Hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi

(1)

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh : Puspa Wulandari NIM : 091334061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(2)

i

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMA PL St. Louis IX Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh Puspa Wulandari NIM : 091334061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan sebagai ucapan Syukur dan

Terimakasih kepada :

Allah SWT yang selalu menyertai, memberikan jalan

serta menuntun tiap langkahku.

Orang tuaku tersayang, Wibowo dan Annastasia

Patrisia Gillipa

Saudaraku tercinta, Arry Mukti Prabowo dan Intan

Utami

Satu nama yang selalu terukir dihatiku, Yafet Pringga

Pradipta.


(6)

MOTTO

 Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi jika kamu

menyerah semuanya akan berakhir tanpa ada penyelesaian.

 Hari ini bukan hari untuk menyerah tetapi hari ini adalah

hari untuk tetap semangat mencapai cita-cita.

 If you spend too much time thinking about a thing, you ll

never get it done. Make a least one definite move daily toward your goal. (Bruce Lee).

Directions is more important than speed. We are so busy looking at our speedometers that we forget the milestone

-Anonymous-v

MOTTO

 Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi jika kamu

menyerah semuanya akan berakhir tanpa ada penyelesaian.

 Hari ini bukan hari untuk menyerah tetapi hari ini adalah

hari untuk tetap semangat mencapai cita-cita.

 If you spend too much time thinking about a thing, you ll

never get it done. Make a least one definite move daily toward your goal. (Bruce Lee).

Directions is more important than speed. We are so busy looking at our speedometers that we forget the milestone

-Anonymous-MOTTO

 Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tapi jika kamu

menyerah semuanya akan berakhir tanpa ada penyelesaian.

 Hari ini bukan hari untuk menyerah tetapi hari ini adalah

hari untuk tetap semangat mencapai cita-cita.

 If you spend too much time thinking about a thing, you ll

never get it done. Make a least one definite move daily toward your goal. (Bruce Lee).

Directions is more important than speed. We are so busy looking at our speedometers that we forget the milestone


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI Studi Kasus Pada SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

Puspa Wulandari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara : (1) lingkungan belajar dan prestasi belajar siswa; (2) kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa (3) motivasi belajar dan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu pada bulan Oktober tahun 2013. Populasi penelitian ini adalah siswa Jurusan IPS di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yang berjumlah 160 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS sebanyak 97 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah korelasi Product

Moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dan prestasi belajar siswa (rx1y = -0,006 dan probabilitas = 0,482); (2) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan = antara kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa (rx2y= 0,059 dan probabilitas 0,317); (3) tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar (rx3y= 0,071 dan probabilitas = 0,284).


(10)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ENVIRONMENT, LEARNING INDEPENDENCE, LEARNING MOTIVATION AND

LEARNING ACHIEVEMENT OF STUDENTS IN STUDYING ACCOUNTING

A Case Study of SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Puspa Wulandari

Sanata Dharma University Yogyakarta

2014

This study aims to determine whether there is a relationship between : (1) learning environment and students’ learning achievement; (2) learning independence and students’ learning achievement and(3) learning motivation and students’ learning achievement.

This research was conducted at SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu in October 2013. The population of this study were 160 students of social department of Senior High School Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. The samples of this study were 97 students of the twelfth class of sosial department. The technique of taking samples was purposive sampling technique. Data collection techniques were questionnaires and documentation. The data were analyzed by using technique Product Moment correlation.

The result shows that : (1) there isn’t positive and significant relationship between learning environment and students’ learning achievement (rx1y = -0,006 and 0,482 probability); (2) there isn’t positive and significant relationship between learning independence and students’learning achievement (rx2y= 0,059 and 0,317 probability); (3) there isn’t positive and significant learning motivation and students’learning achievement (rx3y= 0,071 and 0,284 probability).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua karunia dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul ” Hubungan antara Lingkungan Belajar, Kemandirian Belajar, Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi”. Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMA PL St. Louis IX Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril, materil, dukungan, bimbingan, kerjasama dan doa, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, saran dan arahannya dalam penyusunan skripsi ini.


(12)

xi

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi dan seluruh staf karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan pelayanan selama penulis menjadi mahasiswa Pendidikan Akuntansi.

6. Kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian guna menyelesaikan skripsi ini.

7. Orang tua tersayang, Bapak Wibowo dan Ibu Annastasia Patrisia Gillipa yang sungguh hebat dan tak pernah lelah memberi dukungan, cinta, kasih sayang, perhatian, serta semangat. Lucky for me, my parents is the most amazing

persons in the world.

8. Kakakku Arry Mukti Prabowo dan Adikku Intan Utami yang selalu ada, untuk memberikan semangat dan perhatian untukku.

9. Sahabat-sahabatku tersayang Anggelina Kalaina Liwun, Agustina Etiningsih, Natalia Shara Dewanti, Fransisca Aprilia Ayu Ningtyas, Susilawati, Fajar Kartika Tya Gita, Ririska Vakta Ninda, Agnes Ria Dwi Janari, Praptomaningsih, Yennica Endang Tri Utami, Dodi Bambang Sijabat, Anggraeni Destiningsih, Th. Evilia Wulandari dan Nurul Istiqomah, terimakasih untuk kebersamaan, kasih sayang, semangat, dukungan, motivasi, dan canda tawa selama ini.You’re my best friends.

10. Yafet Pringga Pradipta, terimakasih untuk kasih sayang, pengertian dan

kesabaran yang selalu diberikan kepadaku dan terimakasih juga karena telah setia menemaniku dari awal hingga akhir.You’rethe one person I could never let go of.


(13)

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR BAGAN... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Tinjauan Teoritik ... 8

1. Lingkungan Belajar ... 8

2. Kemandirian Belajar ... 19

3. Motivasi Belajar ... 26

4. Prestasi Belajar ... 35

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 44

C. Kerangka Berpikir ... 45

D. Perumusan Hipotesis ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 50

A. Jenis Penelitian ... 50

B. Subyek dan Obyek Penelitian... 50

C. Waktu dan Tempat Penelitian... 51

D. Populasi dan Sampel... 51

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya... 52

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57


(15)

xiv

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 59

I. Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 73

A. Sejarah Berdirinya SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu 73 1. Identitas SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 73

2. Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu 76 3. Tujuan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 76

4. Strategi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 77

B. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu... 78

1. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 78

2. Kelompok Mata Pelajaran ... 79

3. Struktur Kurikulum SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu... 81

4. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 85

C. Organisasi Sekolah Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 89

D. Sumber Daya Manusia SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 99

E. Siswa SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 100

F. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 100

G. Fasilitas Pendidikan dan Latihan... 102

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 105

A. Deskripsi Data ... 105

1. Lingkungan Belajar ... 106

2. Kemandirian Belajar ... 106

3. Motivasi Belajar... 107

4. Prestasi Belajar Siswa... 108

B. Uji Prasyarat ... 109

1. Uji Normalitas ... 109

C. Pengujian Hipotesis... 111

1. Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 111

2. Hubungan Antara Kemandirian Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 113

3. Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa... 114

D. Pembahasan ... 115

1. Hubungan Antara Lingkungan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 115


(16)

xv

2. Hubungan Antara Kemandirian Belajar dan Prestasi

Belajar Siswa ... 117

3. Hubungan Antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa... 120

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 124

A. Kesimpulan... 124

B. Keterbatasan ... 125

C. Saran... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Pengembangan Indikator Variabel Lingkungan

Belajar ... 54

Tabel 3.2 Pengembangan Indikator Variabel Kemandirian Belajar ... 55

Tabel 3.3 Pengembangan Indikator Variabel Motivasi Belajar ... 56

Tabel 3.4 Penilaian Variabel Prestasi Belajar Siswa... 57

Tabel 3.5 Skor Pernyataan Kuesioner ... 59

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Pertama Variabel Lingkungan Belajar ... 61

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Kedua Variabel Lingkungan Belajar ... 62

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Pertama Variabel Kemandirian Belajar ... 63

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Pertama Variabel Motivasi Belajar 64 Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Kedua Variabel Motivasi Belajar .. 65

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel... 66

Tabel 3.12 Tingkat KeterandalanVariabel Penelitian ... 67

Tabel 3.13 Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi... 72

Tabel 4.1 Daftar kepala Sekolah yang Pernah Bertugas ... 75

Tabel 4.2 Cakupan Kelompok Mata Pelajaran... 80

Tabel 4.3 Muatan Kurikulum ... 82

Tabel 4.4 Skala Penilaian Penentuan KKM ... 85

Tabel 4.5 KKM Setiap Mata Pelajaran Kelas X... 85

Tabel 4.6 KKM Setiap Mata Pelajaran Kelas XI IPA ... 86

Tabel 4.7 KKM Setiap Mata Pelajaran Kelas XI IPS ... 87

Tabel 4.8 KKM Setiap Mata Pelajaran Kelas XII IPA ... 87

Tabel 4.9 KKM Setiap Mata Pelajaran Kelas XII IPS ... 88

Tabel 4.10 Daftar Pegawai SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu ... 99

Tabel 4.11 Daftar Siswa-siswi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Berdasarkan Jenis Kelamin ... 100

Tabel 5.1 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Lingkungan Belajar ... 106

Tabel 5.2 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Kemandirian Belajar ... 107

Tabel 5.3 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Motivasi Belajar ... 108


(18)

xvii

Tabel 5.4 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Prestasi Belajar

Siswa ... 108 Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas... 110 Tabel 5.6 Interpretasi Hubungan Antar Variabel ... 111 Tabel 5.7 Hasil Pengujian Korelasi Pearson Lingkungan Belajar

dan Prestasi Belajar Siswa... 112 Tabel 5.8 Hasil Pengujian Korelasi Pearson Kemandirian

Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 113 Tabel 5.9 Hasil Pengujian Korelasi Pearson Motivasi Belajar


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Logo SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu... 75


(20)

xix

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 4.1 Logo SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu... 89


(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner... 129

Lampiran 2 Data Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 138

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 143

Lampiran 4 Data Penelitian ... 153

Lampiran 5 Hasil Analisis Data ... 167

Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas... 170

Lampiran 7 Hasil Uji Korelasi ... 172

Lampiran 8 Tabel r... 175


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan ukuran kuantitasnya. Oleh karena itu, ukuran kuantitatif tersebut umumnya didekati dengan pencapaian prestasi dalam belajar. Sementara, prestasi belajar dapat ditentukan berdasarkan hasil evaluasi belajarnya

Prestasi belajar yang dicapai siswa adalah hasil dari kegiatan belajarnya. Syah (2003:133) mengatakan bahwa pendekatan belajar (approach to learning), strategi belajar, dan metode belajar adalah faktor-faktor yang menentukan tingkat efisiensi kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa. Sering ditemukan dalam kenyataan bahwa siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) lebih tinggi daripada teman-temannya puncak prestasinya kurang memuaskan, tetapi sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta rata-rata atau sedang dapat mencapai puncak prestasi yang memuaskan. Perbedaan kedua hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dalam hal usaha belajar, metode/cara belajar dan strategi dalam belajar. Seberapa besar kemampuan siswa dalam mencapai prestasi juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari luar maupun dari dalam diri siswa.


(23)

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya lingkungan, keadaan cuaca, motivasi yang diberikan oleh guru, strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru, dll. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya kondisi tubuh siswa, tingkat intelegensi, kemandirian siswa, motivasi siswa dalam belajar, bakat siswa, kedisiplinan siswa dalam belajar.

Faktor lingkungan memegang peran penting dalam kehidupan siswa. Siswa tidak bisa lepas dari lingkungan tersebut karena siswa selalu berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tingkat kemandirian belajar dan motivasi dalam belajar biasanya dipengaruhi oleh lingkungan dimana siswa tersebut tinggal. Hubungan antara lingkungan, kemandirian belajar, dan motivasi dalam belajar itu yang akan menjadi penentu hasil/prestasi belajar siswa.

Siswa yang bertempat tinggal di lingkungan yang kumuh, ramai, kotor, tidak memiliki sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar serta kondisi negatif lainnya tidak akan mendukung dalam belajar. Dengan keadaan lingkungan tersebut, siswa akan terganggu kenyamanannya dalam belajar. Hal ini mengakibatkan hasil/prestasi yang mereka dapat menjadi tidak maksimal. Sebaliknya, jika siswa yang bertempat tinggal di daerah yang tenang, bersih, tidak banyak anak-anak yang putus sekolah serta tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar. Maka siswa akan dapat belajar dengan maksimal dan merasa nyaman dalam belajar sehingga akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.


(24)

Keberhasilan usaha dalam belajar siswa juga didukung oleh kemandirian siswa. Siswa yang memiliki kemandirian dalam belajar akan mencapai prestasi belajar yang optimal. Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum mampu mengatur/mengarahkan dirinya sendiri dalam aktivitas belajar. Kebiasaan-kebiasaan belajar masih sering merupakan tanggapan dari tuntutan eksternal, bukan tanggapan untuk memenuhi kebutuhan atas dirinya sendiri. Siswa biasanya lebih cenderung untuk bergantung pada orang lain dan tidak memiliki inisiatif sendiri sehingga siswa lebih mengharapkan untuk diberi daripada mencari tersebut sendiri. Kecenderungan untuk saling menggantungkan dan bekerjasama antar siswa ini dapat terlihat pada saat siswa melaksanakan ujian, pada saat siswa mengerjakan tugas, dan dalam pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan lainnya.

Di dalam kelas terdapat beberapa siswa yang tidak mendengarkan guru pada saat mengajar, beberapa siswa lebih sibuk dengan hal yang mereka lakukan saat itu daripada mendengarkan guru. Hal-hal yang mereka lakukan misalnya mengerjakan tugas mata pelajaran lain, menggobrol dengan teman lain, bermain HP dan hal-hal yang lain. Selain itu juga terlihat beberapa siswa yang jarang memanfaatkan waktu luang mereka untuk membaca di perpustakaan misalkan pada saat jam kosong atau disaat tidak ada pelajaran. Kondisi aktivitas belajar siswa yang demikian akan menentukan pencapaian prestasi belajar yang cenderung rendah


(25)

dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa yang mandiri, mereka lebih berinisiatif, kreatif dan mampu mengatur waktu belajar.

Selain kemandirian belajar dibutuhkan juga motivasi untuk belajar. Hal ini ditujukan agar siswa dapat selalu bersemangat dalam belajar. Masalah yang sering berkaitan dengan motivasi belajar siswa terutama siswa di SMA adalah siswa sering merasakan kurang motivasi dalam dirinya sehingga siswa menjadi malas dalam belajar, malas untuk berpartisipasi aktif didalam kelas, siswa berpendapat bahwa siswa akan tetap bisa lulus atau naik kelas dengan mudah meskipun dengan nilai yang rata-rata. Sikap seperti inilah yang harus dihilangkan dari dalam diri siswa karena dengan sikap yang seperti ini, siswa sampai kapan pun tidak akan pernah bisa untuk mengelola dirinya dengan tepat. Baik itu sebagai siswa, sebagai mahasiswa maupun sebagai karyawan yang telah bekerja disuatu tempat. Motivasi akan tumbuh didalam diri siswa apabila siswa mau untuk merubah sikap buruknya misal malas belajar, lebih memilih bermain atau tidur daripada belajar, menonton TV sampai malam dan sikap-sikap lainnya. Selanjutnya Motivasi siswa untuk belajar akan berhubungan dengan prestasi atau hasil belajar siswa. Semakin tinggi motivasi yang diberikan terhadap siswa untuk mengelola dirinya dalam belajar maka hasil yang akan diperoleh siswa dalam akademik akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah motivasi yang diberikan terhadap siswa untuk mengelola dirinya dalam belajar maka hasil yang akan diperoleh siswa dalam akademik akan semakin menurun.


(26)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud meneliti apakah prestasi belajar berhubungan dengan lingkungan belajar, kemandirian belajar, dan motivasi belajar. Penelitian selanjutnya diberi judul “Hubungan Antara Lingkungan Belajar, Kemandirian Belajar, Motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi” dengan studi kasus pada siswa kelas XII SMA PL St. Louis Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

B. Batasan Masalah

Banyak faktor yang menjadi penentu prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya kondisi tubuh siswa, tingkat intelegensi, bakat siswa, kemandirian. Sedangkan faktor eksternal misalnya lingkungan sosial, keadaan cuaca, alat-alat belajar dan lain-lain. Penelitian ini memfokuskan pada faktor lingkungan belajar, kemandirian belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa akuntansi.

C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara lingkungan belajar dan prestasi belajar siswa di SMA PL St. Louis Sedayu?

2. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa SMA PL St. Louis Sedayu?


(27)

3. Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa SMA PL St. Louis Sedayu?

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dirumuskan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara lingkungan belajar dan prestasi belajar siswa akuntansi SMA PL St. Louis Sedayu.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa akuntansi SMA PL St. Louis Sedayu.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa akuntansi SMA PL St. Louis Sedayu.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi siswa untuk memperhatikan lingkungan belajarnya, sehingga dapat mengusahakan dan menjadikan lingkungan tersebut untuk dapat mendukung proses belajar dan menumbuhkan motivasi belajar siswa


(28)

serta kemandirian belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Bagi Guru dan Pengelola Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam mendidik siswa agar siswa lebih mandiri dalam belajar dan memperhatikan lingkungan belajar di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

3. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi orang tua dalam pendidikan putra putri mereka, agar lebih diperhatikan dalam belajar khususnya melatih kemandirian belajar, meningkatkan motivasi belajar dan memperhatikan lingkungan belajar di dalam keluarga maupun di masyarakat agar tetap dapat mendukung belajar sehingga prestasi belajar putra putri mereka dapat meningkat.

4. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan sebagai latihan dalam menganalisis suatu masalah.


(29)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik 1. Lingkungan Belajar

Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu (Hamalik, 2007: 195). Menurut M. Dimyati (1989: 126) lingkungan adalah segala yang ada di sekitar seseorang yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar, karena siswa hidup dalam masyarakat yang tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial keluarga dan masyarakat luas. Sejalan dengan hal tersebut Muhibbin Syah (2003: 154-155) mengelompokan lingkungan menjadi dua macam, yaitu:

1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas belajar seorang siswa. Guru dapat memperlihatkan teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar sehingga dapat menjadi dorongan yang positif dalam kegiatan belajar siswa. interaksi antara guru dengan siswa secara intim dapat memperlancar proses belajar mengajar. Seperti siswa


(30)

yang dekat dengan guru akan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. Begitu pula hubungan antar siswa juga berpengaruh terhadap proses belajar.

Lingkungan sosial siswa, meliputi masyarakat, tetangga, dan teman- teman di sekitar di sekitar perkampungan. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat menjalin hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah dan koran yang kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi (Roestiyah, 1982:162). Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan, hal ini tentu juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.


(31)

Siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan bagian dari masyarakat. Komunikasi yang terjalin di dalam lingkungan keluarga maupun dengan anggota masyarakat lain, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergaulan yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa akan tanggungjawabnya sebagai seorang pelajar.

Roestiyah (1982:162) berpendapat bahwa anak tetap perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk sehingga dapat mempengaruhi sikap anak di dalam kesehariannya. Sikap ini akan menetukan anak di dalam arah kehidupannya, di dalam kegiatan belajarnya maupun didalam kegiatan anak yang lainnya.

Anak-anak yang tinggal di lingkungan brutal memang tidak mempunyai alasan untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan memberi peluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin dalam kegiatan belajar, dapat menjadi dorongan semangat bagi anak tersebut dalam melakukan kegiatan rajin belajarnya.


(32)

Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila teman-teman di sekitarnya itu sebagian besar merupakan teman sekelasnya, maka mereka dapat mengadakan kegiatan belajar bersama/belajar kelompok. Belajar bersama ini dimaksudkan untuk dapat mengatasi masalah-masalah/kesulitan-kesulitan di dalam belajar serta dapat saling membantu jika ada salah satu dari mereka yang ketinggalan di dalam menempuh mata pelajaran di kelas.

Menurut Winkel (1989:109), keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang


(33)

timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatis/dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, sering menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar/menghambatnya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimana sikap siswa menanggapi lingkungannya dapat menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan kebutuhan yang dapat menunjang keberhasilan belajar siswa.

2. Lingkungan non sosial

Lingkungan non sosial yang menunjang dalam proses belajar siswa adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah yang menjadi tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) misalnya akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas untuk dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti ini jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.


(34)

Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study

time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J.

Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu –waktu yang lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn et al, 1986).

Diantara siswa ada yang siap belajar pagi hari, ada pula yang siap pada sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan study

time preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya.

Namun demikian, menurut hasil penelitian mengenai kinerja baca (reading performance) sekelompok mahasiswa disebuah universitas di Australia Selatan, tidak ada perbedaan yang berarti antara hasil membaca dipagi hari dan hasil membaca pada sore hari. Selain itu, keeratan korelasi antara waktu yang disenangi untuk belajar dengan hasil membaca pun sulit dibuktikan. Bahkan mereka yang lebih senang belajar pada pagi hari dan dites pada sore hari ternyata hasilnya tetap baik sebaliknya ada pula diantara mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan dites pada saat yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (Syah, 1990).


(35)

Dengan demikian waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, tak perlu dihiraukan. Sebab bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem memori siswa dalam menyerap, mengelola dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.

Selain itu, ada sebelas faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut Roestiyah (1982:159-162) yaitu sebagai berikut.

a. Interaksi guru dan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, meyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa yang merasa jauh dari guru, maka akan segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara penyajian.

Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. c. Hubungan antara murid.

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling


(36)

bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.

d. Standar pelajaran di atas ukuran.

Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan.

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitetnya.


(37)

f. Kurikulum.

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan Gedung.

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

h. Waktu sekolah.

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.


(38)

i. Pelaksanaan disiplin.

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

j. Metode belajar.

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah.

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.


(39)

Hal ini yang perlu diperhatikan yaitu masalah kebersihan. Lingkungan rumah, kelas maupun sekolah yang bersih dapat menimbulkan rasa nyaman bagi siswa untuk belajar dan mendukung proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bagaimana sikap siswa dalam menanggapi lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial dapat menjadi penentu berhasil tidaknya pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatau yang dapat menunjang keberhasilan belajar.

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat siswa untuk belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua sebagai keluarga, teman-teman dan guru di lingkungan sekolah siswa serta teman-teman-teman-teman di masyarakat siswa itu sendiri. Ini sesuai dengan pendapat Petterson dan Loeber (1984) seperti yang dikutip oleh Syah (2012:154) yang mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak


(40)

mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Oleh karena itu siswa yang sedang mengalami/menjalani proses belajar, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

Di sini saya sebagai peneliti akan meneliti mengenai lingkungan sosial siswa, karena menurut saya lingkungan sosial tersebut harus lebih diperhatikan karena dapat menunjang keberhasilan belajar dari siswa.

2. Kemandirian Belajar

Kemandirian (kematangan pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan, kedua unsur tersebut dalam kesatuan pribadi. Dengan kata lain, manusia mandiri adalah pribadi yang dewasa yang sempurna. Seorang manusia harus tahu apa yang dilakukannya, dan sadar apa yang akan dituju menjadi pribadi yang utuh dan tertata. Inilah sifat dan sikap manusia yang matang dan yang mandiri. Ia tahu dan akan menerima baik keunggulannya maupun kelemahannya. Ia tidak memiliki kerendahan hati yang palsu karena ia sadar dan bangga atas kepribadiannya yang berharga serta penting bagi sesama. Ia mempergunakan kemampuannya secara penuh. Ia pantang mundur walaupun ada kekurangan padanya. Ia menerima dirinya sendiri dan orang lain apa adanya. Ia berani to face the facts, berani menghadapi kenyataan. Kemandirian pribadi adalah hasil suatu proses.


(41)

Kemandirian dalam belajar akan membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya. Mereka ditantang dan dituntut menjadi manusia muda yang mandiri. Mereka mempunyai hak untuk dapat berkembang sebagai anak, serta untuk menuju kemandirian yang dewasa. Kemandirian dalam belajar menurut Dimyati (1998:51) dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar.

Pengertian kemandirian menurut Masrun (1986:84), yaitu adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain, mampu berpikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisisiatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mempengaruhi lingkungannya, mempunyai rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai keadaan diri sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Sedangkan pengertian kemandirian menurut Samana, (dalam Susmeini, 1998:37), adalah sikap bagaimana seseorang itu dapat mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian belajar seseorang sangat tergantung pada pada seberapa jauh seseorang


(42)

tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar mandiri siswa akan berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dibaca/dilihatnya melalui media pandang dan dengar. Jika siswa mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan bertanya atau mendiskusikan dengan teman, guru atau pihak lain lain yang sekiranya lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkan serta harus mempunyai kreativitas inisiatif sendiri dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya.

Dari beberapa pengertian kemandirian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain dalam mengatur kegiatan belajarnya, atas dasar sifat bebas, progresif, ulet, inisiatif, aktif, mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab.

Kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Kemandirian yang ada di dalam diri siswa biasanya ditunjukan dalam tingkah laku sebagai berikut.

1. Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya.

Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa yang lainnya. Adanya interaksi antara siswa dengan siswa lainnya dapat menyebabkan siswa tersebut dapat mengetahui tingkat kemampuannya dibanding dengan kemampuan temannya. Apabila siswa merasa


(43)

kemampuannya masih kurang dibanding temannya, ia akan termotivasi untuk bersaing dalam mempelajari suatu pokok bahasan.

Setiap siswa yang melibatkan dirinya dalam suatu persaingan yang sehat dan dapat memenangkan persaingan tersebut harus berusaha keras untuk membangkitkan keberanian, semangat juang dan rasa percaya diri yang maksimal.

Aplikasi pada siswa adalah bersaing dalam upaya memahami materi yang dipelajari dengan memperbanyak sumber literatur dari berbagai media (misalnya perpustakaan, internet, dan lain-lain) serta mempunyai waktu khusus untuk mempelajari materi tersebut di luar jam sekolah sehingga siswa dapat mencapai prestasi dalam belajar dan memenangkan persaingan tersebut.

2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Siswa yang mempunyai inisiatif senantiasa tidak menunggu orang lain untuk melakukan sesuatu. Ia mampu bergerak di depan dan seringkali menjadi contoh perubahan di dalam kelompoknya. Kemampuan mengambil keputusan dan inisiatif dipengaruhi oleh respon siswa terhadap apa yang ada dan terjadi di sekitar untuk dijadikan bahan kajian belajar.

Aplikasinya pada siswa adalah mempunyai inisiatif untuk mempelajari dahulu materi sebelum diajarkan oleh guru serta


(44)

berinisiatif mengerjakan soal-soal sendiri pada mata pelajaran yang diterimanya disekolah dengan memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya, termasuk dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

3. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Siswa yang memiliki kepercayaan diri tidak mudah terpengaruh oleh apa yang dilakukan orang lain. Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung memiliki rasa percaya diri, yaitu selalu bersikap tenang dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru dengan memanfaatkan segala potensi atau kemampuan yang dimiliki dan tidak mudah terpengaruh orang lain dalam mengerjakan tugas-tugasnya serta tidak mencontek.

4. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang menyadari hak dan kewajibannya sebagai seorang peserta didik. Tanggungjawab seorang siswa adalah belajar dan mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, selain itu siswa yang bertanggung jawab adalah yang mampu mempertanggungjawabkan proses belajar berupa nilai dan perubahan tingkah laku.


(45)

Kemandirian juga dipengaruhi oleh beberapa komponen. Menurut Masrun (1986:85) ada beberapa komponen-komponen utama kemandirian.

1. Bebas

Faktor ini ditunjukan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain.

2. Progresif dan ulet

Ini nampak dari adanya usaha untuk mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan-harapannya. 3. Inisiatif

Komponen ini meliputi kemampuan berfikir, bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif.

4. Pengendalian diri dari dalam

Komponen ini meliputi perasaan mampu mengatasi masalah, kemampuan mengendalikan diri dari dalam, dan kemampuan mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri.

5. Kemampuan diri

Kemampuan diri mencakup aspek percaya terhadap kemampuan diri, menerima dirinya, dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Menurut Samana (Susmeini, 1998:38), ciri-ciri kemandirian belajar adalah usaha seseorang untuk menyadari, serta memiliki tujuan belajar, keteraturan serta kesungguhan mendalami bahan, kritis, taksis dalam memilih dan menggunakan metode serta sarana, berdisiplin dalam


(46)

aturan dan perencanaan, berinisiatif dan berani menciptakan hal-hal baru untuk meningkatkan efisiensi belajar, percaya diri dan optimis terhadap hasil yang dicapainya dan bersikap realistis serta bertanggung jawab.

Menurut Lenner (Barus, 2002:2), aspek-aspek kemandirian mencakup : kebebasan untuk bertindak, tidak bergantung kepada orang lain, tidak terpengaruh lingkungan, bebas mengatur kebutuhan sendiri, kebebasan untuk mengambil inisiatif mengatasi hambatan, melakukan sesuatu yang tepat, gigih dalam usaha, melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, aktivitas perilaku yang terarah pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa minta bantuan kepada orang lain dan mampu mengatur/memerintah diri sendiri.

Kemandirian belajar yang dipunyai siswa dalam mengatur kegiatan belajar secara bebas, progresif, penuh inisiatif, maupun tanggung jawab tersebut akan menentukan hasil belajar yang dicapai. Menurut Degeng (dalam Barus 2002:8) salah satu temuannya menyebutkan bahwa siswa yang memiliki kemandirian, ternyata secara signifikan memiliki prestasi belajar tinggi dari pada siswa yang tidak mandiri. Oleh karena itu, (Holstein, 1986:186) kemandirian merupakan unsur penting dalam kegiatan belajar dan jelas dapat memperbaiki mutu karena menyangkut inisiatif pelajar.


(47)

3. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu (Hamzah 2007 : 3). Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2007 : 3). Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan tau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman 2008 : 75). Sedangkan motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati & Mudjiono 2013 : 80). Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Sardiman A.M (2008 : 75), mendefinisikan motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada beberapa motif yang


(48)

bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non- intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal dengan adanya motivasi belajar yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan (Winkel, 1987). Siswa yang memiliki motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardi, 1975).

(Sardiman, 2007:83) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin, dapat


(49)

mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah.

Banyak riset yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini kaitan antara motivasi dengan perolehan dan atau prestasi ini tidak hanya dalam belajar dalam kerja pun motivasi ini juga sangat penting. Oleh karena itu motivasi belajar sangat urgent dalam peningkatan perolehan belajar dalam kasanah kepustakaan kependidikan, motivasi sering disebut secara berulang sebagai variabel yang banyak menentukan perolehan belajar. Bahkan orang yang sukses disegala bidang lebih banyak disebabkan oleh tingginya motivasi yang mereka punyai.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A. M. (2008:85), fungsi motivasi adalah sebagai berikut.

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan


(50)

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan–perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

c. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Menurut (Sardiman, 2008: 91 –95) ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah yaitu sebagai berikut.

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin


(51)

mengejar pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan yang diajarka kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan afeksinya.

2) Hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak lah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

3) Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sabagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak


(52)

dimanfaatkan didalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.

4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya. 5) Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitis. Dala hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya kalau ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.


(53)

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7) Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memumupk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada ungsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan menjadi lebih baik, bila


(54)

dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10) Minat

Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.

c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

11) Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.


(55)

Disamping bentuk-bentuk motivasi sabagaimana diuraikan diatas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tatapi guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.

d. Jenis–Jenis Motivasi Belajar

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sardiman (2008: 86 – 90) mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu.

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

1) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir. 2) Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul

karena dipelajari.

b. Motivasi menurut pembagiaan dari woodworth dan marquis dalam sardiman.

1) Motif atau kebutuhan organismisalnya, kebutuhan minum, makan, bernafas, seksual, dan lain-lain.

2) Motif-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.


(56)

3) Motif-motif objektif c. Motivasi jasmani dan rohani.

1) Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya.

2) Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat. d. Motivasi intrisik dan ekstrinsik.

1) Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar.

4. Prestasi Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan gejala belajar, dalam arti kita tidak akan bisa melakukan kegiatan tersebut kalau kita tidak belajar terlebih dahulu. Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku seseorang dengan serangkaian kegiatan melalui penguasaan materi, ilmu pengetahuan untuk menjadikan seseorang menjadi manusia seutuhnya. Belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman


(57)

keterampilan dan sikap. Menurut Winkel (1996:53), belajar merupakan suatu aktivitas mental dan psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Menurut Muhibbin Syah (1997 : 141), prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran disekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Belajar bukan merupakan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Sementara itu, Hilgard (1984:3) dalam bukunya yang berjudul “Theories of Learning” menyatakan bahwa: “Learning is the process by which an activity originates or is changed throught reacting to an encountered situation, provided that the characteristics of the change in activity cannot be explained on the basis of native response tendencies, maturation or temporary states of the organism.” Belajar diartikan sebagai suatu proses kegiatan reaksi terhadap lingkungan, namun perubahan tersebut tidak dapat dikatakan belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau kegiatan sementara orang. Dalam pengertian ini diketahui bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan sebagai hasil reaksi terhadap lingkungan. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perubahan merupakan hasil dari belajar, sebab ada perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara orang.


(58)

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah dalam sejarah kehidupan karena sepanjang rentang kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi juga merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan. Proses yang dilakukan tersebut menghasilkan suatu perubahan yang khas, yaitu perubahan dalam sikap atau tingkah laku yang dicapai dan dapat dilihat secara nyata serta dapat diukur dengan menggunakan alat ukur, yaitu tes.

Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di dalam mengarungi kehidupannya, diantara tujuan yang dicapai tersebut antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. Prestasi dalam hal belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya hal ini ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Mulyono, 1990:30). Senada dengan penulis ini, Winkel (1989:100) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sementara Winkel (1991:39), menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang berlangsung dalam


(59)

interaksi subyek dengan lingkungannya yang akan di simpan atau dilaksanakan menuju kemajuan.

Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya. Sehingga jika dihubungkan atau dikaitkan dengan prestasi belajar maka definisi dari prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ali, 1995:787) adalah Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes.

Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar maka mengenal apa yang dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyatakan seberapa jauh hasil yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang. Belajar sendiri merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan dengan didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Suryobroto, 1984:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa tertentu.


(60)

Dari beberapa pengertian tentang prestasi tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan kemampuan yang dinyatakan dalam nilai rapornya, setelah siswa tersebut selesai mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil setelah proses belajar menyatakan (mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses belajar.

Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya. Hasil belajar adalah perubahan di dalam diri seorang pelajar, dimana ia dapat mempunyai hasil yang berbeda-beda dan apa yang telah diketahui. Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Evaluasi adalah usaha penilaian terhadap suatu hal, bisa dari segi tujuan yang ingin dicapai, gagasan, cara kerja, metode.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa (Dimyati & Mudjiono, 2013:239-254) yaitu sebagai berikut.

1. Faktor internal

a. Sikap terhadap belajar.

Sikap merupakan kemampuan dalam memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak atau mengabaikan kesempatan belajar.


(61)

b. Motivasi belajar.

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi yang lemah akan melemahkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar ikut rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu dikuatkan terus menerus, agar siswa memiliki hasil belajar yang baik, yang pada akhirnya semakin meningkatkan motivasi berprestasi.

c. Konsentrasi belajar.

Konsentrasi belajar merupakan kekuatan mental untuk memusatkan perhatian pada pelajaran yang tertuju pada bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru memerlukan berbagai macam strategi belajar mengajar, serta memperhitungkan waktu belajar serta selingan untuk istirahat.

d. Mengolah bahan belajar.

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara perolehan ajaran yang dikembangkan di berbagai mata pelajaran, sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa pengetahuan, nilai agama, nialai kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani. Cara memperoleh ajaran berupa bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumus matematika.


(62)

e. Menyimpan perolehan hasil belajar.

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Proses belajar terdiri dari proses penerimaan, pengolahan, penyimpanan dan pengaktifan yang berupa penguatan serta pembangkitan kembali untuk dipergunakan lagi.

f. Menggali hasil belajar yang tersimpan.

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam pesan baru siswa akan mencoba mengaitkan dengan bahan yang lama atau mempelajari kembali. Proses kembali pesan lama dapat berwujud transfer belajar atau unjuk prestasi belajar. Gangguan dalam menggali atau mengulas kembali ini bersumber pada kesukaran dalam penerimaan, pengolahan dan penyimpanan.

g. Kemampuan prestasi atau unjuk hasil belajar.

Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar yang membuktikan keberhasilan belajar dalam memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi terpengaruh oleh proses penerimaan, pengaktifan, prapengolahan, pengolahan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.


(63)

h. Rasa percaya diri siswa.

Rasa percaya diri tumbuh dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Unjuk prestasi merupakan tahap perwujudan diri yang diakui oleh orang-orang disekitar siswa misalkan teman belajar, guru, orang tua. Bagi siswa yang kurang memiliki rasa percaya diri untuk mengatasinya guru dan orang tua harus terus menerus memberikan penguatan, pengakuan, dan kepercayaan sampai siswa tersebut berhasil memiliki rasa percaya diri.

i. Intelegensi dan keberhasilan belajar.

Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa berhasil memecahkan masalah dalam belajar maupun kehidupan sehari-hari.

j. Kebiasaan belajar.

Kebiasaan belajar harusnya dilakukan siswa setiap hari, mengajarkan siswa untuk bisa lebih mengatur waktu atau membiasakan menerapkan disiplin waktu.

k. Cita-cita siswa.

Cita-cita merupakan motivasi intrinsik yang perlu ditanamkan sejak dini, sejak siswa menerima pendidikan awal. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa.


(64)

2. Faktor eksternal

a. Guru sebagai pembina siswa belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Sebagai pendidik, guru harus mampu memusatkan perhatian pada kepribadian siswa dan sebagai pembina belajar terutama untuk membangkitkan motivasi belajar pada siswa sehingga pelaksanaan dan pengevaluasian pembelajaran secara jujur dan obyektif dapat berjalan dengan baik sehingga hasil yang diperoleh memuaskan dan hasil belajar siswa dapat dilaporkan kepada orang tua siswa.

b. Prasarana dan sarana pembelajaran.

Kelengkapan sarana dan prasarana belajar merupakan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.

c. Faktor keluarga

Hubungan yang baik diantara anggota keluarga dapat membantu siswa dalam terselenggaranya kegiatan belajar siswa yang dapat menjadi modal baik untuk memperoleh prestasi belajar yang baik pula.

d. Faktor lingkungan.

Lingkungan dimana kegiatan belajar siswa berlangsung memiliki pengaruh pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Lingkungan yang sehat, bersih, dan nyaman merupakan faktor pendukung untuk siswa dalam meraih prestasi yang baik.


(65)

e. Kurikulum sekolah

Kurikulum merupakan program belajar yang telah ditentukan atau dirancang oleh sekolah untuk memberikan arah dalam pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum yang berlaku disekolah adalah kurikulum yang telah disahkan oleh pemerintah sebagai kurikulum nasional. Perubahan kurikulum akan mengacaukan sistem pembelajaran yang telah berjalan sehingga tujuan, isi, kegiatan belajar serta evaluasi menjadi berubah arah dan menjadi masalah bagi pelaksana pendidikan.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.

B. Kajian Hasil Peneitian Yang Relevan

Beberapa peneliti sebelumnya yang meneliti tentang beberapa variabel (Lingkungan Belajar, Kemandirian Belajar dan Motivasi Belajar) yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa antara lain :


(66)

Hasil Penelitian dari Indrawati (2004) yang dilakukan di Universitas Sanata Dharma menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa dan ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan pretasi belajar akuntansi siswa.

Hasil penelitian dari Agnes Kartika Vidyanti (2005) yang berjudul hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar, dan jumlah jam belajar siswa dengan prestasi belajar siswa yang menunjukkan tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa, dan ada hubungan yang positif dan signfikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa.

Hasil Penelitian dari suciningrum (2006) yang berjudul hubungan antara motivasi belajar, disiplin belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa yang menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa dan ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara lingkungan belajar dan prestasi belajar siswa. Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh tertentu kepada individu (Hamalik, 2003: 195). Sedangkan menurut Dimyati (1979:126) lingkungan adalah segala


(67)

sesuatu yang ada di sekitar seseorang yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam proses belajar siswa, karena siswa hidup dalam masyarakat tidak lepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Hubungan baik antara siswa dengan orang-orang yang ada di lingkungannya akan menguntungkan siswa itu sendiri, dalam arti dapat mendukung situasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi kesimpulannya, lingkungan belajar yang mendukung akan mendorong siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, dan sebaliknya lingkungan belajar yang tidak mendukung akan menjadikan prestasi belajar siswa akan rendah.

2. Hubungan antara kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa. Belajar merupakan kegiatan wajib seorang siswa. Kegiatan belajar siswa ini tidak lepas dari sikap siswa itu sendiri, khususnya kemandirian. Kemandirian (kematangan pribadi) dapat didefinisikan sebagai keadaan kesempurnaan dan keutuhan, kedua unsur tersebut dalam kesatuan pribadi. Seorang manusia harus tahu apa yang dilakukannya, dan sadar apa yang akan dituju menjadi pribadi yang utuh dan tidak berantakan.

Kemandirian dalam belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati, 1998:51). Pengertian kemandirian menurut Samana, (Susmeini,


(68)

1998:37), adalah sikap seseorang dalam kemandirian belajar dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan belajarnya, atas dasar pertimbangan keputusan dan tanggung jawabnya sendiri. Kemandirian dalam belajar merupakan bekal untuk siswa dalam meraih prestasi yang baik. Kemandirian belajar siswa terlihat dalam usaha-usaha siswa didalam memenuhi/mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam proses belajar. Siswa yang kurang/tidak mandiri akan menjadikan prestasi belajarnya juga akan rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemandirian belajar siswa maka prestasi belajarnya akan semakin tinggi dan sebaliknya, semakin rendah kemandirian belajar siswa maka prestasi belajarnya juga akan semakin rendah.

3. Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. Ada beberapa ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat dikenali melalui proses belajar mengajar dikelas, sebagaimana dikemukakan (Brown, 1981) sebagai berikut : tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatian terutama kepada guru, ingin selalu bergabung ke dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain, tindakan, kebiasaan, dan moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.


(69)

(Sardiman, 1986) mengemukakan bahwa ciri-ciri motivasi yang ada pada diri seseorang adalah tekun dalam menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu lama, ulet dalam menghadapi kesulitan dan tidak mudah putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh, menunjukkan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan apa yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah.

Banyak riset yang membuktikan bahwa tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan tingginya prestasi belajar. Bahkan pada saat ini kaitan antara motivasi dengan perolehan dan atau prestasi ini tidak hanya dalam belajar dalam kerja pun motivasi ini juga sangat penting.

Oleh karena itu motivasi belajar sangat urgent dalam peningkatan perolehan belajar dalam kasanah kepustakaan kependidikan, motivasi sering disebut secara berulang sebagai variabel yang banyak menentukan perolehan belajar. Bahkan orang yang sukses disegala bidang lebih banyak disebabkan oleh tingginya motivasi yang mereka punyai.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyak motivasi belajar yang diberikan kepada siswa maka prestasi belajarnya akan semakin


(70)

tinggi dan sebaliknya, semakin sedikit motivasi belajar yang diberikan kepada siswa maka prestasi belajarnya akan semakin rendah.

D. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang belum final dan masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam pengertian ini merupakan perumusan jawaban atas dugaan sementara terhadap pernyataan yang diajukan dalam rumusan masalah, sehingga hipotesis ini harus diuji atau dibuktikan kebenarannya berdasarkan kerangka berpikir diatas melalui pengumpuan data dan analisis data.

Berdasarkan uraian data-data di atas penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha1 : Ada hubungan positif yang signifikan antara lingkungan belajar dan prestasi belajar siswa.

Ha2 : Ada hubungan positif yang signifikan antara kemandirian belajar dan prestasi belajar siswa.

Ha3 : Ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa.


(71)

50 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian studi kasus, yaitu penelitian terhadap subjek tertentu, dimana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti (Consoelo, 1933:73). Dengan demikian hasil hanya berlaku pada kasus dimana objek atau subjek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Dalam penelitian ini saya akan meneliti tentang hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.

B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa yang menjadi sumber informasi yaitu siswa IPS kelas XII tahun ajaran 2013/2014.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang dianggap pokok pembicaraan dalam penelitian adalah lingkungan belajar siswa, kemandirian belajar siswa, motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa.


(72)

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Oktober 2013. 2. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian yaitu SMA PL St. Louis Sedayu Yogyakarta.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa IPS kelas XI dan XII.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:81). Peneliti mengambil sampel siswa IPS kelas XII SMA Pangudi Luhur St. Louis Sedayu, Bantul. Berdasarkan pertimbangan kemampuan, waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian tidak dilaksanakan pada seluruh populasi tetapi pada sebagian populasi (sampel). Diketahui keseluruhan populasi penelitian berjumlah 160 siswa maka sampel yang akan diambil berjumlah 97 (60%).


(73)

Cara atau teknik pengambilan/penarikan sampel menggunakan

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu pada penelitian ini adalah pertimbangan biaya dan waktu dalam melaksanakan penelitian karena penelitian dilaksanakan mendekati pelaksanaan Try Out UAN dan UAS bagi kelas XII. Setelah bulan Oktober SMA PL St. Louis Sedayu membuat kebijakan untuk tidak mengijinkan adanya penelitian di sekolah karena ditakutkan akan menganggu pelaksanaan Try Out bagi kelas XII.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. Variabel juga adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi variabel penelitian adalah:

a. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah himpunan sejumlah gejala yang mewakili berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat. Variabel bebas ini akan diukur dengan menggunakan skala likert. Skala likert adalah suatu cara yang sistematis untuk memberi skor


(1)

UJI KORELASI

1. Hasil pengujian korelasi antara lingkungan belajar dan prestasi belajar

siswa

Correlations

Lingkungan_

Belajar

Prestasi_Bela

jar

Lingkungan_Belajar

Pearson Correlation

1

-.006

Sig. (1-tailed)

.482

N

67

67

Prestasi_Belajar

Pearson Correlation

-.006

1

Sig. (1-tailed)

.482

N

67

67

2. Hasil pengujian korelasi antara kemandirian belajar dan prestasi belajar

siswa

Correlations

Kemandirian_

Belajar

Prestasi_Bela

jar

Kemandirian_Belajar Pearson Correlation

1

.059

Sig. (1-tailed)

.317

N

67

67

Prestasi_Belajar

Pearson Correlation

.059

1

Sig. (1-tailed)

.317


(2)

174

3. Hasil pengujian korelasi antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa

Correlations

Motivasi_Bel

ajar

Prestasi_Bela

jar

Motivasi_Belajar

Pearson Correlation

1

.071

Sig. (1-tailed)

.284

N

67

67

Prestasi_Belajar

Pearson Correlation

.071

1

Sig. (1-tailed)

.284

N

67

67


(3)

<


(4)

176

NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT

N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif 5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345 4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330 5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317

6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306 7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296 8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286 9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278 10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270

11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263 12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256 13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230 14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210 15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194

16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181 17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148 18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128 19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115 20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105

21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097 22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091 23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086 24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081 25 0.396 0.505 49 0.281 0.364

26 0.388 0.496 50 0.279 0.361


(5)

C


(6)

178


Dokumen yang terkait

Korelasi antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran al-qur’an hadits di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim Al-Mubtadi Cipondoh

2 7 91

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI Pengaruh Motivasi Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi Siswa SMA Al-Islam 1 Surakarta Tahun Ajaran 2012/201

0 1 17

PENGARUH LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENGARUH LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARA

0 1 15

Hubungan antara kemandirian belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa studi kasus pada siswa SMK 7 Yogyakarta.

0 1 87

Hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi : studi kasus pada siswa kelas XII SMA Pangudi Luhur ST. Louis IX Sedayu Yogyakarta.

0 1 202

Hubungan antara kemandirian belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa studi kasus pada siswa SMK 7 Yogyakarta

0 0 85

Hubungan Efikasi Diri, Kemandirian Belajar Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa COVER

0 1 32

Hubungan pola asuh ibu dan kemandirian belajar dengan motivasi belajar Cover

0 0 13

Dhevita Sulistya Murti R0107064

0 0 60

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

0 0 160