Perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan orang tua (studi kasus pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul)
i
PERBEDAAN POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA
Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Kasihan BantulSKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh: NATALIA LUN NIM: 121334052
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2017
(2)
(3)
(4)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku Persembahkan Karya Ini Kepada:
♥ Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Bunda Maria
♥ Kedua Orang Tuaku Bapak Biseh Himang dan Ibu Luaq Payaq
♥ Kakakku Priska Firstya dan Aloysius Cahyono Adi
♥ Adikku Donatus Milang
♥ Sahabat-sahabatku
♥ Teman-teman Pendidikan Akuntansi 2012
♥ Pemerintah Kabupaten Kutai Barat
(5)
v
MOTTO
Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13)
Antara Mimpi dan Kenyataan ada Kerja Keras (Merry Riana)
Tuhan telah mendengar permohonanku, Tuhan telah menerima doaku (Mazmur 5:10)
(6)
(7)
(8)
viii
ABSTRAK
PERBEDAAN POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA
Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Natalia Lun
Universitas Sanata Dharma 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ayah; (2) perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kasihan pada bulan september 2016. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Kasihan yang berjumlah 228 siswa. Sampel penelitian berjumlah 145 siswa. Teknik penarikan sampel adalah proposional. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ayah (-1.96 < -0.002 < 1.96); (2) tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu (-1.96 < -1.474 < 1.96).
(9)
ix
ABSTRACT
THE DIFFERENCE OF PARENTING STYLE
PERCEIVED FROM EDUCATIONAL BACKGROUND OF PARENTS
A Case Study on Students of The Eleventh Grade of State Senior High School 1 Kasihan Bantul
Natalia Lun
Sanata Dharma University 2017
This research aims to find out: (1) the difference of parenting style perceived from educational background of father; (2) the difference of parenting style perceived from educational background of mother.
The type of this research is a case study research. This research was conducted in State Senior High School 1 Kasihan in September 2016. The population of this research were 228 students of State Senior High School 1 Kasihan. There were 145 students as the samples in this research. The sampling method was proportional. The data collection method was questionnaire. The data analysis method was Ma nn-Whitney.
The result of this research shows that: (1) there is no difference of parenting style perceived from educational background of father (-1.96 < -0.002 < 1.96); (2) there is no difference of parenting style perceived from education background of mother (-1.96 < -1.474 < 1.96).
(10)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena karunia dan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Pola Asuh Anak Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan Orang Tua” dengan lancar. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan, seta kerjasama dari berbagai pihak yang dengan tulus mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi;
3. Bapak Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan, serta memberikan kritik dan saran kepada penulis;
4. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam proses perkuliahan;
(11)
xi
5. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses perkuliahan;
6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku Staf Sekretariat Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses administrasi selama proses perkuliahan; 7. Bapak Drs. Isdarmoko, M.Pd., M.MPar. selaku Plt. Kepala Sekolah SMA
Negeri 1 Kasihan Bantul yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul;
8. Guru-guru bagian Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Kasihan yang telah membantu selama proses penelitian;
9. Siswa dan Siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Kasihan yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini;
10. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma;
11. Kedua orang tua penulis Bapak Biseh Himang dan Ibu Luaq Payaq, Kakak Priska Firstya, Kakak Aloysius Cahyono Adi, dan Adik Donatus Milang yang selalu mendoakan, menghibur, memberikan dukungan moral maupun materiil, dan motivasi kepada penulis;
(12)
(13)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Masalah ... 5
D. Manfaat Masalah ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A.Orang Tua ... 7
B.Macam-Macam Pola Asuh ... 8
1. Pola Asuh Otoriter ... 9
2. Pola Asuh Permisif ... 10
3. Pola Asuh Demokratis ... 12
C.Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh ... 13
D.Tingkat Pendidikan ... 15
(14)
xiv
BAB III METODA PENELITIAN ... 20
A. Jenis Penelitian ... 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20
1. Tempat Penelitian... 20
2. Waktu Penelitian ... 20
C.Subjek dan Objek Penelitian ... 20
1. Subjek Penelitian ... 20
2. Objek Penelitian ... 20
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 21
1. Populasi ... 21
2. Sampel ... 21
3. Teknik Penarikan Sampel ... 22
E. Variabel Penelitian ... 23
1. Variabel Pola Asuh ... 23
2. Variabel Tingkat Pendidikan ... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 33
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 33
1. Pengujian Validitas Instrumen ... 33
a. Pengujian Validitas Variabel Pola Asuh Demokratis ... 34
b. Pengujian Validitas Variabel Pola Asuh Otoriter ... 35
c. Pengujian Validitas Variabel Pola Asuh Permisif ... 36
2. Pengujian Reliabilitas ... 37
H. Teknik Analisis Data ... 38
1. Deskripsi Data ... 38
2. Pengujian Hipotesis ... 39
a. Pengujian Hipotesis I ... 39
b. Pengujian Hipotesis II ... 40
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 42
A.Sejarah SMA Negeri 1 Kasihan ... 42
B. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kasihan ... 44
(15)
xv
2. Misi Sekolah SMA Negeri 1 Kasihan ... 44
C.Tujuan SMA Negeri 1 Kasihan ... 45
D.Sistem Pendidikan SMA Negeri 1 Kasihan ... 48
E. Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 49
F. Penerapan Pendidikan Nilai Karakter dan Kepribadian ... 50
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 55
A.Deskripsi Data ... 55
1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 55
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 57
a. Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 57
b. Variabel Pola Asuh Anak ... 58
B. Pengujian Hipotesis ... 58
1. Pengujian Hipotesis I ... 58
2. Pengujian Hipotesis II ... 60
C.Pembahasan ... 61
1. Hasil Analisis Deskripsi Variabel Pola Asuh Anak ... 61
2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 63
BAB VI PENUTUP ... 67
A.Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 67
C.Keterbatasan ... 68
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Populasi Penelitian Siswa/i Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan ... 21
Tabel 3.2 Proporsi Sampel Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan ... 23
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Pola Asuh Anak ... 23
Tabel 3.4 Penggolongan Butir Pernyataan Berdasarkan Jenis Pola Asuh .... 30
Tabel 3.5 Penilaian Skala Likert... 31
Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 32
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Pola Asuh Demokratis . 34 Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Pola Asuh Otoriter ... 35
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Pola Asuh Permisif... 36
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 38
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Kelas XI Berdasarkan Jurusan IPA dan IPS ... 55
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin .. 56
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 57
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Pola Asuh ... 58
Tabel 5.5 (Pengujian Hipotesis I) Hasil Uji Mann-Whitney ... 59
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 70
Lampiran 2 Data Induk Penelitian Variabel Pola Asuh Anak ... 77
Lampiran 3 Data Induk Penelitian Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 96
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 101
Lampiran 5 Tabel R Statistika ... 105
Lampiran 6 Kecenderungan Pola Asuh Anak ... 110
(18)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang tua memiliki pola atau cara mengasuh anak yang berbeda-beda. Orang tua terkadang merasa bahwa mengasuh anak dengan kekerasan seperti mencubit, memukul, dan membentak tidak akan membekas dalam pikiran anak. Tetapi sebaliknya, anak yang menerima segala bentuk kekerasan secara fisik maupun verbal akan meninggalkan luka bagi anak dan terekam dalam ingatan anak. Apabila hal ini diulang secara terus-menerus, akan menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi karakter atau kepribadian anak.
Pola asuh orang tua merupakan suatu cara yang diterapkan oleh orang tua untuk merawat, mendidik, dan membimbing anak menjadi pribadi yang berperilaku baik dalam kehidupannya dan tangguh menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Menurut Tridhonanto (2014:4) menyatakan bahwa kesalahan dalam memilih dan menentukan pola asuh anak akan berdampak terhadap perkembangan anak, terutama perkembangan karakter anak. Oleh karena itu, sudah seharusnya orang tua dapat memilih dan menentukan pola asuh yang tepat bagi anak.
Menurut Hurlock (1997:93-94) ada tiga kecenderungan dari pola asuh orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Pertama, pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang
(19)
bersifat memaksakan kehendaknya terhadap anak dan disertai dengan ancaman-ancaman. Anak yang menerima pola asuh otoriter cenderung menjadi pribadi yang penakut, mudah tersinggung, tidak percaya diri, dan tidak mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri.
Kedua, pola asuh permisif cenderung membiarkan anak tanpa pengawasan yang ketat dari orang tuanya. Orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk melakukan keinginannya. Anak akan menjadi pribadi yang suka memberontak, tidak disiplin, kurang pengendalian diri (agresif), dan tidak memiliki prinsip hidup. Menurut Hurlock (1997:93) anak dengan pola pengasuhan permisif cenderung memiliki tingkat kedisiplinan yang rendah. Hal ini dikarenakan orang tua tidak memberikan batasan terhadap hal-hal yang boleh dilakukan anak dan cenderung membiarkan anak mengambil keputusan sesuai dengan kengininannya.
Ketiga, pola asuh demokratis mendorong anak agar berani berpendapat. Orang tua sangat menghargai pendapat anak dan tidak pernah memaksakan kehendaknya terhadap anak. Orang tua membebaskan anak untuk melakukan hal-hal yang dinginkan selama hal itu memiliki dampak positif bagi anak. Menurut Pertiwi (2014:24) pola asuh demokratis membentuk anak memiliki perkembangan karakter yang baik seperti kematang jiwa dan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar, mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah menerima saran orang lain, mudah diatur, dan taat peraturan atas kesadaran sendiri.
(20)
Latar belakang pendidikan orang tua yang berbeda mempengaruhi cara mengasuh anak. Djammarah (2014:54) menyatakan bahwa kualitas dan intensitas pola asuh orang tua bervariasi dalam mempengaruhi sikap dan cara mengarahkan perilaku anak. Bervariasinya kualitas dan intensitas pola asuh dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah latar belakang pendidikan orang tua. Menurut Hurlock (1997:95) orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi dalam pengasuhannya cenderung lebih siap, karena mereka memiliki pengetahuan yang luas mengenai perkembangan anak. Sebaliknya, orang tua dengan latar belakang pendidikan yang rendah cenderung memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai perkembangan anak. Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman orang tua terhadap kebutuhan anak, sehingga orang tua cenderung akan mengarahkan anak sesuai dengan keinginan mereka (otoriter).
Pernyataan di atas dibuktikan oleh hasil penelitian Rahman dan Yusuf (2012:33) bahwa latar belakang tingkat pendidikan orang tua yang rendah di desa sekitar pesisir laut kota Medan berdampak terhadap pola asuh anak yang cenderung otoriter dan permisif. Hal ini terlihat dari sikap orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan anak dan lebih memaksakan anak untuk ikut melaut. Selain itu, hasil penelitian Andayani dan Walgito (2002:633-635) menyatakan bahwa perlakuan keras terhadap anak (child abuse) oleh ayah dan ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua yang rendah. Kelompok ibu yang berpendidikan rendah memiliki
(21)
kecenderungan untuk melakukan kekerasan terhadap anak di rumah dibandingkan dengan kelompok ayah. Perbedaan itu disebabkan kesempatan ibu dalam berinteraksi dengan anak lebih banyak dibandingkan dengan ayah, karena mayoritas ibu adalah ibu rumah tangga.
Ketidaktepatan orang tua memilih pola asuh akan menimbulkan masalah pada perkembangan anak, terutama pada anak yang memasuki masa remaja. Menurut Santrock (2012:17), usia 10 sampai 21 tahun dinamakan sebagai masa remaja. Pada masa ini, remaja mulai membentuk identitas dirinya. Ketika masa remaja sedang berlangsung, keluarga terutama orang tua perlu memikirkan cara mengasuh yang mendukung terbentuknya identitas diri remaja yang baik. Sikap komunikatif dua arah antara orang tua dengan anak dan memberikan teladan yang baik merupakan kunci keberhasilan orang tua dalam membentuk identitas diri remaja itu.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengadakan penelitian mengenai “Perbedaan Pola Asuh Anak Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan Orang Tua”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus pada siswa di kelas XI di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ayah pada siswa di Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan?
(22)
2. Apakah ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu pada siswa di Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian memiliki maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ayah pada siswa di Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan?
2. Untuk mengetahui perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu pada siswa di Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan?
D. Manfaat Masalah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi orang tua, guru, dan penulis selanjutnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan orang tua mengenai cara mengasuh anak yang baik dan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan guru selaku orang tua siswa di sekolah untuk mengasuh siswa dengan baik di sekolah.
(23)
3. Bagi Peneliti
Penulis dapat mengetahui perbedaan tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh pada siswa dan siswi di SMA Negeri 1 Kasihan. 4. Bagi Peneliti Selanujutnya
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber refrensi untuk penelitian selanjutnya yang sesuai dengan topik ini.
(24)
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang terbentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah. Di dalam keluarga, orang tua memiliki peran terhadap perkembangan anak. Menurut Noe’man (2014:22-23) peran orang tua dibedakan dalam peran ayah dan peran ibu, sebagai berikut:
1. Peran ayah adalah:
a. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompetensi pada anak melalui kegiatan bermain yang lebih melibatkan fisik, baik di dalam maupun di luar ruangan.
b. Menumbuhkan kebutuhan akan hasrat berprestasi.
c. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin laki-laki dan tentang perilaku seorang laki-laki yang sesuai dengan ajaran agama.
2. Peran ibu adalah:
a. Menumbuhkan perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang lebih melibatkan sentuhan lembut dan kasih sayang. b. Menumbuhkan kemampuan berbahasa pada anak melalui kegiatan
bercerita dan mendongeng serta kegiatan yang lebih dekat ke anak, yakni berbicara dari hati ke hati kepada anak.
(25)
c. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin perempuan dan tentang perilaku seorang perempuan yang sesuai dengan ajaran agama.
Menurut UU No. 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak menyatakan bahwa orang tua (ayah dan ibu) berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak.
b. Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.
c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak.
d. Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua merupakan bagian dari keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk secara bersama-sama (ayah dan ibu) mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak.
B. Macam-Macam Pola Asuh
Menurut Utami (2013:57) pola asuh adalah kemampuan orangtua dalam menyediakan waktu untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan anaknya menjadi lebih baik. Djammarah (2014:50) mengartikan pola asuh orang tua sebagai suatu kebiasaan dari orang tua, ayah dan atau ibu dalam memimpin, mendidik, mengasuh, dan membimbing anak dalam keluarga. Secara umum, pola asuh merupakan suatu cara yang diterapkan oleh orang
(26)
tua untuk mengasuh, mendidik dan membimbing anaknya yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu.
Hurlock (1997:93-94) menyatakan bahwa ada tiga pola asuh yang dapat diterapkan pada anak yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis. Ketiga pola asuh orang tua tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
1. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan dengan tuntunan yang tinggi, tidak fleksibel, mendesak anak untuk mengikuti aturan dan arahan dari orang tua. Hurlock (1997:93) menyatakan bahwa orang tua yang menerapkan pengasuhan otoriter akan mendorong anak tidak mandiri dalam setiap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan tindakan yang akan mereka lakukan.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1986:82) orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter akan menetukan aturan dan batasan bagi anak. Anak harus mentaati aturan dan batasan yang ada. Apabila anak tidak mentaati aturan dan batasan, maka anak akan menerima hukuman dari orang tua. Hukuman yang diberikan akan menjadikan anak “patuh” di depan orang tua, tetapi bila di luar pengawasan orang tua maka anak akan menunjukkan reaksi menentang atau melawan.
Selain itu, menurut Gunarsa (2004:280) pola asuh otoriter akan membentuk anak menjadi seseorang yang suka memberontak. Kartono (1985:5) menambahkan bahwa anak yang berkembang dalam
(27)
pengasuhan otoriter akan menjadi pribadi yang pasif dalam pergaulan, kurang percaya diri, rendah diri, labil, dan kurang berkembangnya potensi anak secara maksimal.
Menurut Dumanauw (2012:23) pola asuh otoriter memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menuntut kepatuhan yang tinggi.
b. Kecenderungan suka menghukum dan kaku dalam disiplin.
c. Menuntut anak untuk menerima aturan dan standar yang ditetapkan orang tua tanpa mempersoalkannya.
d. Cenderung untuk tidak mendukung perilaku bebas dan melarang otonomi anak.
e. Membuat peraturan untuk mengendalikan perilaku anak.
f. Kurang hangat, kurang menerima dan mendukung anak, membatasi keterlibatan anak dalam membuat keputusan.
g. Mendesak anak untuk mematuhi perintah orang tua.
h. Berusaha mengendalikan perilaku dan sikap anak sesuai dengan peraturan yang diterapkan.
2. Pola Asuh Permisif
Pola asuh adalah suatu cara untuk mendidik dan membimbing anak, sedangkan permisif berarti kurang disiplin atau tidak berdisiplin. Jadi, pola asuh permisif adalah suatu cara untuk mengasuh anak dengan dengan tingkat disiplin yang rendah. Menurut Hurlock (1997:93) pola asuh permisif adalah pola asuh yang membebaskan anak tanpa aturan
(28)
atau batasan yang mengatur apa saja hal yang boleh dilakukan anak. Orang tua menganggap kebebasan bagi anak sama dengan membiarkan anak meraba-raba dalam situasi yang baru bagi anak atau dalam situasi yang sulit untuk dijalani oleh anak seorang diri.
Noe’man (2014:36) menyatakan bahwa orang tua yang permisif hanya peduli terhadap bagaimana cara membahagiakan anak secara materiil. Orang tua akan merasa puas dan bangga ketika anak terpenuhi segala keinginannya secara materiil, seperti memasukkan anak ke sekolah yang mahal, memberikan uang saku yang banyak, dan membelikan anak barang-barang yang mahal.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1986:83) orang tua yang permisif cenderung memiliki pengawasan yang longgar terhadap anak dan ini berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian yang tidak terarah. Anak akan cenderung menjadi pribadi yang egois dengan lingkungan sosialnya. Anak akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkannya, walaupun caranya adalah dengan mencuri, merampok, korupsi, menindas orang lain, dan berbagai bentuk kejahatan lainnya.
Menurut Dumanauw (2012:25) pola asuh permisif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Cenderung menerima, lunak, dan pasif dalam membiasakan disiplin. b. Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk berbuat
(29)
c. Menghindari pengawasan terhadap anak, karena pengawasan dianggap sebagai pelanggaran terhadap kebebasan anak.
d. Melayani anak sepenuhnya dalam setiap kegiatan dan keinginan anak (cenderung memanjakan anak).
e. Menuruti kemauan anak dan menghindari konflik dengan anak. f. Melindungi dan menyayangi anak secara berlebihan.
3. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis menekankan pada pengasuhan anak yang membiarkan anak untuk memilih apa yang menjadi kehendak anak dan mendorong anak bertanggungjawab atas pilihannya. Orang tua masih menetapkan standar dan batasan bagi anak serta selalu mengawasinya (Hurlock, 1997:94).
Menurut Gunarsa (2004:280) orang tua yang demokratis selalu melibatkan anak dalam segala hal yang berkenaan dengan diri anak. Orang tua mempercayai penilaian dan pertimbangan dari anak, serta mau berdiskusi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan anak. Hal ini membuat anak belajar untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri, belajar mendengarkan, dan belajar berdiskusi dengan orang tua. Menurut Noe’man (2014:34) dampak dari pola asuh demokratis ini adalah anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab, saling menghormati, mandiri, mudah bekerjasama, dan percaya diri.
(30)
Menurut Dumanauw (2012:20) pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Menghargai anak sebagai pribadi yang mandiri b. Bekerja sama dalam membuat keputusan
c. Menggunakan wewenang tetapi penerapannya bersifat membimbing. d. Mendukung, menerima, bertanggung jawab dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif tetapi tidak mendominasi dari sudut pengertian orang tua.
e. Mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima f. Hangat tetapi tegas.
g. Menempatkan nilai-nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri.
C. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Pola asuh anak yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut (Hurlock, 1997:95):
1. Tingkat sosial-ekonomi
Orang tua yang memiliki tingkat sosial-ekonomi rendah cenderung menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu orang tua digunakan untuk bekerja memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya. Sebaliknya, orang tua dengan tingkat sosial-ekonomi menengah cenderung memiliki waktu yang cukup antara bekerja dan mengasuh anak.
(31)
2. Latar belakang tingkat pendidikan
Orang tua yang berpendidikan rendah cenderung memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai perkembangan dan cara mengasuh anak, sedangkan orang tua dengan pendidikan yang tinggi memiliki pengetahuan yang luas dan selalu bersikap “dinamis” terhadap hal-hal yang menjadi kebutuhan anak, perkembangan anak, dan cara mengasuh yang efektif bagi anak.
3. Kepribadian orang tua
Kepribadian orang tua dapat mempengaruhi cara mengasuh anak, seperti orang tua dengan kepribadian yang tidak menyukai perubahan atau ide-ide baru cenderung mengasuh anaknya dengan cara otoriter. 4. Jumlah anak
Orang tua yang memiliki anak hanya satu sampai tiga orang cenderung lebih intensif dalam mengasuh anak-anaknya. Hal ini disebabkan orang tua masih dapat mengontrol perkembangan masing-masing pribadi anak. Sebaliknya, orang tua dengan anak berjumlah lebih dari tiga orang cenderung mempunyai kontrol yang lemah terhadap perkembangan anak-anaknya.
Pendapat di atas juga didukung oleh Manurung (1995:62) yang menyatakan bahwa pola asuh dipengaruhi oleh latar belakang pengalaman pengasuhan orang tua terdahulu, tingkat pendidikan pendidikan orang tua, dan status sosial-ekonomi orang tua. Pendapat lainnya dikemukakan oleh Santrock (2002:114) bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh anak
(32)
selain dari pengalaman pengasuhan terdahulu, ada faktor perubahan budaya yang meliputi nilai, norma, dan adat istiadat antara dahulu dan sekarang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh anak dapat berasal dari dalam diri orang tua (internal) dan dari luar diri orang tua (eksternal). Faktor internal seperti kepribadian orang tua, bakat, kemampuan, dan pengalaman yang dimiliki terdahulu, sedangkan faktor eksternal seperti budaya, letak geografis, pendidikan, dan status sosial-ekonomi.
D. Tingkat Pendidikan
Menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan tersebut diperinci sebagai berikut :
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai Wajib Belajar No. 47 tahun 2008, Pendidikan dasar dapat berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(33)
(MI), serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lainnya yang sederajat.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan pendidikan dasar yang mengutamakan perluasan dan peningkatan keterampilan siswa. Pengembangan pendidikan menengah sebagai lanjutan pendidikan dasar di sekolah ditingkatkan agar mampu membentuk pribadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur serta untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang memerlukan tenaga berkemampuan dan berketrampilan. Pendidikan menengah dapat berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta Madrasah Aliyah (MA), atau bentuk lainnya yang sederajat.
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, Magister, Spesialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi di sini dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Penyelenggaraan pendidikan tinggi mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan,
(34)
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
E. Hipotesis Penelitian
Pola asuh orang tua merupakan suatu cara yang diterapkan oleh orang tua untuk mengasuh, mendidik, dan membimbing anak agar menjadi pribadi yang berperilaku baik dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Hurlock (1997:93-94) pola asuh yang diterapkan oleh orang tua memiliki tiga tipe yaitu pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis. Pertama, pola asuh otoriter adalah pola asuh orang tua yang bersifat memaksakan kehendaknya terhadap anak yang disertai dengan ancaman dan hukuman. Kedua, pola asuh permisif. Orang tua yang permisif cenderung memberikan kebebasan terhadap anak untuk melakukan keinginannya. Ketiga, pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang mendorong anak agar berani berpendapat. Orang tua sangat menghargai pendapat anak dan tidak pernah memaksakan kehendaknya terhadap anak.
Penerapan tipe pola asuh yang berbeda oleh orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor latar belakang pendidikan orang tua. Menurut Hurlock (1997:95) orang tua dengan latar belakang pendidikan yang tinggi dalam pengasuhannya cenderung lebih siap, karena mereka
(35)
memiliki pengetahuan yang luas mengenai perkembangan anak. Sebaliknya, orang tua dengan latar belakang pendidikan yang rendah cenderung memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai perkembangan anak. Hal ini berdampak pada kurangnya pemahaman orang tua terhadap kebutuhan anak, sehingga orang tua cenderung akan mengarahkan anak sesuai dengan keinginan mereka (otoriter).
Pernyataan di atas, dibuktikan oleh hasil penelitian Rahman dan Yusuf (2012:33) bahwa latar belakang tingkat pendidikan orang tua yang rendah di desa sekitar pesisir laut kota Medan berdampak terhadap pola asuh anak yang cenderung otoriter dan permisif. Hal ini terlihat dari sikap orang tua yang tidak peduli terhadap pendidikan anak dan lebih memaksakan anak untuk ikut melaut. Selain itu, hasil penelitian Andayani dan Walgito (2002:633-635) menyatakan bahwa perlakuan keras terhadap anak (child abuse) oleh ayah dan ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua yang rendah. Kelompok ibu yang berpendidikan rendah memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan terhadap anak di rumah dibandingkan dengan kelompok ayah. Perbedaan itu disebabkan kesempatan ibu dalam berinteraksi dengan anak lebih banyak dibandingkan dengan ayah, karena mayoritas ibu adalah ibu rumah tangga.
Kesalahan dalam mengasuh anak akan menimbulkan masalah pada perkembangan anak, terutama pada usia remaja (10-21 tahun). Pada usia ini, remaja akan mulai membentuk identitasnya. Banyak pertanyaan mengenai hal-hal baru yang akan muncul dari seorang remaja, bila orang tua tidak
(36)
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan baik maka akan menimbulkan krisis identitas pada remaja tersebut. Oleh karena itu, orang tua sebagai individu terdekat diharapkan mampu bekerjasama mengarahkan remaja membentuk identitas diri yang baik melalui pola pengasuhan yang baik pula.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:
Ha1 : Ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang tingkat
pendidikan ayah.
Ha2 : Ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang tingkat
(37)
20
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus adalah penelitian terhadap suatu subjek dengan tujuan mengungkapkan secara terperinci dan menyeluruh mengenai subjek yang diteliti. Studi kasus dilakukan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada siswa dan siswi kelas XI.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kasihan, Jl. Bugisan Selatan, Tirtonirmolo, Bantul, Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2016.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI jurusan IPA dan IPS di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan orang tua, sedangkan variabel terikatnya adalah pola asuh anak.
(38)
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Siswanto, 2012:42). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul. Jumlah populasi siswa sebanyak 228 siswa.
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Siswa/i Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan
Kelas XI IPS 1 31 siswa
XI IPS 2 29 siswa
XI IPA 1 32 siswa
XI IPA 2 33 siswa
XI IPA 3 32 siswa
XI IPA 4 25 siswa
XI IPA 5 24 siswa
XI IPA 6 22 siswa
Total 228 siswa
Sumber: Bidang Administrasi dan Tata Usaha SMA Negeri 1 Kasihan Tahun Ajaran 2015/2016
2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, 2013:30). Penelitian ini menggunakan teknik Solvin untuk menentukan ukuran sampel (Siregar, 2013:34) dengan rumus sebagai berikut :
(39)
Keterangan :
n = jumlah sampel N = jumlah populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan
Penelitian ini mengambil 145 siswa sebagai sampel dengan perhitungan sebagai berikut :
n = 145,222
n = 145 siswa (dibulatkan)
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan untuk mengambil sampel adalah strata sampel. Strata sampel adalah suatu teknik pengambilan sampel dari populasi yang memiliki tingkatan atau kriteria yang sama (Siregar, 2013:31). Strata sampel yang digunakan adalah jenis proporsional sampel. Jumlah sampel yang diambil dari setiap kelas XI sebanding dan sesuai dengan proporsional ukurannya.
Berikut perhitungan untuk menentukan jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kelas XI :
Jumlah sampel yang diambil adalah 145 siswa.
Proporsi sampel untuk setiap kelas adalah 145/228 = 0.635
(40)
Tabel 3.2
Proporsi Sampel Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kasihan
Kelas Jumlah Populasi
Setiap Kelas XI Proporsi Jumlah Sampel
XI IPS 1 31 siswa 0.635 20 siswa
XI IPS 2 29 siswa 0.635 19 siswa
XI IPA 1 32 siswa 0.635 20 siswa
XI IPA 2 33 siswa 0.635 21 siswa
XI IPA 3 32 siswa 0.635 20 siswa
XI IPA 4 25 siswa 0.635 16 siswa
XI IPA 5 24 siswa 0.635 15 siswa
XI IPA 6 22 siswa 0.635 14 siswa
Total 228 siswa 145 siswa
Sumber : Data Primer, 2016
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Pola Asuh
Pola pengasuhan merupakan bentuk perlakuan atau tindakan pengasuh untuk memelihara, melindungi, mendampingi, mengajar dan membimbing anak selama masa perkembangan (Pertiwi, 2014:22). Menurut Djammarah (2014:50), pola asuh adalah kebiasaan orang tua, ayah dan atau ibu dalam memimpin, mengasuh, dan membimbing anak dalam keluarga. Variabel pola asuh anak diukur dengan menggunakan instrumen yang dibuat oleh Dumanauw (2012).
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Pola Asuh Variabel
Penelitian Dimensi Indikator Pernyataan
No. Item
Pola Asuh Orang Tua
Otoriter 1) Menuntut kepatuhan yang tinggi.
Orang tua
menanamkan pengertian bahwa membantah orang tua itu durhaka.
(41)
2) Kecenderungan suka menghukum dan kaku dalam disiplin.
Orang tua
menghukum saya dalam
menanamkan kedisiplinan.
11
Orang tua
memberikan hukuman fisik apabila saya tidak disiplin.
14
Orang tua
mencurigai saya jika pulang terlambat.
38
Orang tua
mencurigai setiap perilaku saya.
41
Orang tua
menyelidiki saya jika saya pulang terlambat.
44
Orang tua
menghukum saya jika saya tidak mengikuti perintah mereka.
50
3) Menuntut anak untuk menerima aturan dan standar yang ditetapkan orang tua tanpa mempersoalkannya.
Orang tua
mengharuskan saya patuh pada peraturan yang ada.
8
Orang tua selalu memaksakan keinginan mereka terhdap saya.
26
4) Cenderung untuk tidak mendukung perilaku bebas dan melarang otonomi anak.
Orang tua
membatasi dengan siapa saya berteman.
29
Orang tua
membatasi upaya saya untuk belajar mandiri.
32
Orang tua
melarang saya 56
(42)
untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. 5) Membuat peraturan
untuk
mengendalikan perilaku anak.
Orang tua
memutuskan kegiatan apa yang harus saya lakukan.
23
Orang tua
membatasi upaya saya untuk belajar mandiri.
35
6) Kurang hangat, kurang menerima dan mendukung anak, membatasi keterlibatan anak dalam membuat keputusan.
Orang tua sulit menerima
pendapat-pendapat saya.
2
Orang tua
tersinggung jika saya memberi kritik.
20
Orang tua
menganggap saya tidak dapat mengambil
keputusan
mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
kemampuan saya.
53
Orang tua sangat jengkel jika saya bersikap manja.
59
7) Mendesak anak untuk mematuhi perintah orang tua.
Orang tua
menyuruh saya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan harapan mereka.
5
8) Berusaha mengendalikan perilaku dan sikap anak sesuai dengan peraturan yang diterapkan.
Orang tua
membuat
peraturan ketat untuk membatasi kegiatan saya.
(43)
Pola Asuh Orang Tua
Permisif 1)Cenderung
menerima, lunak, dan pasif dalam membiasakan
disiplin.
Orang tua
menghindari pemaksaan dan keharusan bagi saya.
3
Orang tua tidak menghukum saya jika saya membuat
kesalahan.
6
Orang tua bersikap diam terhadap masalah-masalah yang sedang saya hadapi.
27
Orang tua
membiarkan saya menghadapi
kesulitan.
54
Orang tua tidak bekerjasama untuk mengambil
keputusan yang berhubungan dengan kebutuhan saya.
57
2)Memberikan kebebasan
sepenuhnya kepada anak untuk berbuat semaunya (tanpa pengendalian).
Orang tua
membebaskan saya dari segala kewajiban.
12
Orang tua
membiarkan saya tidak mengerjakan tugas di rumah.
15
Orang tua
membiarkan saya menggunakan seluruh waktu untuk bermain.
18
Orang tua
membiarkan saya melakukan semua kegiatan yang ingin saya lakukan.
(44)
Orang tua membiarkan saya jika saya saya pulang larut malam.
30
Orang tua
membiarkan saya berhubungan dengan siapa saja saya bergaul.
33
Orang tua
membebaskan saya memilih dan menonton TV semau saya.
45
Orang tua
membiarkan saya menyusun rencana kegiatan saya.
60
3)Menghindari pengawasan
terhadap anak, karena pengawasan dianggap sebagai pelanggaran
terhadap kebebasan anak.
Orang tua tidak menanyakan kegiatan apa saja yang saya lakukan.
36
4)Melayani anak sepenuhnya dalam setiap kegiatan dan keinginan anak (cenderung
memanjakan anak).
Orang tua
membebaskan saya membeli maianan yang saya inginkan.
21
Orang tua
melakukan apa
saja demi
kebahagiaan saya.
39
Orang tua
memenuhi seluruh keinginan saya.
42
5)Menuruti kemauan
anak dan
menghindari konflik dengan anak.
Orang tua bersikap mengalah untuk menghindari perselisihan dengan saya.
(45)
Orang tua menuruti apa yang saya perintahkan.
51
6)Melindungi dan menyayangi anak secara berlebihan.
Orang tua
melindunngi saya dari segala bentuk kekerasan.
9
Pola Asuh Orang Tua
Demokratis 1) Menghargai anak sebagai pribadi yang mandiri
Orang tua
menanyakan alasan jika saya pulang sekolah lebih awal.
13
Orang tua
memberikan kesempatan
kepada saya untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler yang berguna dan tidak mengganggu waktu saya.
22
2) Bekerja sama dalam membuat keputusan
Orang tua
membantu saya memecahkan masalah yang saya hadapi.
4
Orang tua
mendorong saya untuk
membicarakan segala persoalan secara terbuka.
31
Orang tua
menghargai
masukkan yang saya berikan.
37
Orang tua
memberi kesempatan
kepada saya untuk mengambil
keputusan menurut pertimbangan saya.
(46)
3) Menggunakan wewenang tetapi penerapannya bersifat membimbing.
Orang tua
mengajarkan agar saya berpakaian rapi dan sopan.
10
Orang tua
menganjurkan saya untuk segera mengerjakan PR.
25
4) Mendukung, menerima,
bertanggung jawab dalam
mempertimbang-kan berbagai alternatif tetapi tidak mendominasi dari sudut pengertian orang tua.
Orang tua
memberikan uang saku sesuai dengan kebutuhan saya.
34
Orang tua
membimbing saya dalam melakukan kegiatan.
40
Orang tua
mendukung
terhadap cita-cita saya.
43
Orang tua
mendukung
pendapat saya mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan
kemampuan saya.
55
5) Mendorong tumbuhnya
interaksi saling memberi dan menerima
Orang tua tertarik mendengar cerita tentang kegiatan saya.
1
Orang tua
mendorong saya mengungkapkan pikiran dan perasaan ketika menghadapi
masalah.
58
6) Hangat tetapi tegas.
Orang tua
menegur saya jika saya melakukan kesalahan.
(47)
7) Menempatkan nilai-nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan pengaturan diri.
Orang tua
memberi contoh
pada saya
mengenai sikap sopan santun.
7
Orang tua
membiasakan saya untuk
membersihkan tempat tidur setelah bangun.
19
Orang tua
membiasakan saya untuk mentaati tata tertib.
28
Orang tua
memberi contoh pada saya untuk mengucapkan terima kasih jika saya mendapatkan sesuatu dari orang lain.
46
Orang tua
mengajarkan pada saya untuk meminta maaf jika saya melakukan kesalahan.
49
Kemudian, Dumanauw (2012) membedakan setiap item-item pernyataan ke dalam pola asuh otoriter, permisif, dan demokratis. Pembedaan tersebut tampak pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3.4
Penggolongan Butir Pernyataan Berdasarkan Jenis Pola Asuh
No. Jenis
Pola Asuh No. Butir Pernyataan Jumlah
1. Otoriter 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38, 41, 44, 47, 50, 53, 56, 59
(48)
2. Permisif 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45, 48, 51, 54, 57, 60
20
3. Demokratis 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 34, 37, 40, 43, 46, 49, 52, 55, 58
20
Total 60
Sumber: Dumanauw, 2012
Kuesioner ini menggunakan skala likert untuk mengukur setiap pernyataan. Skalah likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu (Siregar, 2013:25).
Kuesioner ini dilengkapi dengan empat pilihan alternatif jawaban yakni 1) Selalu, 2) Sering, 3) Jarang, dan 4) Tidak Pernah. Pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini hanya pernyataan positif. Alasan peneliti hanya menggunakan pernyataan positif karena jika pernyataan disusun secara positif dan negatif, maka dapat menyebabkan suatu item pernyataan dapat masuk pada pola asuh yang lain sehingga dapat menimbulkan suatu pernyataan yang ambigu. Pemberian skor pada setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Penilaian Skala Likert
Jawaban Skor (Positif)
Selalu 4
Sering 3
Jarang 2
Tidak Pernah 1
(49)
2. Variabel Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Instrumen penelitian yang mengenai tingkat pendidikan orang tua mengacu pada teori Hurlock (1997:95) yang menyatakan bahwa antara orang tua yang berpendidikan tinggi dan rendah memiliki perbedaan dalam mengasuh anak. Oleh sebab itu, tingkat pendidikan orang tua dibagi dalam dua kelompok yakni kelompok orang tua yang berpendidikan tinggi dan rendah. Kelompok orang tua yang berpendidikan tinggi meliputi Diploma 1, Diploma 2, Diploma 3, Diploma 4, Strata 1, Strata 2, dan Strata 3, sedangkan kelompok orang tua yang berpendidikan rendah meliputi SD/sederajat, SMP/sederajat, dan SMA/SMK/sederajat. Berikut disajikan tabel operasionalisasi variabel tingkat pendidikan orang tua:
Tabel 3.6
Operasionalisasi Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua Variabel
Penelitian Jenis Pendidikan
Kelompok
Pendidikan Skor
Tingkat Pendidikan Orang Tua
SD/Sederajat Kelompok
Pendidikan Rendah
1 SMP/Sederajat
SMA/SMK/Sederajat
Diploma 1 Kelompok
Pendidikan Tinggi
2 Diploma 2
Diploma 3
Diploma 4/Strata 1 Strata 2
(50)
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden sehubungan dengan penelitian (Siswanto, 2012:60). Angket atau kuesioner digunakan untuk mengungkapkan data yang diperlukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunkan kuesioner tertutup.
G. Teknik Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Agar dapat dikatakan instrumen yang memiliki kualitas baik, maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas pada instrumen tersebut. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang dibuat oleh Dumanauw (2012) pada variabel pola pengasuhan. Selain itu, akan dilakukan pengujian kembali pada validitas dan reliabilitas dari kuesioner.
1. Pengujian Validitas Instrumen
Pengujian validitas instrumen bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Siregar, 2013:46). Pengujian validitas akan dilakukan pada instrumen pola pengasuhan dengan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Maka, rumus yang dapat digunakan untuk menguji validitas dengan teknik korelasi product moment (Siregar, 2013:48) sebagai berikut:
(51)
Keterangan:
n = jumlah responden
X = skor variabel (jawaban responden) Y = skor total dari variabel
Adapun kriteria validitas instrumen sebagai berikut :
a. Jika nilai rhitung > rtabel dengan taraf signifikansi 0.05 maka butir
pernyataan dinyatakan valid.
b. Jika nilai rhitung < rtabel dengan taraf signifikansi 0.05 maka butir
pernyataan dinyatakan tidak valid.
Pengujian validitas instrumen ini akan menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 17.0. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 145 siswa dengan derajat kebebasan 143 (dk = 145 – 2) dan nilai signifikansi 0.05, maka rtabel sebesar 0,163. Apabila diketahui rhitung
lebih besar dari rtabel maka item pernyataan dinyatakan valid dan dapat
digunakan.
a. Pengujian Validitas Variabel Pola Asuh Demokratis
Tabel 3.7
Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Pola Asuh Demokratis
No.
Item rhitung rtabel Keterangan
1. 0.597 0.163 Valid
4. 0.479 0.163 Valid
7. 0.401 0.163 Valid
10. 0.302 0.163 Valid
13. 0.554 0.163 Valid
16. 0.358 0.163 Valid
19. 0.337 0.163 Valid
22. 0.692 0.163 Valid
(52)
28. 0.566 0.163 Valid
31. 0.413 0.163 Valid
34. 0.379 0.163 Valid
37. 0.726 0.163 Valid
40. 0.496 0.163 Valid
43. 0.697 0.163 Valid
46. 0.467 0.163 Valid
49. 0.501 0.163 Valid
52. 0.429 0.163 Valid
55. 0.691 0.163 Valid
58. 0.608 0.163 Valid
Sumber: Data Primer 2016, Diolah
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa rhitung lebih besar dari
rtabel, maka 20 item pernyataan dinyatakan valid dan layak digunakan
sebagai instrumen penelitian.
b. Pengujian Validitas Variabel Pola Asuh Otoriter
Tabel 3.8
Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Pola Asuh Otoriter
No.
Item rhitung rtabel Keterangan
2. 0.855 0.163 Valid
5. 0.272 0.163 Valid
8. 0.291 0.163 Valid
11. 0.472 0.163 Valid
14. 0.481 0.163 Valid
17. 0.225 0.163 Valid
20. 0.790 0.163 Valid
23. 0.878 0.163 Valid
26. 0.443 0.163 Valid
29. 0.832 0.163 Valid
32. 0.868 0.163 Valid
35. 0.826 0.163 Valid
38. 0.404 0.163 Valid
41. 0.482 0.163 Valid
44. 0.801 0.163 Valid
47. 0.874 0.163 Valid
50. 0.467 0.163 Valid
(53)
56. 0.191 0.163 Valid
59. 0.863 0.163 Valid
Sumber: Data Primer 2016, Diolah
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa rhitung lebih besar dari
rtabel, maka 20 item pernyataan dinyatakan valid dan layak digunakan
sebagai instrumen penelitian.
c. Pengujian Validitas Variabel Pola Asuh Permisif
Tabel 3.9
Hasil Pengujian Validitas pada Variabel Pola Asuh Permisif
No.
Item rhitung rtabel Keterangan
3. 0.828 0.163 Valid
6. 0.832 0.163 Valid
9. 0.318 0.163 Valid
12. 0.826 0.163 Valid
15. 0.834 0.163 Valid
18. 0.838 0.163 Valid
21. 0.795 0.163 Valid
24. 0.809 0.163 Valid
27. 0.836 0.163 Valid
30. 0.824 0.163 Valid
33. 0.687 0.163 Valid
36. 0.532 0.163 Valid
39. 0.314 0.163 Valid
42. 0.364 0.163 Valid
45. 0.454 0.163 Valid
48. 0.498 0.163 Valid
51. 0.532 0.163 Valid
54. 0.393 0.163 Valid
57. 0.729 0.163 Valid
60. 0.532 0.163 Valid
Sumber: Data Primer 2016, Diolah
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa rhitung lebih besar dari
rtabel, maka 20 item pernyataan dinyatakan valid dan layak digunakan
(54)
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan mengunkan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2013:55). Pengujian reliabilitas akan dilakukan dengan metode perhitungan Internal Consistency dengan teknik Alpha Cronbach.
Pengujian dengan teknik Alpha Cronbach ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Menentukan nilai varians setiap butir pernyataan
b. Menentukan nilai varians total
c. Menentukan reliabilitas instrumen
Keterangan :
n = jumah sampel
k = jumlah butir pernyataan
Xi = jawaban responden untuk setiap butir pernyataan
r11 = koefisien reliabilitas instrumen
= total jawaban responden untuk setiap butir pernyataan = varians total
(55)
Pengujian validitas instrumen ini akan menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 17.0. Menurut Siregar (2013:57), kriteria suatu instrumen dikatakan reliable jika rhitung lebih besar dari 0.6.
Selain itu, Sekaran (dalam Priyatno, 2016:60) menyatakan bahwa reliabilitas kurang dari 0.6 adalah kurang baik, sedangkan reliabilitas 0.7 dapat diterima dan di atas 0.8 adalah baik. Berikut adalah hasil uji reliabilitas instrumen:
Tabel 3.10
Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen
No. Pola Asuh Cronbach’s Alpha (rhitung)
Keputusan
1. Demokratis 0.867 Reliable
2. Otoriter 0.916 Reliable
3. Permisif 0.932 Reliable
Sumber: Data Primer 2016, Diolah
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa rhitung lebih besar dari
0.6maka instrumen dinyatakan reliable (dapat dipercaya).
H. Teknik Analisis Data
1. Deskripsi Data
Deskripsi data (statistik deskriptif) adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2010:29). Sedangkan menurut Subagyo (2003:1) statistika deskriptif adalah bagian statistika mengenai pengumpulan data,
(56)
penyajian, penentuan nilai-nilai statistika, dan pembuatan diagram atau gambar mengenai sesuatu hal.
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif untuk mendeskripsikan jumlah responden, jenis kelamin, dan variabel yang diteliti yaitu tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh anak.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis Mann-Whitney. Pengujian dengan tehnik ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan orang tua. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut (Siregar, 2013:394):
a. Pengujian Hipotesis I
1) Perumusan hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ayah.
Ha : Ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ayah.
Secara statistik hipotesis sebagai berikut :
Ho :
µ
1 = µ2 (Tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau darilatar belakang pendidikan ayah)
Ha :
µ
1 ≠µ
2 (Ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari(57)
2) Hasil Pengujian Hipotesis
Taraf signifikansi yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah 0.05.
3) Daerah Kritis
Hoditerima jika – Ztabel ≤ Zhitung ≤ Ztabel atau jika nilai sig.> 0.05
Haditerima jika Zhitung > Ztabel atau jika nilai sig.< 0.05
4) Perhitungan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows versi 17 dengan alat uji Mann-Whitney.
5) Kesimpulan
Apabila Hoterbukti maka tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ayah, tetapi bila Ha terbukti maka ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ayah.
b. Pengujian Hipotesis II
1) Perumusan hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu.
Ha : Ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu.
Secara statistik hipotesis sebagai berikut :
Ho :
µ
1 = µ2 (Tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari(58)
Ha :
µ
1 ≠µ
2 (Ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latarbelakang pendidikan ibu). 2) Hasil Pengujian Hipotesis
Taraf signifikansi yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah 0.05.
3) Daerah Kritis
Hoditerima jika – Ztabel ≤ Zhitung ≤ Ztabel atau jika nilai sig.> 0.05
Haditerima jika Zhitung > Ztabel atau jika nilai sig.< 0.05
4) Perhitungan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows versi 17 dengan alat uji Mann-Whitney.
5) Kesimpulan
Apabila Hoterbukti maka tidak ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu, tetapi bila Ha terbukti maka ada perbedaan pola asuh anak ditinjau dari latar belakang pendidikan ibu.
(59)
42
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah SMA Negeri 1 Kasihan
SMA Negeri Kasihan didirikan atas gagasan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Yogyakarta melalui Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. SMA Negeri 1 Kasihan didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0292/0/1978 pada tanggal 2 September 1978 dan TMT 1 pada bulan April 1978. Tujuan didirikannya sekolah adalah untuk menampung siswa/siswi lulusan SLTP yang berada di Yogyakarta khususnya di daerah Kabupaten Bantul.
Tanggal 1 Januari 1978, berdirilah SMA persiapan yang dalam pengelolaannya diserahkan kepada SMA Negeri 1 Yogyakarta. Selama kurang lebih 2 bulan proses belajar megajar dilakukan di dalam ruang laboratorium SMA Negeri 1 Yogyakarta. Jumlah siswa dan siswi angkatan pertama sebanyak 80 anak dan dibagi ke dalam 2 kelas, dengan guru tetap sebanyak 7 orang serta dibantu guru-guru dari SMA Negeri 1 Yogyakarta. Karena belum memiliki gedung sendiri, maka gedung SMA Persiapan berada di SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Setelah memperoleh lokasi baru, maka tanggal 11 Maret 1979 SMA Persiapan mulai menempati gedung sendiri. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 035/O/1997
(60)
tanggal 7 Maret SMA Negeri 1 Tirtonirmolo berubah nama menjadi SMA Negeri 1 Kasihan dan beralamat di Jalan Bugisan Selatan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
Dalam perjalanan mengarungi dunia ilmu, SMA Negeri 1 Kasihan telah banyak mengalami pergantian Kepala Sekolah. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kasihan dari waktu ke waktu sebagai berikut :
1. Drs. Soemadji : 1978-1979 2. Drs. A. Sulistyo : 1981-1984 3. Drs. Soetopo Darmosasmito : 1979-1981
4. Drs. Soekemi : 1984-1986
5. Drs. Soejadi : 1986-1989
6. Moch. Kukuh Hardjono : 1989-1990
7. Drs. Samidjo : 1990-1992
8. Drs. Ign. Ramelan : 1992-1993 9. Drs. Ngabdurrochmin : 1993-1995 10. R. Suhardjo B.A : 1995-1997 11. Dra. Sumarlinah : 1997-2001
12. Drs. HM. Edy Suhartoyo, MM : 2001 - Oktober 2008
13. Suwito, M.Pd : Oktober 2008 – Februari 2009 14. Drs. H. Suharja, M.Pd : Februari 2009 – Mei 2015 15. Drs. Isdarmoko, M.Pd., MM.Par : Juni 2015 sampai saat ini
(61)
B. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kasihan
1. Visi Sekolah
Bertaqwa, Berprestasi, Berkepribadian dan Ramah Lingkungan.
a. Bertaqwa artinya meyakini keberadaan Tuhan Yang Maha Esa dan
mengamalkan perintahNya, menjauhi laranganNya sesuai dengan keyakinan agama yang yang dianut.
b. Berprestasi artinya memiliki keunggulan baik akademik maupun
non–akademik di tingkat nasional dan Global.
c. Berkepribadian artinya memilki sikap yang baik sesuai dengan 20
nilai akhlaq mulia baik di linngkungan sekolah maupun di masyarakat. d. Ramah Lingkungan artinya memiliki sikap yang peduli terhadap
lingkungan di sekitar sekolah maupun di masyarakat.
2. Misi Sekolah
Misi sekolah adalah tindakan atau usaha untuk mewujudkan visi dengan rumusan sebagai berikut :
a. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan agamanya, sehingga kehidupan beragama di Sekolah dapat tercipta manusia yang agamis penuh toleransi.
b. Menumbuhkan semangat berprestasi baik akademik maupun non akademik dengan pembinaan, pendampingan, pembimbingan dalam kegiatan intra kurikuler dan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa sehingga dapat bersaing di tingkat nasional maupun global.
(62)
c. Membina, mendidik, mengarahkan, dan memberi contoh implementasi 20 nilai-nilai akhlaq mulia dalam kegiatan sehari-hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan menerapkan nilai-nilai akhlaq mulia dalam kehidupan sehari-hari.
d. Membina, mendidik, mengarahkan dan memberi contoh implementasi sikap ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah sehingga siswa dapat memiliki dan menerapkan sikap ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Tujuan SMA Negeri 1 Kasihan
Tujuan SMA Negeri 1 Kasihan adalah pencapaian pendidikan optimal dalam peningkatan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan visi dan misi sekolah “Bertaqwa, Berprestasi, Berkepribadian, dan Ramah Lingkungan”, maka tujuan yang ingin dicapai oleh SMAN 1 Kasihan :
1. Implementasi tujuan dari ”Bertaqwa”
a. Juara MTQ tingkat Kabupaten dalam 4 mata lomba. b. Juara MTQ tingkat DIY dalam 2 mata lomba. c. Juara Kemakmuran Masjid tingkat DIY.
d. Juara tingkat DIY bidang MTQ dalam FLSSSN. e. Mengikuti sholat Jumat 95% dari jumlah siswa.
(63)
2. Implementasi tujuan dari ”Berprestasi”
a. Juara OSN tingkat Kabupaten dalam 4 Mata Pelajaran. b. Mewakili OSN tingkat Nasional dalam 1 Mata Pelajaran. c. Melanjutkan ke PT favorit 97 % dari jumlah siswa. d. Diterima 40 siswa lewat jalur SNMPTN.
e. Diterima 100 siswa di PTN. f. Diterima 90 siswa di PTS favorit.
g. Masuk 3 besar tingkat Kabupaten dalam perolehan nilai UN (MIPA dan IPS).
h. Dua orang siswa masuk 10 besar perolehan nilai UN (MIPA dan IPS). i. Mendapatkan nilai 100 lebih dari 2 orang siswa untuk semua mata
pelajaran yang ada di Ujian Nasional. 3. Implementasi tujuan dari ”Berkepribadian”
a. Warga sekolah dengan jumlah tidak lebih dari 2 orang tidak mengikuti penerapan disiplin yaitu :
1) Saat masuk tidak boleh terlambat lebih dari 5 menit. 2) Kerapian rambut.
3) Cara berpakaian. 4) Tertib seragam.
b. Warga Sekolah dengan jumlah tidak lebih dari 2 orang tidak mengikuti Pelaksanaan Upacara Bendera setiap hari Senin dan hari Nasional lainnya.
(64)
c. Tidak lebih dari 2 orang warga sekolah minta ijin untuk keluar jika pada jam kerja.
d. Guru dan karyawan 100% berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai akhlaq mulia.
e. Guru dan Karyawan 100% mengikuti Arisan Keluarga Besar SMA Negeri 1 Kasihan.
f. Rapat koordinasi rutin minimal 5 kali dalam setiap semester untuk memantau, memonitor, dan memutuskan tentang hasil rekapitulasi pelanggaran siswa serta memindaklanjuti hasil keputusan rapat.
g. Wali kelas melakukan pembinaan, pembimbingan siswa, dan bekerjasama dengan BK jika terjadi masalah dengan putra-putrinya. 4. Implementasi tujuan dari ”Ramah Lingkungan”
a. Juara 1 Lomba Sekolah Sehat tingkat DIY.
b. Warga sekolah melaksanakan hidup bersih di sekolah dan di masyarakat.
c. Kantin sekolah yang bersih dan sehat.
d. Jumlah tempat sampah yang memadai (dalam maupun luar ruang). e. Alat – alat kebersihan yang memadai terutama di tempat MCK. f. MCK dibersihkan sehari 2 kali (sebelum bel dan istirahat ke 2). g. Kegiatan ramah lingkungan secara rutin 1 kali seminggu.
h. Menempatkan slogan-slogan berupa tulisan/himbauan untuk ramah/peduli lingkungan.
(65)
j. Warga Sekolah melaksanakan kerja bakti bersama secara rutin di lingkungan sekolah 1 kali dalam seminggu.
k. Diadakan kegiatan pengolahan sampah. l. Mengadakan lomba 7K seminggu sekali.
m.Mengadakan kegiatan 3R (reused, recycle, reduce ).
D. Sistem Pendidikan SMA Negeri 1 Kasihan Bantul
Sistem pendidikan yang diterapkan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul sejak tahun 2006 adalah sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) bagi siswa kelas X, XI dan XII. Pada tahun 2016 ini, sistem pendidikan untuk kelas X, XI, dan XII menggunakan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
E. Siswa SMA Negeri 1 Kasihan
Jumlah peserta didik di SMA Negeri 1 Kasihan pada tahun ajaran 2015/2016 adalah sebanyak 686 siswa. Pembagian jumlah peserta didik antar kelas yang satu dengan yang lain rata-rata hampir sama. Jumlah keseluruhan peserta didik di kelas X sebanyak 225 siswa. Jumlah keseluruhan peserta didik di kelas XI sebanyak 228 siswa. Sedangkan, jumlah keseluruhan peserta didik di kelas XII sebanyak 231 siswa.
(66)
F. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan
Usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan mutu/kualitas lulusan setiap tahun antara lain:
1. Peningkatan Mutu
Dalam rangka mewujudkan lulusan yang berkualitas secara akademik, sekolah melaksanakan kegiatan peningkatan mutu (MPMBS) yaitu :
a. Pendalaman materi kelas X, XI, dan XII. b. Conversation kelas X, XI, dan XII.
c. Praktikum IPA kelas X, XI IPA, dan XII IPA. d. Praktikum lapangan kelas untuk XI IPS dan XII IPS. e. Praktik TIK dengan pedoman modul.
f. Sertifikasi kurikulum dengan kurikulum Cambridge.
g. Pendampingan siswa yang mengikuti sertifikasi mata pelajaran. h. Pengadaan buku dari Cambridge.
i. Mendatangkan dosen tamu dari UNY, UGM, PPPG dan PT lainnya utuk kelas Rintisan Internasional.
j. Pelatihan bahasa Inggris untuk guru dan karyawan. k. Pelatihan ITC untuk guru dan karyawan.
(67)
2. Peningkatan Iman dan Taqwa
a. Pengadaan buku pedoman siswa untuk kegiatan imtaq.
b. Pelaksanaan tadarus bersama setiap hari jumat untuk siswa yang beragama islam, sedangkan yang beragama lainnya dibina olah pembina agama masing-masing.
c. Tadarus bersama selama bulan Ramadhan setiap pagi, agama lainnya menyesuaikan.
d. Peringatan hari besar agama.
e. Pengajian rutin bulanan guru dan karyawan yang beragama Islam, agama lainnya menyesuaikan.
f. Pemetaan pengamalan agama (Praktek sholat dan baca Al Qur’an) dalam kehidupan sehari-hari untuk kelas X (minggu pertama KBM). g. Pendalaman Al Kitab tiap hari Jumat siang.
h. Kebaktian awal tahun ajaran.
3. Penerapan PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup)
Penerapan pendidikan lingkungan hidup merupakan bagian dari pendidikan nasional baik yang bersifat pisik maupun non fisik. Kegiatan yang bersifat fisik antara lain dengan memfasilitasi kantin yang bersih dan sehat, pengaturan sanitasi yang baik, penghijauan, dan lain-lain.
G. Penerapan Pendidikan Nilai Karakter dan Kepribadian
Penerapan pendidikan sehingga siswa memiliki sikap yang baik sesuai dengan 20 nilai akhlaq mulya baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat karena perapan pendidikan tersebut merupakan bagian dari
(68)
pendidikan nasional. Kegiatan pendidikan yang memiliki sikap yang baik sesuai dengan 20 nilai akhlak mulia menghasilkan nilai-nilai karakter dan berkepribadian Indonesia dilakukan pada pengintegrasian materi pendidikan ke dalam semua mata pelajaran.
1. Keunggulan Global
SMA Negeri 1 Kasihan pada tahun 2005/2006 memenuhi syarat untuk dijadikan sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI), yang secara nasional pada angkatan pertama berjumlah 100 sekolah RSBI. Sekolah mengembangkan program kerja jangka pendek (1 tahun) dan jangka panjang (5 tahun ). Program kerja yang dibuat oleh sekolah berdasarkan pedoman pelaksanaan RSBI yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan SMA Departemen Pendidikan Nasional dengan Rincian Program sebagai berikut:
a. Penyusunan Perangkat Pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, dan Bahan ajar) dalam bahasa Inggris.
b. Pembelajaran mata pelajaran MIPA dengan bilingual. c. Penggunaan software pembelajaran.
d. Mengadaptasikan Kurikulum Cambridge ke dalam kurikulum. e. Pembelajaran berbasis ICT.
f. Pendampingan siswa yang mengikuti Sertifikasi Cambridge. 2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Sekolah agar sesuai dengan standar SBI yang telah ditentukan yaitu Pemberian Beasiswa
(69)
study lanjut S2 sehingga syarat 30% berijasah S2 dapat terpenuhi dan penguasaan Bahasa Inggris (Tes Toefl) dan penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah dilaksanakan secara bertahap dari tahun pelajaran 2005/2006 dalam bentuk kursus/pelatihan/workshop yang diikuti oleh Kepala Sekolah, Guru, Tata Usaha, Pustakawan, dan Laboran.
3. Sarana Prasarana
Sarana prasarana yang dibutuhkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional dilaksanakan secara bertahap menurut kemempuan sekolah. Sarana dan prasarana yang sudah dimiliki oleh sekolah antar lain:
a. Seluruh ruang kelas ber AC (24 ruang) dengan fasilitas pendukung LCD.
b. 1 Laboratorium Komputer. c. 1 Laboratorium Multimedia.
d. Fasilitas Internet (Speedy, Jardiknas, dan Kendil Net). e. Fasilitas Acsess Point dan Hotspots.
f. Laboratorium IPA. g. Laboratorium Bahasa.
h. Perpustakaan (tersedia internet dan buku-buku dari Cambridge). i. Guru Mata Pelajaran difasilititasi dengan 1 buah Laptop.
(70)
4. Manajemen dan Organisasi
Sekolah telah melakukan manajemen dan organisasi dalam hal struktur sekolah dengan tugas dan wewenang yang sesuai dengan Pedoman Tupoksi Kepegawaian. Pelaksanaan tugas kegiatan RSBI dikelola secara mandiri oleh Tim yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala sekolah.
Manajemen pelaksanaan kegiatan dikoordinir oleh setiap koordinator pelaksana, yaitu: Kurikulum dan Sertifikasi, Pengembangan SDM, Sarana Prasarana dan ICT, Kerjasama antar lembaga (dengan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, Puskesmas, Media Massa, dan lain-lain). Manejemen dan administrasi yang akan dicapai oleh sekolah yaitu berbasis ICT.
5. Pengembangan Budaya
Kegiatan pengembangan budaya yang dilaksanakan sekolah, antara lain : a. Budaya tertib, yaitu mengikuti pelajaran, berpakaian, mengikuti
kegiatan sekolah, dan administrasi.
b. Budaya membaca, yaitu menyediakan buku-buku pelajaran, pendukung mata pelajaran, IPTEK, agama, sastra, dan lomba-lomba yang meningkatkan minat baca, antara lain: penulisan artikel, essai, pembuatan majalah sekolah, dan pembuatan majalah dinding, serta kegiatan karya ilmiah remaja (KIR).
(71)
c. Budaya tidak merokok dan bebas narkoba sudah ditanamkan kepada siswa sejak kelas X dan diadakan penyuluhan, pemasangan pamflet, razia secara berkala, dan lain-lain.
d. Budaya membuang sampah pada tempatnya, cinta dan ramah lingkungan baik di sekolah maupun di masyarakat.
6. Kemitraan
Sekolah menjalin kerjasama dengan sekolah yang berada di luar negeri (Australia dan Thailand) serta dengan lembaga-lembaga untuk meningkatkan kualitas sekolah agar dapat mencapai SBI secara bertahap sesuai target yang telah ditentukan.
Kemitraan dengan Australia mulai dilakukan pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 SMA Negeri 1 Kasihan mengirim guru dan siswa (6 orang) selama 1,5 bulan dengan sistem Home Stay. Pengiriman guru (2 orang) dan siswa (6 orang) menjadi program rutin SMA Negeri 1 Kasihan. Pengiriman siswa ke Australia dilakukan setiap bulan November hingga Desember.
Selain itu, kemitraan dilakukan dengan Thailand. Kemitraan ini telah dilakukan sejak tahun 2011 dengan MOU dalam bidang pertukaran guru, siswa, kurikulum, dan manajemen sekolah. Pihak sekolah mengirimkan guru (2 orang) dan siswa (4 orang). Pengiriman dilakukan pada bulan April hingga Mei.
(1)
NO. RESPONDEN
TINGKAT PENDIDIKAN
ORANG TUA POLA ASUH KN
AYAH IBU O P D
1 XI IPS 1 SD SD 43 40 76 D
2 XI IPS 1 S2 D4/S1 53 42 71 D
3 XI IPS 1 SMA/SMK SMA/SMK 43 47 61 D
4 XI IPS 1 D3 SMA/SMK 42 35 70 D
5 XI IPS 1 D4/S1 D3 42 55 71 D
6 XI IPS 1 D4/S1 D4/S1 46 51 71 D
7 XI IPS 1 D4/S1 D4/S1 29 43 68 D
8 XI IPS 1 D4/S1 D4/S1 47 32 77 D
9 XI IPS 1 S2 D4/S1 52 61 56 P
10 XI IPS 1 D4/S1 SMA/SMK 34 49 63 D
11 XI IPS 1 D4/S1 D4/S1 50 39 71 D
12 XI IPS 1 S2 S2 34 50 62 D
13 XI IPS 1 D3 D4/S1 45 32 63 D
14 XI IPS 1 SMA/SMK SMA/SMK 38 54 67 D
15 XI IPS 1 SMA/SMK SMA/SMK 46 34 76 D
16 XI IPS 1 SMA/SMK SMA/SMK 32 33 68 D
17 XI IPS 1 S2 D3 54 34 80 D
18 XI IPS 1 SMA/SMK SMA/SMK 53 53 65 D
19 XI IPS 1 S2 D3 36 51 72 D
20 XI IPS 1 SMA/SMK SMA/SMK 59 31 69 D
21 XI IPS 2 SMA/SMK D3 44 36 79 D
22 XI IPS 2 D4/S1 D4/S1 44 48 56 D
23 XI IPS 2 SMA/SMK SMA/SMK 45 41 75 D
24 XI IPS 2 SMA/SMK SMA/SMK 37 28 72 D
25 XI IPS 2 D4/S1 D4/S1 47 37 73 D
26 XI IPS 2 SMA/SMK D4/S1 40 41 59 D
27 XI IPS 2 SMA/SMK D3 55 50 77 D
28 XI IPS 2 SMA/SMK SMP 25 45 70 D
29 XI IPS 2 SMA/SMK SMA/SMK 37 42 56 D
30 XI IPS 2 SMA/SMK SMA/SMK 43 41 60 D
31 XI IPS 2 D3 D3 40 37 65 D
32 XI IPS 2 D4/S1 D3 33 27 64 D
33 XI IPS 2 S2 D4/S1 58 44 76 D
34 XI IPS 2 SMA/SMK SMA/SMK 65 36 67 D
35 XI IPS 2 SMA/SMK SMA/SMK 59 62 70 D
36 XI IPS 2 D3 D4/S1 26 25 72 D
37 XI IPS 2 D4/S1 D4/S1 33 48 65 D
(2)
39 XI IPS 2 SMP SMP 45 46 72 D
40 XI IPA 1 SMA/SMK D4/S1 48 43 67 D
41 XI IPA 1 SMA/SMK SMA/SMK 28 31 63 D
42 XI IPA 1 D4/S1 D4/S1 31 45 63 D
43 XI IPA 1 D4/S1 D4/S1 54 63 69 D
44 XI IPA 1 D3 SMP 33 47 66 D
45 XI IPA 1 SD SD 29 42 73 D
46 XI IPA 1 S2 D4/S1 45 51 64 D
47 XI IPA 1 S2 D4/S1 40 39 68 D
48 XI IPA 1 S2 S2 47 41 66 D
49 XI IPA 1 SMA/SMK SMA/SMK 41 32 78 D
50 XI IPA 1 D4/S1 SMA/SMK 35 32 70 D
51 XI IPA 1 D4/S1 D4/S1 37 51 78 D
52 XI IPA 1 D4/S1 D4/S1 24 43 62 D
53 XI IPA 1 D4/S1 SMA/SMK 39 43 66 D
54 XI IPA 1 SMP SD 30 42 74 D
55 XI IPA 1 D4/S1 D4/S1 29 43 63 D
56 XI IPA 1 SMA/SMK SMA/SMK 57 38 72 D
57 XI IPA 1 D3 D3 52 34 60 D
58 XI IPA 1 D3 D4/S1 34 37 79 D
59 XI IPA 1 D4/S1 D4/S1 46 31 61 D
60 XI IPA 2 D3 SMA/SMK 34 45 68 D
61 XI IPA 2 SMA/SMK SMA/SMK 40 24 48 D
62 XI IPA 2 S2 D4/S1 45 33 66 D
63 XI IPA 2 D3 SMA/SMK 31 39 79 D
64 XI IPA 2 D3 SMA/SMK 45 45 68 D
65 XI IPA 2 D3 D4/S1 43 46 65 D
66 XI IPA 2 D4/S1 SMA/SMK 32 40 67 D
67 XI IPA 2 D4/S1 D4/S1 44 30 66 D
68 XI IPA 2 D4/S1 D4/S1 46 27 53 D
69 XI IPA 2 D3 S2 34 33 65 D
70 XI IPA 2 SMA/SMK SMA/SMK 45 44 60 D
71 XI IPA 2 SMA/SMK D3 46 57 73 D
72 XI IPA 2 D3 SMA/SMK 29 42 67 D
73 XI IPA 2 S2 D4/S1 44 45 62 D
74 XI IPA 2 D4/S1 D4/S1 36 54 49 P
75 XI IPA 2 D4/S1 D4/S1 38 43 63 D
76 XI IPA 2 SD SMA/SMK 37 43 76 D
77 XI IPA 2 D3 SMA/SMK 28 43 55 D
78 XI IPA 2 SMA/SMK SMA/SMK 41 43 55 D
(3)
80 XI IPA 2 D4/S1 S2 59 27 62 D
81 XI IPA 3 SMA/SMK SMA/SMK 32 28 64 D
82 XI IPA 3 SMA/SMK SMA/SMK 47 39 76 D
83 XI IPA 3 D4/S1 SMA/SMK 42 44 56 D
84 XI IPA 3 SMA/SMK SMA/SMK 27 49 70 D
85 XI IPA 3 SMA/SMK SMA/SMK 32 30 62 D
86 XI IPA 3 SMA/SMK D4/S1 34 38 60 D
87 XI IPA 3 SMA/SMK SMA/SMK 39 31 71 D
88 XI IPA 3 SMA/SMK SMA/SMK 46 44 74 D
89 XI IPA 3 S2 D4/S1 33 62 73 D
90 XI IPA 3 D4/S1 D4/S1 47 38 68 D
91 XI IPA 3 D4/S1 D3 32 45 70 D
92 XI IPA 3 SMA/SMK SMA/SMK 44 36 66 D
93 XI IPA 3 S2 D3 44 38 75 D
94 XI IPA 3 SMP SD 47 45 67 D
95 XI IPA 3 SD SD 28 45 67 D
96 XI IPA 3 D3 D3 41 33 65 D
97 XI IPA 3 D4/S1 D4/S1 31 51 65 D
98 XI IPA 3 D3 SMA/SMK 29 23 59 D
99 XI IPA 3 D4/S1 SMA/SMK 47 34 61 D
100 XI IPA 3 SD SD 41 47 68 D
101 XI IPA 4 D4/S1 D3 26 49 67 D
102 XI IPA 4 SMA/SMK SMA/SMK 31 40 70 D
103 XI IPA 4 D4/S1 D4/S1 34 43 64 D
104 XI IPA 4 SMA/SMK SMA/SMK 40 66 59 P
105 XI IPA 4 SMP SMP 25 44 66 D
106 XI IPA 4 D4/S1 D3 30 38 70 D
107 XI IPA 4 D3 D3 30 41 58 D
108 XI IPA 4 D4/S1 D4/S1 45 46 76 D
109 XI IPA 4 D4/S1 D4/S1 42 45 74 D
110 XI IPA 4 SMA/SMK SMA/SMK 49 46 60 D
111 XI IPA 4 D4/S1 D4/S1 39 30 62 D
112 XI IPA 4 SMA/SMK SMA/SMK 46 56 70 D
113 XI IPA 4 D4/S1 D4/S1 43 44 74 D
114 XI IPA 4 SMA/SMK SD 28 42 72 D
115 XI IPA 4 SMA/SMK SMA/SMK 30 39 65 D
116 XI IPA 4 SMA/SMK SMA/SMK 43 40 72 D
117 XI IPA 5 SMA/SMK SMA/SMK 48 45 71 D
118 XI IPA 5 S2 S2 30 48 66 D
119 XI IPA 5 SMA/SMK SD 34 44 62 D
(4)
121 XI IPA 5 D4/S1 D4/S1 27 49 70 D
122 XI IPA 5 SMP SMA/SMK 56 33 51 O
123 XI IPA 5 D4/S1 D4/S1 31 62 63 D
124 XI IPA 5 SMA/SMK SMA/SMK 34 45 73 D
125 XI IPA 5 SMA/SMK SMA/SMK 48 40 58 D
126 XI IPA 5 SD SMP 40 25 53 D
127 XI IPA 5 SMA/SMK SMA/SMK 37 45 61 D
128 XI IPA 5 SMP SMP 29 35 60 D
129 XI IPA 5 D3 D3 46 43 61 D
130 XI IPA 5 S2 D3 30 50 58 D
131 XI IPA 5 SMA/SMK SMA/SMK 31 33 65 D
132 XI IPA 6 SMA/SMK SMA/SMK 27 38 52 D
133 XI IPA 6 SMA/SMK D3 55 30 64 D
134 XI IPA 6 D4/S1 S2 50 51 66 D
135 XI IPA 6 D4/S1 D3 31 56 77 D
136 XI IPA 6 D4/S1 D4/S1 45 39 75 D
137 XI IPA 6 S2 D4/S1 38 29 77 D
138 XI IPA 6 D3 SMA/SMK 36 42 74 D
139 XI IPA 6 SMA/SMK SMA/SMK 43 35 74 D
140 XI IPA 6 SMA/SMK SMA/SMK 42 48 63 D
141 XI IPA 6 D4/S1 D3 47 55 69 D
142 XI IPA 6 D4/S1 D4/S1 41 34 75 D
143 XI IPA 6 D4/S1 SMA/SMK 34 50 72 D
144 XI IPA 6 SMA/SMK SMA/SMK 45 42 63 D
145 XI IPA 6 S2 D3 46 59 76 D
Keterangan:
KN
: Kecenderungan
O
: Otoriter
D
: Demokratis
P
: Permisif
: Cenderung Otoriter (1 Siswa)
: Cenderung Permisif (3 Siswa)
: Cenderung Demokratis (141 Siswa)
(5)
115
LAMPIRAN 7
(6)