PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Arnold Friedelm Roykho NIM 12108249010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Tekun dalam berusaha, berdoa, mengimani dan tetap mengandalkan Tuhan dalam segala hal untuk mencapai hasil yang lebih baik”


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur atas segala kebaikan yang telah diberikan Tuhan Yesus, karya ini penulis persembahkan:

1. Bapak, Ibu, Tante, Paman dan Adek-adek tercinta yang senantiasa memberikan doa, semangat yang tiada hentinya selama ini.


(7)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MELALUI METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DI KELAS V SD SURYODININGRATAN I

Oleh

Arnold Friedelm Roykho NIM 12108249010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group pada siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan lembar tes. Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada peningkatan terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I diperoleh peningkatan hasil belajar dengan nilai rata-rata siswa 73,09, siswa yang mencapai KKM adalah 11 siswa atau 52%, sementara yang tidak mencapai KKM sebanyak 10 siswa atau 48%. Sementara pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 85,33, siswa yang mencapai KKM sebanyak 19 siswa atau 90% dan yang belum tuntas sebanyak 2 siswa atau 10%. Hasil belajar pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan karena ≥80 siswa sudah mencapai KKM.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesanggupan, perlindungan dan bimbingan penulisan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Metode Diskusi Tipe Buzz Group di Kelas V SD Negeri Suryodiningratan I”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Tentu tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam penulisan skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk menyusun skripsi.

4. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan tulus membimbing penulisan skripsi.

5. Bapak Banu Setya Adi, M.Pd pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam penyelesaian studi.


(9)

6. Bapak dan Ibu Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan sebagai bekal dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Sri Wahyuni, S.Pd.SD selaku kepala sekolah SD Negeri Suryodiningratan I yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti.

8. Ibu Ely Janawati, S.Pd.SD guru kelas V SD Negeri Suryodiningratan I yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

9. Siswa kelas V SD Negeri Suryodiningratan I yang telah meluangkan waktu dan bekerja sama dengan baik.

10. Kedua orang tuaku, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa dan materil selama menempuh pendidikan.

11. Tanteku Mairiani Sirileleu, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa dan materil selama menempuh pendidikan.

12. Pamanku Rongan Sirileleu, terimakasih sudah memberikan dukungan, doa dan materil selama menempuh pendidikan.

13. Trifena Keke Kojong, terimakasih telah membantu penulis dan memberikan dorongan semangat.

14. Laila Jannatin Husna, terimakasih dengan penuh kesabaran mendampingi dan membantu serta selalu menyemangati dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

15. Teman-teman kampus II Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penulisan skripsi.


(10)

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Mata Pembelajaran PKn ... 11

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 11

2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 13

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 14

4. Standar Isi Mata Pelajaran PKn ... 15


(12)

1. Pengertian Metode Diskusi ... 15

2. Keuntungan Dan Kelemahan Metode Diskusi ... 20

B. Metode Diskusi Tipe Buzz Group ... 22

C. Kajian Tentang Hasil Belajar ... 28

2. Pengertian Hasil Belajar ... 32

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 32

D. Kerangka Pikir... 35

E. Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Setting Penelitian ... 38

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Desain Penelitian ... 39

E. Rencana Tindakan Penelitian ... 41

F. Teknik Pengumpulan data ... 45

G. Instrumen Penelitian ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 50

I. Kriteria Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ... 53

B. Hasil Penelitian ... 55

C. Pembahasan ... 79

D. Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan dan Saran ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 15

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru Dalam Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group ... 47

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Tes ... 49

Tabel 4. Sarana dan Prasarana SDN Suryodiningratan I ... 53

Tabel 5. Data Guru dan Karyawan SDN Suryodiningratan I... 54

Tabel 6. Jumlah Siswa Kelas V SDN Suryodiningratan I TA 2015/2016 ... 54

Tabel 7. Data Awal Hasil Belajar PKn Sebelum Tindakan ... 56

Tabel 8. Data Hasil Belajar Siklus I ... 63

Tabel 9. Hasil Refleksi Siklus I... 66

Tabel 10. Data hasil Belajar Siklus II ... 74


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Formasi Kelas Diskusi Kelompok Kecil Tipe Buzz Group ... 25 Gambar 2. Alur Penelitian... 37 Gambar 3. Siklus PTK Menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 38 Gambar 4. Diagram Batang Peningkatan hasil Belajar Siswa Pra Tindakan

dan Siklus I ... 64 Gambar 5. Perbandingan Peningkatan Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Pra

Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 78 Gambar 6. Diagram Peningkatan Jumlah Siswa yang Mencapai KKM ... 79


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran ... 90

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 123

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 128


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang pembelajaran yang memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap manusia. Mata pelajaran PKn mengandung ilmu pembelajaran mengenai perilaku, etika dan moral kehidupan serta masih banyak hal lainnya yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pembelajaran PKn dijadikan sebagai wadah bagi anak bangsa untuk membentuk karakter yang akan berguna bagi lingkungan sekitar baik masyarakat ataupun bangsa dan negara. Selain itu PKn berperan juga untuk membantu individu melestarikan budaya-budaya yang ada.

Mata pelajaran Pkn merupakan mata pelajaran yang di dalamnya mencakup materi-materi yang mengarah pada pembentukan nilai kepribadian peserta didik. Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 2 menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Standar Isi PKn SD juga disebutkan bahwa mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila UUD 1945.


(17)

Sunarso, dkk (2013: 14), menjelaskan bahwa Pkn yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental yang bersifat cerdas dan penuh tanggungjawab pada peserta didik dengan perilaku yang (a) beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esadan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa, (b) berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (c) sikap rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara, (d) bersikap perofesional yang dijiwai oleh kesadaran belanegara, serta (e) aktif memanfaatkan ilmu dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara.

Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat diukur melalui hasil belajar. Melalui pengukuran hasil belajar dapat pula diketahui tingkat keberhasilan siswa. Hasil belajar siswa dapat dikatakan baik dan optimal dalam mencapai keberhasilan belajar jika hasil belajar siswa tersebut sudah mencapai tujuan pemebelajaran. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran dibutuhkan sebuah metode yang dapat memberikan dampak bagi siswa dan hasil belajar yang baik dari proses belajar mengajar.

Dalam upaya pencapaian keberhasilan belajar yang optimal dibutuhkan sebuah metode yang tepat. Pupuh Fathurrahman (2007) (Via Hamruni (2011: 7) metode secara harafiah berarti cara. Secara umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu


(18)

keterampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Pemilihan dan penerapan strategi serta metode pembelajaran harus sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan siswa, agar siswa dapat berperan aktif. Dalam memilih metode pembelajaran guru harus bisa memilih metode yang tepat dan yang dapat menjadikan proses pembelajaran lebih efektif, sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat diikuti dan dipahami siswa dengan baik. Jadi metode merupakan suatu strategi yang fungsinya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat maka hasil belajar pun akan efektif serta keefektifan pencapaian tujuan pembelajaran.

Hasil belajar merupakan perolehan dari suatu proses aktivitas yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Reigeluth sebagaimana yang dikutip Keller dalam (Rusmono, 2012: 7-8), semua akibat yang terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda merupakan hasil belajar. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan akibat yang diinginkan dan bisa juga berupa akibat nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman penelitian dilapangan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan relatif masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, seperti pada mata


(19)

pelajaran IPS dan matematika, peneliti melihat keterlibatan dan pemahaman siswa dalam memahami materi tersebut terlihat siswa merespon baik, karena media yang dibutuhkan yang berhubungan dengan materi terdapat di dinding kelas tersebut namun masih terbatas. Lain halnya dengan kegiatan pembelajaran PKn, peneliti melihat guru lebih sering menjelaskan materi dengan berceramah dan jarang melakukan tanya jawab dan memberikan tugas kelompok, namun kondisi diskusi saat diskusi kelompok terlihat siswa kurang berpartispasi dalam menyampaikan pendapat ataupun ide-ide. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti melihat ada hubungan erat antara keaktifan, situasi dan keadaan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Jika keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dipahami dan diperoleh dengan baik, maka baik pula hasil belajar yang diperoleh siswa.

Hasil belajar di kelas V SD Suryodiningratan I dikatakan masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari analisis yang dilakukan peneliti terhadap hasil belajar siswa yang diperoleh dari tugas harian (H), pekerjaan rumah (PR) dan tugas (TGS). Dari analisis hasil belajar siswa menunjukkan bahwa dari 21 siswa, diketahui yang mencapai KKM sebanyak 9 siswa sementara 12 siswa belum mencapai KKM. Nilai rata-rata siswa adalah 65,85. Kriteria ketuntasan minimum pada mata pelajaran PKn kelas V adalah 75. Jika siswa mendapat nilai ≤75 maka siswa belum mencapai KKM, namun jika siswa mendapat nilai ≥75 maka siswa tersebut dinyatakan mencapai KKM. Sebanyak 12 siswa atau 57% siswa yang belum mencapai KKM tentu hasil belajar siswa masih tergolong rendah.


(20)

Rendahnya hasil belajar siswa diduga dari penggunaan metode yang digunakan guru. Dari hasil observasi pembelajaran guru terlihat penggunaan metode ceramah membuat siswa lebih banyak diam dan tidak berpartisipasi karena guru lebih banyak menjelaskan materi dengan berceramah dibandingkan melakukan tanya jawab sebagai tolak ukur untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, sehingga siswa terlihat diam dan tidak ada keberanian untuk bertanya. Guru hanya duduk di kursinya untuk memperhatikan siswa. Hal yang terjadi adalah banyak siswa yang tidak meperhatikan guru dan beberapa siswa yang ditegur. Guru hanya menegur di kursi guru saja tanpa mendekati siswa tersebut, sehingga beberapa menit kemudian siswa yang ditegur kembali tidak memperhatikan guru. Beberapa siswa malah menggambar di kertas kosong, bahkan ada siswa yang di belakang bercerita bersama teman sebangkunya. Siswa kadang disuruh untuk mencatat materi dari buku paket kemudian mengerjakan tugas yang diberikan guru. Tentu pemahaman siswa hanya sebatas mengetahui petunjuk dari buku saja jika guru tidak menjelaskan apa yang seharusnya dikerjakan siswa.

Guru juga memberikan siswa tugas kelompok yang terdapat pada LKS. Selama diskusi kelompok, guru jarang melakukan tanya jawab dan juga jarang memantau hasil kerja kelompok siswa. sehingga sebagian siswa tidak mau bergabung dengan kelompoknya, malah bercerita sama temannya. Guru lebih sering duduk di tempat duduknya. Ketika tugas kelompok selesai, guru langsung menyuruh siswa untuk mengumpulkan tugas. Guru langsung


(21)

menyimpulkan mengenai hasil tugas kelompok tanpa membahas hasil dari tugas masing-masing kelompok. Hal ini tentu membuat siswa kurang paham, apakah hasil tugas kelompoknya sudah benar atau belum. Tindakan ini membuat siswa jarang bertanya hal-hal yang tidak diketahui serta usulan, ide ataupun pendapat dari siswa tersebut. Tanpa adanya pancingan dari guru tentu membuat siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran serta keberanian dalam menyampaikan ide-ide ataupun pendapat siswa tersebut. Penggunaan metode dan pendekatan yang kurang menarik perhatian siswa ini diduga berdampak terhadap pemahaman siswa dan hasil belajar siswa yang kurang optimal.

Hal tersebut tentu menjadi penyebab mengapa siswa masih mendapat nilai yang dibawah KKM. Oleh karena itu perlu adanya sebuah penerapan metode yang dapat mengatasi permasalahan di atas. Metode diskusi tipe buzz group yaitu suatu kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan tempat duduk diatur secara berhadapan. Metode tersebut akan digunakan dan diterapkan oleh peneliti untuk meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu metode tersebut juga memberanikan siswa untuk memberikan pendapat, memberikan saran dan kritik. Metode ini juga melatih siswa untuk menghargai pendapat serta menambah wawasan dan pengetahuan siswa. Bukan hanya itu saja tetapi hasil belajar akan berdampak baik.

Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang diharapkan dapat memahami materi dan menambah pengetahuan siswa. Penggunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran, karakter siswa akan terbentuk melalaui membiasakan diri untuk menjaga kekompakan saat bekerjasama,


(22)

menghargai pendapat, mendapat pengalaman baru, menambah pengetahuan serta menghasilkan karya baru melalui ide kelompok sehingga hal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode diartikan sebagai siasat ”penyampaian” bahan pengajaran yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta dan atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi. Metode diskusi tipe buzz group merupakan metode yang yang diusulkan oleh peneliti dan telah disetujui oleh guru kelas V SD Suryodiningratan I. Penerapan metode diskusi tipe buzz group telah di sesuaikan dengan kondisi kelas dan siswa, yang dimana siswa tidak aktif dan kurang berpartisipasi dalam mengikuti proses pembelajaran maupun kerja kelompok. Guru yang mengajar di kelas V tersebut telah bersedia untuk menerapkan metode diskusi tipe buzz group sebagai salah satu metode untuk meningkatkan hasil belajar siswa pembelajaran PKn.

Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, maka peneliti berusaha menerapkan sebuah metode untuk meningkatkan hasil belajar dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Metode Diskusi Tipe Buzz Group di Kelas V SD Suryodiningratan I”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat di identifikasi berbagai masalah sebagai berikut:


(23)

1. Penggunaan metode ceramah tanpa melakukan tanya jawab membuat siswa lebih banyak diam dan tidak aktif.

2. Guru menegur siswa hanya dimeja guru saja tanpa mendekati siswa tersebut, sehingga beberapa menit kemudian siswa kembali tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru.

3. Hasil tugas kelompok tidak dibahas secara berkelompok sehingga siswa kurang paham apakah hasil tugas kelompoknya sudah benar atau belum. 4. Guru jarang berkeliling dan memantau siswa saat menyampaikan materi

dan saat siswa mengerjakan tugas kelompok. 5. Hasil belajar PKn siswa kelas V masih rendah

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka penelitian ini dibatasi pada rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan penggunaan metode diskusi tipe buzz group dalam pembelajaran Pkn.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah, maka dapat dikaji rumusan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimana meningkatkan hasil belajar PKn melalui metode diskusi tipe buzz group di kelas V SDN Suryodiningratan I.


(24)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan di atas, maka tujuan yang dicapai untuk melaksanakan penelitian ini yaitu: meningkatkan hasil belajar PKn siswa melalui penerapan metode diskusi tipe buzz group di kelas V SD Suryodiningratan I.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini ada dua manfaat yang diperoleh yaitu, Manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini memberikan referensi dan kontribusi positif dalam keterampilan mengajar dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

2) Siswa akan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

3) Siswa dapat bekerjasama dengan rekan kelompoknya dan saling kompak dalam menyelesaikan tugas.

4) Menambah pemahaman siswa melalui interaksi diskusi dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group.


(25)

b. Bagi guru

Salah satu masukan yaitu metode diskusi tipe buzz group untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan menambah pengetahuan serta pengalaman baru melalui metode diskusi.

c. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai masukan untuk mengambil kebijakan dan melakukan pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan penambahan wawasan siswa.

a. Bagi Peneliti

1) Sebagai modal untuk meningkatkan kualitas mengajar untuk calon guru.

2) Menambah wawasan dan pengetahuan sebagai calon pengajar dimasa yang akan datang dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pembelajaran PKn

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus-menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang NKRI.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sanagat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan evaluasi di antaranya terletak pada penyelenggaraan pendidika di sekolah, di mana guru memegang peranan utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalaui proses pengajaran dalam kelas.

Mata pelajaran PKn ini merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada Pancasila, undang-undang, dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat masih belum optimal disampaikan kepada siswa.

Istilah pendidikan kewarganegaraan apabila dikaji secara mendalam berasal dari kepustakaan asing, yang meiliki dua istilah, yakni


(27)

civic education dan citizenship education. Menurut Cogan (1999: 4) yang dikutip oleh Ahmad Susanto (2013: 224-225) menjelaskan kedua istilah ini, sebagai berikut:

a) Civic education, diartikan sebagai: the foundational course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adul lives( suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga Negara muda agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya).

b) Citizhensip education atau education for citizhenship, diartikan sebagai: the more inclusive term and encompaseses both these in-school experiences as well as out-of-school or ‘non formal/informal’ learning which takes place in the family, the religious organizations, the media etc, which help to shape the totality of the citizen.

(Merupakan istilah generik yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan luar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga, dalam oraganisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, dan dalam media yang membantunya untuk menjadi warga negara seutuhnya).

Dari kedua istilah tersebut, civic education ternyata lebih cenderung digunakan dalam makna yang serupa untuk mata pelajaran di sekolah identik dengan PKn, yang memiliki tujuan utama mengembangkan siswa sebagai warga Negara yang cerda dan baik. Civic education atau pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebgai warga negar, dan secara khusus, peran pendidikan


(28)

termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses menyiapakan warga negara tersebut.

2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Sunarso (2013: 1), pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia melalui koridor”value based education”. Konfigurasi atau kerangka sistem PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: pertama, PKn dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara indonesia berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn subjek pembelajaran yang memuat dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga, PKn menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences).

Sementara Ahmad Susanto (2014: 225) mengatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia. Pendidikan kewarganegaraan diharapkan mampu membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga neara yang baik (good citizen).

Dari beberapa paparan tentang pendidikan kewarganegaraan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan sebagai wadah untuk mengembangkan dan melestarikan nilai


(29)

luhur dan moral mampu menjadikan anak didik menjadi warga negara yang baik serta mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif. Selain itu PKn juga mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa indonesia.

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran PKn menurut Suharno, dkk (2006: 18) adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarakan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dilihat dari tujuan PKn di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan PKn di sekolah adalah untuk membentuk karakter anak didik menjadi warga negara yang baik dan mampu memanfaatkan teknologi dan komunikasi dengan baik. Selain itu PKn juga menjadikan warga negara yang mau dan sadar tentang hak dan kewajiban dalam perannya membela bangsa dan negara.


(30)

4. Standar Isi Mata Pelajaran PKn

Standar isi memuat dua hal pokok. Pertama, komponen kompetensi, berupa kemampuan yang dicapai oleh peserta didik. Kedua, materi pelajaran yang harus diajarkan untuk mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang diajarkan di kelas V pada semester 2 adalah:

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Menghargai keputusan Bersama 4.2 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama

4.2 Mematuhi keputusan bersama

Berdasarkan tabel di atas, Satandar Kompetensi (SK) yang digunakan yaitu menghargai keputusan bersama. Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan mematuhi keputusan bersama.

B. Kajian Tentang Metode Diskusi 1. Pengertian Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan sebuah strategi yang dilakukan guru dalam kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penggunaan metode diskusi, setiap siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang kemudian akan berdiskusi secara bersama dalam suatu kelompok dalam menyelesaikan sautu topik. Dalam metode diskusi ini siswa akan terlatih dalam menyelesaikan permasalahan dan memberikan kesimpulan.


(31)

Menurut Abdul Majid (2014: 157) mengatakan bahwa diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen 1998). Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

Suryosubroto (2002: 179) mengatakan bahwa metode diskusi suatu cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untu mengadakan perbincangan ilmiah duna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusun sebagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Forum diskusi dapat di ikuti oleh semua siswa di dalam kelas dapat pula dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil yang perlu mendapatkan perhatian ialah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif di dalam forum diskusi.

Pendapat lain disampaikan oleh Sugihartono, dkk (2013: 83) menjelaskan bahwa metode diskusi merupakan metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta memecahkan masalah secara kelompok. Metode ini dapat mendorong siswa untuk mampu mengemukakan pendapat secara konstruktif serta membiasakan siswa untuk bersikap toleran pada pendapat orang lain.


(32)

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999: 144-145), juga mengatakan bahwa metode diskusi diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan pengajaran yang melibataktifkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik dan atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.

Dari beberapa definisi tentang metode diskusi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang dimana siswa akan diberikan sebuah masalah yang akan diselesaikan secara berkelompok. Dari metode ini tentunya semua siswa akan dilibatkan dalam memecahkan sebuah masalah bersama. Sehingga dalam penyelesaian sebuah masalah dapat dikerjakan secara bersama. Prima Sinta Utamai dan Abdul Gafur (2015: 19) berpendapat bahwa metode diskusi secara umum digunakan untuk memperbaiki cara berfikir, keterampilan komunikasi siswa dan untuk menggalakan keterlibatan siswa dalam pelajaran. Banyak sekali model diskusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Adapun beberapa jenis-jenis diskusi yang dikemukakan oleh J.J Hasibuan dan Moedjiono (2012: 20-22), sebagai berikut:

a) Whole Group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.


(33)

b) Buzz group

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dpat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah.

c) Panel

Satu kelompok kecil, biasanya 3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipinppin oleh seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dan dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni, audience tidak ikut serta dalam diskusi.

d) Syndicate group

Suatu kelompok ( kelas ) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kapada kelas; ia menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Gru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.

e) Brain Storming group

Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang


(34)

diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.

f) Simposium

Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan membacakan dimuka peserta simposium secara singkat (5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium. g) Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan subek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual.

h) Colloquium

Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari audience. Dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa atau mahasiswa menginterview manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.


(35)

Beberapa orang peserta dipinpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur meruapak setengah lingkarang dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah olah melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).

2. Keuntungan dan Kelemahan Metode Diskusi

Setiap metode merupakan strategi yang baik untuk digunakan setiap guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun disisi lain metode juga memilki kelebihan dan kelemahan. Dalam metode diskusi beberapa kelebihan dan kelemahan menurut Wina Sanjaya ( 2008: 156), diantaranya:

1) Beberapa kelebihan metode diskusi

a) Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.

b) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

c) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk mengahrgai pendapat orang lain.


(36)

a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.

b) Kadang-kadang pembahasan dala diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.

c) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai yang direncanakan.

d) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.

Melihat dari kelemahan metode diskusi tentu hal ini menjadikan proses diskusi tidak akan efektif. Namun jika kelemhan itu ditangani dengan baik maka proses diskusi juga dapat berjalan dengan baik. Untuk mengatasi beberapa kelemahan tersebut menurut Yusud Djajadisastra yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:186-187), mengemukakan saran mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah:

a) Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil, misalnya lima orang murid setiap kelompok.

b) Agar tidak menimbulkan rasa kelompk-isme ada baiknya bila untuk setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk lagi kelompk-kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran anggota-anggota kelompok.


(37)

c) Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid.

d) Mengusahakan penyesuaian yaitu dengan topik berat topik yang dijadikan pokok diskusi.

e) Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di lauar sekolah.

Dari beberapa ketentuan-ketentuan di atas, maka kelemahan metode diskusi dapat dikurangi. Tercapinya proses diskusi tergantung pada kecakapan guru dalam membimbing proses berjalannya diskusi. Jika guru membimbing diskusi dengan baik maka proses diskusi pun dapat berjalan dengan baik.

3. Metode Disukusi Tipe Buzz Group

Dalam penggunaan metode diskusi dalam kelas seringkali terjadi keramaian yang membuat situasi diskusi tidak efektif. Hal tersebut terjadi karena pengaturan ataupun pengelompokkan suatu kelompok kurang terkontrol, hal-hal yang seringkali ditemukan ialah terkadang dalam suatu kelompok tidak ada yang mau mengalah, serta tidak menerima pendapat dari kelompok lain yang akan akan memicu keributan. Metode diskusi tipe buzz group merupakan kelompok kecil yang dibagi menjadi beberapa kelompok secara merata dan dalam sebuahh kelompok akan ditunjuk beberapa untuk mebimbing kelompok masing-masing demi tercapainya kelancaran diskusi.


(38)

Suprihadi Saputro (2000: 182) mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di pertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Sementara Wina Sanjaya (2008: 157) mengatakan bahwa diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi-bagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan jumlah anggota 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.

Moejiono dan Moh. Dimyati (1993: 54), juga mengatakan jenis diskusi kelompok kecil yang beranggotakan 3-4 orang. Diskusi kelompok kecil ini dilaksanakan di tengah-tengah jam pelajaran atau akhir jam pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka isi pelajaran, memperjelas isi pelajaran, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Adapun menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono 2012: 20-21) mengatakan dikusi tipe buzz group merupakan satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan


(39)

mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi tipe buzz group merupakan diskusi kelompok kecil. Dalam setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang serta 4-5 orang. Diskusi dilaksanakan pada pertengahan ataupun diakhir pelajaran dengan tujuan menajamkan pemahaman siswa, memperjelas bahan pelajaran siswa serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh kelompok lain. Selain menajamkan pemahaman siswa tentang materi pelajaran disisi lain metode diskusi tipe buzz group juga ada hasil belajar yang diharapkan. Menurut Suprihadi Saputro, dkk (2000: 182), hasil belajar yang diharapkan dalam penggunaan metode diskusi tipe buzz group ialah: agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran. Selain itu membandingkan interprestasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat dihindarkan dari kekeliruan-kekeliruan.

Sejalan dengan pemikiran Moejiono dan Moh. Dimyati (1999: 54-55), yaitu agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang isi pelajaran. Selain itu juga untuk membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-masing individu. Sehingga dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi,


(40)

informasi, dan interpretasi. Apabila hal ini tercapai, akan menghindarkan kekeliruan dalam menangkap isi pelajaran.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang diharapkan ialah segenap individu dapat membandingkan persepsinya dari kelompok lain tentang materi pelajaran. Sehingga hal tersebut dapat saling memperbaiki pendapat dari setiap kelompok ataupun masing-masing individu.

Metode diskusi tipe buzz group merupakan kelompok sebuah kelompok kecil yang beranggotakan tidak lebih dari 5 orang. Setiap kelompok yang beranggotakan tidak lebih dari 5 tentu hal ini akan membuat semua anggota dapat terlibat aktif dalam proses diskusi. Hal ini didukung oleh Ngadiran (1981 :34) yang mengatakan bahwa buzz group sangat populer populer dikalangan siswa karena dapat digunakan dalam suasana formal maupun informal. Formasi kelompok buzz group mangarah pada formasi yang didesain oleh Moejiono dan Moh. Dimyati (1993: 55), buzz group disebut kelompok kecil dapat digambarkan dibawah ini:


(41)

G

M M M M M M M M

M M M M M M M M

M M M M M M M M

M M M M M M M M Gambar 1. Formasi kelas diskusi kelompok kcil tipe buzz group

Proses diskusi tentu akan berjalan baik jika langkah-langkah diskusi telah ditentukan secara efisien. Langkah-langkah persiapan metode diskusi tipe buzz group mengarah pada langkah-langkah melaksanakan diskusi menurut Abdul majid (2014: 160-161), diantaranya sebagai berikut:

1) Langkah persiapan

a) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.

b) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

c) Guru menentukan masalah yang akan dibahas. 2) Pelaksanaan diskusi

a) Guru memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.


(42)

b) Guru membagi dan mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa kemudian tempat duduk diatur secara berhadapan.

c) Melaksanakan diskusi tipe buzz group sesuai aturan main yang ditetapkan.

d) Guru membimbing dan berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain untuk mengawasi proses berjalannya diskusi.

e) Setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusinya di hadapan kelompok lain.

f) Guru memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

g) Guru mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang dibahas, agar pembahasan tidak melebar.

3) Menutup diskusi

a) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai hasil diskusi dengan bimbinga guru.

b) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.


(43)

C. Kajian Tentang Hasil Belajar 1. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa yang diperoleh dari tindakan atau aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dikatakan baik jika siswa tersebut dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, serta perubahan tingkah laku yang mengacu pada tercapainya tujuan pembelajaran. dalam memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan sebuah metode yang tepat artinya sesuai dengan kondisi dan keadaan kehidupan sehari-hari sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat dapat terpenuhi dalam jumlah dalam pengukuran hasil belajar di atas standar yang ada.

Menurut Purwanto (2010: 44), mengatakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata “hasil” dan “belajar” pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods).

Adapun menurut Ahmad Susanto (2014: 5) bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari


(44)

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran guru menetapkan tujuan pembelajaran. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.

Sementara menurut Rusmono (2014: 7-8) bahwa hasil belajar merupakan semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode dibawah kondisi yang berbeda. Akibat ini dapat berupa akibat yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan akibat yang diinginkan dan bisa juga berupa akibat nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

Menurut Dimyati dan Mujiono yang dikutip ( Henny Yule Astute, dkk, 114) hasil belajar merupakan dua hal yang dipandang yaitu siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan dari dua sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar suatu aktivitas atau proses yang dilakukan siswa sehingga memperoleh kemampuan melalui kegiatan belajar. Hasil belajar juga merupakan


(45)

perubahan tingkah laku yang mengarah pada tercapinya tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh juga dapat dikatakan keberhasilan dari suatu penggunaan metode pengajaran.

b. Taksonomi hasil belajar kognitif

Bloom ( Via Ngalim Purwanto, 2010: 43-47) membagi tingkat kemampuan yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu:

1) Pengetahuan

Kemampuan yang hanya meminta responden atau testee untuk mengenal atau mngetahui adanya konsep, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya. Dalam hal ini testee biasanya hanya dituntut untuk menyebutkan kembali (recall) atau menghafal saja.

2) Pemahaman

Tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.

3) Penerapan

Responden dituntut kemampuannya untuk menerapkan atau menggunakan apa yang diketahuinya dalam situasi yang baru


(46)

baginya. Dengan kata lain, aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus.

4) Analisis

Tingkat kemampuan testee atau manganalisis atau menguraikan situasi integritas atau situasi tertentu ke dalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentukannya. Hal ini dapat berupa kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimana proses terjadinya sesuatu, cara bekerjanya sesuatu, atau mungkin juga sistematikanya.

5) Sintesis

Penyusunan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam suatu bentuk yang menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya yang berupa integritas.

6) Evaluasi

Dengan kemampuan evaluasi, testee diminta untuk membuat suatu penilaian tentang suatu pernyataan, konsep, situasi, dsb. Berdasarkan suatu kriteria tertentu, kegiatan penilaian dapat dilihat dari segi tujuannya, gagasannya, cara bekerjanya, cara pemecahannya, metodenya, materinya, atau lainnya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan ada enam aspek. Dari keenam tingkatan kognitif tersebut sangat diperlukan bagi guru dalam usaha menyusun tes-tes hasil belajar yang


(47)

lebih mengacu kepada tujuan pendidikan serta acuan untuk mengembangkan instrumen penilaian.

Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil tiga aspek yang meliputi: aspek pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. Ketiga aspek tersebut yang dianggap sesuai dengan usia sekolah dasar. Sementara pada ranah afektif berupa sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group. Pada ranah psikomotorik hasil belajar siswa akan dinilai dari segi keterampilan siswa saat mengikuti proses diskusi.

Dari ketiga ranah penjelasan di atas maka dapat di simpulkan, bahwa hasil belajar merupakan hasil dari proses aktifitas yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dapat di lihat dari segi tingkah laku berpikir siswa, besikap dan perbuatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, karena hasil belajar yang baik dan optimal merupakan hasil belajar yang mencapai tujuan pembelajaran serta tujuan pendidikan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berdasarkan teori Gestalt (dalam Ahmad Susanto: 12), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh oleh dua hal, yaitu:

a. Siswa dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jamanai maupun rohani.


(48)

b. Lingkungan, yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan.

Wasliman (2007: 159) mengatakan ada dua faktor yang memepengaruhi hasil belajar diantaranya:

a. Faktor internal; faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. b. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta disik yaitu

keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian oarng tua kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku kurang baik daro orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang baik serta tercapainya tujuan pembelajaran, maka hal ini diperlukan peran guru yang baik pula. Menurut Wina Sanjaya (2008: 52), guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran dan juga memahami karakteristik siswa.


(49)

Heronimus Delu Pingge (2016: 135) berpendapat bahwa dalam memahami peserta didik maka guru akan mengetahui cara mengelola pembelajaran siswa atau dengan kata lain membelajarkan siswa. Pengelolaan pembelajaran siswa dimulai dari perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar untuk mengkur tingkat pencapaian pemahaman siswa terhadap pembelajaran.

Peningkatan hasil belajar diperlukan sebuah metode yang dapat memberikan dampak pada hasil belajar siswa yang baik. Tri Intan sari (2014: 37) mengemukakan bahwa, peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode yang tepat dan menarik dalam pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang bisa dijadikan untuk mendukung proses pembelajaran yaitu metode diskusi. Pendapat lain disampaikan oleh Dewi Anggarini ( 2015: 154) mengatakan bahwa penggunaan metode diskusi dapat mendorong dan memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar yang baik yang dicapai oleh siswa ada pengaruh dari faktor-faktor diantaranya dari segi kemampuan dan lingkungan yang ada dalam diri siswa ataupun yang ada disekitar siswa. Dalam faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi hasil belajar sangat berkaitan satu sama lain. Selain itu hasil belajar siswa juga sangat berpengaruh terhadap kualitas mengajar


(50)

guru. Metode diskusi dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

D. Kerangka Pikir

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang mengajarkan tentang nilai dan norma serta pembentukan karakter yang baik dan menjadi warga negara yang baik serta menggunakan teknologi dengan baik. Mata pelajaran PKn juga sebagai wadah pembelajaran tentang nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam mewujudkan tujuan ataupun fungsi PKn maka dibutuhkan sebuah metode yang dapat memberikan dampak positif terhadap anak didik yang nanti.

Metode merupakan strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode diskusi tipe buzz group merupak salah satu kelompk kecil yang akan diterapkan pada pembelajaran PKn yang nantinya diharapkan dapat memberikan damapak yang baik dalam peningkatan hasil belajar siswa. Dalam metode ini keterampialn siswa akan terlatih khususnya kerjasama dalam kelompok yang nantinya melatih siswa untuk lebih terampil dan partisipatif.

Metode diskusi tipe buzz group merupakan kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang kemudian siswa diatur berhadapan. Diskusi kelompok diadakan pada pertengahan pelajaran ataupun akhir pelajaran, hal ini bertujuan untuk menajamkan pemahaman siswa, penguasaan pembelajaran, mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari


(51)

kelompok lain serta mampu memberikan kesimpulan dari sebuah topik permasalahan yang telah dibahas.

Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan terjadi melalui proses pembelajaran yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta tingkat keberhasilan siswa dan pencapian tujuan pembelajaran dari hasil proses belajar mengajar. Hasil belajar yang diharapkan untuk tercapainya tujuan pembelajaran dalam penggunaan metode diskusi tipe buzz group yaitu setiap individu membandingkan persepsinya yang berbeda tentang respon terhadap pembelajaran, perbedaan pendapat dapat saling meperbaiki pengertian, persepsi, informasi dan interprestasi, serta menghargai pendapat lain, sehingga dapat menghindari kekeliuran dan hasil tujuan pembelajaran tercapai. Selain itu hasil belajar siswa juga meningkat dan memenuhi KKM khususnya peningkatan hasil belajar dan pencapaian KKM yang optimal.

Dari berbagai hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan belajar secara berkelompok akan meningkatkan partisipasi siswa. Belajar berkelompok dapat menambah keaktifan siswa, pengetahuan siswa dan proses belajar pun belajar dengan baik serta hasil belajar yang akan dicapai pun akan lebih maksimal khususnya pada mata pelajarann PKn.


(52)

Alur penelitian dapat dilihat dalam alur pemikiran di bawah ini:

Gambar 2. Alur Penelitian

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka hipotetis dalam penelitian ini adalah dengan penerapan metode diskusi tipe buzz group dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas V SD Suryodiningratan I.

Kondisi Awal

Tindakan

yang diharapkan

Rendahnya Hasil Belajar PKn Kelas V SDN Suryodiningran I

Merancang dan mempersiapkan rencana pelaksanaan metode diskusi tipe buzz group

Melaksanakan kegiatan diskusi tipe buzz group sehingga siswa dapat berpartispasi dalam diskusi kelompok

Hasil belajar Pendidikan kewarganegaraan kelas V SDN Suryodiningratan I meningkat


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisupatif, artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri namun bekerja sama dengan guru kelas yang lain. Secara partisipatif bersama-sama dengan mitra peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah (Suwarsih Madya, 2006:51-52). Penelitian ini menciptakan kolaborasi atau pasrtisipasi antara peneliti dengan guru pendamping. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian sejak perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitian.

B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di kelas V SD N Suryodiningratan I. 2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2016 pada semester II tahun ajaran 2015/2016.


(54)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Suryodiningratan I yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari laki-laki yang berjumlah 13 siswa dan perempuan 8 siswa. Penelitian yang dilakukan di kelas V SDN Suryodiningratan I dikarenakan adanya sebuah penemuan masalah yang terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Alasan dilakukannya penelitian karena berdasarkan obeservasi yang dilakukan di kelas V khususnya terhadap mata pelajaran PKn peneliti melihat bahwa hasil belajar yang dcapai dalam pembelajaran PKn masih kurang atau belum mencapai KKM.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar PKn melalui metode diskusi tipe buzz group.

D. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang terstruktur. Pada penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Wiajaya Kusuma dan Dedi Dwitagama (2011: 20-21) menyatakan model Kemmis dan McTaggart merupakan pengembangan konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan obseving (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.


(55)

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart (Wijayah Kusuma dan Dwi Tagama 2011: 21) pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dopandang satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada gambar di bawah, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus.

Keterangan:

Siklus I : 1. Perencanaan I

2.Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

Siklus II : 1. Perencanaan II

2.Tindakan dan Observasi II 3.Refleksi II

Gambar 3. Siklus PTK menurut Kemmis dan McTaggart

Dalam pelaksanaan penelitian ini, tiap siklus akan di laksankan dengan alur sebagai berikut:

1) Perencanaan I, meliputi penetapan materi pembelajaran PKn kelas V dan penetapan waktu yaitu bulan juni 2016.

2) Pelaksanaan tindakan meliputi proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group, yaitu siswa akan dibagi ke


(56)

dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan tempat duduk diatur secara berhadapan pada siswa di kelas V SDN Suryodiningratan I.

3) Observasi dilaksanakan pada saat proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa pada saat mengikuti pembelajaran dengan mnggunakan metode diskusi tipe buzz group yang di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4) Refleksi meliputi kegiatan mencari penyebab kemungkinan kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode dsikusi tipe buzz group. Berdasar penyebab kekurangan yang ada kemudian dicari solusi perbaikan untuk dilanjutkan pada siklus berikutunya.

E. Rencana Tindakan Penelitian 1. Tahap Pra Siklus

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas V SDN Suryodiningratan I, terdapat gambaran mengenai kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran PKn. Gambaran pada siswa kelas V SD menunjukan rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran PKn. Maka perlu diadakannnya penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Tahap Siklus I

Tahap pada siklus I merupakan inti dari rangkaian tahapan-tahapan penelitian ini. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah:


(57)

a. Perencanaan tindakan

Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini adalah: 1) Menemukan masalah yang ada dilapangan dengan melakukan

observasi dan wawancara dengan guru kelas.

2) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa, kemudian tempat duduk diatur secara berhadapan.

3) Peneliti bersama guru membuat rancangan cara pembagian kelompok disksusi. Setiap kelompok beranggotakan 5 siswa dan dipilih secara acak.

4) Peneliti merancang pembuatan rencana pembelajaran sesuai tindakan yang dilakukan.

5) Menyiapkan media pembelajaran.

6) Menyusun lembar observasi untuk mengamati guru saat melaksanakan kegiatan diskusi kelompok dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group.

b. Pelaksanaan tindakan

Pada pelaksanaan tindakan, guru melakukan tindakan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang dibuat dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun.


(58)

1) Melaksanakan proses pembelajaran PKn dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group, yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa, kemudian tempat duduk diatur secara berhadapan.

2) Mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran. 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dalam setiap kelompok.

5) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa.

6) Siswa melakukan kegiatan diskusi dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group sesuai yang diarahkan guru.

7) Setelah selesai diskusi masing-masing kelompok mempersentasikan hasil diskusinya .

8) Kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh kelompok.

c. Observasi

Pada tahap observasi ini dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dengan tujuan mengetahui apakah metode diskusi tipe buzz group sudah sesuai dengan yang seharusnya. Selain itu guru juga mengkaji yang berhubungan dengan kekurangan dan hambatan mengenai pelaksanaan metode diskusi tipe buzz group.


(59)

d. Refleksi

Pada tahap ini refleksi dilakukan dengan tujuan mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran. Apabila pada siklus 1 belum terlihat adanya peningkatan hasil belajar PKn seperti yang diharapkan, maka akan dilanjutkan di siklus II. Berdasarkan kekurangan yang didapat maka selanjutnya akan dicari alternatif tindakan perbaikan untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya. 3. Tahap Siklus II

Berdasarkan refleksi siklus I menyatakan bahwa mencari kemungkinan penyebab kekurangan-kekurangan pada pelaksanaan metode diskusi tipe buzz group. Pada siklus II merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya dengan melihat hasil yang telah diperoleh dari siklus sebelumnya. Pada tahapan ini dilakukan pada tahapan yang sama pada siklus sebelumnya tentang perbaikan yang mungkin belum sesuai dengan rencana pada penggunaan metode diskusi tipe buzz gorup. Penelitian akan mencermati catatan keberhasilan dan kendala yang dihadapi pada pada saat waktu pelaksanaan tindakan kemudian menganalisis data dengan membandingkan antara kondisi awal, kriteria ketuntasan minimal dan kondisi pada akhir siklus. Dengan kesimpulan jika siklus dihentikan maka indikator keberhasilan tercapai.


(60)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: 1. Observasi

Menurut Daryanto (2011: 80) menyatakan observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek yang difokuskan pada perilaku tertentu. Contohnya observasi keaktifan siswa yang diamati adalah perilaku yang memenuhi indikator aktif dalam pembelajaran. Pengamat atau observer haruslah menguasai bidang ilmu yang melandasi fenomena yang diamati.

Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung aktivitas guru saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan berdasarkan lembar observasi yang telah dibuat.

2. Tes

Zainal Arifin (2012: 226) menyatakan tes adalah suatu teknik pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Tes dapat dibedakan atas beberapa jenis, dan pembegaian jenis-jenis ini dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang.

G. Instrumen Penelitian

Dalam mengumpilkan data peneliti menggunakan lembar observasi dan tes. 1. Lembar Observasi


(61)

Observasi adalah pengamatan langsung yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2002: 133). Observasi yang digunakan adalah jenis observasi sistematis. Dalam pelaksanaan observasi sistematis mengggunakan pedoman sebagai instrumen yang akan diamati.


(62)

a. Lembar observasi aktivitas guru

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru Dalam Menggunaka Metode Diskusi Tipe Buzz Group

Variabel Aspek yang diamati Sub Aspek Nomor

Item

Jumlah Item Metode

diskusi tipe buzz group

Langkah persiapan Guru merumuskan tujuan yang ingin dicapai 1

3 Guru menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai 2

Guru menentukan masalah yang akan dibahas 3

Pelaksanaan diskusi Guru mempersiapkan segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi

kelancaran diskusi 4

7 Guru membagi dan mengarahlan siswa membentuk kelompok diskusi tipe

buzz group

5 Guru melaksanakan diskusi tipe buzz group. Siswa akan dibagi ke dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan tempat duduk diatur secara berhadapan

6 Guru membimbing dan berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lain untuk

mengawasi proses berjalannya diskusi 7

Setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusinya dihadapan kelompok lain 8 Guru memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk

mrngrluarkan gagasan dan ide-idenya 9

Guru megendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang dibahas agar pembahasan tidak melebar

10 Menutup diskusi Guru membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan dengan

melibatkan siswa 11 2

Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta

sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya 12


(63)

1. Tes

Tes merupakan sederetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran (Wina Sanjaya, 2011: 99). Tes tersebut diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukan hasis belajar yang dicapai pada setiap siklus, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode dsikusi tipe buzz group. Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada tebel di bahwah ini:


(64)

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Tes Kompetensi

Dasar

Materi Pokok

Indikator No.Soal Jumlah

Soal C1 C2 C3

Mematuhi

keputusan bersama

Keputusan bersama

Menjelaskan pengertian dari musyawarah 1, 2 2

Menjelaskan cara musyawarah untuk mufakat, voting dan aklamasi 3, 4, 5

3 Menjelaskan bunyi pasal 28E ayat 3 dalam UUD 1945 tentang

kebebasan berpendapat

6, 7

2 Menyebutkan contoh pelaksanaan hasil keputusan bersama dilingkungan

sekolah, keluarga dan masyarakat

10 8,

9 3

Menjelaskan hambatan-hambatan dalam mematuhi keputusan bersama 11, 12

13

3 Menjelaskan akibat-akibat tidak mematuhi keputusan bersama 14,

15

2 Menyebutkan serta menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam pada

sila keemapat dalam pancasila

16 1

Menyatakan sikap tanggung jawab dan kerjasama yang baik 17 18, 19, 20


(65)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitaif dan deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif diguanakan untuk mengetahui hasil penelituian yang dilakukan. Analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Adapun hasil dari analisis tersebut akan diuraikan oleh peneliti dengan kalimat-kalimat yang berbentuk deskriptif. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis dan dicari persentasenya. Sesudah itu barulah kemudian dideskripsikan secara kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitaf yang digunakan oleh peneliti yaitu pada penghitunagn hasil tes.

Data yang diperoleh dari penelitian adalah data kuantitatif. Menurut suharsimi, dkk (2010: 131) data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktifitas siswa yang mengikuti pelajaran, perhatian, antusias, dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif. Data yang diperoleh dalam bentuk kata, kemudian hasilnya ditafsirkan dalam bentuk skor atau angaka.

1. Analisis Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 84) bahwa “data penelitian yang sudah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif. Untuk data kualitatif digunakan untuk memperoleh peningkatan dalam proses


(66)

pembelajaran selama proses pembelajaran. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat untuk memperoleh kesimpulan.

2. Analisis Hasil Tes

Hasil tes akan dihitung secara kuantittif dan disajikan dalam bentuk deskriptif kuantitatif. Hasil tes pada siklus 1 akan dibandingkan dengan hasil tes siklus 2. Nilai kognitif mata pelajaran PKn di SDN Suryodiningratan 1 nilai KKMnya adalah 75. Adapun cara mengetahui kenaikan hasil belajar siswa adalah dengan menghitung persentase siswa yang berhasil memperoleh nilai KKM dari jumlah siswa di kelas itu. Hasil tes pada siklus 1 akan dibandingkan dengan hasil tes siklus 2. Jika terdapat kenaikan persentase siswa yang lulus atau yang mencapai KKM pada siklus 1 dan 2, maka dapat dikatakan penggunaan metode diskusi tipe buzz group dalam pembelajara PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Rumus untuk menghitung persentase siswa yang lulus, (Anas Sudijono, 2007: 43) sebagai berikut:

Keterangan:

P = Angka Persentase.

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (dalam hal ini adalah jumlah siswa yang mencapai nilai KKM).

N=Jumlah frekuensi/banyaknya individu dalam subyek penelitian yakni siswa kelas V SDN Suryodiningratan I.


(67)

I. Kriteria Keberhasilan

Dalam penelitian ini indikator keberhasilan adalah meningkatnya hasil belajar siswa di kelas V SDN Suryodiningratan I. Setiap kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang menunjukan peningkatan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini ditetapkan hasil kriteria keberhasilan yaitu 80% dari jumlah keseluruhan siswa mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75 yang ditentukan oleh sekolah.


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Suryodiningratan I yang berlokasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kabupaten kota Yogyakarta yang beralamat di Suryodiningratan MJ II/655. Adapun sarana dan prasarana sekolah yang terdapat di SDN Suryodiningratan I yang dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 4. Sarana dan prasarana SDN Suryodiningratan I No Jenis Ruangan Jumlah

Ruang

Kondisi Baik Rusak

Ringan

Rusak Berat

1 Ruang Kelas 6 4 2 -

2 Ruang Perpustakaan

1 1 - -

3 Ruang Kepala Sekolah

1 - 1 -

4 Ruang Guru 1 - 1 -

5 Ruang UKS dan TU

2 1 - -

6 Lab. Komputer 1 1 - -

7 Gudang 1 - 1 -

8 Lain-lain: Dapur 1 1 - -

9 KM/WC Guru 4 4 - -

10 Bak Sampah 12 12 - -

Sumber: Dokumen SDN Suryodiningratan I, Tahun 2015/2016

Berdasarkan tabel 3 di atas, SD Suryodiningratan I memiliki 8 jenis ruangan sebanyak 14 ruangan. KM/WC terdiri dari 4 diantaranya 1 KM/WC untuk guru dan 3 KM/WC untuk murid. Sebanyak 25 ruangan dalam kondisi baik, sementara 5 ruangan lainnya dalam kondisi kurang baik.


(69)

2. Data Tenaga Pengajar

Tenaga pengajar di SDN Suryodiningratan I terdiri dari beberapa guru dan karyawan. Secara keseluruhan jumlah guru dan karyawan sebanyak 20 orang. Data guru dan kayawan dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 5. Data Guru dan Karyawan SDN Suryodiningratan I

No Guru dan Karyawan Jumlah

1 Kepala Sekolah 1

2 Guru Kelas 6

3 Guru Penjas 1

4 Guru TPA 2

5 Guru Tari 1

6 Guru Qira’ah 1

7 Guru Agama 1

8 TU 1

9 Tenaga Perpustakaan 1

10 Penjaga Sekolah 1

11 Penjaga Malam 1

12 Pembina Pramuka 2

13 Guru Ekstra Komputer 1

3. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Suryodiningratan I Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 21 siswa dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 6. Jumlah Siswa Kelas V SDN Suryodiningrata I TA 2015/2016

NO Jenis Kelamin F Persentase

1 Laki-laki 13 62%

2 Perempuan 8 38%

Jumlah 21 100%

Sumber: SD Negeri Suryodiningrata I Yogyakarta, Tahun 2015/2016 Berdasarkan Observasi di Kelas,


(70)

B. Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal (Pra Tindakan)

Pra tindakan diawali dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap guru kelas V SDN Suryodiningratan I untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Data yang diperoleh akan dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan tindakan. Berdasarkan hasil observasi, menunjukan bahwa pada saat proses pembelajaran terlihat adanya siswa yang kurang aktif baik dari segi bertanya hal-hal yang kurang dipahami ataupun menyampaikan ide. Adapun pada saat proses diskusi kelompok, siswa dibentuk kelompok dengan bimbingan guru kemudian guru memberikan tugas kelompok, selama proses disksusi terlihat sebagian dari masing-masing aggota kelompok tidak ikut bergabung mengerjakan tugas kelompok, melainkan lebih memilih menggambar pada kertas kosong dan sebagian juga duduk dibagian belakang malah sebagian siswa ada bercerita bersama temannya. Sementara anggota kelompok lain mengerjakan tugas kelompoknya. Saat pelaksanaan diskusi guru jarang memantau setiap kelompok untuk menanyakan kesulitan yang dipahaminya, sehingga setiap kelompok mengerjakan tugas sesuai apa yang dipahaminya. Setelah diskusi selesai guru meminta hasil diskusi kelompok dikumpulkan. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa, namun siswa tidak ada yang bertanya sehingga guru langsung menyimpulkan pokok permasalahan diskusi. Pada saat proses


(71)

pembelajaran dan diskusi kelompok terlihat siswa jarang aktif sehingga siswa lebih banyak diam.

Paparan di atas, merupakan hasil observasi yang dilakukan untuk mengetahui penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Dari hasil observasi, peneliti dan guru berkolaborasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode disksusi tipe buzz group. Adapun data awal hasil belajar PKn kelas V sebelum tindakan yang disajikan pada tebel berikut ini:

Tabel 7. Data Awal Hasil Belajar PKn sebelum Tindakan

Jumlah Siswa Persentase

(%) Rata-rata

T BT T BT

9 12 43% 57% 65,85

Keterangan: T = Tuntas

B = Belum Tuntas

Sumber: Daftar Nilai Kelas V SD N Suryodiningratan Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

Dari tabel di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut, dari jumlah siswa yaitu 21 siswa, sebanyak 9 siswa atau 43% telah mencapai KKM. Sementara sebanyak 12 siswa atau 57% belum mencapai KKM. Rata-rata nilai kelas dari jumlah keseluruhan siswa adalah 65,85%. Jika dilihat dari nilai rata-rata dan siswa yang mencapai KKM masih tergolong rendah serta siswa yang tidak mencapai KKM lebih banyak dibandingkan yang mencapai KKM. Kelas V dipilih sebagai subjek penelitian karena di kelas tersebut hasil belajarnya masih tergolong rendah. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode diskudi tipe buzz group sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V. Berdasarkan data tersebut kelas


(72)

V dipilih menjadi subjek penelitian, di kelas V perlu dicari solusi dalam upaya peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode diskusi tipe buzz group.

2. Hasil Penelitian Siklus I

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

Perencanaan pada siklus I peneliti berdiskusi dengan guru kelas V sebelum melaksanakan tindakan penelitian. Guru kelas dan peneliti berkolaborasi dalam kegiatan pembelajaran. Dalam diskusi tersebut peneliti dan guru mempersiapkan hal-hal apa saja yang akan dipersiapkan saat melakukan tindakan penelitian. Guru kelas melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan panduan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat. Adapun persiapan yang akan dilakukan antara lain:

1) Menyiapkan materi yang akan diajarkan.

2) Mengatur posisi siswa saat diskusi tipe buzz group dilaksanakan. 3) Membuat RPP dan instrumen penelitian. RPP yang dibuat akan

dikonsultasikan kepada guru dan pihak sekolah yang berwenang. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dua kali pertemuan dengan waktu 2 jam pelajaran. Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis 16 April 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dimulai pada pukul 07.00-08.10. Sementara pada pertemuan kedua


(73)

dilaksanakan pada hari Selasa 21 Juni 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dimulai pada pukul 07.35-08.45. Pelaksanaan penelitian ini adalah guru sedangkan peneliti sebagai observer.

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Juni 2016 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Materi yang dibahas pada pertemuan pertama adalah tentang keputusan bersama. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal sebelum guru membuka pelajaran, guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak semua siswa untuk berdoa menurut agama dan keyakinannya masing-masing serta memeriksa kehadiran siswa. Pada langkah selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa, anak-anak masih ingatkah kalian waktu awal masuk kelas V ? Nah, menurut kalian itu merupakan bentuk apa?. Selanjutnya guru menghubungkan apersepsi dengan tujuan pembelajaran. setelah itu guru mejelaskan materi, melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai bentuk-bentuk keputusan bersama, guru menanyakan kepada siswa, anak-anak sebelum melaksanakan keputusan bersama yang dilakuan adalah musyawarah. Kemudian


(1)

terdiri dari 4-5 siswa dan tempat duduk diatur secara berhadapan.

siswa 7 Guru membimbing dan berkeliling

dari kelompok satu ke kelompok lain untuk mengawasi proses berjalannya diskusi

Guru membimbing dan melakukan tanya jawab kepada kelompok mengenai hal-hal yang kurang dipahami tentang tugas kelompok

8 Guru meminta kepada Setiap kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya dihadapan

kelompok lain

Guru meminta

perwakilian kelompok, yaitu ketua kelopok pada saat membacakan hasil diskusi

9 Guru memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya

Guru meminta dua siswa perwakilian kelompok yang bertanya untuk mewakili kelompok 10 Guru mengendalikan pembicaraan

kepada pokok persoalan yang dibahas agar pembahasan tidak melebar

Guru membimbing dan mengarahkan siswa saat melakukan tanya jawab 11 Guru membuat pokok-pokok

pembahasan sebagai kesimpulan dengan melibatkan siswa

Guru melibatkan siswa saat membuat pokok pembahasan

12 Guru Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan

balik untuk perbaikan selanjutnya

Guru me-review pembelajaran dengan melibatkan siswa dan melakukan tanya jawab namun masih beberapa siswa yang diminta pendapat, hal tersebut dikarenakan karena waktu yang tidak cukup

Pengamat


(2)

Lampiran 4

4.

Surat Ijin Penelitian


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN Peningkatan Kreativitas Belajar Ipa Dengan Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group Pada Siswa Kelas V Sdn 01 Paseban Jumapolo Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 6

PENERAPAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP PADA MATERI VIRUS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN Penerapan Metode Diskusi Tipe Buzz Group Pada Materi Virus Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Keaktifan Siswa Kelas X B MA Bustanul Ulum Pagerharjo Ke

0 3 16

PENERAPAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP PADA MATERI VIRUS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN Penerapan Metode Diskusi Tipe Buzz Group Pada Materi Virus Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Keaktifan Siswa Kelas X B MA Bustanul Ulum Pagerharjo Ke

0 1 13

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PENERAPAN METODE TEAMS Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Penerapan Metode Teams Games Tournament Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 0

0 1 13

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) MELALUI PENERAPAN METODE SIMULASI PADA SISWA Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Melalui Penerapan Metode Simulasi Pada Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Plosomalan

0 0 17

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) MELALUI PENERAPAN METODE SIMULASI PADA SISWA Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Melalui Penerapan Metode Simulasi Pada Siswa Kelas V Semester I SD Negeri Plosomalan

0 0 15

PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Tanggungjawab Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V Semester I Sd Negeri I Gosono Kecamatan Wonose

0 0 15

PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS V SEMESTER I SD NEGERI I Peningkatan Tanggungjawab Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V Sem

0 1 16

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO DAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR PKn MATERI Penggunaan Media Audio Dan Metode Diskusi Tipe Buzz Group Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar PKN Materi Proklamasi Kemerdekaan Dan Konstitusi Per

0 0 17

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Dan Keaktifan Siswa Dengan Menggunakan Metode Diskusi Tipe Buzz Group Pada Materi Pokok Zat Adiktif Dan

0 0 14