua topik bimbingan yakni; “Jujur Lebih Baik” dan “Indahnya


(59)

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta yaitu SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan April 2017. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 1 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal

Hari,tanggal Waktu Topik Bimbingan Durasi Senin, 15 Mei

2017

07.30-09.30 Jujur Lebih Baik 120 Menit 10.00-12.00 Indahnya Berempati 120 Menit

C.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.Jumlah subjek dalam penelitian sebanyak 23 siswa.Berikut rincian subjek penelitian yang digambarkan pada tabel 3.3 terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan komunikasi interpersonal

Tabel 3.3

Tabel Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Siswa-siswi kelas VII 11 12


(60)

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk diteliti atau dianalisis, maka dari itu siperlukan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes sebagai teknik pengumpulan data.Tes ini bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil pre-test dan post-test peningkatan komunikasi interpersonal.Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Tahap persiapan

1) Menganalisis topik materi.

2) Menyusun rancangan pelayanan bimbingan dan konseling.

3) Mempersiapkan instrumen penelitian kuesioner 4) Membuat soal-soal tes dan itemkuesioner

5) Revisi dan konsultasi bersama dengan tim ahli, dalam hal ini berperan Juster Donal Sinaga M.Pd


(61)

b. Tahap pelaksanaan

1) Pemberian pretest untuk mengetahui penguasaan dan pemahaman konsep siswa sebelum mengikutibimbingan. 2) Memberikan layanan bimbingan klasikal untuk

meningkatkan komunikasi interpersonal menggunakan teknik sosiodrama dengan menyajikan 2 (dua) topik bimbingan klasikal.

3) Pemberian posttest untuk melihat peningkatan penguasaan dan pemahaman konsep siswa setelah mengikuti rangkaian kegiatanbimbingan.

c. Tahap akhir

1) Mengumpulkan data yangdiperoleh. 2) Mengolah data hasilpenelitian.

3) Menganalisis dan membahas hasil temuanpenelitian. 4) Menarikkesimpulan.

2. Instrumen

Menurut Umar (1995:49), teknik kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon atau daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan satu instrumen berupa skala penilaian diri komunikasi interpersonal seperti pada penjelasan di bawah ini.


(62)

Skala Keterampilan Komunikasi Interpersonal dalam penelitian ini berbentuk pernyataan checklist dengan menggunakan skala likert.Menurut Riduwan (2007) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.Dalam penelitian ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yangs elanjutnya disebut sebagai variabel penelitian, item instrument yang disusun berupa pernyataan positif (Favorabel) dan pernyataan negatif (Unfavorabel). Jawaban setiap item dalam kuesioner komunikasi interpersonal memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata sebagai berikut:

Tabel 3.4

Gradasi Pernyataan Item Skala Likert

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat Sesuai (SS) = 4 Sangat Sesuai (SS) = 1 Sesuai (S) = 3 Sesuai (S) = 2 Kurang Sesuai (KS) = 2 Kurang Sesuai (KS) = 3 Tidak Sesuai (TS) = 1 Tidak Sesuai (TS) = 4

Skala penilaian diri komunikasi interpersonal dibagikan kepasa siswa setiap akhir sesi atau topic bahasan.Kuesioner ini digunakan untuk melihat pengaruh dari efektifitas layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal yang menjadi fokus peneliti. Kuesioner terlampir pada lampiran 1Berikut kisi-kisi Skala Keterampilan Komunikasi Interpersonal:


(63)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Skala Keterampilan Komunikasi Interpersonal

No Aspek Indikator Item

Fav

Item

Unfav Jumlah 1 Keterbukaan a. Kesediaan untuk

membuka diri

mengungkapkan informasi tentang dirinya

1, 19 13, 37

14 b. Kesediaan bereaksi secara

jujur terhadap stimulus yang datang

23, 26, 32

6, 9, 31

c. Mengakui secara jujur perasaan dan pikiran serta mau bertanggung jawab

35, 41, 46, 38

2 Empati a. Mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain

5, 36, 27 7, 44, 57

12 b. Mampu memahami

perasaan dan sikap oranglain

4, 15, 14 51, 33,39

3 Sikap mendukung

a. Mampu menyampaikan perasaan dan persepsi tanpa menilai

34, 40 20, 56

12 b. Kesediaan secara spontan

untuk menciptakan suasana yang

bersikapmendukung

60, 45, 24, 30,

c. Bersedia mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia merubah posisi apabila keadaan mengharuskan

22, 49 8, 21

4 Sikap positif a. Mampu menunjukan sikap positif terhadap orang yang diajak bicara

43,50,53 2, 18,47

12 b. Mampu mendukung orang

secara baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi

10, 25,29 16, 54,59

5 Kesetaraan a. Mampu menerima bahwa setiap pihak sama-sama bernilai dan berharga

12, 58, 42, 55

10 b. Memperlakukan semua

orang sama dalam relasi / komunikasi


(64)

TOTAL 30 30 60

E. Validitas, Realibilitas, dan Uji Normalitas 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempuyai arti kata ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat yang bersangkutan menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Suatu alat ukur yang valid , tidak sekedar mampu mengungkapkan data yang tetap akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenaai data tersebut (Azwar,2009).

Dari pemamparan diatas, uji validitas yang tepat untuk instrument penelitian ini yaitu validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar , 2007:45). Dalam instrument ini dikontruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya di konsultasikan kepada ahli (dosen pembimbing).

Setelah melakukan validitas ini yang dilakukan oleh ahi, validitas instrumental diuji secara empiris dengan melakukan uji konsistensi internal menggunakan rumus product moment. Menurut Azwar (2007:19) adapun rumus product moment adalah sebagai berikut:


(65)

Keterangan :

rxy = korelasi produk moment X = nilai setiap butir

Y = nilai sari jumlah butir N = jumlah responden

Koefisian korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi 16.00 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Menurut Azwar (2011:95) item yang mencapai koefisian korelasi minimal 0,3610 dianggap memuaskan. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa item yang valid adalah item yang memiliki nilai korelasi 0,3610. Sementara itu, suatu item dikatakan tidak valid jika memiliki nilai korelasi 0,3610.

Berdasarkan uji validitas dari 60 butir item, sebanyak 23 item memiliki nilai koefisien dibawah 0,3610 dan sebanyak 37 item memiliki nilai koefisien validitas sama dengan atau lebih dari 0,3610. Hasil uji validitas inventori keterampilan komunikasi interpersonal menggunakan SPSS dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut:


(66)

Tabel 3.6

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Skala Komunikasi Interpersonal

No Aspek Indikator Item Jumlah

Valid Gugur 1 Keterbukaan a. Kesediaan untuk membuka diri

mengungkapkan informasi tentang dirinya

1 13, 19, 37

14 b. Kesediaan bereaksi secara jujur

terhadap stimulus yang datang

6, 9, 26, 23, 32, 31 c. Mengakui secara jujur perasaan

dan pikiran serta mau bertanggung jawab

38, 41,46 35

2 Empati a. Mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain

27,36,44, 57

5, 7

12 b. Mampu memahami perasaan dan

sikap oranglain

4, 14, 33,51,39

15 3 Sikap

mendukung

a. Mampu menyampaikan perasaan dan persepsi tanpa menilai

34, 20, 40,56

12 b. Kesediaan secara spontan untuk

menciptakan suasana yang bersikapmendukung

24,30,45 60

c. Bersedia mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia merubah posisi apabila keadaan mengharuskan

- 8, 21 22, 49

4 Sikap positif a. Mampu menunjukan sikap positif terhadap orang yang diajak bicara b. Mampu mendukung orang secara

baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi 18,43,50, 53 2, 47 12 16, 25, 54 10, 29, 59 5 Kesetaraan a. Mampu menerima bahwa setiap

pihak sama-sama bernilai dan berharga

12, 58, 42, 55

-

10 b. Memperlakukan semua orang

sama dalam relasi / komunikasi

3, 11,17, 28,52,48

- TOTAL

37 23 60 2. Reliabilitas

Realibilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar,2009). Pengukuran yang meempunyai reliabilitas tinggi yaitu


(67)

yangmampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar,2009).

Menurut Azwar (2011:4) konsep reliabilitas dalam arti reliablitas alat ukur erat berkitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement, sedangkan konsep realibilitas dalam arti reliablitas hasil ukur alat berkaitan dengan error pegambilan sampel (sampling error)yang mengacu pada konsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda.

Untuk menghasilkan nilai reliabilitas Skala Keterampilan Komunikasi

Cronbach’s Alpha.Menurut Azwar(2007:76) adapun rumus koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha(a)adalah sebagai berikut:

Keterangan rumus:

dan : Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 : Varians skor skala

Perhitungan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan kriteria (Guilford, 1956) dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7

Norma Kategori Reliability Statistics Guilford Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 - 1,00 Sangat tinggi 0,71 - 0,90 Tinggi 0,41 - 0,70 Cukup


(68)

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Skala Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Berdasarkan tabel perhitungan diatas jika ditinjau melalui norma kategorisasi Guiford pada tabel 3.7. Hasil uji reliabilitas statistik item-item dalam alat tes keterampilan komunikasi interpersonal (0,855) masuk dalam kualifikasi tinggi.

3. Uji Normalitas

Menurut Nurgiantoro dkk (2002:101) uji normalitas adalah salah satu bagian dari uji prasyarat analisis data, artinya sebelum melakukan analisis data yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus di uji kenormalan distribusinya. Adapun tujuan dari normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal.

Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS adalah jika nilai signifikansi 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, bila nilai signifikan 0,05 maka data tersebut tidak normal. Setelah dilakukan uji normalitas menurut Kolmogorov-Smirnov data yang diperoleh peneliti teruji berdistribusi normal.Hasil uji normalitas divisualisasikan dalam tabel 3.9 sebagai berikut:

0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,020 Sangat Rendah

Cronbach's Alpha N of Items


(69)

Tabel 3.9

Tabel Uji Normalitas Skala Tingkat Komunikasi Interpersonal

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pretest .144 23 .200* .947 23 .251

posstet .105 23 .200* .948 23 .261

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Pada tabel 3.9 hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,200 >0,05 dengan demikian sampel penelitian berasal dari populasi yang berditribusi normal. Jika tinjauan dari hasil normalitas Shapiro-Wilk menunjukan nilai signifikan 0,261>0,05 hal ini pun berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistrusi normal.

F.Prosedur Tindakan Eksperimen 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian antara lain:

a. Menyusun proposal penelitian

Menyusun proposal merupakan tahap awal sebelum melakukan penelitian.

b. Menentukan lokasi penelitian

Pada penelitian ini ditetapkan lokasi penelitian di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.


(70)

c. Survei dan observasi awal

Survei dan observasi tempat penelitian dilakukan sebelum mengurus perijinan penelitian.

d. Membuat instrument penelitian

Penelitian ini instrumen yang disusun berupa Checklist yang sesuai/untuk mengungkap perilaku yang mencerminkan tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa.

e. Mengurus surat ijin penelitian

Dalam mengurus surat ijin penelitian, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan surat izin penelitian kepada dekan kajur ilmu pendidikan.

2) Surat izin harus ditandangani oleh dekan Fakultas dan, 3) Kemudian surat diserahkan ke lembaga yang dipilih

sebagai tempat penelitian. 2. Tahap pelaksanaan penelitian

a. Mengadakan pretest

Pemberian pretest adalah untuk mengetahui penguasaaan dan pemahaman konsep siswa sebelum mengikuti bimbingan (treatmen).Selanjutnya setelah pemberian pretest dilakukan dan mendapatkan datanya, data tersebut dilihat skor item yang


(71)

memiliki skor item terendah untuk nantinya akan dipakai peneliti dalam pemilihan topik bimbingan.

1) Memberikan perlakuan dalam penelitianKegiatan yang dilakukan dalam pemberian perlakuan pada penelitian sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Sebelum diberikan perlakuan (treatmen), terlebih dahulu peneliti menjelaskan dan memberikan pengarahan tentang cara melaksanakan teknik sosiodrama. Pemberian perlakuan dilakukan selama satu hari.Setiap topik diberikan waktu selama 120 menit dan diselingi dengan permainan/ ice breaking. Hal ini dilakukan untuk menghindari supaya anak tidak mudah jenuh dalam melaksanakan teknik sosiodrama. b) Kegiatan inti

Kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahapan, antara lain: (1) sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu peneliti memberikan pemahaman, aturan, alur dan cara melaksanakan sosiodrama yang akan dilakukan serta diberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi bersama kelompok terlebih dahulu sebelum memerankan drama , (2) drama yang dijalankan oleh siswa tetap dipantau oleh peneliti, dan setiap kelompok


(72)

yang memerankan drama di depan kelas diadakan sesi tanya jawab atau sharing mengenai drama yang diperankan berkaitan dengan indikator dari keterampilan interpersonal (3) setelah semua kelompok sudah memerankan dramanya peneliti memberikan materi mengenai keterampilan interpersonal dan menyimpulkan mengenai bimbingan yang telah dilaksanakan.

c) Kegiatan penutup

Salah satu siswa diminta untuk berdoa pulang.Untuk selanjutnya peneliti menganalisis hasil perlakuan dan observasi saat perlakuan berjalan.

3. Mengadakan posttest

Posttest diberikan kepada subjek yang diberikan bimbingan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan yang dialami oleh subjek sesudah diberikan perlakuan dalam hal ini adalah perubahan keterampilan interpersonal subjek.

G.Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010:207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk


(73)

menjawab masalah. Berikut rincian teknis analisis data dalam penelitian ini:

1. Guna menganalisis rumusan pertama, peneliti menggunakan teknik analisis deskritif dengan kategorisasi distribusi normal.Tujuan dari kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2014:147). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategorisasi ditentukan berdasarkan formula yang digambarkan pada tabel 3.9 sebagai berikut.

Tabel 3.10

Tabel Norma Kategorisasi

Norma/Kriteria Skor Kategori +1,8

σ < μ

Sangat Tinggi

+0,8 σ < μ +1,8 σ Tinggi

-0,8 σ < μ 0,8 σ Sedang

-1,8 σ < μ -0,8 σ Rendah

μ -1,8 σ Sangat Rendah

Keterangan:

Skor maksimum teoritik :Skor tertinggi yang di peroleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala. Skor minimum teoritik :Skor terendah yang diperoleh subjek

peneliti

menurut perhitungan skala.

Standar deviasi (σ/sd) :Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

Mean teoritik(μ) :Rata-rata teoritik skor maksimum dan minimum.


(74)

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi rendah tingkat komunikasi interpersonal dengan jumlah 37 item diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagaiberikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 37 = 148 Skor minimum teoritik : 1 x 37 = 37

Luas jarak : 148 – 37 = 111 Standardeviasi((σ/sd) : 111 : 6 = 18,5

Mean teoritik(μ) : (148 + 37) : 2 = 92,5

Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma kategorisasi tingkat komunikasi interpersonal siswa/i kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 sebagaiberikut:

Tabel 3.11

Norma Kategorisasi Tingkat Komunikasi Interpersonal Siswa/i Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017

Norma/Kriteria Skor

Rentang Skor

Kategori +1,8

σ < μ

>125,8 Sangat Tinggi

+0,6σ < μ +1,8σ 103,6 - 125,8 Tinggi

-0,6σ < μ 0,6σ 81,4 -103,6 Sedang

-1,8 σ < μ -0,6σ 59.2 81,4 Rendah

μ -1,8 σ

< 59,2 Sangat Rendah

2. Guna melihat efektifitas layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan teknik sosiodrama untuk meningkatkan komunikasi


(75)

interpersonal sebelum dan sesudah pemberian layanan bimbingan digunakan teknik analisis Uji Wilcoxon Signed Rank Test.Uji Wilcoxon Signed Rank Testmerupakan uji non parametris yang berguna untuk mengukur signifikansi perbedaan antara dua kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi berdistribusi tidak normal (Guilford, 1956). Uji ini juga dikenal sebagai bertanda yang dapat digunakan apabila tidak memenuhi asumsi normalitas. Berikut adalah rumus untuk menghitung Uji Wilcoxon.

Keterangan: N : Jumlah data

T : Jumlah ranking dari nilai selisih yang negatif atau positif Kriteria pengujian

H0 diterima dan H1 ditolak apabila nilai probabilitas 0,05 H0 ditolak dan H1 diterima apabila nilai probabilitas < 0,05


(76)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tingkat Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII.2 Di Sekolah SMP Taman Dewasa JetisYogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Teknik Sosiodrama.

Berdasarkan perolehan data penelitian gambaran tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII.2 SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta sebelum dan sesudah perlakuan divisualisasikan dalam tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 4.1Distribusi Skor Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII.2 Di Sekolah SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta

Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Menggunakan Teknik Sosiodrama

Rentang Skor

Kategori Pre-test Post-test

F % F %

>125,8 Sangat tinggi 2 8,70 4 17,39 103,6 - 125,8 Tinggi 12 52,17 14 60,87 81,4 – 103,6 Sedang 9 39,13 5 21,74 59,2 – 81,4 Rendah 0 0 0 0 < 59,2 Sangat rendah 0 0 0 0


(1)

112 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

113 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

114 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

115 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

116 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

117 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI