PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE KARYAWISATA

PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Basilius Sakeletuk NIM 12108249040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


(2)

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jadi tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 3 Oktober 2016 Yang menyatakan,

Basilius Sakeletuk NIM 12108249040 SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jadi tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 3 Oktober 2016 Yang menyatakan,

Basilius Sakeletuk NIM 12108249040 SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jadi tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 3 Oktober 2016 Yang menyatakan,

Basilius Sakeletuk NIM 12108249040


(4)

(5)

MOTTO

Arahkanlah perhatianmu kepada didikan, dan telingamu kepada kata-kata pengetahuan (Amsal 23:12)

Menggunakan sejauh menolong, dan melepaskan sejauh merintangi (Ignatius Loyola)


(6)

PERSEMBAHAN:

1. Kedua orang tua saya berkat dukungan dalam doanya.

2. Keluarga besar suku Sakeletuk, Sakerebau, penduduk Toloulaggo yang memberikan motivasi dan dukungan doa kepada saya.


(7)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE KARYAWISATA

PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh Basilius Sakeletuk NIM 12108249040

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui metode karyawisata pada siswa kelas III di SD Negeri Kraton.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas III Sekolah Dasar Negeri Kraton Yogyakarta. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis & Taggart yang terdiri dari 3 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan & observasi, serta refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Kraton Yogyakarta yaitu 5 siswa putra dan 9 siswa putri. Metode pengumpulan data menggunakan tes. Validasi instrumen dilakukan melalui expert judgment dan uji validasi isi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode karyawisata (Field-trip)dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS pada siswa kelas III di SD Negeri Kraton Yogyakarta. Tahap pra tindakan, terbukti bahwa hasil belajar siswa mata pelajaran IPS pada siswa kelas III dikategorikan rendah. Nilai rata-rata kelas belum mencapai dan ketuntasan belajar tergolong rendah. Pada siklus I, ketuntasan belajar mengalami peningkatan tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan. Baru pada Siklus II, hasil belajar siswa telah mencapai KKM ketuntasan sesuai dengan indikator yang diharapkan. Dengan demikian hasil belajar telah memenuhi indikator keberhasilan 70% sudah mencapai KKM.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis dan dengan usaha yang penulis lakukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Metode Karyawisata Pada Siswa Kelas III di Sekolah Dasar Negeri Kraton Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini berkat rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa juga atas bantuan moral maupun material dari berbagai pihak yang telah bersedia memberikan masukan, membimbing dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam penulisan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi.


(9)

4. Bapak Dr. Anwar Senen, M.Pd, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan tulus membimbing penulisan skripsi.

5. Bapak Banu Setyo Adi, S.Pd.Kor., M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala sekolah, seluruh guru, dan siswa kelas III SD Negeri Kraton Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk membantu penelitian Skripsi. 7. Seluruh Dosen PGSD FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu dan

kecakapan hidup serta membantu penulisan skripsi.

8. UPT perpustakaan UNY, UPP I, UPP II, yang telah memberikan pelayanan dengan baik sehingga penulis mudah dalam menemukan referensi buku. 9. Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah menyediakan

biaya pendidikan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

10. Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Bapak Marjuni yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa sehingga penulis menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman kelas I (Mentawai) jurusan PSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. 13. Teman-teman kampus III UPP II FIP UNY yang bersedia memberikan


(10)

14. Bapa/Ibu umat Gedongkiwo Tengah, teman-teman OMK, dan adek-adek PIA yang memberikan dorongan, motivasi, dan doa yang tak henti-henti kepada penulis.

15. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berperasn serta membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga kebaikan Bapak/ Ibu/ Saudara/ teman-teman mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Yogyakarta, 3 Oktober 2016 Penulis,

Basilius Sakeletuk NIM 12108249040

14. Bapa/Ibu umat Gedongkiwo Tengah, teman-teman OMK, dan adek-adek PIA yang memberikan dorongan, motivasi, dan doa yang tak henti-henti kepada penulis.

15. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berperasn serta membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga kebaikan Bapak/ Ibu/ Saudara/ teman-teman mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Yogyakarta, 3 Oktober 2016 Penulis,

Basilius Sakeletuk NIM 12108249040

14. Bapa/Ibu umat Gedongkiwo Tengah, teman-teman OMK, dan adek-adek PIA yang memberikan dorongan, motivasi, dan doa yang tak henti-henti kepada penulis.

15. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut berperasn serta membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga kebaikan Bapak/ Ibu/ Saudara/ teman-teman mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Yogyakarta, 3 Oktober 2016 Penulis,

Basilius Sakeletuk NIM 12108249040


(11)

DAFTAR ISI

hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN... iii

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN:... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E.Tujuan Penelitian... 8

F.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A.Tinjauan tentang Hasil belajar Belajar... 10

1. Pengertian belajar... 10

2. Pengertian Hasil Belajar... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 12

B.Tinjauan tentang Metode Karyawisata... 13


(12)

2. Pengertian metode karyawisata(Field-Trip)... 14

3. Kebaikan metode Karyawisata... 18

4. Langkah-langkah metode karyawisata(Field-trip)... 19

5. Penerapan metode karyawisata pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.20 C.Tinjauan tentang Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 24

1. Pengertian pembelajaran IPS ... 24

2. Dimensi Pembelajaran IPS... 25

3. Tujuan pembelajaran IPS ... 26

D.Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar ... 29

E.Kerangka pikir ... 34

F.Penelitian yang Relavan... 35

G.Hipotesis Penelitian... 36

H.Definisi Operasional... 36

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian... 38

B.Setting Penelitian... 38

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D.Desain penelitian... 39

E.Teknik Pengumpulan Data ... 43

F.Instrumen Penelitian ... 44

G.Uji Validitas Instrumen... 50

H.Teknik Analisis Data... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi... 53

B.Hasil Penelitian... 56

1. Kondisi Awal (Pra Tindakan) ... 56

2. Siklus I ... 59


(13)

C.Pembahasan... 87

D.Keterbatasan Penelitian... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 93

B.Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Nilai rata-rata tes hasil belajar semester I ... 5

Tabel 2. Standar kompetensi dan KD Materi IPS kelas III SD semester II... 28

Tabel 3. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator... 28

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru... 45

Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 46

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Tes Siklus I ... 47

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Tes Siklus II... 49

Tabel 8. Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran IPS ... 52

Tabel 9. Sarana dan prasarana SD N Kraton Yogyakarta... 54

Tabel 10. Jumlah siswa kelas III SD N Kraton Yogyakarta ... 56

Tabel 11. Murni Tes Hasil Belajar Siswa Kelas III SD N ... 58

Tabel 12. Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III Siklus I... 69

Tabel 13. Perbandingan Hasil Belajar IPS kelas III Pra tindakan dan Siklus I .... 70

Tabel 14. Hasil Refleksi Siklus I... 72

Tabel 15. Hasil Belajar IPS pada Siklus II... 83

Tabel 16. Perbandingan Hasil Belajar IPS, Pra tindakan, Siklus I, dan Siklus II. 84 Tabel 17. Hasil Refleksi Siklus II ... 86


(15)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 14

Gambar 2. Desain penelitian menurut Kemmis dan Taggart... 40

Gambar 3. Diagram Batang Nilai rata-rata Siswa Pra Tindakan dan Siklus 1 ... 71

Gambar 4. Diagram Batang Peningkatan Ketuntasan... 71

Gambar 5. Diagram batang Peningkatan Nilai rata-rata IPS Pra, S I dan S II... 85


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 98

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Siklus I... 108

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I Siklus II... 118

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II Siklus II ... 130

Lampiran 5. Lembar Observasi Guru Menggunakan Metode Karyawisata ... 140

Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 143

Lampiran 7. Lembar Tes Siklus I... 145

Lampiran 8. Lembar Tes Siklus II ... 150

Lampiran 9. Hasil post tes siswa siklus I dan siklus II ... 154

Lampiran 10. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus I... 168

Lampiran 11. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus II... 171

Lampiran 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 174

Lampiran 13. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 176

Lampiran 14. Catatan Lapangan Siklus I... 178

Lampiran 15. Catatan Lapangan Siklus II ... 182

Lampiran 16. HasilBelajar Siswa Kelas III Pra, Siklus I, dan Siklus II ... 188

Lampiran 17. Foto pelaksanaan Siklus 1 dan Siklus II... 190

Lampiran 18. Surat Pengantar Validasi Intrumen... 192


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memainkan peranan yang penting didalam drama kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berorientasi meningkatkan kualitas kehidupan, sebagaimana telah tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan pengertian tersebut, tujuan pendidikan tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul dalam intelektualnya, namun juga memiliki kepribadian dan sikap yang baik serta memiliki keterampilan yang berguna bagi kehidupan di masyarakat, bangsa, dan negara.

Pelaksanaan proses pendidikan berpedoman pada kurikulum yang digunakan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu . Sistem pendidikan hendaknya disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan zaman agar sesuai


(18)

dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman, sehingga mampu menghadapi tantangan kehidupan masa kini dan mendatang.

Kurikulum 2013 merupakan wujud dari upaya dalam menghadapi perkembangan dan tuntutan zaman masa kini dan mendatang. Lahirnya kurikulum 2013 dikarenakan adanya pergeseran paradigma belajar abad ke-21, yaitu perubahan mengenai cara pandang atau cara pikir mengenai bagaimana pembelajaran itu sebaiknya diselenggarakan. Abab ke-21 telah mengubah paradigma belajar di dunia, yaitu paradigma teaching menjadi paradigma learning. Pada paradigma leraning, siswa yang menjadi pusat dalam proses pembelajaran. Mulyasa (2013: 2) mengemukakan bahwa:

UNESCO juga telah mengajarkan empat visi pendidikan abad 21, antara lain: (1)learning to think (belajar berpikir,berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional); (2)learning to do(belajar berbuat atau belajar hidup, berorientasi pada bagaimana mengatasi suatu masalah); (3) learning to be (belajar menjadi diri sendiri, berorientasi pada pembentukan karakter); dan (4) learning to live together (belajar hidup bersama, berorientasi untuk sikap toleran dan siap bekerjasama).

Mengacu dari empat visi pendidikan tersebut, belajar bukanlah sekedar proses mengetahui atau menghapal teori semata, namun belajar adalah proses menerapkan teori yang telah kita pelajari pada kehidupan nyata, belajar adalah suatu proses yang bertujuan dalam penanaman nilai dan sikap atau pembentukan karakter, dan belajar bertujuan untuk mengembangkan sikap toleran dan kerjasama dalam menjalani kehidupan sosial.

Selain itu, setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang diperolehnya di sekolah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,


(19)

mulai dari lingkungan keluarga, sekolah itu sendiri, maupun di masyarakat. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif terwujud apabila guru menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan dan guru bukan sebagai sumber utama dalam proses pembelajaran.

Komponen yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar mulai dari komponen dari dalam yang secara langsung berkaitan, sampai komponen luar yang tidak berkaitan dengan proses pembelajaran. Diantara sekian banyak komponen yang berpengaruh itu, komponen guru merupakan kedudukan yang sangat penting bagi pengembangan segenap potensi dikarenakan secara langsung berhubungan dengan siswa sebagai subyek dan sumber belajar. Berkualitas atau tidaknya pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan dan sikap guru dalam pengelolaan pembelajaran. Dengan kata lain guru merupakan faktor penting yang dapat menentukan kualitas pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009: 3).

Di samping itu, guru harus menanamkan nilai-nilai sosial dalam proses pembelajaran. Di dalam pendidikan formal, penanaman nilai-nilai diajarkan dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran IPS di jenjang pendidikan dasar pada hakikatnya mempunyai beberapa tujuan yaitu pengembangan kemampuan intelektual peserta didik, pengembangan kemampuan, dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai individu (Said Hamid Hasan, 1996: 98). Tidak jauh beda dengan apa yang dikemukakan di atas, dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi disebutkan


(20)

bahwa tujuan pendidikan IPS yaitu: mengenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, memiliki dasar untuk berpikir logis dan kritis rasa ingin tahu, inquiry, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, IPS memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Proses pembelajaran IPS di jenjang pendidikan dasar perlu adanya pembaharuan serius (Ahmad Susanto, 2014: 2). Karena pada kenyataannya selama ini masih banyak penggunaan model serta metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional, belum adanya improvisasi menjadi pembelajaran yang modern sesuai dengan tuntutan zaman dan lingkungan sekitar dimana siswa berada. Beberapa contoh model pembelajaran yang modern yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran IPS di antaranya model pembelajaran contextual teaching and learning, cooperative learning, quantum learning, active learning, serta teknologi dan masyarakat. Beberapa model pembelajaran kontekstual ini sebagai upaya pembaharuan dalam pembelajaran IPS.

Berdasarkan wawancara pada tanggal 27 Januari 2016 dengan guru di kelas III SD N Kraton menunjukkan para siswa merasa kesulitan dalam pembelajaran IPS. Guru kelas mengemukakan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III di SD masih rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain seperti PKN, Bahasa Indonesia, Matematika,


(21)

dan IPA. Diantara kelima mata pelajaran tersebut KKM yang paling rendah terdapat pada mata pelajaran IPS dengan kisaran 70, masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM tersebut. Dikatakan hasil belajar rendah, karena ditunjukkan nilai rata-rata siswa kelas III dengan jumlah 14 siswa, yang terdiri dari siswa perempuan yang berjumlah 9 dan laki-laki 5 untuk mata pelajaran IPS hanya mencapai 57,07. Berikut ini bukti rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas III di SD N Kraton yang dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 1. Nilai rata-rata tes hasil belajar semester I

kelas III SD N Kraton Tahun Pelajaran 2015/2016

No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata

1 Bahasa Indonesia 81,78

2 IPA 78,92

3 Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) 80,35

4 Matematika 76,85

5 IPS 57,07

Sumber: Daftar Nilai semester I, Tahun 2015/2016

Berdasarkan hasil di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah. Dalam tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ke lima mata pelajaran yang ada, nilai rata-rata yang paling tinggi adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan nilai rata-rata yang paling rendah adalah mata pelajaran IPS. Selain itu, berdasarkan nilai murni yang diperoleh dari hasil ujian semester I di kelas III terjadi kesenjangan nilai diantara siswa yaitu ada yang mendapatkan


(22)

karena itu, guru harus memberikan perhatian dan bimbingan belajar yang merata kepada seluruh siswanya.

Oleh sebab itu, peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS perlu ditingkatkan yaitu dengan mengikutsertakan langsung dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode yang tepat dalam konteks ini adalah metode yang banyak memberikan kesempatan pada anak untuk mengungkan ide, pikiran, perasaan pikiran, maupun pengalamannya serta dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui terjun langsung mencoba di lapangan, mengamati siapa saja pelaku didalam suatu kegiatan tersebut.

Adapun metode yang tepat untuk menstimulasi peningkatan hasil belajar siswa, yaitu metode karyawisata. Syaiful Bahri Djamarah (2005: 240) menjelaskan bahwa metode karyawisata merupakan suatu cara penguasaan bahan pelajaran oleh para anak didik dengan jalan membawa mereka langsung keobjek yang terdapat di luar kelas atau lingkungan kehidupan nyata, agar mereka dapat mengamati atau mengalami secara langsung. Metode karyawisata merupakan salah satu bentuk metode yang penting dalam menunjang proses pembelajaran.

Berdasarkan data di atas maka dapat dikatakan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa SD N Kraton masih rendah. Pembelajaran IPS dengan menampilkan metode karyawisata dalam pembelajaran yang relevan dengan kenyataan (materi) yang dipelajari adalah salah satu kontribusi agar pembelajaran IPS dianggap mudah dan menarik bagi


(23)

siswa. Penggunaan metode karyawisata pada mata pelajaran IPS bermanfaat untuk guru dan siswa. Diantaranya, proses pembelajaran lebih menarik, interaktif, memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, pengajaran dapat lebih merangsang kreatifitas anak, siswa lebih senang dan menyegarkan kembali (refreshing) dari kejenuhan yang terjadi sebagai akibat belajar terus menerus didalam kelas, pengalaman langsung dapat membuat setiap anak didik lebih tertarik kepada pelajaran yang disajikan. Hal tersebut menjadi alasan peneliti melakukan penelitian di kelas III SD N Kraton. Maka dari itu, untuk memecahkan permasalahan perlu penelitian tindakan kelas Peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui metode karyawisata pada siswa kelas III di SD N Kraton Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 .

B. Identifikasi Masalah

1. Guru masih dominan menggunakan pembelajaran konvensional seperti metode ceramah.

2. Penggunaan sarana dan prasarana yang belum optimal oleh guru kelas dalam pembelajaran IPS untuk siswa kelas III di SD N Kraton sehingga kurang memperoleh informasi yang luas.

3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

4. Metode karyawisata belum pernah digunakan pada mata pelajaran IPS di kelas III SD N Kraton.


(24)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta permasalahan yang komplek, maka penelitian ini akan dibatasi pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui metode karyawisata pada siswa kelas III di SD N Kraton Tahun Ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang sudah dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui metode karyawisata pada siswa kelas III di SD N Kraton?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS melalui metode karyawisata pada siswa kelas III di SD N Kraton .

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembang pendidikan untuk mengembangkan suatu teori mengenai peningkatan hasil belajar melalui metode karyawisata.


(25)

2. Manfaat Praktis a. Sekolah

1) Memberi informasi kepada sekolah tentang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui metode karyawisata pada siswa kelas III yang sudah berlangsung. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan

bagi kepala sekolah untuk menggunakan metode karyawisata dalam proses pembelajaran

b. Guru

1) Membantu guru untuk peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

2) Membantu guru mengetahui masalah-masalah yang menjadi penghambat dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas III di SD N Kraton.

3) Sebagai bahan masukan bagi guru kelas dalam rangka meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS melalui metode karyawisata pada siswa kelas III di SD N Kraton. c. Siswa

Dengan menggunakan metode karyawisata, siswa tertarik untuk berpartisipasi aktif sehingga pengetahuan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat meningkat.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang Hasil belajar Belajar 1. Pengertian belajar

Skinner (dalam Syaiful Sagala 2011: 14) berpendapat bahwa belajar adalah perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini aktivitas belajar dalam kehidupan manusia dapat terus berlangsung beriringan dengan perkembangan mentalnya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa belajar adalah suatu proses berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku pada semua orang atau individu yang kompleks, sebagai akibat belajar yang dialami. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar suatu adalah adanya perubahan tingkah laku yang bersifat positif dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman (Santrock dan Yussen, dalam Sugihartono et al. 2013: 74).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman


(27)

dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik jika dibandingkan pada saat sebelum belajar (Abdul Majid, 2014: 28).

Menurut Deni Kurniawan (2014: 14) hasil belajar berupa keterampilan kognitif yaitu pengetahuan tentang cara bagaimana melakukan sesuatu.

Lebih lanjut purwanto (2010: 45) hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai pengusaan sejumlah bahan pelajaran sebagai akibat proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, dari hasil evaluasi dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan hasil belajar siswa secara umum dapat diklarifikasikan menjadi tiga, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor (Blom et al (dalam Deni Kurniawan, 2014: 10-13).


(28)

Nana Sudjana (2004: 22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran. Dengan demikian proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS merupakan perolehan dari suatu aktivitas belajar IPS dalam jangka waktu tertentu, yang kemudian dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor yang diberikan guru dari proses belajar

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Wasliman (dalam Ahmad Susanto 2013: 12) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik internal maupun eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal

Faktor ekstenal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.


(29)

B. Tinjauan tentang Metode Karyawisata 1. Hakikat Metode Pembelajaran

Sugihartono, et al (2013: 81) menyatakan bahwa metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Oleh karena itu, dalam belajar IPS perlu dikembangkan metode pembelajaran IPS secara cermat sesaui dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi siswa. Metode dalam pembelajaran IPS mengacu pada prosedur dan aktivitas yang akan digunakan untuk mengajarkan silabus agar memudahkan dalam belajar IPS. Seorang guru selalu berusaha menggunakan metode mengajar yang paling efektif. Pelaksanaan pembelajaran IPS sangat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pendekatan sangat berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran, metode, atau teknik apa yang digunakan.

Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Seorang guru tentu mempunyai metode dan seorang guru yang baik akan memhami dengan baik metode yang digunakannya bahwa tidak ada satu metodepun yang baik untuk semua mata pelajaran. Ia harus mengetahui bukan hanya bahan/materi pelajaran akan tetapi juga masalah-masalah siswa, sebab melalui metode mengajar ia harus mampu memberi kemudahan belajar kepada siswa dalam proses belajar (Abdul Azis Wahab, 2012: 36).


(30)

2. Pengertian metode karyawisata(Field-Trip)

Sugihartono, et al (2013: 82) menyatakan bahwa metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa mengamati atau mengalami secara langsung.

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Menurut Edgar Dale (dalam Munir, 2010: 67-68) pengalaman belajar terdiri dari dua belas tingkatan yang sifatnya hierarkhi, mulai dari pengalaman belajar yang paling konkrit menuju kepada pengalaman belajar yang paling abstrak. Secara keseluruhan pengalamn belajar tersebut membentuk sebuah kerucut, sehingga disebut keucut pengalaman (the cone of experience) atau disebut juga 2. Pengertian metode karyawisata(Field-Trip)

Sugihartono, et al (2013: 82) menyatakan bahwa metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa mengamati atau mengalami secara langsung.

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Menurut Edgar Dale (dalam Munir, 2010: 67-68) pengalaman belajar terdiri dari dua belas tingkatan yang sifatnya hierarkhi, mulai dari pengalaman belajar yang paling konkrit menuju kepada pengalaman belajar yang paling abstrak. Secara keseluruhan pengalamn belajar tersebut membentuk sebuah kerucut, sehingga disebut keucut pengalaman (the cone of experience) atau disebut juga 2. Pengertian metode karyawisata(Field-Trip)

Sugihartono, et al (2013: 82) menyatakan bahwa metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa mengamati atau mengalami secara langsung.

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale

Menurut Edgar Dale (dalam Munir, 2010: 67-68) pengalaman belajar terdiri dari dua belas tingkatan yang sifatnya hierarkhi, mulai dari pengalaman belajar yang paling konkrit menuju kepada pengalaman belajar yang paling abstrak. Secara keseluruhan pengalamn belajar tersebut membentuk sebuah kerucut, sehingga disebut keucut pengalaman (the cone of experience) atau disebut juga


(31)

kerucut pengalaman Edgar Dale.Pengalaman belajar yang dapat diberikan dalam hal ini, meliputi:

1. Direct purposeful experience, yaitu pengalaman belajar secara langsung dengan objek, seperti manusia, tumbuhan, atau hewan;

2. Contrived experience, yaitu pengalaman belajar tidak secara langsung dengan obyek, melainkan melalui benda, alat, model, atau kegiatan simulasi;

3. Dramatized experience, yaitu pengalam belajar yang diperoleh melalui suatu pertunjukan, sandiwara, bermain peran(role play)atau drama (sosiodrama)

4. Demonstrasi, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui peragaan.

5. Studi wisata, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui kunjungan untuk belajar tidak hanya rekreasi atau karyawisata.

6. Exhibition, yaitu pengalamn belajar yang diperoleh melalui pameran.

7. Education television,yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui televisi pendidikan;

8. Motion pictures, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui gambar hidup, film hidup, film rangkai, atau bioskop; 9. Still pictures, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh

malalui gambar mati, foto, atau slide.

10.Radio and recording, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui siaran radio atu rekaman suara tidak ada visualnya;

11.Visual symbol, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui simbol yang dapat diihat seperti bagan, skema, tabel, atau diagram;

12.Verbal symbol, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui verbalisme atau ucapan dengan kata-kata;

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa bermain peran, bersimulasi, melakukan hal nyata (90%) pada tingkatan ini, pembelajar sudah bertindak sebagai pengamat. Turun langsung dalam mengamati sebuah permasalahan, sehingga tingkat pemahamannya pun lebih besar.


(32)

Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius (Silberman, 2006: 23)menyatakan:

Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami.

Tiga pernyataan tersebut berbicara banyak tentang cara belajar aktif. Dengan demikian, belajar tidaklah cukup dengan mendengarkan atau melihat sesuatu, diperlukan pembahasan, dan penerapan secara langsung sehingga pengetahuan dan keterampilan hasil belajar otomatis meningkat lebih besar. Oleh karenanya, metode ini menjadikan bahan yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.

Lebih lanjut, Abdul Majid (2014: 172) menyatakan bahwa karyawisata berarti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. Misalnya, siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui sistem peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauhdari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama.

Roestiyah (2001: 85) menyatakan bahwa karyawisata merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, sesuatu bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum dan sebagainya. Dengan begitu, karyawisata


(33)

diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya; dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum.

Lebih lanjut, Abuddin Nata (2009: 185) juga menjelaskan bahwa metode karyawisata yang memiliki banyak kelebihan, yang antara lain menerapkan prinsip pengajaran, menjadikan apa yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan, dapat merangsang kreativitas anak didik, memperluas informasi sebagai bahan pengajaran, serta mendorong siswa untuk mencari dan mengolah sendiri bahan pengajaran.

Menurut Syaiful Sagala (2010: 214), pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Jadi metode karyawisata merupakan memberikan informasi lebih konkrit terkait yang dipelajarinya. Deni Kurniawan (2014: 47) menyatakan bahwa mengajak siswa keluar dari kelas dalam rangka belajar. Keluarnya siswa dari kelas bukan untuk hiburan, tapi diikat oleh tujuan dan tugas belajar. Meskipun aspek liburannya ada tapi bukan tujuan utama. Karyawisata tidak perlu dilakukan ke tempat yang jauh, bisa dilaksanakan ke tempat-tempat sekitar lingkungan sekolah misalnya


(34)

kekantor kelurahan, ke ladang atau ketempat industri sekitar sekolah dan sebagainya. Karyawisata dilakukan selama jam pelajaran saja.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan metode karyawisata adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran atau materi dengan keluar dari lingkungan sekolah, siswa langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa memperoleh pengalaman lebih relevan. Selain itu, dapat menimbulkan ketertarikan siswa pada pelajaran yang disajikan, sehingga lebih ingin mendalami hal yang diminatinya dengan mencari informasi dari sumber lain.

Penggunaan metode karyawisata sangat tepat digunakan dalam kegiatan pembelajaran IPS karena dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara langsung pada objek, mencoba, mengamati dan memudahkan dalam memahami materi yang dipelajari. Pengalaman langsung, mengalami sendiri sehingga baik yang didengar, dilihat, dikerjakan lebih paham terkait materi yang dipelajari di luar kelas atau lingkungan kehidupan nyata, akhirnya berdampak pada hasil belajarnya meningkat jauh lebih besar. Dengan demikian penggunaan metode karyawisata dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS bagi siswa kelas III SD N Kraton Yogyakarta. 3. Kebaikan metode Karyawisata

Menurut Rusyan (dalam Syaiful Sagala 2010: 214-215) menyebutkan beberapa kebaikan metode karyawisata, yakni:


(35)

a. Kebaikan-kebaikannya

Metode karyawisata mempunyai beberapa kebaikan, antara lain ialah: 1) anak-anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat; 2) anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan; 3) anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung; 4) anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan on the spot; dan 5) anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komprehensif.

4. Langkah-langkah metode karyawisata(Field-trip)

Menurut Abdul Majib (2014: 172-173) agar pelaksanaan metode karyawisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Perencanaan Karyawisata

1) Merumuskan tujuan karyawisata.

2) Menetapkan objek karyawisata sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

3) Menetapkan lamanya karyawisata.

4) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata 5) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus

disediakan.

b. Pelaksanaan Karyawisata

fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar ditempat karyawisata dengan bimbingan guru. kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan di atas.


(36)

c. Tindak Lanjut

Pada akhir karyawisata, siswa diminta laporannya baik lisan maupun tertulis, mengenai inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata

5. Penerapan metode karyawisata pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.

Metode karyawisata yang digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran tentunya disesuaikan dengan karakteristik materi mata pelajaran IPS, karakteristik peserta didik dan sistem instruksional secara keseluruhan. Berikut adalah langkah-langkahnya:

a. Karyawisata ke Pasar

1) Guru menyampaikan kompetensi dasar yang ingin dipelajari, membagi siswa kedalam kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4-5 orang dan menunjuk salah satu ketua kelompoknya.

2) Guru memanggil perwakilan kelompok atau ketua kelompok mengambil LKS dan uang dengan jumlah Rp 10.000,00 untuk kebutuhan belanja di pasar.

3) Guru menjelaskan LKS dan siswa diberikan kesempatan bertanya terkait LKS apabila belum dimengerti ketika kegiatan di lapangan (pasar).

4) Guru kelas,dan siswa berangkat bersama kelapangan (pasar). 5) Siswa berinteraksi dilapangan (pasar) dipimpin langsung ketua


(37)

diberikan seperti: berbelanja menggunakan uang Rp 10.000,00 dan didampingi oleh guru.

6) Siswa belanja sesuai dengan kebutuhan kelompoknya dan sambil mengamati yang terjadi di lingkungan pasar.

7) Siswa bersama kelompoknya berdiskusi untuk menyelesaikan LKS berdasarkan yang dilakukan di lapangan (pasar) dan didampingi oleh guru.

8) Guru kelas, dan siswa kembali di kelas.

9) Siswa menyusun laporan atau kesimpulan dikertas manila. 10) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

didepan kelas.

11) Sedangkan kelompok yang lainnya mendengarkan dan memberikan pertanyaan atau masukan.

12) Guru dan siswa membahas bersama-sama laporan hasil kegiatan di lapangan (pasar) mengenai jual beli.

13) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum dimengerti.

14) Guru memberikan penguatan terkait dengan materi jual beli yang telah dipelajari di pasar.

15) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari mengenai jual beli di pasar pada hari ini.

16) Siswa mengerjakan soal evaluasi (mandiri). 17) Siswa mengerjakan pos test


(38)

18) Melakukan remedial (dengan memberikan tindak lanjut bagi siswa yang belum mencapai KKM melalui pemberian tugas tambahan dan memberikan motivasi dan pesan moral)

19) Siswa memandu doa penutup menurut agama dan keyakinan masing-masing.

20) Guru mengucapkan salam penutup b. Karyawisata ke Alun-alun Utara

1) Guru menyampaikan kompetensi dasar yang ingin dipelajari, membagi siswa kedalam kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 4-5 orang dan menunjuk salah satu ketua kelompoknya.

2) Guru memanggil perwakilan kelompok atau ketua kelompok mengambil LKS yang dilakukan di lapangan (lingkungan alun-alun utara)

3) Guru menjelaskan LKS dan siswa diberikan kesempatan bertanya terkait hal yang belum dimengerti ketika kegiatan belajar dilapangan (di lingkungan alun-alun utara).

4) Guru kelas,dan siswa berangkat bersama kelapangan (di lingkungan alun-alun utara).

5) Siswa mengamati langsung tentang mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan di lingkungan alun-alun utara dengan menggunakan LKS dan tetap dalam bimbingan guru.


(39)

6) Siswa bertanya kepada warga yang ada di lingkungan alun-alun utara untuk mendapatkan informasi terkait jenis-jenis pekerjaan yang ada.

7) Siswa mencatat informasi yang diperoleh terkait mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan di lingkungan alun-alun utara.

8) Guru kelas,dan siswa kembali di kelas.

9) Siswa bersama kelompoknya berdiskusi untuk menjawab soal terkait hasil observasi di lapangan (alun-alun utara) mengelompokkan jenis pekerjaan berdasarkan hasil yang diperoleh , dan didampingi oleh guru.

10) Siswa menyusun laporan atau kesimpulan dikertas manila. 11) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

didepan kelas.

12) Sedangkan kelompok yang lainnya mendengarkan dan memberikan pertanyaan atau masukan.

13) Guru dan siswa membahas bersama-sama laporan hasil kegiatan di lapangan (alun-alun utara) mengenai jenis-jenis pekerjaan. 14) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum

dimengerti

15) Guru memberikan penguatan terkait dengan materi (jenis-jenis pekerjaan) yang telah dipelajari hari ini.


(40)

16) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari mengenai jenis-jenis pekerjaan pada hari ini.

17) Siswa mengerjakan soal evaluasi. 18) Siswa mengerjakan pos test.

19) Melakukan refleksi (dengan memberikan tindak lanjut bagi siswa yang belum mencapai KKM melalui pemberian tugas tambahan dan memberikan motivasi dan pesan moral)

20) Siswa memandu doa penutup menurut agama dan keyakinan masing-masing.

21) Guru mengucapkan salam penutup

C. Tinjauan tentang Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar

1. Pengertian pembelajaran IPS

Menurut Hamdani (2011: 71) pembelajaran pada hakikatnya adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta siswa antarsiswa. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik jika melibatkan peran serta guru, bahan belajar, dan lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan.

Pelajaran IPS di SD mengajarkan pada peserta didik supaya menjadi warna negara yang baik. Istilah IPS mulai digunakan secara resmi di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk


(41)

Social Studies di Amerika.Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya (Trianto, 2010: 171). 2. Dimensi Pembelajaran IPS

Pencapaian pembelajaran IPS diperlukan pemahaman dan pengembanganprogram pendidikan yang komprehensif. Program pendidikan IPS yang komprehensif tersebut menurut Sapriya (2009: 48-65) adalah program pendidikan yang mencakup empat dimensi, yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skill), dimensi nilai dan sikap (value and attitude), dan dimensi tindakan (action). Lebih rinci keempat dimensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Dimensi pengetahuan(knowledge)

Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan ide. Tujuan pengembangan pengetahuan ini adalah untuk membantu siswa dalam belajar untuk memahami lebih banyak tentang dirinya, fisiknya, dan dunia sosial serta lingkungan sekitarnya.

b. Dimensi keterampilan(skill)

Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-kempuan tertentu sehingga digunakan pengetahuan yang diperolehanya. Keterampilan ini dalam pendidikan IPS terwujud dalam bentuk


(42)

kecakapan mengolah dan menerapkan informasi yang penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis.

c. Dimensi nilai dan sikap(Value and Attitude)

Nilai dan sikap merupakan seperangkap keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir dan bertindak. Nilai adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat.

d. Dimensi tindakan(action)

Tindakan sosial ini merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan sosial dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif, dengan jalan berlatih secara konkret dan praktik, belajar dari apa yang diketahui dan dipikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang dilakukan dan bagaimana caranya dengan demikian siswa akan belajar menjadi warga negara yang efektif di masyarakat.

3. Tujuan pembelajaran IPS

Dalam permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi disebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS, yaitu:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.


(43)

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

Trianto (2010: 176) tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Secara umum tujuan pendidikan IPS pada tingkat SD untuk membekali peserta didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus Ahmad Susanto (2014: 31) menyebutkan tujuan pendidikan IPS di SD adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya.

b. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

c. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.

d. Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tesebut.


(44)

e. Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Adapun materi IPS di kelas III SD pada semester II dalam penelitian ini berdasarkan kurikulum sebagai berikut:

Tabel 2. Standar kompetensi dan komptensi dasar Materi IPS kelas III SD semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Memahami jenis pekerjaan dan

penggunaan uang 1.1pekerjaanMengenal jenis-jenis 1.2 Memhami pentingnya semangat kerja

1.3 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah

1.4 Mengenal sejarah uang 1.5 Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan Sumber: silabus tematik Sekolah Dasar kelas III SD semester II Tabel 3. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator Materi IPS kelas III semester II yang digunakan dalam penelitian.

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 2. Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang

2.1 Mengenal jenis-jenis pekerjaan

2.3 Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah

2.1.1Siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan di lingkungan tempat siswa

2.1.2 Siswa dapat mengelompokkan jenis pekerjaan berdasarkan


(45)

hasil yang diperoleh 2.1.3 Siswa dapat menyebutkan pekerjaan yang menghasilkan barang

2.1.4 Siswa dapat menyebutkan pekerjaan yang menghasilkan jasa 2.3.1 Menjelaskan pentingya jual beli 2.3.2 Memperagakan kegiatan jual beli 2.3.3 Menuliskan perilaku yang benar sebagai penjual dan pembeli

2.3.4 Mendefinisikan pengertian penjual dan pembeli

Sumber: silabus tematik Sekolah Dasar kelas III semester II

Berdasarkan tabel di atas materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tentang jual beli di lingkungan rumah dan jenis-jenis pekerjaan.

D. Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar

Proses belajar hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswanya. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia


(46)

sekolah atau masa sekolah dasar. Rentang usia anak siswa sekolah dasar berkisar antara 6 tahun sampai masuk ke masa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia 11-13 tahun (Rita Eka Izzaty, dkk 2013: 103).

Lebih lanjut Rita Eka Izzaty, dkk (2013: 102-103) mengemukakan tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir adalah:

a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain

b. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri.

c. Belajar bergaul dengan teman sebaya.

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.

g. Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai.

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok social dan lembaga. i. Mencapai kebebasan pribadi.

Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini banyak ditentukan oleh lingkungan keluarga, orang tua dan orang-orang terdekat dalam keluarganya, kini guru yang mempunyai peran besar dalam membantu siswa untuk menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik. Hal ini mengandung arti bahwa lingkungan keluarga, sekolah dan bahkan lingkungan teman sebayanya secara bersama-sama akan mewarnai penyelesaian tugas perkembangan anak.

Teori pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kognitif anak dikembangkan oleh Piaget (dalam Yudrik Jahja 2011: 115-118), skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode


(47)

utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia.

Adapun tahap-tahap perkembangan kognitif terbagi menjadi empat: 1. Tahapan Sensorimotor (0-2 tahun)

Tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spasial penting dalam enam sub-tahapan:

a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.

b. Sub-tahapan fase reaksi skema sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan behubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.

d. Sub-tahapan koordinasi rekasi sirkular sekunder , muncul dari usia 9-12 bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai suatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau diihat dari sudut yang berbeda (permanensi objek).

e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia 12-18 bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.

f. Sub-tahapan awal representasi simbolis, berhubungan dengan terutama dengan tahapan kreativitas.


(48)

2. Tahapan Praoperasional (usia 2-7 tahun)

Prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif disaat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

3. Tahapan Operasional konkrit (usia 7-11 tahun)

Tahapan ini merupakan tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia 6-12 tahun dan mempunyai ciri yang berupa penggunaan logika yang memadai. Proses yang penting dalam tahapan ini antara lain:

a. Pengurutan yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.

b. Klarisifikasi adalah kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian ini. Anak tidak memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan beperasaan).

c. Decentering yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.


(49)

d. Reversibility adalah anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali keadaan awal. e. Konservasi yaitu memahami bahwa kuantitas, panjang, atau

jumalah benda-benda ialah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda ini.

f. Penghilangan sifat egosentrisme merupakan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.

3. Tahapan Operasional formal usia 11 tahun sampai dewasa

Tahapan operasional Formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Karakteristik tahap ini ialah diperolehnya kemampuan untuk beripikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dilihat dari faktor biologisnya, tahapan ini muncul saat pubertas, menandai masuknya kedunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.

Berdasarkan jabaran tersebut, tampak bahwa anak kelas III SD tergolong berada pada tahap operasional konkrit dimana cara berpikirnya masih memerlukan benda konkrit agar anak lebih mudah untuk memahami. Untuk mengetahui karakteristik siswa peneliti dapat mempertimbangkan hal apa saja yang dibutuhkan siswa supaya penyampain materi pelajaran dapat dengan mudah dipahami. Peneliti memberikan salah satu solusi bagi guru kelas yaitu menggunakan metode karyawisata pembelajaran untuk memperjelas materi yang


(50)

sifatnya teoristis, abstrak yang sulit dipahami oleh siswa. Dengan demikian, pembelajaran akan semakin menyenangkan, menarik, mudah dipahami oleh siswa.

E. Kerangka pikir

IPS mata pelajaran yang dikemas untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah dalam rangka mempersiapkan peserta didik dalam lingkungan sosial sebagai warga negara yang baik. Dalam pembelajarannya, IPS merupakan mata pelajaran yang mengarah pada objek dasar yang abstrak, bahan ajarnya bersifat informatif. Penyampaian pelajarannya denga metode ceramah, sehingga membuat siswa merasa bosan dalam mempelajari materi IPS, dan dianggap sebagai pelajaran yang sulit sehingga mengakibatkan hasil belajar yang rendah.

Anak kelas III SD tergolong kelas rendah, pada masa ini siswa mengenali sesuatu dan dapat mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal. Penggunaan metode karyawisata dalam mempelajaran melatih siswa untuk membangun pemahaman dari pengalaman belajarnya.

Metode karyawisata adalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu. Metode karyawisata ini bertujuan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajran diluar kelas. Metode karyawisata ini membuat belajar IPS yang selama ini


(51)

bersifat hapalan dimungkinkan dalam penyampaian materinya akan lebih menyenangkan, membuat siswa menjadi pelaku secara langsung dalam proses belajar, membuat siswa tertarik, menikmati dalam memperoleh pengetahuannya, membangun keterlibatan siswa untuk aktif, mengembangkan daya imajinasi dan penghayatan siswa terhadap peran yang dimainkannya, senang, serta antusias dalam mengikuti proses pembalajaran dilapangan. Sehingga nantinya membuat siswa terpacu dalam belajar dan hasil belajar IPS siswa akan meningkat.

F. Penelitian yang Relavan

Penelitian yang relevan antara lain:

1. Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Kelas IV SDNegeri Trucuk kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul yang disusun oleh DwiRistantipada tahun 2013. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD N Trucuk Pajangan terbukti pada siklus I ketuntasan belajar yaitu 51,72 meningkat lagi sebesar 88,45 pada siklus II.

2. Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pokok bahasan kegiatan ekonomi di kelas IV SD NEGERI 1 TIPAR dengan metode kerja kelompok yang disusun oleh Jaelani 2011. Penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran IPS pokok bahasan kegiatan ekonomi, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal


(52)

ketuntasan belajar mencapai 43, 6 meningkat menjadi 66,7 pada siklus1. Setelah dilakukan tindakan pada siklus2, ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 79,4.

G. Hipotesis Penelitian

Mengacu pada kajian teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat ditingkatkan melalui metode karyawisata pada siswa kelas III SD Negeri Kraton Yogyakarta.

H. Definisi Operasional

1. Metode Karyawisata(Field-Trip)

Metode karyawisata (Field-Trip) merupakan mengajak siswa keluar dari kelas dalam rangka belajar. Keluarnya siswa dari kelas bukannya untuk hiburan, tetapi diikat oleh tujuan dan tugas belajar. Karyawisata tidak perlu dilakukan ketempat yang jauh, bisa dilakukan ke tempat-tempat sekitar lingkungan sekolah misalnya ke kantor ke lurahan, ke ladang atau ke tempat industri sekitar sekolah dan sebagainya. Karyawisata dilakukan selama jam pelajaran saja.

2. Hasil belajar IPS

Segenap kemampuan penguasaan pengetahuan yang dicapai oleh siswa setelah terjadi proses pembelajaran IPS yang diukur


(53)

dengan menilai ranah kognitif dan dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor yang diberikan guru dari proses pembelajaran Siklus I.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2011: 20-21), penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) Perencanaan, (2) pelaksanaan & pengamatan, (3) serta merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara guru kelas dengan peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah nyata yang terjadi di kelas.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 Minggu mulai tanggal 11 Mei 2016 di SD N Kraton Yogyakarta. Dalam setting penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi geografis, SD N Kraton beralamat lengkap di Jl. Ngasem No.38 Yogyakarta dan terletak dijantung kota. Memiliki lingkungan yang cukup baik, memiliki halaman yang sempit, dan mempunyai bangunan yang cukup baik.

2. Sekolah Dasar Negeri Kraton Yogyakarta memiliki 15 pegawai, terdiri dari guru yang terdiri dari 7 guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru


(55)

tari, 1 guru olahraga, 1 guru membatik, 1 admin, 1PTT Naban Admin, 1 keperpustakaan, dan 1 TU.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek di dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas III di Sekolah dasar Negeri Kraton Yogyakarta pada tahun ajaran 2015/2016. Seluruh siswa dalam kelas berjumlah 14 siswa yang terdiri dari 5 siswa putra dan 9 siswa putri.

Sedangkan objek penelitian tindakan kelas ini terbagi menjadi dua yaitu (1) Peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS bagikelas III di SD Negeri Kraton Yogyakarta, dan (2) Metode karyawisata dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas III di Sekolah Dasar Negeri Kraton Yogyakarta.

D. Desain penelitian

Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan tahapan perencanaan, tindakan dan pengamatan serta refleksi untuk setiap siklus (Suwarsi Madya, 2007: 67). Rencana menggunakan seorang kolaborator, dan membahas satu materi pokok yaitu jual beli. Proses ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaiberikut:


(56)

Siklus I : 1. Perencanaan I. 2. Tindakan 3. Observasi I. 4. Refleksi I. Siklus II : 1. Perencanaan II.

2. Tindakan 3. observasi II 4. Refleksi II.

Gambar 2. Desain penelitian menurut Kemmis dan Taggart

Kemmis dan Mc Taggart memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang ke-2 danke-3, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan. Hasil pengamatan kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi- mencermati apa yang terjadi (reflecting). Berdasarkan refleksi tersebut kemudian disusun siklus berikutnya (jika perlu) mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, begitu seterusnya sehingga tujuan penelitian tercapai.

1 4

4

2 2

1 0

â–¼

â—„ â–º

â–¼ â–º

â—„ â–²3


(57)

Pada akhir siklus diakhiri dengan refleksi dan replanning untuk melanjutkan pada siklus berikutnya. Kegiatan dalam setiap siklusnya meliputi:

1. Siklus 1

Langkah-langkah sebagai berikut: a. Perencanaan tindakan

Perencanaan disetiap siklus disusun perencanaan pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Kegiatan perencanaan dalam penelitian ini meliputi: diskusi dengan guru terkait dengan pembelajaran IPS untuk di laksanakan dengan metode karyawisata. 1) Memperhatikan kurikulum dan silabus.

2) Menetapkan materi yang akan disampaikan melalui matode karyawisata.

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi yang akan diajarkan.

4) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

5) Mempersiapkan sumber belajar dan sarana dalam proses pembelajaran.

6) Menyusun lembar kerja dan alat evaluasi siswa. 7) Menyiapkan lembar catatan lapangan.

b. Pelaksanaan Tindakan dan observasi

Pada tahap kedua penelitian ini adalah pelaksanaan tindakan oleh guru kelas. Pelaksanaan tindakan pada prinsipnya adalah


(58)

mengimplementasikan (pelaksanaan) dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. Kegiatan guru pada tahap ini yaitu melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah direncanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru untuk mengamati aktifitas siswa selama proses pembelajaran IPS melalui metode karyawisata.

c. Refleksi

Pada tahap terakhir dalam penelitian tindakan adalah refleksi, kembali mengingat dari suatu kegiatan yang sudah dilakukan. Refleksi terjadi pada akhir siklus. Peneliti memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki pembelajaran agar sesuai dengan metode karyawisata.

Berdasarkan pemaparan di atas, pada tahap refleksi peneliti mengkaji proses, kreatifitas guru menggunakan metode karyawisata dalam pembelajaran, dan aktifitas siswa. Jika telah sesuai indikator sesuai saran dari peneliti maka guru dapat melanjutkan siklus selanjutnya sehingga memperoleh hasil yang optimal dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS. 2. Siklus II

Pelaksanaan pada siklus berikutnya untuk perbaikan dari siklus sebelumnya. Tahapan yang dilakukan sama dengan siklus sebelumnya


(59)

yaitu mulai dari proses perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dengan materi berbeda. Peneliti memperhatikan dengan seksama catatan keberhasilan dan kendala yang dihadapi pada waktu pelaksanaan tindakan kemudian menganilisis data, dengan membandingkan antara kondisi awal, kriteria ketuntasan minimal, dan kondisi diakhir siklus. Langkah selanjutnya peneliti menarik kesimpulan apakah siklus dapat dilanjutkan atau dihentikan. Siklus dihentikan jika indikator keberhasilan terpenuhi dan apabila indikator belum terpenuhi maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipergunakan peneliti untuk memperoleh data-data. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan berupa: tes, secara lebih jelasnya adalah sebagai berikut: 1. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini Jenis tes dapat digunakan dengan cara tes tertulis dengan bentuk tes objektif. Tes digunakan untuk memperoleh data pada setiap siklusnya yang berkaitan dengan materi selama proses pembelajaran IPS berlangsung.


(60)

Tujuan diberikannya tes untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPS melalui metode karyawisata pada siswa kelas III SD N Kraton. Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas dapat mengukur aspek apa yang hendak diukur. Sedangkan tes memiliki tingkat reliabilitas jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai alat dalam pengumpulan data adalah:

1. Lembar observasi

Menurut Wina Sanjaya (2009: 86), teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati atau diteliti. Oleh karena itu, observasi dilaksanakan pada proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode karyawisata pembelajaran. Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data penelitian tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPS. Maka dari itu, peneliti membuat dua lembar observasi yaitu lembar aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang akan disajikan pada tabel di bawah ini:


(61)

a. Kisi-kisi observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru

Mengajar melalui Metode Karyawisata dalam Pembelajaran IPS

Variabel Aspek yang

diamati Sub Aspek itemNo Melalui

Metode Karyawisata

Proses pembelajaran IPS melalui metode karyawisata

Guru membuka pembelajaran 1 Guru memeriksa kesiapan

siswa 2

Guru melakukan apersepsi dan

motivasi 3

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari

4

Guru membagi siswa kedalam

kelompok 5

Guru memanggil perwakilan kelompok dan memberikan LKS bersama kelompok di lapangan

6

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait hal yang belum dimengerti

7

Guru memberikan pengarahan secara umum kepada siswa tujuan kegiatan pembelajaran di lapangan

8

Guru mengajak siswa ke lapangan (di luarkelas) 9 Guru membimbing siswa dalam menyusun laporan untuk dipresentasi di depan kelas

10

Guru meminta setiap kelompok menyampaikan laporan hasil belajar (presentasi)


(62)

Guru bersama siswa membahas laporan hasil kegiatan di lapangan

12 Guru memberi penguatan terkait materi yang sudah dipelajari hari ini

13 Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dan menampilkan ringkasan materi pembelajaran

14

Guru memberikansoal evaluasi dan pesan moral 15 Guru menutup pembelajaran 16 b. Lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No

item Aspek yang diamati Ya Tidak 1. Antusias belajar siswa

2. Mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru

3. Keberanian untuk bertanya

4. Keberanian untuk mengemukakan pendapat

5. Melakukan diskusi dengan tanggung jawab

6. Bekerja sama dengan guru, anggota kelompoknya dan siswa yang lainnya 7. Mempresentasikan hasil diskusi didepan

kelas

8. Menulis (mencatat) materi yang penting 9. Berpartisipasi dalam proses pembelajaran

berlangsung

10. Keaktifan dalam menanggapi ketika proses pembelajaran


(63)

11. Melaksanakan kegiatan berdasarkan perintah guru

12. Mampu menyesuaikan (mengikuti) semua kegiatan dalam proses pembelajaran 13. Menyimpulkan proses pembelajaran 2. Lembar tes

Tes instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pelajaran (Wina Sanjaya, 2009: 99). Tes ini digunakan untuk mengukur ranah kognitif yang terkait dengan pemahaman siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda. Tes yang digunakan berjumlah 20 butir soal pilihan ganda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas III di Sekolah Dasar Negeri Kraton Yogyakarta melalui metode karyawisata. Tes dilaksanakan setelah tindakan diakhir setiap siklus dengan fokus pada kisi-kisi berikut:

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Tes Siklus I Kompetensi

dasar Materipokok Indikator Aspek Noitem Butirsoal pilihan ganda 2.3

Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah

Jual

beli Mendefinisikan pengertian penjual dan pembeli Menyebutkan siapa saja yang


(64)

kegiatan jual beli Hapalan 1,2,3 ,6,8, 15, 17 7 Menyebutkan dimana ditemui kegiatan jual beli Membedakan mana yang termasuk penjual atau pembeli dari kegiatan jual

beli Pemahaman 5,7,1 2,16, 18,1 4,19 7 Menjelaskan pentingnya jual beli Menuliskan perilaku yang benar sebagai penjual dan pembeli Memperagakan kegiatan jual beli Penerapan 9,11, 10,2 0,4,1 3 6 Menentukan hasil yang diperolehdari kegiatan jual beli


(65)

Tabel 7. Kisi-kisi Lembar Tes Siklus II Kompetensi

dasar Materipokok Indikator Aspek Noitem Butirsoal pilihan ganda 2.1Mengena l jenis-jenis pekerjaan Pekerj

aan Menyebutkanpekerjaan yang menghasilkan barang Hapalan 1,2,3 ,6,8, 15, 17 7 Menyebutkan pekerjaan yang menghasilkan jasa Mendefinisika n jenis-jenis pekerjaan di lingkungan tempat siswa Pemahaman 5,7,1 2,16, 18,1 4,19 7 Mengelompok kan jenis pekerjaan yang berdasarkan hasil yang diperoleh Penerapan 9,11, 10,2 0,4,1 6


(66)

3

G. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (Content Validity). Validitas isi ada dua macam yaitu diolah secara kualitatif dan kuantitatif, untuk penelitian ini instrumen dianalisis secara kualitatif melalui expert judgment. Berdasarkan validitas isi, dimana instrumen disesuaikan dengan kurikulum dan juga menggunakan pendapat para ahli(expert judgement)yaitu dosen ahli. Dosen ahli akan menyatakan apakah instrumen tersebut sudah bisa digunakan dalam penelitian tanpa perbaikan atau masih membutuh perbaikan.

Instrumen yang diuji validitasnya meliputi lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar tes, dan RPP. Untuk menguji validitas instrumen peneliti berkonsultasi dengan dosen ahli dibidang pembelajaran IPS. Dalam penelitian ini, untuk menguji instrumen penelitian untuk validator lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar tes dan RPP adalah Ibu Hidayati, M.Hum.


(67)

H. Teknik Analisis Data

Menurut Wina Sanjaya (2009: 106) suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk melaksanakan PTK ini analisis data lakukan dengan cara:

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif (hasil belajar) dapat di analisis secara deskriptif. Misalnya mencari nilai rata-rata, keberhasilan belajar, dan lain-lain. a. Rumus untuk menghitung persentasi ketuntasan belajar adalah

sebagai berikut:

b. Rumus untuk menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut: Keterangan:

X = Nilai rata-rata

= Jumlah semua nilai siswa = Jumlah siswa

Perhitungan persentase dengan rumus diatas harus sesuai dan memperhatikan kriteria ketuntasan belajar siswa kelas III SD N Kraton yang dikelompokan menjadi dua kategori tuntas dan tidak tuntas dengan kriteria sebagai berikut:

= 100%


(68)

Tabel 8. Kriteria Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran IPS

Kriteria Ketuntasan Kualifikasi

70 Tuntas

<70 Tidak tuntas


(69)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kraton Yogyakarta Jl. Ngasem No.38 Yogyakarta Telp. 417479. Sekolah ini berada di wilayah yang strategis. Dilihat dari segi geografis, SD N Kraton beralamat lengkap di Jl. Ngasem No. 38 Yogyakarta dan terletak dijantung kota. Memiliki lingkungan yang cukup baik, memiliki halaman yang sempit, dan mempunyai bangunan yang cukup baik.

SD N Kraton Yogyakarta memiliki 15 pegawai, terdiri dari 7 guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru tari, 1 guru olahraga, 1 guru membatik, 1 admin, 1 PTT Naban Admin, 1 keperpustakaan, dan 1 TU.

Dilihat dari segi fisiknya, secara keseluruhan SD N Kraton Yogyakarta, memiliki bangunan yang cukup baik dan cukup nyaman hanya saja berukuran kecil, serta memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah ini antaranya adalah ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang kelas, gudang, mushola, ruang guru, perpustakaan, koperasi siswa, UKS, kamar mandi dan WC, lapangan, dan tempat bermain. Secara lebih rinci akan disajikan dalam tabel di bawah ini:


(70)

Tabel 9. Sarana dan prasarana SD N Kraton Yogyakarta No Fasilitas Jumlah Kondisi

1. Ruang Kepala

Sekolah 1 Ruang kepala sekolah memiliki kondisiyang cukup baik, dimana ruangan kepala sekolah tertata rapi, bersih, dan cukup nyaman hanya saja ruangan kepala sekolah berukuran kecil, sehingga kapasitas ruangan belum maksimal. Ruang Kepala Sekolah juga belum memiliki ruangan yang khusus untuk menerima tamu.

2. Ruang Tata

Usaha 1 Ruang Tata Usaha SD Negeri KratonYogyakarta menjadi satu dengan ruang guru namun kondisi tempat duduk, meja serta lemari dokumen tertata dengan rapi disertai dengan alat tulis lengkap, komputer serta printer.

3. Ruang Kelas 6 Ruang kelas SD Negeri Kraton Yogyakarta ada 6 ruang yang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 6. Ruang kelas sebenarnya sudah sangat lengkap alat peraganya, namun kurang dimaksimalkan oleh guru. LCD hanya terdapat di kelas 1, padahal kelas tinggi sebenarnya juga membutuhkan LCD untuk membantu menerangkan kepada siswa. Ruangan kelas 1 dan kelas 5 hanya dibatasi oleh pintu sehingga suara gaduh yang ditimbulkan saat pembelajaran di kelas 1 sangat mengganggu konsentrasi siswa kelas 5 dalam menerima pembelajaran.

4. Gudang 1 Gudang memiliki kondisi yang kurang baik untuk ditempati dan menempatkan barang. Hal ini disebabkan karena ukuran gudang kecil serta berada di atas loteng sehingga sulit untuk memindahkan barang yang berat atau dalam ukuran besar. Oleh karena itu barang-barang yang tidak terpakai hanya ditaruh di bawah loteng dan menyebabkan keadaan kurang tertata rapi.

5. Mushola 1 Mushola SD Negeri Kraton Yogyakarta memiliki kondisi yang kurang baik


(71)

karena ukurannya kecil sehingga siswa harus sholat di masjid dekat sekolah agar tidak lama mengantri dan menyebabkan terlambat masuk kelas. Hanya diberikan sekat berupa triplek dan lantai dengan karpet. Alat ibadah seperti mukena dan sajadah sudah ada dan terawat dengan baik.

6. Ruang Guru 1 Ruang guru memiliki kondisi yang sangat tidak nyaman, selain sempit pencahayaan ruangan ini kurang baik. Ruang guru juga menjadi satu dengan ruang tata usaha.

7. Perpustakaan 1 Perpustakaan SD Negeri Kraton Yogyakarta memiliki kondisi fisik yang cukup baik, namun ukurannya kecil. Koleksi referensi buku sudah lengkap. Namun karena kondisi perpustakaan yang sempit sehingga tidak dapat digunakan untuk membaca banyak siswa.

8. Koperasi Siswa .

1 Koperasi siswa memiliki kondisi fisik yang kurang baik. Karena tidak memiliki ruangan khusus, hanya terdapat etalase yang ditaruh di depan kelas 1. Keberadaan koperasi sekolah juga sudah tidak berjalan dengan baik 9. UKS 1 UKS SD Negeri Kraton Yogyakarta

memiliki kondisi fisik yang cukup baik. Peralatan yang ada di UKS sudah cukup lengkap, hanya saja kurang terawat sehingga tempatnya sedikit kotor dan sempit.

10. Kamar Mandi

dan WC 2 Kamar mandi dan WC SD NegeriKraton Yogyakarta memiliki kondisi fisik yang baik dan bersih. Hanya saja di SD Negeri Kraton Yogyakarta hanya memiliki 2 kamar mandi dan WC yang digunakan untuk guru dan siswa. Di dalam kamar mandi dan WC SD Negeri Kraton Yogyakarta terdapat ember tempat air, gayung, tempat sabun serta keadaannya bersih dan sangat terang. 11. Lapangan 1 SD Negeri Kraton Yogyakarta memiliki


(72)

. lapangan yang digunakan untuk upacara dan dapat juga digunakan untuk olahraga.

12. Tempat

bermain Tempat bermain untuk anak-anak SDNegeri Kraton Yogyakarta sebenarnya cukup luas, hanya saja tempat tersebut digunakan sebagai tempat parkir bagi orang tua yang menjemput atau menunggu anaknya yang sekolah. Sehingga tempat bermain tersebut tidak dapat digunakan. Tempat bermain tersebut berupa garis untuk sundah manda.

Sumber : Dokumen SD N Kraton Yogyakarta, Tahun 2015/2016

Berdasarkan tabel di atas SD N Kraton Yogyakarta memiliki 6 ruang kelas.Setiap kelas digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Peneliti malakukan penelitian di kelas III yang terdiri dari 14 siswa dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 10. Jumlah siswa kelas III SD N Kraton Yogyakarta Tahun 2015/2016

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 5 36

2. Perempuan 9 64

Jumlah total 14 100

Sumber : SD N Kraton Yogyakarta, Tahun 2015/2016 B. Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal (Pra Tindakan)

Pra tindakan dimulai dari melaksanakan pengamatan pada 27 Januari 2016, menunjukkan bahwa para siswa tersebut merasa kesulitan belajar IPS karena cakupan pembelajaran yang luas.


(73)

konsentrasi saat pembelajaran berlangsung, siswa asyik bermain sendiri, siswa sibuk berbicara dengan teman sebangku saat pembelajaran berlangsung, siswa sering keluar diruang kelas sesukanya, dan siswa ketika disuruh di depan kelas untuk mengerjakan soal yang diberikan guru tidak mampu menjawab atau mengerjakan. Penyampaian materi guru masih dominan menggunakan ceramah atau penyampaian materi secara verbal, guru kurang memanfaatkan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar. Hasil wawancara kepada siswa yang menyebutkan bahwa IPS merupakan pelajaran yang dianggap sulit dari mata pelajaran yang lain.

Siswa jarang mendapat kesempatan untuk berbicara, komunikasi hanya berjalan satu arah. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa kelas III SD N Kraton Yogyakarta memiliki kemampuan beragam. Beberapa siswa ada yang mendapatkan nilai yang bagus dan ada yang mendapat nilai jauh dari rata-rata. Kemampuan siswa memahami materi yang berbeda-beda ada yang cepat dan ada yang lambat memahaminya. Perlu adanya metode yang secara konkrit agar memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Nilai murni tes hasil belajar IPS siswa kelas III semester I dari guru kelas disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:


(74)

Tabel 11. Murni Tes Hasil Belajar Siswa Kelas III SD N

KratonYogyakarta Mata Pelajaran IPS pada Semester I Tahun Ajaran 2015/2016

KKM Persentase Rata-rata

Kelas Nilai

T

( 70) ( 70)BT T BT Tertinggi Terendah

2 12 14% 86% 56,07 80 35

Keterangan :

KKM = Kriteria Ketuntasan Minimum T = Tuntas

BT = Belum Tuntas

Sumber: Daftar Nilai Kelas III SD N Kraton Yogyakarta, Tahun Ajaran 2014/2015

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ketuntasan siswa pada mata pelajaran IPS sebanyak 2 siswa atau 14%. Jumlah siswa yang belum tuntas adalah 12 siswa atau 86%. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 56,07. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS tergolong rendah. Di samping itu, berdasarkan nilai murni tes hasil belajar semester I terjadi kesenjangan nilai antara siswa yang memperoleh kemampuan akademik tinggi mendapat nilai baik dan beberapa siswa ada yang mendapat nilai jauh dibawah kriteria ketuntasan minimum. Peneliti disepakati guru kelas untuk menawarkan solusi untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan melihat letak geografis muda dijangkau sebagai sumber belajar. Dari hasil diskusi disimpulkan bahwa pembelajaran IPS perlu adanya metode yang inovatif, disepakati metode yang akan digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPS adalah metode karyawisata.


(75)

2. Siklus I

Siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Rabu, 11 Mei 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 dimulai pukul 07:30-08:40 WIB. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Mei 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dimulai pukul 09:15-10:20 WIB. Materi yang dipelajari pada tindakan siklus I yaitu jual beli. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama adalah sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan(planning)Siklus I

Sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar oleh guru, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Memperhatikan kurikulum dan silabus.

2) Menetapkan materi yang akan disampaikan melalui metode karyawisata yaitu jual beli.

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang materi (jual beli) yang akan diajarkan.

4) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode karyawisata.

5) Mempersiapkan sumber dan sarana dalam proses pembelajaran. 6) Menyusun lembar kerja, alat evaluasi dan soal tes siswa

dilakukan diakhir siklus.

7) Melakukan diskusi kegiatan pembelajaran bersama guru kelas. 8) Menyiapkan lembar catatan lapanngan.


(1)

191 Gambar 6. Guru membimbing

siswa dalam mengerjakan soal

evaluasi Gambar 7. Siswa mewawancarai

seorang tukang potong rambut di Alun-alun utara


(2)

192 Lampiran 18. Surat Pengantar Validasi Intrumen

192 Lampiran 18. Surat Pengantar Validasi Intrumen

192 Lampiran 18. Surat Pengantar Validasi Intrumen


(3)

193 193 193


(4)

194 Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian

194 Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian

194 Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian


(5)

195 195 195


(6)

196 196 196