Peraturan Daerah | JDIH (Jaringan Dokumentasi & Informasi Hukum) Kabupaten Pacitan

(1)

Rencana pola ruang bagi Kabupaten Pacitan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Adapun klasifikasi peruntukan lahan di Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana pengembangan kawasan lindung dan budidaya terdiri atas:

A. Kawasan Lindung, terbagi atas beberapa kawasan berikut: A.1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

dibawahnya, terdiri atas: A.1.1 Kawasan Hutan Lindung A.1.2 Kawasan Karst

A.2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas: A.2.1 Kawasan sempadan pantai

A.2.2 Kawasan sempadan sungai A.2.3 Kawasan sekitar mata air A.2.4 Kawasan sekitar SUTT

A.3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri atas: A.3.1. Kawasan cagar alam

A.3.2. Kawasan cagar budaya

A.4. Kawasan Rawan Bencana Alam, terdiri atas: A.4.1. Kawasan rawan gempa bumi

A.4.2. Kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah A.4.3. Kawasan gelombang pasang tsunami

A.4.4. Kawasan rawan banjir

A.5. Kawasan Lindung lainnya, terdiri atas: A.5.1. Kawasan ruang terbuka hijau A.5.2. Kawasan terumbu karang

B. Kawasan Budidaya, terbagi atas beberapa kawasan berikut: B.1. Kawasan peruntukan hutan produksi

B.2. Kawasan peruntukan hutan rakyat B.3. Kawasan peruntukan pertanian B.4. Kawasan peruntukan perikanan B.5. Kawasan peruntukan pertambangan B.6. Kawasan peruntukan industri

B.7. Kawasan peruntukan pariwisata

B.8. Kawasan peruntukan permukiman, terdiri atas: B.7.1 Permukiman Perkotaan

B.7.2 Permukiman Pedesaan

B.9. Kawasan peruntukan lainnya, terdiri atas: B.8.1 Kawasan andalan

B.8.2 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan Udara TNI AU Iswahyudi Rencana Penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028 sebagian besar diperuntukan sebagai hutan rakyat, hal ini disebabkan Kabupaten Pacitan memiliki kawasan hutan rakyat yang beragam seperti yang telah disebutkan pada pembahasan

terdahulu. Penggunaan lahan terbesar selanjutnya adalah fungsi budidaya, yaitu sebagai kawasan ruang terbuka hijau, pertanian dan permukiman, baik permukiman perkotaan maupun pedesaan. Adapun Rencana luasan penggunaan lahan di Kabupaten Pacitan berdasarkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut.

Ta b e l 5. 1

Eksisting Lua s Pe ng g una a n La ha n

No Pe ng g una a n La ha n Lua s (ha ) Pro se nta se (% )

1 Hutan Lebat 573,37 0,41

2 Hutan Belukar 4.583,26 3,30

3 Hutan Buatan 3.377,29 2,43

4 Kebun Rakyat 282,5 0,20

5 Kebun Campuran 34.819,72 25,05

6 Tegalan 70.884,36 51,00

7 Sawah 2x Tanam 9.295,37 6,69

8 Sawah 1x Tanam 378,81 0,27

9 Permukiman 12.979,09 9,34

10 Tanah Rusak 341,43 0,25

11 Sungai 1.375,75 0,99

12 Danau 96,25 0,07

Jumlah 138.987,20 100,00

Sumb e r: Ko mp ila si Da ta (Pe ta Da sa r: Ba ko surta na l)

Ta b e l 5. 2

Re nc a na Lua s Pe ng g una a n La ha n

No Pe ng g una a n La ha n Lua s (ha ) Pro se nta se (% )

1 Kawasan Hutan Rakyat 65.951,00 47,45

2 Cagar Alam/Cagar Budaya 1.254,13 0,9

3 Hutan Produksi 1.484,39 1,07

4 Pertanian 13.033 9,38

5 Permukiman 16.253,31 11,69

6 Ruang Terbuka Hijau/Lahan Cadangan

26.720,37 19,23

7 Lain-lain 14.291,00 10,28

Jumlah 138.987,20 100,00

Sumb e r: Ha sil Ana lsis, 2008

5

5

.

.

1

1

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

P

P

E

E

L

L

E

E

S

S

T

T

A

A

R

R

I

I

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

Dengan mengacu pada Keppres No. 32 tahun 1990 tentang Pengolahan Kawasan Lindung dan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Pacitan yang dinyatakan sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan hutan lindung dan kawasan karst 1 yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan resapan; kawasan perlindungan setempat yang terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar SUTT; kawasan suaka alam laut serta kawasan rawan bencana alam, yang terdiri atas kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah,


(2)

Pe ta 5. 1 Eksisting Po la Rua ng

kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami.

Kriteria kawasan lindung di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

1. Ka wa sa n Huta n lind ung , ditetapkan dengan kriteria:

™ kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

™ kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut.

™ kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

2. Ka wa sa n ka rst (khususnya ka rst ke la s 1), ditetapkan dengan kriteria:

™ Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap(permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi;

™ Mempunyai sungai-sungai bawah tanah yang aktif yang kumpulannya membentuk jaringan baik mendatar


(3)

maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan;

™ Gua-guanya mempunyai speleotum aktif atau peninggalan-peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata dan budaya;

™ Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan fungsi sosial , ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Ka wa sa n se m p a d a n p a nta i, ditetapkan dengan kriteria:

™ daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

™ daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

4. Ka wa sa n se m p a d a n sung a i, ditetapkan dengan kriteria:

™ daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar 3 (tiga) sampai 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;

™ daratan sepanjang tepian sungai tidak bertanggul dengan lebar 10 (sepuluh) sampai 100 (seratus) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

™ daratan sepanjang tepian sungai yang terpengaruh pasang surut air laut dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai.

5. Ka wa sa n se kita r m a ta a ir, ditetapkan dengan kriteria:

™ daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan

™ wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air.

6. Ka wa sa n se kita r SUTT, ditetapkan dengan kriteria:

™ daratan di sepanjang SUTT dengan lebar 10 (sepuluh) sampai 50 (lima puluh) meter sebagai ruang terbuka hijau;

7. Ka wa sa n c a g a r a la m , ditetapkan dengan kriteria:

™ memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya;

™ memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

™ memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia;

™ memiliki luas dan bentuk tertentu; atau

™ memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

8. Ka wa sa n c a g a r b ud a ya , ditetapkan dengan kriteria:

™ hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

™ benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;

™ benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

9. Ka wa sa n ra wa n g e m p a b um i, ditetapkan dengan kriteria:

™ berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI

10. Ka wa sa n ra wa n ta na h lo ng so r/ g e ra ka n ta na h, ditetapkan dengan kriteria:

™ memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi.

11. Ka wa sa n g e lo m b a ng p a sa ng tsuna m i, ditetapkan dengan kriteria:

™ pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 (sepuluh) sampai dengan 100 (Seratus) kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.

™ pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami.

12. Ka wa sa n ra wa n b a njir, ditetapkan dengan kriteria:

™ diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.


(4)

Pe ta 5. 2 Re nc a na Po la Rua ng

13. Ka wa sa n pe runtuka n rua ng te rb uka hija u, ditetapkan dengan kriteria:

™ berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan

™ didominasi komunitas tumbuhan.

14. Ka wa sa n te rum b u ka ra ng , ditetapkan dengan kriteria:

™ berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil yang secara bertahap membentuk terumbu karang;

™ terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling dalam 40 (empat puluh) meter; dan

™ dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat puluh) sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter.

5

5

.

.

1

1

.

.

1

1

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

Y

Y

A

A

N

N

G

G

M

M

E

E

M

M

B

B

E

E

R

R

I

I

K

K

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

B

B

A

A

W

W

A

A

H

H

A

A

N

N

N

N

Y

Y

A

A

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya merupakan daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu seperti lereng curam, tekstur agak kasar sehingga mudah lepas, rawan longsor dan erosi, batuan permukaan banyak, dan kedalaman efektif agak dangkal hingga dangkal.


(5)

5. 1. 1. 1

Kawasan Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, kawasan hutan rakyat yang termasuk hutan lindung adalah: a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng,

jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih;

b. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian paling sedikit 2.000 (dua ribu) meter di atas permukaan laut. c. kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan

oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik.

Ta b e l 5. 3

Lua s Ka wa sa n d e ng a n Ke m iring a n > 40%

KECAMATAN

KEMIRINGAN LUAS TOTAL KAW. DG KEMIRINGAN >

40%

% LUAS KECAMATAN E (41-60) F (>60)

ARJOSARI 2. 948 6. 223 9. 171 78,34 11.706,3

BANDAR 2. 996 2. 217 5. 213 44,42 11.734,1

DONOROJO 1. 543 2. 342 3. 885 35,61 10.909,2

KEBONAGUNG 3. 602 1. 331 4. 933 39,51 12.484,7

NAWANGAN 4. 150 3. 360 7. 510 60,54 12.405,6

NGADIROJO 2. 471 3. 555 6. 026 62,83 9.590,5

PACITAN 1. 318 1. 264 2. 582 33,49 7.710,8

PRINGKUKU 2. 166 1. 168 3. 334 25,08 13.292,5

PUNUNG 1. 114 2. 786 3. 900 35,84 10.880,7

SUDIMORO 2. 384 1. 576 3. 960 55,11 7.185,6

TEGALOMBO 3. 971 6. 597 10. 568 70,80 14.925,7

TULAKAN 4. 965 2. 486 7. 451 46,10 16.161,5

TOTAL 33. 628 34. 905 68. 533 49,31 138.987,2 Keterangan:

E(41-60) = Daerah agak bergunung dengan kemiringan 41-60% F (>60) = Daerah bergunung dengan kemiringan lebih dari 60%

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa wilayah yang termasuk kedalam kriteria kawasan hutan lindung dilihat dari kemiringan lahan lebih dari 40%, terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan, dengan luas total kawasan 68.533 Ha atau 49,31% dari luas total Kabupaten Pacitan (138.987,2 Ha). Kecamatan yang sebagian besar wilayahnya memiliki klerengan lebih dari

40% adalah Kecamatan Arjosari dan Kecamatan Tegalombo, dengan persentase penggunaan lahan di masing-masing kecamatan adalah sebesar 78,34% dan 70,80%.

Untuk melindungi kawasan hutan lindung, maka perlu adanya buffe r zo ne hutan lindung, dengan lebar 500 m (untuk hutan lindung yang telah ditata batasnya) atau 1.000 m (untuk hutan lindung yang belum ditata batasnya).

Sebaran lokasi dengan peruntukan lahan sebagai kawasan hutan lindung dan hutan rakyat dapat dilihat pada peta rencana kawasan hutan lindung dan hutan rakyat.

5. 1. 1. 2

Kawasan Karst

Wilayah karst Pacitan ini terbagi menjadi karst barat dan karst timur. Wilayah karst barat merupakan wilayah yang termasuk dalam ekokarst I. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1456 K/20/MEM 2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst, kriteria Kawasan Karst Kelas I yaitu :

a. Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap(permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi;

b. Mempunyai sungai-sungai bawah tanah yang aktif yang kumpulannya membentuk jaringan baik mendatar maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan; c. Gua-guanya mempunyai speleotum aktif atau

peninggalan-peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata dan budaya;

d. Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan fungsi sosial , ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan.


(6)

Pe ta 5. 3 Re nc a na Ka wa sa n Lind ung d a n Huta n Ra kya t

Wilayah Karst Pacitan Barat yang terletak di wilayah Selatan – Barat merupakan kawasan Karst kelas 1 dengan luas 21.867,80 ha (15,73% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan), sehingga di wilayah ini tidak boleh dilakukan kegiatan pertambangan Kawasan Karst diartikan sebagai wilayah singkapan batuan karbonat (batu gamping dan dolomit) yang telah dan sedang mengalami gejala karstifikasi akibat pelarutan oleh air. Satuan karst menyebar di sepanjang pantai selatan, terutama disusun oleh batugamping, yang setempat

bersifat tufan. Bukit-bukit kecil berjulang antara 20-50 meter di atas muka air laut merupakan bentukan hasil erosi, yang umumnya disusun oleh batugamping terumbu. Sungai besar yang memotong satuan ini adalah S. Baksoko, yang kelurusannya dipengaruhi oleh sistem retakan.

Adapun desa dan kecamatan yang termasuk kawasan karst 1 seperti terlihat pada peta 5.4.


(7)

Pe ta 5. 4 Re nc a na Ka wa sa n Ka rst

5

5

.

.

1

1

.

.

2

2

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

S

S

E

E

T

T

E

E

M

M

P

P

A

A

T

T

Kawasan perlindungan setempat merupakan suatu upaya dalam melindungi dan melestarikan ruang terbuka hijau di sepanjang atau disekitar kawasan sumberdaya air yang dapat bermanfaat bagi kelesatarian lingkungan. Adapun rencana pola ruang wilayah Kabupaten Pacitan yang termasuk kedalam kawasan perlindungan setempat, terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan kawasan sekitar SUTT.

5. 1. 2. 1

Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai diadakan dengan tujuan untuk melindungi kawasan pantai dari gangguan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Ketentuan kawasan lindung sempadan pantai adalah 100 m dari titik pasang tertinggi. Namun sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur 2005-2020, pantai di Kabupaten Pacitan dimasukan kedalam daerah bahaya I (satu) terhadap bencana tsunami sehingga harus memperhatikan pencegahan bahaya tsunami.


(8)

Pe ta 5. 5 Re nc a na Ka wa sa n Se m p a d a n Pa nta i

5. 1. 2. 2

Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai diarahkan bagi 5 daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Pacitan, yaitu DAS Grindulu, DAS Baksoko, DAS Lorog, DAS Pagotan dan DAS Bawur. Rencana sempadan sungai yang terletak di lingkungan yang belum terbangun diterapkan secara konsisten, yaitu:

™ Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Garis sempadan

sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

™ Garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar (DAS ≥ 500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter, sedangkan pada sungai kecil (DAS<500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.


(9)

Pe ta 5. 6 Re nc a na Ka wa sa n Se m p a d a n Sung a i

™ Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman <3 (tiga) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

™ Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman 3-20 (tiga sampai duapuluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

™ Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum >20 (duapuluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

™ Garis sempadan sungai yang terpengaruh pasang surut air laut ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai. Daerah Aliran Sungai Grindulu mempunyai wilayah paling besar yaitu meliputi sebagian wilayah 9


(10)

kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tulakan, Punung, Pringkuku, Tegalombo, Nawangan dan Bandar. Luas DAS kurang lebih 1.500 km2

dengan panjang kurang lebih 52 km. Saat ini terjadi penurunan kualitas (degradasi) fisik DAS akibat tekanan penduduk setempat berdampak terhadap perubahan tata guna lahan dengan luas lahan tegalan mencapai 80,90%.

Untuk memperbaiki konsidi DAS Grindulu, maka perlu diberlakukan kawasan perlindungan setempat bagi DAS Grindulu selebar 100 m di sepanjang Kecamatan Pacitan, Kebonagung, Arjosari, Tulakan, Punung, Pringkuku, Tegalombo, Nawangan dan Bandar dengan diberlakukannya arahan kegiatan yang dibatasi.

Untuk DAS Baksoko yang terletak di wilayah Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung dan Kecamatan Pringkuku, DAS Bawur yang terletak di wilayahKecamatan Sudimoro, DAS Pagotan yang terletak di wilayah Kecamatan Tulakan dan Kecamatan Ngadirojo, kemudian DAS Lorog yang terletak di wilayah Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Sudimoro, mendapatkan perlakuan yang sama dengan DAS Grindulu. Dengan maksud disepanjang wilayah yang dilalui oleh DAS-DAS tersebut penggunaan lahannya harus diatur sesuai dengan jenis kegiatan yang diperbolehkan dikembangkan di sepanjang sempadan sungai.

5. 1. 2. 3

Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan lindung di sekitar mata air dan air pada sumber air lainnya memiliki maksud untuk melindungi mata air dan air pada sumber air lainnya dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu dan/atau merusak kualitas air serta kelestarian fungsi mata air dan air pada sumber air lainnya. Adapun ketentuan perlindungan kawasan sekitar mata air adalah jari-jari 200 m dari titik mata air. Kabupaten Pacitan memiliki potensi mata air yang cukup banyak, yaitu sebanyak 36 buah mata air seperti pada tabel berikut.

Ta b e l 5. 4

Re nc a na Lo ka si Ka wa sa n Se kita r Ma ta A ir

NO NA MA MA TA A IR DESA KEC A MA TA N DEBIT (lt/ d t) HUJA N KEMA RA U

1 Telaga Hadi Luwih Ngadirejo 4.0 2.0

2 Surupan Plumbungan Kebonagung 20.0 7.0

3 Kali Sobo Ketepung Kebonagung 6.0 1.0

4 Sumber Maron Sugihwaras Nawangan 158.0 70.0

5 Sumber Dung Wil Sugihwaras Nawangan 50.0 23.3

6 Kali Putih I Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0

7 Kali Putih II Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0

8 Salak Jati Gunung Tulakan 0.0 0.0

9 Jlubang Jlubang Pringkuku 5.0 1.0

10 Kali Bule Candi Pringkuku 250.0 150.0

11 Kali Barong Candi Pringkuku 600.0 400.0

12 Watu lawang Wonodadi Pringkuku 4.0 1.0

13 Kali Cokel Watu Karung Pringkuku 250.0 200.0

14 Kali Sumber Dersono Pringkuku 100.0 70.0

15 Kali Kiman Dersono Pringkuku 0.0 0.0

16 Kali Sirah Dersono Pringkuku 0.0 0.0

17 Dung Wil Sugihwaras Pringkuku 50.0 23.0

18 P2AT Belah Donorojo 18.0 18.0

19 Jenggung Kalak Donorojo 2.0 1.0

20 Ngasem Sendang Donorojo 4.0 2.0

21 Waru Gendaran Donorojo 4.0 2.0

22 Dung Timo I Widoro Donorojo 75.0 70.0

23 Dung Timo II Widoro Donorojo 0.0 0.0

24 Ngoro Dowo Gedompol Donorojo 8.0 2.0

25 Dung Banteng Dolo,Sekar Donorojo 50.0 21.0

26 Gendaran Gendaran Donorojo 0.0 0.0

27 Jumbleng Pager Kidul Sudimoro 10.0 5.0

28 Papringan Pager Kidul Sudimoro 7.0 3.0

29 Joho Pager Kidul Sudimoro 4.0 1.0

30 Ngalian Pager Kidul Sudimoro 20.0 10.0

31 Tlogo Cilik Pager Kidul Sudimoro 6.0 3.0

32 Pakel Pager Kidul Sudimoro 4.0 2.0

33 Pideh Sukorejo Sudimoro 4.0 2.0

34 Dawung Sukorejo Sudimoro 5.0 2.0

35 Ngumbul Sukerejo Sudimoro 20.0 10.0

36 Ngreneng Sukorejo Sudimoro 4.0 2.0


(11)

Pe ta 5. 7 Re nc a na Ka wa sa n Se kita r Ma ta A ir

5. 1. 2. 4

Kawasan Sekitar SUTT

Dalam penetapan sempadan jaringan listrik, terutama SUTT mengacu pada Permentamben No.01.P/47/MPE/ 1992 tentang Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) untuk Penyaluran Tegangan Listrik untuk sempadan ini ditetapkan 10-50 meter dari titik tengah gawang menara.

Berdasarkan keberadaan atau lokasi Saluran Udara Tegangan Tinggi di Kabupaten Pacitan pada saat

ini, maka ditetapkan bahwa lokasi sepanjang jalur transmisi SUTT 70 KV merupakan kawasan ruang terbuka hijau. Adapun persebaran lokasi yang dinyatakan sebagai ruang terbuka hijau tersebut berlokasi di sebagian wilayah kecamatan berikut ini: 1. Kecamatan Tegalombo, yaitu sepanjang jalur

SUTT di Desa Tahunan, Desa Ploso, Desa Kemuning, Desa Kebondalem Kecamatan Bandar, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Kledung dan Desa Petungsinarang


(12)

Pe ta 5. 8 Re nc a na SUTT

2. Kecamatan Arjosari, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Kedunbendo, Desa Mangunharjo, Desa Gegeran, Desa Borang, Desa Gembong, Desa Pagutan, Desa Gunungsari

3. Kecamatan Kebonagung, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Ketepung

4. Kecamatan Pacitan, yaitu sepanjang jalur SUTT di Desa Purworejo dan Desa Nanggungan.

Dengan adanya rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Desa Sukorejo Kecamatan Sudimoro maka akan ada lokasi yang akan dilalui oleh jalur transmisi SUTT 150 KV sepanjang 45 km mulai dari

PLTU Pacitan tersebut hingga Gardu Induk (GI) di Kecamatan Pacitan. Sepanjang jalur transmisi ini juga ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau yang direncanakan akan melewati sebagian wilayah 5 (lima) Kecamatan dan 14 (14) desa, antara lain:

1. Kecamatan Sudimoro (Desa Sukorejo, Desa Pager kidul dan Desa Pager Lor)

2. Kecamatan Ngadirojo (Desa Bogoharjo, Desa Cangkring dan Desa Tanjung Lor)

3. Kecamatan Tulakan (Desa Ngumbul, Desa Bungur, Desa Tulakan dan Desa Jatigunung)


(13)

4. Kecamatan Kebonagung (Desa Ketro dan Desa Ketepung)

5. Kecamatan Pacitan (Desa Purworejo dan Desa Widoro)

Sebagian besar lahan yang dilalui oleh jalur transmisi tersebut adalah lahan hutan milik negara. Fungsi lahan di sempadan jalur SUTT adalah sebagai ruang terbuka hijau.

Pada masa mendatang, perlu diantisipasi bahwa SUTT selain dibangun dari PLTU di Sudimoro hingga ke Gardu Induk Pacitan, juga akan dibangin SUTT dari gardu induk Pacitan ke Ponorogo dan Wonogiri. Lokasi RTH sepanjang jalur SUTT dapat dilihat pada peta rencana kawasan Ruang Terbuka Hijau di sepanjang jalur SUTT.

5

5

.

.

1

1

.

.

3

3

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

S

S

U

U

A

A

K

K

A

A

A

A

L

L

A

A

M

M

D

D

A

A

N

N

C

C

A

A

G

G

A

A

R

R

B

B

U

U

D

D

A

A

Y

Y

A

A

Di Kabupaten Pacitan, kawasan suaka alam dan cagar budaya terdiri dari:

1. Kawasan Cagar Alam 2. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar alam merupakan kawasan memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya; memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya; memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia; memiliki luas dan bentuk tertentu; atau memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.

Adapun kawasan cagar budaya adalah kawasan dan ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi serta mempunyai nilai situs purbakala yang khas.

Pada kawasan Cagar Alam dan Cagar budaya dapat dimanfaatkan untuk keperluan:

1. penelitian dan pengembangan; 2. ilmu pengetahuan;

3. pendidikan, pelatihan, penerangan, penyuluhan;

4. kegiatan penunjang budidaya dan budaya Berdasarkan tingkat perkembangan kawasan Cagar Alam yang ada di wilayah Kabupaten Pacitan pada tahun 2028 direncanakan mencapai 1.254,13 Ha atau sekitar 0,90% dari luas keseluruhan Kabupaten Pacitan.

5. 1. 3. 1

Kawasan Cagar Alam

Kawasan cagar alam dapat pula diartikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu baik darat maupun pengairan yang memiliki fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistem didalanya, kawasan ini juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Beberapa kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar alam diantaranya :

a. Kawasan cagar alam Hutan Wisata Pacitan Indah (Kecamatan Pringkuku),

b. Kawasan cagar alam Hutan bakau (Kecamatan Ngadirojo),

c. Gua Kalak dan Gua Luweng Ombo (Kecamatan Donorojo),

d. Gua Putri, Gua Gong dan Gua Tabuhan (Kecamatan Punung),

e. Gua Kendil dan Gua Luweng Jaran (Kecamatan Pringkuku),

f. Gua Clangap (Kecamatan Kebonagung), g. Gua Pentung dan Gua Sumopuro (Kecamatan

Tulakan) dan,

h. Gua Papringan, Gua Kambil, Sukorejo (Kecamatan Sudimoro).

Disamping itu terdapat pula goa yang merupakan habitat hewan seperti burung walet dan kelelawar. Goa tersebut diantaranya Gua Butun, Gua Kayuaking, Gua Dampar, Gua Bandung, Gua Karangbolong, Gua Grinjing, Gua Ngasinan, Gua Branjang, Gua Bayutarung, Gua Srinten, Gua Guprak, Gua Seropan, Gua Ganjuran, Gua Watukurung, Gua Pandanduwur, Gua Watugudang, Gua Watulumbung, Gua Klamun, Gua Klopan, Gua Wedi Putih, Gua Curi, Gua Klopo, Gua Plantar, Gua Sawo, Gua Temon dan Gua Grebes sedangkan gua dibagian barat yang dihuni burung walet adalah GuaSirondo, Gua Singkil, Gua Princen, Gua Klatakan, Gua Ngandan dan Gua Watusingar.

5. 1. 3. 2

Kawasan Cagar Budaya

Kawasan Cagar Budaya adalah kawasan dan ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi serta mempunyai nilai situs purbakala yang khas, memiliki nilai ekonomis sehingga harus dipelihara kelestariannya serta mendapatkan perlindungan.


(14)

Pe ta 5. 9 Re nc a na Ka wa sa n C a g a r A la m

Kawasan yang direncanakan menjadi kawasan cagar budaya di Kabupaten Pacitan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok kawasan cagar budaya berdasarkan kegiatan budaya (acara adat) kelompok kawasan cagar budaya berdasarkan lokasi yang memiliki nilai bersejarah.

Kegiatan budaya yang berupa acara adat dan seni tradisional terdiri atas:

1. Upacara Ceprotan di Kecamatan Donorojo, 2. Upacara Serumbung Mojo,

3. Upacara Baritan di Kecamatan Kebonagung, 4. Upacara Badut Sinampurno,

5. Upacara Jangkrik Genggong di Kecamatan Ngadirojo,

6. Upacara adat Jrubungmojo di Kecamatan Punung,

7. Seni Tradisional Jaranan Nem/ Geduk di Kecamatan Sudimoro,

8. Seni Tradisional Tari Eklek di Kecamatan Pringkuku,

9. Seni Tradisional Kethek Ogleng di Kecamatan Nawangan,

10. Seni Tradisional Rondo Tetek, 11. Seni Tradisional Kucingan,


(15)

12. Seni Tradisional Sentewere,

13. Wayang Beber di Kecamatan Donorojo, 14. Badut Simparno di Kecamatan Tegalombo,

dan

15. Pondok Termas di Kecamatan Arjosari

Kawasan yang direncanakan menjadi kawasan cagar budaya berdasarkan nilai sejarahnya dan berhak mendapatkan perlindungan adalah sebagai berikut:

a) Monumen Palagan Tumpak Rinjing (dilokasi tersebut terjadi perang fisik antara tentara pelajar dan patroli tentara Belanda) yang terdapat di Dusun Palem, Desa Dadapan Kecamatan Pringkuku.

b) Situs Purbakala (Peninggalan yang ditemukan berupa kapak batu, anak panah dan kerangka manusia purba) yang terdapat di Song Keplek, Song Terus, Song Gupuh, Desa Wareng Kecamatan Punung.

c) Monumen, Markas, dan rute Panglima Besar Jenderal Sudirman (digunakan pada saat agresi militer II) yang terdapat di Dusun Sobo Desa Pakis Baru Kecamatan Nawangan.

d) Peninggalan prasejarah Kerajaan Wirati dan Makam Kyai Santri di Desa Punung Kecamatan Punung.

e) Tugu wathu pathok (berupa tugu yang merupakan prasasti dan dipercayai sebagai pathoknya Pulau Jawa) di Desa Watu Pathok Kecamatan Bandar

f) Batu tulis dan Makam Sutononggo di Desa Ngreco Kecamatan Tegalombo

g) Situs Bak Soka di Desa Soka Kecamatan Punung h) Makam-makam kuno: di Kecamatan Pacitan,

terdiri atas Makam Kuno Ki Ageng petung dan Notopuro di Desa Kembang, Makam Kanjeng Jimat di Kelurahan Pacitan; Makam Kuno Buwono Keling di Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung; Makam Kono Astono Genthong di Desa Dadapan Kecamatan Pringkuku; Makam Eyang Putri dan Iro Kombor di desa Bandar serta Makam Mbah Wager di Desa Watupatok Kecamatan Bandar; dan Makam Kanjeng Bayat di Desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo.

5

5

.

.

1

1

.

.

4

4

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

R

R

A

A

W

W

A

A

N

N

B

B

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

A

A

L

L

A

A

M

M

Kawasan lindung di Kabupaten Pacitan yang tergolong sebagai kawasan rawan bencana terbagi atas empat jenis kawasan, yaitu kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah, kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami, kawasan rawan banjir.

5. 1. 4. 1

Kawasan Rawan Gempa Bumi

Daerah Kabupaten Pacitan yang berada di atas lempeng India-Australia kondisinya saat ini sangat rapat karena mendapat tekanan dari lempeng Eropa-Asia. Berdasarkan hal tersebut maka seluruh wilayah Kabupaten Pacitan termasuk kedalam kawasan rawan gempa bumi.

5. 1. 4. 2

Kawasan Rawan Tanah Longsor/ Gerakan

Tanah

Adapun kawasan rawan tanah longsor/gerakan tanah di Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang memiliki kemiringan lahan lebih dari 40% dan kawasan yang memiliki jenis tanah Redzina dan litosol. Pada kawasan yang memiliki kriteria tersebut penggunaan lahan sedapat mungkin berupa hutan lindung/hutan rakyat.

5. 1. 4. 3

Kawasan Rawan Gelombang Pasang

Tsunami

Adapun kecamatan yang merupakan kawasan rawan bencana tsunami dan perlu diatur penggunaan lahannya adalah seluruh wilayah pantai di bagian selatan Kabupaten Pacitan yang memiliki kemiringan landai dan juga wilayah-wilayah yang dilalui oleh sungai-sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

5. 1. 4. 4

Kawasan Rawan Banj ir

Titik-titik rawan kejadian banjir di wilayah Kabupaten Pacitan sangat erat kaitannya dengan keberadaan sungai - sungai utama yang ada yaitu Sungai Baksoko, Sungai Lorog, Sungai Pagotan, Sungai Bawur dan terutama Sungai Grindulu. Daerah yang masuk kedalam kawasan rawan banjir adalah sebagian wilayah Kecamatan Arjosari, Pacitan dan Kebonagung.


(16)

5

5

.

.

1

1

.

.

5

5

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

L

L

A

A

I

I

N

N

N

N

Y

Y

A

A

5. 1. 5. 1

KAWASAN RUANG TERBUKA HIJAU

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang pasal 29, disebutkan bahwa yang termasuk ruang terbuka hijau adalah taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Selain itu, yang termasuk kedalam kawasan terbuka hijau yang ada di Kabupaten Pacitan dengan melihat standar Permendagri No.1 tahun 2007 pasal 6, adalah taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, hutan kota, hutan lindung, bentang alam seperti gunung bukit lembah, cagar alam, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian perkotaan, jalur dibawah SUTT, sempadan sungai dan pantai, jalur pengaman jalan, median jalan, pipa gas, pedestrian, kawasan dan jalur hijau dan daerah penyangga lapangan udara.

Hutan kota diselenggarakan dengan tujuan untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Hutan kota berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, nilai estetika dan meresapkan air, serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Ruang Terbuka Hijau pada wilayah Kota minimal seluas 30% dari luas kota, dan 20% diantaranya adalah RTH Publik dan sisanya (10%) adalah RTH privat.

Luas Kecamatan Pacitan adalah 7.848 Ha, namun yang memungkinkan untuk berkembang menjadi daerah perkotaan adalah wilayah dengan kemiringan dibawah 40%, yaitu seluas 3717 Ha. Hal ini berarti setidaknya luas ruang terbuka hijau yang seharusnya ada di Kota Pacitan minimal seluas 1115 Ha. Ruang terbuka hijau di wilayah kota, yaitu di Kecamatan Pacitan, diarahkan akan dikembangkan di alun-alun Kota Pacitan, selain itu kawasan terbuka hijau dilakukan dengan bentuk memanjang, antara lain berupa jalur peneduh jalan raya, jalur hijau di sempadan sungai, sempadan pantai dengan memperhatikan zona pengaman fasilitas/instalasi yang sudah ada, antara lain ruang bebas SUTT.

Selain itu berdasarkan Keputusan Bupati Pacitan Tanggal 22 Februari 2007 Nomor 188.45/52/408.11/2007, lokasi hutan kota Kabupaten Pacitan terdiri atas Hutan Kota Teleng Ria

yang berlokasi di pantai Teleng Ria Kabupaten Pacitan dan Hutan Kota Stadion yang berlokasi di sekitar stadion olah raga Kabupaten Pacitan. Adapun luasan yang ditetapkan untuk masing-masing lokasi secara berurutan adalah seluas 0.5 Ha dan 2 Ha.

Pada masa mendatang perlu ada perencanaan kawasan hijau (green area) baik berupa taman kota, taman toga maupun kawasan hayati lainnya yang berfungsi sebagai kawasan pendukung iklim mikro yang disesuaikan antara jumlah “supplier oksigen” dan jumlah penduduk yang mendiami suatu kawasan.

5. 1. 5. 2

KAWASAN TERUMBU KARANG

Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis dengan produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi. Terumbu karang tersusun atas beberapa jenis karang batu yang di dalamnya hidup beraneka ragam biota perairan. Ekosistem terumbu karang di Kabupaten Pacitan mencakup areal seluas 37 hektar. Adapun lokasi kawasan terumbu karang yang tersebar di pesisir Kabupaten Pacitan dikelompokan menjadi:

1. Persebaran Kawasan terumbu karang, berada di dalam lautan yang termasuk pada wilayah Kecamatan Donorojo dan Kecamatan Pringkuku dalam bentuk luasan-luasan kecil, dengan jenis karang yang terdapat di daerah ini adalah Ac ro p o ra dan Po rite s.

2. Persebaran Kawasan terumbu karang, berada di dalam lautan yang termasuk pada wilayah Kecamatan Sudimoro, Kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Tulakan berupa fring g ing re e f dengan jenis karang

Ac ro p o ra dan Po rite s. Di sekitar Lorok, Teluk Siwil Desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirejo dan di sekitar Tanjung Tiangcentakan merupakan kawasan lindung terumbu karang masing-masing seluas 2.12 Ha dan 3.93 Ha.

Untuk menghindari terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang tersebut, maka lokasi-lokasi perairan yang memiliki ekosistem terumbu karang diarahkan sebagai kawasan lindung lainnya yang berhak mendapatkan perlindungan secara hukum didalam pengelolaanya.


(17)

Pe ta 5. 10 Re nc a na Ka wa sa n Rua ng Te rb uka Hija u

5

5

.

.

2

2

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

Kawasan lindung berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, untuk itu menjaga kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung merupakan kewajiban yang harus diemban oleh setiap anggota masyarakat.

Pengelolaan kawasan lindung dilakukan dengan adanya pembatasan/pelarangan terhadap aktivitas manusia yang dapat mengganggu kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung. Berbagai kawasan lindung, baik dalam bentuk kawasan suaka

alam dan kawasan pelestarian alam maupun bentuk lindung lainnya yang telah ditetapkan, diharapkan akan mendapatkan perlindungan dan perlakuan khusus, sehingga tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai.

5

5

.

.

2

2

.

.

1

1

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

Y

Y

A

A

N

N

G

G

M

M

E

E

M

M

B

B

E

E

R

R

I

I

K

K

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

D

D

I

I

B

B

A

A

W

W

A

A

H

H

N

N

Y

Y

A

A

5. 2. 1. 1

Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung

Saat ini sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, yaitu seluas 65.951 Ha dan


(18)

terletak pada kelerengan > 40%. Dalam UU No. 41/1999, hutan rakyat dimaksudkan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal (biasa disebut masyarakat hukum adat).

Hutan rakyat pada saat ini memiliki fungsi sebagai hutan produksi dengan jumlah produksi sebesar 222.462,50 m3

pada tahun 2008. Hutan rakyat ini terletak di kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung, dilihat dari kemiringan lahan yang lebih dari 40% bahkan lebih dari 60%, kemudian dilihat pula dari struktur tanahnya yang berupa litosol dan redzina yang merupakan lapisan yang rentan dan memiliki tingkat erosi yang tinggi. Hutan lindung mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Perubahan fungsi ini memberikan salah satu dampak yang dirasakan pada musim hujan yaitu banjir, untuk itu seharusnya perlu adanya pengembalian fungsi menjadi fungsi lindung.

Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung agar dapat dikembalikan fungsinya sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, tetapi dengan tidak mengorbankan keberadaan kebun/hutan rakyat yang sudah ada antara lain:

a. Hutan rakyat yang berada pada kelerengan > 40% jika memungkinkan dialihkan menjadi milik negara (masyarakat menjual hutan rakyat tersebut ke pemerintah, atau dengan cara lain yang sah). Selanjutnya pemerintah menetapkan lahan tersebut menjadi hutan lindung (mutlak). Selanjutnya diarahkan sebagai berikut:

1) Kawasan hutan lindung yang ada saat ini dipertahankan sebagai kawasan hutan lindung.

2) Kawasan hutan lindung yang pada saat ini masih banyak memiliki lahan terbuka atau sudah tidak berhutan lagi, direkomendasikan untuk segera ditanami kembali dengan sistem

pelibatan masyarakat sekitar di dalam prosesnya sehingga dapat menjaga keutuhan hutan tersebut nantinya.

3) Pelaksanaan rehabilitasi hutan lindung dengan jenis pohon asli setempat. Penanaman dilakukan di sela-sela tanaman yang ada. Jenis pohon yang ditanam merupakan tanaman yang mempunyai tajuk rimbun dan perakaran dalam serta sebagai penghasil produk non kayu. Penggunaan jenis pohon yang diambil kayunya, dikhawatirkan apabila pada saat panen, akan ditebang sehingga menyebabkan fungsi hutan lindung yang diharapkan tidak tercapai. Kegiatan rehabilitasi ini diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sampai kondisi vegetasi pohon dominan jumlahnya. Disamping itu pemerintah kabupaten harus berupaya keras untuk menumbuhkan sektor-sektor andalan lainnya, yang secara perlahan-lahan dapat menggeser ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan;

4) Pelarangan penebangan pohon dalam kawasan hutan lindung dengan radius atau jarak sampai dengan 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur.

5) Pengendalian terhadap meluasnya perkebunan rakyat di kawasan hutan lindung dengan penegakan hukum, dan dengan melakukan kegiatan pemancangan batas, pemeliharaan batas dan mempertahankan luas dan fungsi.

6) Pemanfaatan hutan lindung dikembangkan produk bukan kayu seperti rotan dan madu yang pengelolaannya dilakukan bersama masyarakat.

7) Untuk mempertahankan fungsi lindung, hendaknya pengembangan infrastruktur di kawasan hutan lindung dibatasi. Sehingga permukiman yang telah ada ataupun

kegiatan budidaya lainnya perkembangannya dapat dibatasi.


(19)

8) Pada beberapa kawasan hutan yang memungkinkan, diusulkan kegiatan wisata alam, seperti jogging track, hiking, wisata ilmu pengetahuan dan lain-lain.

9) Agar hutan mendapat perlindungan, maka perlu adanya kegiatan sosialisasi/penyuluhan fungsi perlindungan hutan, pembuatan ilaran api, pemeliharaan sekat bakar, pengadaan sarana pemadam kebakaran, pengaturan penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam kawasan hutan.

10) Sosialisasi kawasan lindung kepada masyarakat sekitar, termasuk pemancangan papan nama dan papan larangan serta sosialisasi tentang resiko bencana.

b. Jika kawasan dengan kriteria hutan lindung telah terpenuhi namun statusnya dimiliki masyarakat, maka diarahkan sebagai berikut:

1) Kegiatan budidaya yang telah ada sebelumnya, baik berupa bangunan, budidaya pertanian, hutan rakyat, dsb, pada prinsipnya harus dikeluarkan dari kawasan dengan kriteria hutan lindung secara bertahap. Bila terpaksa harus dipertahankan keberadaannya, maka harus diupayakan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu atau diminimalkan gangguannya terhadap fungsi lindung.

2) Penebangan hasil hutan dilakukan secara terbatas.

3) Pada lahan yang saat ini sudah digunakan sebagai kegiatan pertanian dan perkebunan, Sistem Parak dapat menjadi alternatif. Sistem Parak merupakan sistem pengelolaan hutan dengan menanami kebun pepohonan campuran yang terletak di lereng-lereng di antara desa dan kawasan dengan kriteria hutan lindung. Parak memiliki keanekaragaman spesies dan kerapatan pohon yang tinggi serta dapat menghasilkan hasil hutan yang beragam untuk dijual maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

4) Teknik penanaman harus mengikuti kaidah konservasi tanah, yaitu penanaman dilakukan

sejajar kontur agar tidak menyebabkan tingkat erosi yang tinggi.

G a m b a r 5. 1

Re nc a na Ka wa sa n Huta n Lind ung

Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur, kegiatan yang dilakukan untuk menjaga keberadaan hutan lindung adalah sebagai berikut:

A. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan

menanggulangi gangguan

bencana alam terhadap hutan-hutan yang ada di Kabupaten

Pacitan meliputi: a. pemantauan

biofisik

lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam ;

b. pembuatan bangunan yang bersifat sipil teknis ; c. pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada

masyarakat;

GOA DI KAWASAN KARST KAWASAN KARST


(20)

d. penjagaan kelestarian nilai, dan fungsi hutan serta lingkungannya ;

e. penjagaan mutu, nilai, dan kegunaan hutan ;

B. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan manusia terhadap hutan dilakukan meliputi kegiatan:

a. perencanaan pengamanan hutan;

b. penyusunan organisasi pengamanan hutan; c. penyediaan sarana dan prasarana;

d. pengamanan secara preventif dan atau represif; e. sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang

kehutanan;

f. meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan;

g. melakukan pengawasan dan pengendalian;

C. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan ternak terhadap hutan dilakukan :

a. penunjukan lokasi penggembalaan ;

b. pencarian lokasi penggembalaan ternak yang lebih menguntungkan masyarakat ;

c. pencarian alternatif mata pencaharian masyarakat

5. 2. 1. 2

Pengelolaan Kawasan Karst

Kawasan Karst diartikan sebagai wilayah singkapan batuan karbonat (batu gamping dan dolomit) yang telah dan sedang mengalami gejala karstifikasi akibat pelarutan oleh air. Wilayah Karst Pacitan Barat yang terletak di wilayah Selatan – Barat merupakan kawasan Karst kelas 1, sehingga di wilayah ini tidak boleh dilakukan kegiatan pertambangan dan ditetapkan sebagai area konservasi. Karena sifat yang dimilikinya, maka kawasan yang memiliki perbukitan kars mutlak tidak bisa dilakukan eksploitasi dan diperlakukan sebagai kawasan konservasi.

Kawasan lindung karst di wilayah Kabupaten Pacitan saat ini sudah banyak yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian dan hutan rakyat. Agar kawasan lindung karst tidak menjadi lebih terganggu ekosistemnya, maka arahan pola pengelolaan kawasan karst di Kabupaten Pacitan adalah:

a. Mengembalikan fungsi kawasan karst sebagai kawasan penyimpan cadangan air tanah dengan melakukan reboisasi dan mengembangkan

penggunaan utama lahan di kawasan ini adalah ekosistem hutan lindung;

b. Untuk merubah fungsi dari pertanian menjadi kawasan lindung, maka perlu dilakukan pembinaan terhadap petani untuk menerapkan sistem pertanian konservasi

c. Potensi ekonomi kawasan karst masih dapat diberdayakan secara terbatas tanpa merusak fungsinya secara keseluruhan;

d. Untuk mempertahankan fungsi lindung, hendaknya pengembangan infrastruktur di kawasan karst dibatasi.

e. Mengembangkan kawasan karst sebagai obyek wisata budaya, serta flora dan fauna khas bernilai ekologi

f. Permukiman pedesaan yang saat ini berada di kawasan ini diupayakan untuk tidak melakukan perkembangan. Disinsentif perlu diberikan dengan meminimalkan pelayanan infrastuktur permukiman.

5

5

.

.

2

2

.

.

2

2

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

L

L

I

I

N

N

D

D

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

S

S

E

E

T

T

E

E

M

M

P

P

A

A

T

T

5. 2. 2. 1

Pengelolaan Kawasan Sempadan Pantai

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, yang dimaksud dengan kawasan lindung sempadan pantai adalah 100 m diukur dari garis pantai pada saat titik pasang tertinggi ke arah darat. Untuk kawasan pesisir bukan pantai yaitu pesisir berupa tebing dengan ketinggian tebing minimal 10 m, sempadan pantai yang berlaku juga 100 m untuk menjaga kemungkinan terjadinya longsor.

Namun pantai di Kabupaten Pacitan dimasukan ke dalam daerah bahaya I (satu) terhadap bencana tsunami. Agar kawasan pantai terlindung dari gelombang tsunami dan juga dari gangguan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai, maka penggunaan lahan di kawasan sempadan pantai di Kabupaten Pacitan dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona kawasan mangrove dan vegetasi pantai di sisi terluar, disusul dengan zona perikanan/tambak, dan zona perkebunan. Pengembangan ekosistem mangrove dan tanaman lain memiliki fungsi lain yaitu menjaga kelestarian fungsi pantai dan mengembangkan kegiatan ekonomi wilayah pesisir. Perkecualian untuk daerah pantai yang sudah digunakan untuk


(21)

pertahanan dan keamanan serta fasilitas umum penangkapan perikanan masih dapat dipertahankan namun tetap ada pembatasan didalam pengembangannya.

Untuk wilayah pantai barat Pacitan, yang sepanjang pantai sudah ditumbuhi tanaman sebagai Green Belt, sehingga ditetapkan sebagai daerah kawasan lindung dengan batasan lebar 50 m dari tepi hutan menghadap ke arah pantai atau lebar 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan yang diukur dari garis surut terendah dan titik pasang tertinggi, tidak boleh ada perubahan guna lahan di kawasan ini.

Adapun pengelolaan sempadan pantai di sepanjang wilayah selatan Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

a. Diusulkan pengembangan kegiatan pariwisata pantai dan laut, namun dengan perencanaan yang mempertimbangkan faktor keselamatan dari kemungkinan terjadinya bencana tsunami.

b. Pembatasan pengembangan infrastruktur disepanjang kawasan ini guna mengendalikan perkembangan wilayah di sepanjang pantai.

c. Kegiatan yang mengakibatkan pengurangan

(imp o und) areal mangrove harus dihentikan atau dialihkan dengan kegiatan lain yang tidak mengakibatkan pengrusakan.

d. Kegiatan yang dapat dikembangkan di pantai yang memiliki hutan bakau adalah tempat pemijahan ikan/udang, filter pencemar, dan penahan ombak/arus laut

e. Kawasan hutan mangrove yang terdegradasi perlu dilakukan rehabilitasi dengan memperhatikan zonasi vegetasi mangrove.

f. Penggunaan lahan terbatas dapat dilakukan di kawasan lindung sempadan pantai dalam bentuk pembangunan pelantar atau dermaga, TPI, fasilitas pelayanan umum lainnya yang mendukung kegiatan pariwisata dan kegiatan penangkapan ikan.

g. Penanaman vegetasi pantai (seperti keben, ketapang, cemara laut, waru laut, dll) disepanjang pantai sebagai upaya perlindungan dari bencana tsunami.

5. 2. 2. 2

Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai

Sungai, termasuk anak-anak sungai dan sungai buatan, adalah alur atau tempat atau wadah air berupa jaringan pengaliran air, sedimen, dan ekosistem yang terkait mulai dari hulu dan/atau mata air sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri di sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Rencana sempadan sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Pacitan harus diterapkan secara konsisten seperti pada pembahasan terdahulu, yaitu terbagi atas tujuh kelompok, diantaranya Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan (sempadan ≥5m), garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan (sempadan ≥3m), garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar (sempadan ≥100m) dan pada sungai kecil (sempadan ≥50m), garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman <3 (tiga) meter (sempadan ≥10m), garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman 3-20 (tiga sampai duapuluh) meter (sempadan ≥15m), sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum >20 (duapuluh) meter (sempadan ≥30m) serta garis sempadan untuk sungai yang terpengaruh pasang surut air laut (sempadan ≥100m).

G a m b a r 5. 2

Re nc a na Pe ne ta p a n Pe ng g una a n La ha n d i Se m p a d a n Sung a i Be sa r Tid a k Be rta ng g ul


(1)

tersebar di tiap kecamatan dan meningkat menjadi 61 unit apotek pada tahun 2028. Tiap apotek harus dapat melayani masyarakat dengan radius 1500 meter.

Ta b e l 5. 13

Re nc a na Ke b utuha n Fa silita s Ke se ha ta n (A p o tik) Ke c a m a ta n Ta hun

2008 2013 2018 2028

Donorojo 4 4 4 4

Punung 3 3 4 4

Pringkuku 3 3 3 3

Pacitan 6 6 7 8

Kebonagung 4 4 4 5

Arjosari 4 4 4 4

Nawangan 5 5 5 5

Bandar 4 4 4 5

Tegalombo 5 5 5 6

Tulakan 8 8 8 9

Ngadirojo 4 4 4 5

Sudimoro 3 3 3 3

Jum la h 53 53 55 61

Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008 B. Fasilitas Pendidikan

Berdasarkan proyeksi penduduk, jumlah fasilitas pendidikan untuk TK dan SMU yang ada hingga tahun 2008 dirasa kurang memenuhi kebutuhan yang ada. Jumlah kebutuhan fasilitas pendidikan pada tahun 2013 sebesar 723 sekolah yang terdiri dari TK, SD, SLTP, dan SLTA. Sedangkan pada tahun 2018 jumlah kebutuhan tersebut meningkat kembali menjadi 757 dan pada tahun 2028 menjadi 834. Penambahan jumlah kebutuhan ini perlu diiringi dengan peningkatan kualitas fasilitas pendidikan. Adapun jenis fasilitas sekolah yang direncanakan akan dikembangkan di Kabupaten Pacitan adalah:

™ SD meliputi SD negeri, SD swasta, madrasah ibtidaiyah negeri, dan madrasah ibtidaiyah swasta.

™ SLTP meliputi SLTP negeri, SLTP swasta, madarasah tsanawiyah negeri dan swasta.

™ SLTA meliputi SLTA negeri, SLTA swasta, madrasah aliyah negeri, dan madrasah aliyah swasta..

Penambahan TK di Kabupaten pacitan hingga tahun 2028 mencapai lebih dari 200% dari jumlah yang telah ada saat ini. Kebutuhan tertinggi terhadap fasilitas Taman Kanak-Kanak terdapat di Kecamatan Tulakan, yang membutuhkan penambahan fasilitas sebanyak 57 unit.

Rencana pengembangan fasilitas pendidikan Sekolah Dasar berdasarkan proyeksi perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Pacitan hingga tahun 2028 tidak membutuhkan peningkatan. Jumlah yang ada saat ini telah mencukupi kebutuhan fasilitas pendidikan dasar hingga tahun 2028.

Meskipun jumlah SD tidak memerlukan penambahan jumlah yang signifikan, namun ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu kualitas pendidikan SD yang telah ada apakah sudah memenuhi standar kualitas pendidikan atau perlu ditingkatkan. Dengan menggunakan standar minimal pelayanan fasilitas SLTP sebanyak 1 unit untuk setiap 25.000 penduduk, maka jumlah fasilitas pendidikan yang diperlukan hingga tahun 2028 adalah berjumlah 27 unit fasilitas, ini berarti jumlah fasilitas yang ada saat ini telah mencukupi kebutuhan hingga tahun 2028. Disamping itu juga dikembangkan sarana pendidikan setingkat perguruan tinggi dimana pada tahun 2008 terdapat perguruan tinggi swasta.

Ta b e l 5. 14

Re nc a na Ke b utuha n Fa silita s Pe nd id ika n (Se ting ka t TK- SD) Ke c a m a ta n TK SD

2013 2018 2028 2013 2018 2028

Donorojo 43 44 48 7 7 8

Punung 41 41 46 7 7 8

Pringkuku 34 36 39 6 6 6

Pacitan 68 72 82 11 12 14

Kebonagung 47 49 54 8 8 9

Arjosari 42 44 48 7 7 8

Nawangan 52 54 59 9 9 10

Bandar 45 47 50 7 8 8

Tegalombo 52 55 60 9 9 10

Tulakan 82 86 95 14 14 16

Ngadirojo 47 50 56 8 8 9

Sudimoro 31 32 35 5 5 6

Jum la h 584 611 672 97 102 112

Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008

Ta b e l 5. 15

Re nc a na Ke b utuha n Fa silita s Pe nd id ika n (Se ting ka t SLTP- SLTA ) Ke c a m a ta n SLTP SLTA

2013 2018 2028 2013 2018 2028

Donorojo 2 2 2 1 1 2

Punung 2 2 2 1 1 2

Pringkuku 1 1 2 1 1 1

Pacitan 3 3 3 2 2 3

Kebonagung 2 2 2 2 2 2

Arjosari 2 2 2 1 1 2

Nawangan 2 2 2 2 2 2

Bandar 2 2 2 1 2 2

Tegalombo 2 2 2 2 2 2

Tulakan 3 3 4 3 3 3

Ngadirojo 2 2 2 2 2 2

Sudimoro 1 1 1 1 1 1

Jum la h 23 24 27 19 20 22


(2)

C. Fasilitas Ekonomi

Fasilitas ekonomi saat ini yang terdapat di Kabupaten Pacitan adalah koperasi, pasar milik PEMDA, pertokoan, warung/kios, dan sebagainya. Pada tahun 2013 dan 2018 peningkatan jumlah kebutuhan warung dan pertokoan secara berturut-turut adalah sebanyak 2321 dan 2684 untuk warung, 225 dan 236 untuk pertokoan. Pada tahun 2028 kebutuhan pelayanan akan warung di lingkungan mencapai 2.684 unit, sedangkan pertokoan 265 unit.

Untuk pelayanan perekonomian skala pasar, berdasarkan standar minimal tersedia 1 buah pasar untuk setiap 30.000 penduduk, maka jumlah pasar yang seharusnya tersedia di seluruh Kabupaten Pacitan adalah sebanyak unit 19 pasar pada tahun 2013, 20 unit pada tahun 2018 dan 22 unit pada tahun 2028. Berikut tabel prediksi kebutuhan fasilitas ekonomi di setiap kecamatan hingga tahun 2028.

Ta b e l 5. 16

Re nc a na Ke b utuha n Fa silita s Eko no m i

Ke c a m a ta n Wa rung Pe rto ko a n

2008 2013 2018 2028 2008 2013 2018 2028

Donorojo 167 170 177 193 16 17 17 19

Punung 153 156 164 182 15 15 16 18

Pringkuku 133 136 142 154 13 13 14 15

Pacitan 264 271 288 327 26 27 28 32

Kebonagung 186 189 197 215 18 18 19 21

Arjosari 163 166 174 192 16 16 17 19

Nawangan 202 206 216 237 20 20 21 23

Bandar 176 179 186 201 17 17 18 20

Tegalombo 205 209 219 241 20 20 21 24

Tulakan 322 328 345 381 32 32 34 38

Ngadirojo 184 188 199 223 18 18 19 23

Sudimoro 121 123 128 138 12 12 12 13

Jum la h 2276 2321 2435 2684 223 225 236 265

Sumb e r: Ha sil Ana lisis 2008

Adapun yang terkait dengan sektor informal, direncanakan sebagai berikut:

™ Kegiatan sektor informal secara umum dapat

dialokasikan di kawasan peruntukan permukiman, khususnya pada kawasan perdagangan dan jasa.

™ Kegiatan sektor informal yang diperkirakan memberikan dampak lingkungan diarahkan untuk dialokasikan pada kawasan peruntukan ruang terbuka hijau/lahan cadangan, atau disesuaikan antara jenis kegiatan informal dengan jenis rencana peruntukan lahannya.

™ Kegiatan sektor informal harus tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan lingkungan.

5

5

.

.

4

4

.

.

9

9

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

L

L

O

O

L

L

A

A

A

A

N

N

K

K

A

A

W

W

A

A

S

S

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

U

U

N

N

T

T

U

U

K

K

A

A

N

N

L

L

A

A

I

I

N

N

N

N

Y

Y

A

A

5. 4. 9. 1

Pengelolaan Kawasan Andalan

Pengelolaan kawasan andalan pertanian, perikanan, dan pariwisata diatur sebagai berikut:

1. Rencana pengelolaan kawasan andalan pertanian merujuk pada rencana pengelolaan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 5.4.3 dan rencana pengelolaan kawasan strategis ekonomi (kawasan agropolitan) sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 6.3.

2. Rencana pengelolaan kawasan andalan perikanan merujuk pada rencana pengelolaan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 5.4.4 dan rencana pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 5.5.

3. Rencana pengelolaan kawasan andalan pariwisata merujuk pada rencana pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 5.4.7 dan rencana pengelolaan kawasan strategis sosio-kultural (kawasan pariwisata) sebagaimana dimaksud dalam Sub Bab 6.2.

5. 4. 9. 2

Pengelolaan Kawasan Keselamatan

Operasi Penerbangan (KKOP) Pangkalan

Udara TNI AU Iswahyudi

Arahan ketinggian bangunan terkait dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) sekitar Pangkalan Udara, sebenarnya banyak ditentukan oleh fungsi atau kegiatan pemanfaatan ruangnya.

Rekomendasi arahan ketinggian bangunan perlu diperhitungkan secara lebih seksama dalam rencana detail/rencana teknik, dengan memperhatikan:

™ ketinggian tempat/lokasi secara lebih akurat (dengan alat altimeter dan GPS), di mana selisih antara ketinggian lokasi dengan KKOP merupakan ketinggian yang dimungkinkan;

™ KKOP yang terkena pada lokasi yang bersangkutan, di mana untuk KKOP yang merupakan bidang datar (PHD, PHL) perhitungan selisih ketinggian dapat dihitung langsung, tetapi untuk KKOP yang merupakan bidang miring (PPLL, PT, PK) selisih ketinggian harus dihitung sesuai dengan jarak lokasi dari Pangkalan Udara;


(3)

™ fungsi/kegiatan pada lokasi tersebut (berkaitan dengan land value); aspek urban design dan/atau keindahan kota.

5

5

.

.

5

5

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

P

P

E

E

S

S

I

I

S

S

I

I

R

R

D

D

A

A

N

N

P

P

U

U

L

L

A

A

U

U

-

-

P

P

U

U

L

L

A

A

U

U

K

K

E

E

C

C

I

I

L

L

Dalam mengelola kelautan, wilayah pesisir, dan pulau-pulau kecil diperlukan adanya suatu perencanaan yang matang dalam mengalokasikan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki. Dalam setiap perencanaan diperlukan adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar sektor-sektor terkait, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat lokal.

Wilayah pesisir rmerupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai. Menurut kriteria tersebut, maka secara administratif Kabupaten Pacitan memiliki 7 kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Donorojo, Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Tulakan, Ngadirojo, Sudimoro dan 26 desa pesisir. Adapun pembagian kewenangan ke arah laut adalah:

™ 0-4 mil laut : kewenangan Pemerintah Kabupaten Pacitan

™ 4-12 mil laut : kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur

™ 12-200 mil laut : kewenangan Pemerintah Pusat

Pada wilayah Kabupaten Pacitan, terdapat 6 buah gugusan batu terpisah dari daratan yang menyerupai pulau kecil dengan karakteristik:

™ Terpisah dari pulau induk (mainland) namun jaraknya sangat dekat dengan pulau induk (< 100m)

™ Terdapat beberapa vegetasi yang hidup di atasnya

™ Penghuni hanya binatang sejenis burung, kelelawar, dan terkadang jika air surut terjadi migasi kera dari pulau induk

™ Tidak ada penduduk yang melakukan aktivitas di atasnya karena kondisi pulau yang sangat terjal dan berupa bebatuan

™ Luas pulau suah memenuhi kriteria sebagai pulau kecil (< 2000 km2)

™ Konsep pengembangan tata ruang pesisir Kabupaten Pacitan terdiri atas SWP-Pesisir Pusat, SWP-P Barat dan SWP-P Timur. Hal ini mengacu kepada:

1. Kelestarian Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Tujuan utama dari pengelolaan pesisir terpadu adalah untuk dapat dimanfaatkannya sumberdaya pesisir dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat

dan pelaksanaan pembangunan nasional, dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya pesisir di dalam memenuhi kebutuhan baik untuk generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Untuk itu, laju pemanfaatan sumberdaya pesisir harus dilakukan kurang atau sama dengan laju regenerasi sumberdaya hayati atau laju inovasi untuk menemukan substitusi non-hayati. Dalam hal ketidakmampuan manusia mengantisipasi dampak lingkungan di pesisir akibat berbagai aktivitas, maka setiap pemanfaatan harus dilakukan dengan hati-hati. Untuk menjaga keseimbangan ekologi, pemanfaatan lahan untuk kawasan lindung dan konservasi harus mendapat perhatian khusus, setelah kawasan ini terpenuhi baru ditentukan kawasan budidaya.

2. Kesesuaian Lahan

Aktivitas yang akan ditempatkan pada suatu ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus memperhatikan kesesuaian antara kebutuhan (de ma nd) dengan kemampuan lingkungan menyediakan sumberdaya (c a rrying c a p a c ity). Dengan mengacu kepada keseimbangan antara de ma nd dan

sup p ly, maka akan dicapai suatu optimasi pemanfaatan ruang antara kepentingan masa kini, masa datang serta menghindari terjadinya konflik pemanfaatan ruang. Kesesuaian lahan tidak saja mengacu kepada kriteria biofisik semata, tetapi juga meliputi kesesuaian secara sosial ekonomi dan sosial. 3. Keterkaitan Kawasan.

Interaksi antar beberapa aktivitas pada wilayah pesisir dengan kawasan daratan akan tercipta dan memungkinkan terjadinya perkembangan yang optimal antar unit-unit kawasan maupun dengan kawasan sekitarnya. Untuk itu penyusunan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dibuat sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan antar kawasan dapat saling menunjang dan memiliki keterkaitan dengan kawasan yang berbatasan.

Agar dapat menempatkan berbagai kegiatan pembangunan di lokasi sesuai secara ekologis, maka kelayakan biofisik (b io p hysic a l suita b ility) di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus diidentifikasi lebih dahulu.


(4)

Pe ta 5. 20 Re nc a na Pe ng e lo la a n Ka wa sa n Budid a ya

Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan cara mendefinisikan persyaratan biofisik (b io p hysic a l re q uire me nts) setiap kegiatan pembangunan, kemudian dipetakan. Dengan cara ini dapatlah ditentukan kesesuaian penggunaan setiap unit (lokasi) wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

5

5

.

.

5

5

.

.

1

1

R

R

E

E

N

N

C

C

A

A

N

N

A

A

T

T

A

A

T

T

A

A

R

R

U

U

A

A

N

N

G

G

S

S

A

A

T

T

U

U

A

A

N

N

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

P

P

E

E

S

S

I

I

S

S

I

I

R

R

(

(

S

S

W

W

P

P

-

-

P

P

)

)

P

P

U

U

S

S

A

A

T

T

SWP-P Pusat meliputi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Kebonagung. Pelingkupan kedua kecamatan ini ke dalam satu wilayah

SWP-P mengingat kedua kecamatan ini mengelilingi Teluk Pacitan dan aktifitas beberapa nelayan di kedua kecamatan berada di Teluk Pacitan serta memiliki potensi dan karakteristik sumberdaya yang mengarah ke pusat pengembangan ekonomi pesisir.

Secara umum sektor-sektor perekonomian di SWP-P ini dibagi menjadi kelompok sektor utama dan sektor pendukung. Sektor utama yang akan dikembangkan adalah perikanan dan pariwisata. Sektor perikanan yang dikembangkan adalah perikanan tangkap di wilayah perairan laut sepanjang pesisir Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Kebonagung sampai jarak 4 mil dari pantai.


(5)

Pusat pendaratan berada di dua lokasi, yaitu pelabuhan pendaratan ikan (PPI) bagi nelayan yang menangkap di Teluk Pacitan dan TPI wawaran bagi nelayan yang menangkap ikan di Teluk Wawaran. Seperti halnya sektor perikanan, aktivitas pariwisata juga harus mendukung upaya pelestarian lingkungan, yang berarti akan turut menjaga stok ikan diperairan laut, khususnya di Kawasan Teluk Pacitan. Lokasi pariwisata berada di dua tempat, yaitu Pantai Teleng Ria dan Pantai Ngambur.

Sektor-sektor pendukung yang direncanakan dikembangkan adalah sektor industri penyedia sarana perikanan dan pemanfaatan hasil perikanan, pabrik es, pabrik kapal, sentra pengolahan hasil perikanan, kemudian sektor perdagangan dan jasa, sektor permukiman, sektor pertanian dan kehutanan. Adapun lokasi dan peruntukan lahan di SWP-P Pusat dapat dilihat pada tabel berikut.

Ta b e l 5. 17

Re nc a na Pe ng e m b a ng a n SWP- Pe sisir Pusa t No Lo ka si Ka wa sa n Lind ung Ka wa sa n Bud id a ya

1 Desa Kembang,

Kecamatan Pacitan Sempadan Pantai Sempadan S. Grindulu Tebing Pantai Perikanan: Tambak udang swasta, TPI Kembang

Pemukiman penduduk

Pub lic a re a

2 Desa ploso,

Kecamatan Pacitan

Sempadan pantai

Pemukiman penduduk

Pub lic a re a

3 Pantai Teleng Ria, Kecamatan Pacitan Sempadan pantai Tebing pantai Pengembangan sektor pariwisata berupaL panorama sisi pantai teleng ria, wisata air, sarana olah raga, restoran dan kios cinderamata, hotel dan fasilitas umum lainnya

4 Pantai Tamperan,

Kecamatan Pacitan Sempadan pantai Sempadan Sungai Teleng Tebing pantai Perikanan: PPI Temperan, tambak percontohan, tambak udang swasta Pariwisata: kompleks pantai teleng ria Pemukiman penduduk

Pub lic a re a

5 Teluk Wawaran,

Desa Wawaran Kecamatan Kebonagung Sempadan pantau Sempadan Sungai JEtak Tebing pantai Perikanan: TPI Wawaran, Pemukiman Nelayan dan industri kapal fiber

Sumb e r: Ha sil Ana lsis 2008

5

5

.

.

5

5

.

.

2

2

S

S

A

A

T

T

U

U

A

A

N

N

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

P

P

E

E

S

S

I

I

S

S

I

I

R

R

(

(

S

S

W

W

P

P

-

-

P

P

)

)

B

B

A

A

R

R

A

A

T

T

Wilayah SWP-P Barat meliputi Kecamatan Donorojo dan

kecamatan ini memiliki potensi pariwisata yang baik dan berpeluang untuk berkembang. Sesuai dengan SWP-P Pusat, sektor-sektor perekonomian di SWP-P Barat juga dibagi menjadi kelompok sektor utama dan sektor pendukung. Sektor utama yang dikembangkan di SWP-P ini adalah pariwisata dengan lokasi-lokasi wisata pesisir berupa Pantai Srau, Pantai Watukarung dan Pantai Klayar. Sedangkan untuk sektor pendukung terdiri atas sektor perikanan tangkap baik ikan maupun biota non ikan, permukiman, pertanian dan kehutanan. Adapun lokasi dan peruntukan lahan di SWP-P Barat adalah sebagai berikut.

Ta b e l 5. 18

Re nc a na Pe ng e m b a ng a n SWP- Pe sisir Ba ra t No Lo ka si Ka wa sa n Lind ung Ka wa sa n Bud id a ya

1 Desa Candi,

Kecamatan Pringkuku

Sempadan Kali Srau dan Kali Blue Sempadan Pantai Srau Perairan Srau (Terumbu Karang) Hutan Lindung Pariwisata Perikanan: Tambak udang swasta dan TPI Kembang

Pemukiman penduduk

Pub lic a re a

2 Desa

Watukarung, Kecamatan Pringkuku Sempadan pantai Watukarung Perairan Watukarung (Terumbu karang) Perlindungan danau dan sekitarnya Perikanan: TPI Watukarung, Pengendalian pangkalan ubur-ubur Pariwisata Pemukiman penduduk

Pub lic a re a

3 Desa Sendang,

Kecamatan Donorojo Sempadan pantai Klayar Tebing pantai Perairan Pantai Klayar (terumbu karang) Hutan Lindung Perlindungan kawasan mata air Perlindungan danau dan sekitarnya

Pariwisata: panorama pantai klayar, fasilitas umum lainnya Perikanan: penangkapan lobster Pertanian dan perkebunan Permukiman penduduk

Pub lic a re a

4 Desa Widoro

Kecamatan Donorojo Tebing pantai Hutan Lindung Perlindungan danau dan Sekitarnya Pemukiman penduduk

Pub lic a re a

5 Desa Kalak,

Kecamatan Donorojo Tebing pantai Hutan Lindung Perlindungan danau dan Sekitarnya

Pariwisata goa kalak Pemukiman penduduk

Pub lic a re a

Sumber : Hasi l Anal i si s 2008

5

5

.

.

5

5

.

.

3

3

S

S

A

A

T

T

U

U

A

A

N

N

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

P

P

E

E

N

N

G

G

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

A

A

N

N

P

P

E

E

S

S

I

I

S

S

I

I

R

R

(

(

S

S

W

W

P

P

-

-

P

P

)

)

T

T

I

I

M

M

U

U

R

R

Wilayah SWP-P Timur meliputi 3 (tiga) kecamatan yang berada di pesisir timur Kabupaten Pacitan. Ketiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sudimoro, Ngadirojo dan Tulakan. Letak kota yang tidak terlalu jauh


(6)

dari pantai menyebabkan Kecamatan Ngadirojo ditetapkan sebagai pusat SWP-P Timur. Karakteristik potensi wilayah ini adalah sektor perikanan, sehingga aktivitas perikanan tangkap dan budidaya di SWP-P ini ditetapkan menjadi sektor utama dengan jenis biota yang dapat dibudidayakan di lokasi ini adalah udang, lobster, ikan kerapu, rumput laut dan lain-lain.

Sektor-sektor pendukung yang dapat dikembangkan di SWP-P Timur adalah sektor pariwisata, jasa dan perdagangan, permukiman, sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan. Adapun lokasi dan peruntukan lahan di SWP-P Timur adalah sebagai berikut.

Ta b e l 5. 19

Re nc a na Pe ng e m b a ng a n SWP- Pe sisir Tim ur No Lo ka si Ka wa sa n Lind ung Ka wa sa n Bud id a ya

1 Pantai Teluk Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo

Sempadan Pantai Sempadan Sungai

Areal tambak udang ramah lingkungan (200 ha)

Kawasan wisata pantai tawang/ teluk soge 2 Teluk Siwil, Desa

Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo

Kawasan

revitalisasi/ reboisasi mangrove (4ha) jenis Rhizo p ho ra , sp .

3 Teluk Anakan Desa

Sidomulyo, Kecamatan Ngadiarojo

Sempadan pantai Tebing pantai

TPI Tawang Budidaya Jaring Apung, Lobster dan Budidaya Rumput Laut

4 Pantai Taman, Desa

Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo

Sempadan Sungai Lorok yang menjadi sumber sedimentasi Teluk Anakan Perlindungan Sempadan Pantai

Pertambakan ramah lingkungan pada areal perkebunan kelapa

5 Tanjung

tiangcentakan, Desa Pagerkidul Kecamatan Sudimoro

Kawasan tebing/ bukit dengan tanaman akasia (penghijauan) Spot-spot terumbu karang

6 Pesisir Bawur, Desa Sukerejo,

Kecamatan Sudimoro

Sempadan pantai Tebing pantai Sempadan sungai bawur

Pertambakan udang ramah lingkungan Areal publik untuk taman wisata pesisir Sumber : Hasi l Anal i si s 2008

Pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil setiap orang secara langsung dan tidak langsung dilarang:

™ Menambang terumbu karang yang menimbulkan kerusakan ekosistem terumbu karang

™ Mengambil terumbu karang di kawasan konservasi

™ Menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan lain yang merusak ekosistem terumbu karang

™ Menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang merusak ekosistem terumbu karang

™ Menggunakan cara dan metode yang merusak ekosistem mangrove yang tidak sesuai dengan karakteristik wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

™ Melakukan konversi ekosistem mangrove di kawasan atau zona budidaya yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis pesisir dan pulau-pulau kecil

™ Menebang mangrove di kawasan konservasi untuk kegiatan industri, permukiman, dan/atau kegiatan lain

™ Menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun

™ Melakukan penambangan pasir, minyak, gas, dan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, dan/atau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya

™ melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan

kerusakan lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya.