EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN OTOMOTIF PADA INDEKS LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh :

Aulia Rachmawati

0713010240/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 11

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Landasan Teori ... 16

2.2.1. Laporan Keuangan ... 16

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 16

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 16

2.2.1.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 17

2.2.2 Laporan Arus Kas ... 18

2.2.2.1. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas ... 19


(3)

2.2.4. Earning Per Share (EPS) ... 27

2.2.4.1. Pengertian Earning Per Share ... 27

2.2.5. Harga Saham ... 28

2.2.5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi harga saham ... 29

2.2.6. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham ... 31

2.2.7. Pengaruh Arus Kas Investasi Terhadap Harga Saham ... 31

2.2.8. Pengaruh Arus Kas Pendanaan Terhadap Harga Saham ... 32

2.2.9. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham... 33

2.2.10. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, Earning Per Share Terhadap Harga Saham ... 34

2.3. Rerangka Pikir ... 36

2.4. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39


(4)

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.3.1. Jenis Data ... 44

3.3.2. Sumber Data ... 44

3.3.3. Pengumpulan Data ... 45

3.4. Uji Asumsi Klasik ... 45

3.5. Uji Normalitas ... 48

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 49

3.6.1. Teknik Analisis ... 49

3.6.2. Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 52

4.2. Deskripsi Hasil Penelitin ...58

4.3. Uji Asumsi Klasik...66

4.4.1. Pengujian Multikolinieritas...68

4.4.2. Pengujian Autokorelasi ...70

4.4.3. Pengujian Heteroskesdastisitas ...71

4.4. Pengujian Normalitas ...72

4.5. Analisis Regresi Linier Berganda ...73

4.6. Koefisien Determinasi (R square)...75


(5)

4.8.1. Analisis Hasil pembahasan ...81

4.8.2. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang...82

4.8.3.. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian ...85

4.8.4. Keterbatasan Penelitian...86

V KESIMPULAN DAN SARAN ...87

5.1. Kesimpulan ...87

5.2. Saran ...88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

otomotif yang terdaftar di indeks LQ45 BEI tahun 2005-2009 ... 06

1.2. Harga Saham perusahaan otomotif yang terdaftar di indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009... 09

4.2.1. Data Arus Kas dari Aktivitas Operasi Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 59

4.2.2. Data Arus Kas dari Aktivitas Investasi Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 61

4.2.3. Data Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 63

4.2.4. Data Earning Per Share Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 65

4.2.5. Data Harga Saham Perusahaan Otomotif pada Indeks LQ45 BEI pada tahun 2005-2009 ... 67

4.3.1. Hasil Uji Multikolinieritas (1) ... 69

4.3.1.A. Hasil Uji Multikolinieritas (2) ... 70

4.3.2. Hasil Uji Autokorelasi ... 70

4.3.3. Hasil Uji Heteroskedatisitas... 71

4.4. Hasil Uji Normalitas ... 72

4.4.A. Hasil Uji LN ... 73


(7)

(8)

(9)

Lampiran 2. Arus Kas Investasi (X2) Lampiran 3. Arus Kas Pendanaan (X3) Lampiran 4. Earning Per Share (X4) Lampiran 5. Harga Saham (Y) Lampiran 7.A. Uji Asumsi Klasik

Lampiran 7.B Uji Normalitas dan Uji Ln

Lampiran 7.C. Persamaan Regresi dan Koefisien Determinan Lampiran 7.D. Uji Hipotesis


(10)

Aulia Rachmawati ABSTRAK

Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu melakukan penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab tantangan dan peluang tersebut. Salah satu kebijakan tersebut yaitu berkaitan dengan masalah pendanaan. Sumber informasi yang digunakan untuk mengetahui perkembangan perusahaan masalah pendanaan adalah laporan keuangan. Arus kas merupakan salah satu pelaporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan setera kas. Penyajian laporan arus kas terbagi menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas, Earning Per Share terhadap Harga Saham, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dalam menentukan alternatif sebelum menetapkan suatu kebijakan.

Variabel penelitian adalah arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, earning per share dan harga saham. Sampel penelitian ini adalah Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005-2009 berjumlah 6 perusahaan. Teknik analisis dengan menggunakan persamaan Regresi Linier Berganda dengan uji F dan uji t.

Berdasarkan hasil penelitian secara simultan menyimpulkan komponen arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan dan earning per share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sedangkan secara parsial menyimpulkan bahwa komponen arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas pendanaan dan earning per share berpengaruh secara signifikan dan arus kas dari aktivitas investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Keyword : Arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi,


(11)

Aulia Rachmawati ABSTRACT

The development of an increasingly global economy rapidly is a challenge and an opportunity for companies to always make adjustments, especially in terms of policies for the company to meet the challenge and opportunity. One of these policies are related to funding issues. Sources of information used to determine the funding problem is the development of the company financial statements. Cash flow is one of the financial reporting to assess the company's ability to generate cash and cash setera. Presentation of cash flow statement is divided into three namely cash flow from operating activities, cash flows from investing activities and cash flows from financing activities. This study aims to test and prove the influence of Information Content of Cash Flows, Earning Per Share of Stock Market, so this research can be useful as an input in determining the alternatives before settling on a policy.

Research variable is cash flow from operating activities, cash flows from investing activities, cash flows from financing activities, earnings per share and stock price. Samples are Automotive Companies listed in Stock Exchange Index LQ45 in Indonesia in 2005-2009 amounted to 6 companies. Analysis technique using Regression equations with F test and t test

Based on the results of simultaneous studies conclude component of operating cash flow, cash flow investing activities, cash flow financing activities and earnings per share significantly influence stock prices while partially concluded that the components of cash flows from operating activities, cash flows from financing activities and earnings per share is significantly and cash flow from investing activities did not significantly influence stock prices.

Keywords : Cash flows from operating activities, cash flows from investing activities, cash flows from financing activities and earnings per share


(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu melakukan penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab tantangan dan peluang tersebut. Salah satu kebijakan tersebut yaitu berkaitan dengan masalah pendanaan. Pendanaan digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non operasional. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal dari dalam perusahaan (modal sendiri) maupun luar perusahaan (modal asing) (Tarigan dan Siregar: 2009).

Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh sumber pendanaan adalah pasar modal. Bagi investor pasar modal merupakan sarana untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya. Tujuan investasi tersebut adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan. Seseorang akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa depan. Salah satu sumber informasi


(13)

yang digunakan investor untuk menentukan investasinya adalah laporan keuangan (Tandelilin, 2010 : 8).

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang paling murah dan mudah didapat dibandingkan informasi lainnya. Informasi laporan keuangan sudah cukup menggambarkan perkembangan perusahaan dan berbagai hal yang telah dicapainya (Tandelilin, 2001 : 233).

Tujuan laporan keuangan di Indonesia dalam Pernyataan Standart Akuntansi Indonesia (PSAK) paragraf 12 (IAI,2009) yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar penggunaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu kualitas informasi keuangan adalah predict value, yaitu kemampuan informasi keuangan untuk meningkatkan keyakinan atas prediksi masa depan (SFAC No.2). Jadi kemampuan prediktif sangat berpengaruh terhadap kualitas informasi yang ada dan untuk memenuhi syarat informasi yang relevan informasi haruslah memiliki predict value.

Dalam pelaporan keuangan, arus kas merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang lebih lengkap dan berguna bagi pemakai untuk melakukan analisis secara mendalam sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan setara kas, memprediksi kegagalan, pemberian pinjaman, penaksiran resiko, manfaat investasi dan informasi tambahan relevan lainnya (Soesetio: 2005)


(14)

Laporan arus kas juga menyediakan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran selama periode tertentu. Untuk mengetahui informasi tersebut, laporan arus kas melaporkan: (1) kas yang mempengaruh operasi selama satu periode, (2) transaksi investasi perusahaan, (3) transaksi pembiayaan dan (4) kenaikan atau penurunan bersih dalam kas selama satu periode. Dalam penyajianya, laporan arus kas terbagi menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi arus kas dari aktivitas pendanaan. Salah satu dari aktivitas pendanaan berguna untuk penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya (Weygant, 1995 :237).

Menurut Sunariyah (2004: 127) ada beberapa instrumen pada pasar modal yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk mengumpulkan dana dari penerbitan surat-surat berharganya. Instrumen pasar modal yang umum adalah saham. Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas.

Pasar modal dalam hal ini memberikan alternatif yang dibutuhkan untuk masyarakat. Informasi laba, nilai buku dan laba perlembar saham (earning per

share) merupakan informasi yang dibutuhkan oleh para investor di pasar modal.

Informasi laba perlembar saham suatu perusahaan menunjukan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan (Tandelilin, 2001: 241).


(15)

EPS (Earning Per Share) merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna karena bisa menggambarkan prospek earning dimasa depan. Dikatakan bisa menggambarkan prospek earning dimasa depan karena EPS dapat digunakan investor untuk mengetahui perbandingan antara nilai intrinsik saham perusahaan dibanding harga pasar saham perusahaan bersangkutan dan atas dasar perbandingan tersebut investor akan bisa membuat keputusan apakah membeli dan menjual saham bersangkutan (Andriani dan Kusumastuti: 2008).

Beberapa penelitian yang meneliti tentang kandungan informasi arus kas dan EPS yaitu dilakukan oleh Soesetio (2005) pada penelitian Bernad & Stroper (1998), Livant & Zerowin (1990) tentang kandungan informasi arus kas menghasilkan temuan bahwa secara signifikan pelaporan cash flow memiliki kandungan informasi bagi investor. Ali (1994) bahwa tidak adanya kandungan informasi pada laporan arus kas secara signifikan disebabkan fokus pelaporan keuangan adalah pendapatan bukan cash flow. Pada tahun 2008 Hadianto meneliti tentang pengaruh EPS dan PER terhadap harga saham sektor perdagangan besar dan ritel menyimpulkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap harga saham sektor perdagangan besar dan ritel di BEI.


(16)

Penulis dalam penelitian ingin memilih perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Pemilihan perusahaan LQ45 dikarenakan perusahaan ini mempunyai kinerja keuangan dan prospek perusahaan yang bagus serta saham-saham yang menjadi anggota indeks LQ45 adalah saham pilihan, selain memiliki kapitalisasi pasar besar yang masuk 45 saham tertinggi saham-saham tersebut merupakan saham yang paling liquid dan merupakan sorotan bagi para investor (www.kontanonline.com) 09/03/2011. Adapun penulis menggunakan objek perusahaan otomotif dikarenakan tingginya persaingan perusahaan otomotif, penjualan suku cadang dan diimbangi melambungnya harga BBM yang semakin naik.

Berikut ini adalah rekapitulasi data untuk laporan arus kas dan nilai harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar dari indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009


(17)

Tabel.1.1. Laporan komponen arus kas dan earning per share pada perusahaan otomotif yang terdaftar di indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009

perusahaan tahun arus kas operasi arus kas investasi arus kas pendanaan EPS

PT.Astra international Tbk 2005      2.482.997.000.000     (2.744.693.000.000)         (1.181.334.000.000)  1.348  2006      9.020.067.000.000     (3.105.837.000.000)         (5.039.623.000.000)  917  2007    11.244.269.000.000     (3.030.042.000.000)         (6.817.284.000.000)  1.610  2008    10.585.000.000.000     (7.195.000.000.000)         (1.238.000.000.000)  1.174  2009    11.335.000.000.000     (4.771.000.000.000)         (5.994.000.000.000)  2.480  PT.Astra Otopart Tbk 2005          189.883.000.000        (213.387.000.000)         98.234.000.000   362 

2006          268.303.000.000           (59.151.000.000)         (183.271.000.000)  366  2007          262.780.000.000           (32.986.000.000)         (96.212.000.000)  590  2008          490.003.000.000           (32.402.000.000)         (276.625.000.000)  552  2009          595.745.000.000           (34.323.000.000)         (300.776.000.000)  996  PT.Goodyear indo Tbk 2005        42.331.593.000           (17.862.510.000)         (9.139.556.000)  (163) 

2006        61.168.900.000           (30.409.201.000)         (20.059.933.000)  619  2007        90.984.858.000           (79.084.336.000)         (24.071.672.000)  1.034  2008        44.561.723.000        (198.711.672.000)         325.979.007.000   20  2009          389.391.836.000        (355.958.264.000)         (103.033.405.000)  2.953  PT.Indo kordsa Tbk 2005          136.744.732.000   7.407.313.000         (193.748.830.000)  266 

2006          189.593.663.000   2.262.331.000         (138.764.708.000)  41  2007          143.925.576.000         (874.580.000)         (49.677.479.000)  87  2008          199.208.756.000           (91.523.934.000)         (83.867.749.000)  211  2009          213.151.329.000           (66.107.833.000)         (282.347.211.000)  160  PT.indo spring Tbk 2005         6.407.378.329          (21.251.714.158)         24.018.545.812   (156) 

2006          (64.566.964.967)          (16.256.328.209)         76.534.536.747   58  2007         8.827.010.549        (1.572.125.633)         (1.624.792.574)  264  2008        (120.016.752.077)          (17.923.252.046)         139.435.949.050   849  2009          122.838.213.571         (6.170.667.295)         (99.516.975.244)  1.567  PT.Selamat Sempurna 2005          153.723.622.176           (62.465.102.588)         (60.789.927.549)  51 

2006        74.242.454.642           (78.757.960.679)         (24.411.624.476)  46  2007          105.956.006.338        (114.776.198.621)         10.418.326.646   56  2008          130.695.234.469        (107.069.023.289)         (18.917.954.308)  64  2009          268.070.416.818           (61.087.839.187)         (211.918.732.297)  92  Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI)


(18)

Berdasarkan pada tabel 1.1. diatas menunjukan bahwa : Arus kas tertinggi dari aktivitas operasi adalah PT. Astra International Tbk pada tahun 2009 senilai Rp 11.335.000.000.000,- yang disebabkan oleh kenaikan laba / penghasilan bunga setiap periode sehingga mengakibatkan nilai pada arus kas aktivitas operasi meningkat. Arus kas terendah dari aktivitas operasi adalah PT. Indo Spring Tbk pada tahun 2008 senilai (Rp 120.016.752.077,-) yang disebabkan oleh peningkatan pembayaran kas kepada pemasok dan pembayaran pajak perusahaan sehingga mengakibatkan nilai arus kas aktivitas operasi menurun.

Arus kas tertinggi dari aktivitas investasi adalah PT Indo kordsa Tbk pada tahun 2005 senilai Rp 7.407.313.000,- yang disebabkan oleh penjualan aktiva tetap dan penerimaan dari penjualan aktiva dari surat-surat berharga sehingga mengakibatkan nilai dari aktivitas investasi meningkat. Arus kas terendah dari aktivitas investasi adalah PT Astra International Tbk pada tahun 2008 senilai (Rp. 7.195.000.000.000,-) yang disebabkan oleh perolehan asset tetap sehingga mengakibatkan nilai arus kas dari aktivitas investasi menurun.

Arus kas tertinggi dari aktivitas pendanaan adalah PT GoodYear Tbk pada tahun 2008 senilai 325.979.007.000,- yang disebabkan oleh penerimaan pinjaman bank dan pembayaran deviden sehingga mengakibatkan nilai arus kas aktivitas pendanaan meningkat. Arus kas terendah dari aktivitas pendanaan adalah PT Astra International Tbk pada tahun 2007 senilai (Rp 6.817.284.000,-) yang disebabkan oleh pembayaran hutang jangka panjang dan pembayaran deviden sehingga mengakibatkan nilai arus kas aktivitas pendanaan menurun.


(19)

EPS tertinggi dan terendah adalah PT GoodYear Tbk pada 2009 nilai tertinggi senilai Rp 2953,- yang disebabkan perusahaan GoodYear Tbk pada periode tersebut mencapai earning sebesar Rp 121.085.749.000 dengan jumlah saham yang beredar sebesar 41.000.000 sehingga mengakibatkan nilai EPS tinggi dan nilai terendah 2005 senilai (Rp 163,-) yang disebabkan perusahaan pada periode tersebut mengalami kerugian sebesar Rp 7.249.294 dengan jumlah saham yang beredar sebesar 41.000.000 lembar sehingga mengakibatkan nilai EPS rendah.

Kenaikan dan penurunan diatas kemudian direspon investor yang tercermin dalam harga saham, sehingga mengakibatkan harga saham mengalami fluktuatif seperti pada tabel perkembangan harga saham di bawah ini :


(20)

Tabel 1.2. Harga Saham Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009 (closing price bulan Desember 2009)

Nama perusahaan  Tahun  Harga saham  selisih  ∆% 

PT.Astra International Tbk 2005  10.200  0  0 

2006  15.700  5.500  35% 

2007  27.300  11.600  42% 

2008  10.550  (16.750)  ‐159% 

2009  34.700  24.150  70% 

PT.Astra Otopart Tbk 2005  2.800  0  0 

2006  2.925  125  4% 

2007  3.325  400  12% 

2008  3.500  175  5% 

2009  5.750  2.250  39% 

PT.Goodyear Tbk 2005  8.000  0  0 

2006  6.600  (1.400)  ‐21% 

2007  13.000  6.400  49% 

2008  5.000  (8.000)  ‐160% 

2009  9.600  4.600  48% 

PT.Indo Kordsa Tbk 2005  940  0  0 

2006  1.900  960  51% 

2007  1.900  0  0% 

2008  1.800  (100)  ‐6% 

2009  1.450  (350)  ‐24% 

PT.Indo Spring Tbk 2005  500  0  0 

2006  480  (20)  ‐4% 

2007  1.450  970  67% 

2008  1.200  (250)  ‐21% 

2009  1.250  50  4% 

PT.Selamat Sempurna Tbk 2005  305  0  0 

  2006  350  45  13% 

  2007  430  80  19% 

  2008  650  220  34% 

  2009  750  100  13% 


(21)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui harga saham mengalami fluktuatif dari tahun 2005-2009 yang menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki harga saham tertinggi adalah pada PT. Astra International Tbk yaitu sebesar Rp.34.700,- pada tahun 2009 sedangkan perusahaan yang memiliki harga saham terendah adalah PT. Selamat Sempurna Tbk sebesar Rp 305,- pada tahun 2005.

PT. Astra International Tbk memiliki harga saham tertinggi dikarenakan (1). Nilai laba persaham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. (2). Jumlah laba yang terdapat dalam perusahaan, pada umumnya investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk invertasi yang akhirnya akan mempengaruhi nilai tingginya pada harga saham

PT. Selamat Sempurna memiliki harga saham terendah dikarenakan pada tingkat bunga yaitu dengan cara mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukar dengan obligasi hal ini dapat menurunkan nilai harga saham.


(22)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan suatu penelitian yang berjudul ” Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas, Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Otomotif

Pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia ”. 1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

”Apakah kandungan informasi arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan earning per share berpengaruh secara signifikan positif terhadap harga saham perusahaan otomotif pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? ”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

” Untuk menguji dan membuktikan pengaruh kandungan informasi arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan earning per share berpengaruh secara signifikan positif terhadap harga saham perusahaan otomotif pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(23)

1.2. Manfaat Penelitian

Peneliti ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan sumbangan kepada perusahaan yang bersangkutan, dunia keilmuan dan pengetahuan maupun informasi bagi individu sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan perusahaan untuk lebih memperhatikan komponen arus kas dan earning per share dalam menduga harga saham terhadap perusahaan otomotif yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Peneliti

Peneliti lebih memahami dan dapat memberikan manfaat tambahan khususnya mengenai analisis pengaruh kandungan informasi arus kas dan laba perlembar saham dalam menduga harga saham pada perusahaan otomotif yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia serta mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh kandungan informasi arus kas dan laba perlembar saham (earning per

share) dalam menduga harga saham pada perusahaan otomotif yang


(24)

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Bandi dan Rahmawati (2005) dengan judul Relevansi Kandungan Informasi Komponen Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di BEJ dan terdaftar pada ICMD 2003. Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah menggunakan uji t, koefisien regresi, dan uji F dengan tingkat signifikansi 5%. Penelitian ini berkesimpulan bahwa hasil koefisien regresi menunjukan bahwa prediktor

earnings tidak secara mutlak memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik

daripada prediktor komponen arus kas. Hal ini menunjukan bahwa prediktor komponen arus kas khususnya operesi merupakan prediktor yang lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan dibangingkan prediktor earnings.

Penelitian lainya dilakukan oleh Soesetio (2005) dengan judul Analisis Tambahan Kandungan Informasi Laporan Arus Kas. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tergabung dalam LQ45 yang tidak mengalami pergeseran selama tahun 1997-2000. Model analisis


(25)

menggunakan regresi linier, uji t dan uji F. Penelitian ini berkesimpulan bahwa komponen total arus kas dari aktivitas investasi, total arus kas dari aktivitas pendanaan serta perubahan total arus kas secara signifikan memiliki kandungan informasi, dengan kata lain informasi tersebut menjadi referensi investor untuk memutuskan membeli, menahan atau menjual saham.

Andriani dan Kusumastuti (2008) dengan judul Pengaruh Earning

Per Share (EPS) Terhadap Harga Pasar Saham. Penelitian ini mengambil

sampel perusahaan manufaktur yang listing di BEI. Model analisis yang digunakan menguji hipotesis adalah menggunakan uji T dan analisis regresi. Penelitian ini berkesimpulan bahwa hasil earning per share mempunyai korelasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Artinya bila nilai EPS naik, maka akan berdampak pada naiknya harga pasar saham.

Suwito (2008) denga judul Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik Di BEI. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2000-2005. Model analisis ini menggunakan analisis regresi linier, Uji F dan Uji t. Penelitian ini berkesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan otomotif hanya arus kas investasi dan laba akuntansi karena kedua variabel tersebut lebih mencerminkan besarnya pengeluaran


(26)

perusahaan untuk kepentingan investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta nilai laba akuntansi yang merupakan laba sebelum pajak lebih menunjukan baik tidaknya pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang khususnya perusahaan otomotif.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini. Adapun persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang sama-sama menggunakan harga saham sebagai variabel terikat, alat uji hipotesis yang digunakan (uji F) dan (uji t) serta menggunakan sampel penelitian perusahaan yang masih aktif dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan sekarang yaitu variabel bebas pada penelitian terdahulu menggunakan laba akuntansi sedangkan penelitian sekarang menggunakan earning per share, sampel yang digunakan penelitian terdahulu adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sedangkan penelitian sekarang menggunakan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009.


(27)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 1-2) yaitu ”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, disamping itu juga termasuk juga skedul dan informasi yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan, segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK No. 1 dalam Standart Akuntansi Keuangan 2009 paragraf 2, laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospektus. Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasian (SAK, 2009).


(28)

Selain dalam paragrapf 2, dijelaskan juga dalam paragraf 5 bahwa laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban

(stewardship) manajemen atas pengguna sumber- sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka, terdapat dalam (SAK, 2009).

2.2.1.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008: 58), jenis-jenis laporan keuangan dikelompokkan menjadi lima laporan, antara lain sebagai berikut:

1. Neraca

Neraca adalah laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. 2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu yang tergambar dari jumlah pendapatan yang diterima dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab berubahnya modal.


(29)

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk (pendapatan) dan arus kas keluar (biaya).

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.

2.2.2. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan yang memperlihatkan pengaruh dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasikan saldo awal dan akhir kas (Simamora, 2000: 488)

Menurut Niswonger (1996: 44), pelaporan arus kas melaporkan arus kas melalui tiga jenis aktivitas yaitu :

1. Arus kas dari aktivitas operasi (cash flows from operating activities) adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi laba bersih. Contoh-contoh transaksi semacam ini mencakup pembelian dan penjualan barang dagang oleh pengecer atau retailer.


(30)

2. Arus kas dari aktivitas investasi (cash flows from investing activities) adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar. Contoh-contoh transaksi semacam itu meliputi penjualan dan pembelian aktiva tetap, serta peralatan dan bangunan.

3. Arus kas dari aktivitas pendanaan (cash flows from financing activities) adalah arus kas dari transaksi yang mempengaruhi ekuitas dan utang perusahaan. Contoh transaksi seperti itu meliputi penerbitan atau penarikan sekuritas ekuitas dan utang.

2.2.2.1. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas

Tujuan laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama satu periode (Keiso dan Weygandts, 2007: 237). Sedangkan menurut Horngern (1999: 715), laporan arus kas dirancang untuk memenuhi tujuan berikut :

1. Memperkirakan arus kas masa mendatang. Kas dan bukan laba akuntansi yang digunakan untuk pembayaran tahunan. Penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dimasa datang. 2. Mengevaluasi pengambilan keputusan manajemen. Laporan arus


(31)

memberikan informasi arus kas kepada investor dan kreditor untuk mengevaluasi keputusan manajer.

3. Menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada pemegang saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditor.

4. Menunjukan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan. Tingginya tingkat laba cenderung menyebabkan peningkatan kas dan sebaliknya.

Menurut PSAK No.2 paragraf 3-4 (IAI, 2009) kegunaan laporan arus kas disebutkan sebagai berikut :

1. Memberikan informasi yang menunjukan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas ) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.

2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kemungkinan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan.

3. Meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan


(32)

perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

4. Digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan keputusan arus kas masa depan.

5. Berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.

2.2.3. Komponen Laporan Arus Kas

Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Dalam PSAK No.2 paragraf 10 (IAI, 2009) dinyatakan bahwa :

“ Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan diantara ketiga aktivitas tersebut ”.


(33)

2.2.3.1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Arus kas dari aktivitas operasi meliputi pengaruh dari transaksi yang digunakan laba bersih. (Kieso dkk, 2007: 238).

Menurut PSAK No.2 paragraf 13 (IAI, 2009) arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba dan rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah :

a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa.

b. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain. c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.

d. Pembayaran kas kepada karyawan.

e. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya.

f. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai dari aktivitas pendanaan dan investasi.

g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.


(34)

Menurut PSAK No.2 paragraf 17-18 (IAI, 2009) perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut :

a. Metode Langsung

Metode ini mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto. Kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan dan dengan menyesuaikan dengan penjualan, beban pokok penjualan, dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi untuk (1) perubahan persediaan, piutang usaha, dan utang usaha dalam periode berjalan (2) pos bukan kas lainnya (3) pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan.

b. Metode Tidak Langsung

Motede ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau (deferral) atau aktual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh :

a. Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang usaha selama periode berjalan.


(35)

b. Pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan, serta hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi dan

c. Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.

PSAK No.2 paragraf 18 (IAI, 2009) menganjurkan perusahaan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung.

2.2.3.2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi mencakup pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik hutang maupun ekuitas) serta property, pabrik, dan peralatan (Kieso dkk,2007: 238).

Menurut PSAK No.2 paragraf 15 (IAI, 2009) aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak masuk setara kas. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut


(36)

mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya manusia yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah :

a. Pembayaran kas untuk membeli aktivitas tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri.

b. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lain.

c. Perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain. d. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain

serta pelunasan (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan).

e. Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward

contract, option contracts dan swap contracts kecuali apabila

kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (deadling

or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan


(37)

2.2.3.3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Aktivitas pendanaan melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik dan mencakup (1) perolehan modal dari pemilik dan kompensasinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasi mereka dan (2) Pinjaman uang dari kreditor dan pembayaran kembali hutang yang dipinjam (Kieso dkk, 2007:191).

Menurut PSAK No.2 paragraf 16 (IAI,2009) aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah :

a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainya.

b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan.

c. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya.


(38)

d. Pelunasan pinjaman.

e. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease)

2.2.4. Earning Per Share (EPS)

2.2.4.1. Pengertian Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah jumlah

yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar (Baridwan, 2000: 448). Menurut Sutrisno (2003: 255) EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham. EPS dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Laba Bersih EPS =

Jumlah Lembar Saham

(Tandelilin, 2010: 374) Menurut Baridwan (2000: 448) pendapatan perlembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam 1 periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Informasi mengenai pendapatan perlembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan deviden yang akan di bagikan informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Apabila deviden yang di bayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan pendapatan perlembar saham dalam periode yang sama maka akan diperoleh persentase pembayaran :


(39)

Pembayaran bersih deviden saham prioritas EPS =

Rata-rata tertimbang dari saham beredar

(Baridwan, 2000: 448)

2.2.5. Harga Saham

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran saham adalah tingkat harga saham tersebut. Harga saham merupakan suatu ukuran indeks prestasi perusahaan, yang mengukur sebeberapa jauh pihak manajemen telah berhasil mengelola perusahaan atas nama pemegang saham (Horne, 2005: 167)

Menurut Sartono (2001: 9), harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2000: 91) pada penelitian Andriani dan Kusumastuti (2008), penilaian atas harga pasar saham juga tidak lepas dari


(40)

dasarnya kenaikan atau penurunan permintaan saham tidak terlepas dari berbagai informasi. Informasi tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu (1) Informasi yang bersifat fundamental, informasi ini berkaitan dengan perusahaan, kondisi umum industri sejenis dan faktor lain yang mempengaruhi kondisi dan prospek perusahaan tersebut dimasa yang akan datang (2) Informasi yang bersifat teknis, imformasi ini mencerminkan kondisi perdagangan ekonomi, fluktuasi kurs dan volume transaksi, volume dan frekuensi transaksi serta kekutan pasar, dan (3) Informasi yang berkaitan dengan lingkungan, informasi ini berkaitan dengan lingkungan, informasi ini berkaitan dengan kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara, tingkat inflasi, dan kegiatan moneter (Usman dkk, 1990: 166).

2.2.5.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Menurut Usman dkk (1990: 167). Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor yang menggambarkan keadaan suatu perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan tersebut, antara lain: kemampuan manajemen perusahaan, prospek perusahaan, prospek pemasaran, perkembangan teknologi, kemampuan menghasilkan keuntungan, manfaat terhadap perekonomian sosial, kebijakan pemerintah, hak investor.


(41)

2. Faktor Teknis

Faktor teknis adalah faktor yang menggambarkan pasaran suatu efek baik secara individu maupun kelompok, antara lain: perkembangan kurs, keadaan pasar, volume dan frekuensi transaksi, kekuatan pasar.

3. Faktor-faktor Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Politik

Faktor ini adalah faktor diluar fundamental dan teknis diantaranya adalah tingkat inflasi, kebijakan moneter, musim, neraca pembayaran dan APBN, kondisi ekonomi, serta keadaan politik. Menurut Arifin (2000: 116) menyatakan ada beberapa faktor penggerak harga saham,yaitu:

a. Kondisi fundamental emiten

b. Hukum permintaan dan penawaran c. Tingkat suku bunga

d. Valuta asing

e. Dana asing di bursa

f. Indeks harga saham gabungan g. News dan rumor


(42)

2.2.6. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI,2009) arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalakan sumber pendanaan dari luar. Menurut Livnat dan Zerowin (1990) dalam Triyono dan Jogiyanto (2000) menyatakan bahwa unexpected cash inflows or outflows dari operasi dalam periode tertentu akan mempengaruhi harga saham melalui pengaruhnya pada arus kas, sehinnga diharapkan komponen arus kas dari operasi mempunyai hubungan yang segnifikan dengan return saham. Menurut (Soesetio:2005) dengan pengujian secara persial dengan menggunakan uji t dapat dinyatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi tidak mempunyai pengaruh yang segnifikan terhadap cumulative abnormal return, sehingga dapat dikatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi tidak mempunyai kandungan informasi bagi investor.

2.2.7. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009) arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Pembelian atau penjualan aktiva tetap seperti tanah, gedung atau peralatan juga termasuk dalam kegiatan investasi, sehingga dari kegiatan


(43)

investasi tersebut dimungkinkan juga mempengaruhi harga saham. Menurut Miller dan Rock (1985) dalam Triyono dan Jogianto (2000) melakukan pengujian mengenai pengaruh investasi pada return saham. Hasil studi ini menemukan bahwa peningkatan investasi berhubungan dengan peningkatan arus kas dan mempunyai pengaruh positif dengan return saham pada saat pengumuman investasi baru, tetapi menurut analisis penelitian Triyono dan Jogiyanto (2000) dan Soesetio (2005) menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas investasi memiliki kandungan informasi dan hubungan yang segnifikan dengan harga saham.

2.2.8. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI: 2009), arus kas dari aktivitas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Arus kas masuk dari aktivitas pendanaan biasanya berasal dari penerbitan sekuritas yaitu harga saham atau obligasi. Penerbitan sekuritas seperti obligasi biasanya merupakan sinyal yang baik untuk menaksir arus kas karena dapat mempertahankan posisi kepemilikan dibanding dengan penerbitan saham, sehingga pasar akan bereaksi positif dengan mempengaruhi harga saham. Hubungan arus kas dan aktivitas pendanaan dengan harga dan return saham umumnya dijelaskan di penelitian sebelumnya dengan menggunakan signaling theory. Dalam signaling theory terdapat hubungan antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga dan


(44)

kas karena pemilik dapat mempertahankan proporsi kepemilikanya daripada penerbitan saham. Dari teori ini dapat dijelaskan bahwa pasar akan bereaksi positif terhadap pengumuman penerbitan hutang (Triyono dan Hartono, 2000). Miller dan Rock (1985) dalam penelitian (Triyono dan Hartono, 2000) menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang, selain itu juga mengindikasikan adanya sinyal lain yang berpengaruh terhadap arus kas dari pendanaan yaitu perubahan dividen yang sangat erat hubungannya dengan

return saham. Menurut Soesetio (2005) pada sisi variabel arus kas dari

aktivitas pendanaan juga terbukti secara segnifikan mempunyai hubungan kandungan informasi.

2.2.9. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham

EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham (Sutrisno, 2003: 255). Rasio ini sangat disukai oleh investor dan pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan terutama untuk memaksimalisasi kekayaan pemegang saham dan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan earning tiap lembar sahamnya.

Menurut Tuanakotta (1986: 213), Salah satu sebab EPS sangat populer adalah karena adanya anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai devidend per share


(45)

dikemudian hari dan tingkat harga saham di masa yang akan datang. EPS juga dianngap relevan dalam menilai efektivitas manajemen dan pembagian deviden.

Menurut Andriani dan Kusumastuti (2008), Earning Per Share (EPS) dapat dihitung berdasarkan laporan keungan yang disajikan, dapat digunakan sebagai alat bagi investor dan pihak pengguna laporan keuangan lain sebagai alat bagi investor dan pihak pengguna laporan keuangan ini sebagai salah satu analisis fundamental yang didalamnya terdapat informasi tentang laba yang diperoleh emiten. Bagi emiten, EPS ini dapat digunakan dalam penentuan keputusan investasi yang menyangkut minat jual dan beli saham di pasar modal. Dalam penelitian ini EPS mempunyai korelasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Artinya bila nilai EPS naik, maka akan berdampak pada naiknya harga saham.

2.2.10. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, Earning Per Share Terhadap Harga Saham.

Menurut SAK (2007 : 2.3) perusahaan sekuritas dapat memiliki sekuritas untuk diperdagangkan sehingga sama dengan persediaan yang dibeli untuk dijual kembali. Karenanya, arus kas yang berasal dari transaksi pembelian dan penjualan atau perdagangan sekuritas tersebut sebagai aktivitas operasi. Menurut (Soesetio:2005) dengan pengujian secara persial dengan menggunakan uji t dapat dinyatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi tidak mempunyai pengaruh yang segnifikan.


(46)

` Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Menurut analisis penelitian Triyono dan Jogiyanto (2000) dan Soesetio (2005) menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas investasi memiliki kandungan informasi dan hubungan yang segnifikan dengan harga saham.

Arus kas dari aktivitas pendanaan  sangat berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan (investor) dan menurut Soesetio (2005) pada sisi variabel arus kas dari aktivitas pendanaan juga terbukti secara segnifikan mempunyai hubungan kandungan informasi.

EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham (Sutrisno, 2003: 255). Bagi emiten, EPS ini dapat digunakan dalam penentuan keputusan investasi yang menyangkut minat jual dan beli saham di pasar modal. Dalam penelitian ini EPS mempunyai korelasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham. Artinya bila nilai EPS naik, maka akan berdampak pada naiknya harga saham (Andriani dan Kusumastuti, 2008).

Teori Dow ini pertama kali dikemukakan oleh Charles Henry Dow pada tahun 1800-an. Teori ini merupakan teori yang paling pertama dalam analisis teknikal yang bertujuan untuk mengidentifikasi trend harga pasar saham dalam jangka panjang dengan berdasar pada data-data harga saham di


(47)

masa lalu (Tandelilin, 2001 : 252). Teori Efficiency Market Hypothesis (EMH) atau Capital Market Efficiency menyebutkan bahwa laporan keuangan dapat mempengaruhi pasar saham. Ini berarti menunjukkan betapa pentingnya peranan laporan keuangan (Harahap, 2002 : 65)

2.3. Rerangka Pikir

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dibuat premis-premis yang berfungsi untuk membuat kerangka pikir penelitian. Berikut ini adalah premis-premis yang disusun dari penelitian terdahulu dan teori-teori yang dikemukakan sebelumnya :

Premis 1 : Terdapat pengaruh komponen total arus kas dari aktivitas investasi, total arus kas dari aktivitas pendanaan serta perubahan total arus kas secara segnifikan memiliki kandungan informasi (Sosetio, 2005)

Premis 2 : Hasil earning per share mempunyai korelasi positif dan berpengaruh segnifikan terhadap harga pasar saham. Artinya bila nilai EPS naik, maka akan berdampak pada naiknya harga pasar saham (Andriani dan Kusumastuti, 2008)

Premis 3 : Total komponen arus kas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham (Triyono dan Jogianto, 2000)


(48)

Premis 4 : Penerbitan sekuritas merupakan sinyal yang baik untuk menaksir arus kas karena dapat mempertahankan posisi kepemilikan dibanding dengan penerbitan saham, sehingga pasar akan bereaksi positif dengan mempengaruhi harga saham.

Berikut ini kerangka pikir penelitian yang dibuat berdasarkan premis diatas :

Rerangka Pikir

Uji regresi linier berganda

Gambar 2.1.

Arus kas aktivitas pendanaan (X3)

Harga Saham (Y) Arus kas aktivitas investasi (X2)

Arus kas aktivitas operasi (X1)


(49)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan penjelasan sebelumnya serta landasan teori yang mendukung penelitian ini, maka disusun hipotesis dalam penelitian ini :

” Bahwa kandungan informasi arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan earning per share berpengaruh secara signifikan positif terhadap harga saham perusahaan otomotif pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”.


(50)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu variabel yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005: 126).

Berdasarkan uraian diatas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y) antara lain sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau perubahanya variabel terikat. Variabel bebas yang berupa arus kas terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu :

a. Arus kas dari aktivitas operasi (X1)

Adalah Arus kas yang diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih (SAK, 2007 : 2.3). Arus kas yang dimaksud yaitu selisih (net) arus kas dari aktivitas operasi itu sendiri.


(51)

. Aktivitas-aktivitas operasi melibatkan transaksi-transaksi pembelian atau produksi barang dan jasa serta penjualan dan distribusi barang dan jasa tersebut kepada para pelanggan. Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

b. Arus kas dari aktivitas Investasi (X2)

Adalah Arus kas yang berasal dari penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan (SAK, 2009 : 2.3). Arus kas yang dimaksud yaitu selisih (net) arus kas dari aktivitas investasi.

Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

c. Arus kas dari aktivitas pendanaan (X3)

Adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas dari aktivitas-aktivitas pendanaan lazimnya muncul dari penerbitan utang atau surat berharga ekuitas. Arus kas yang dimaksud yaitu selisih (net) arus kas dari aktivitas pendanaan.

Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).


(52)

 

d. Earning Per Share (X4)

Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah jumlah rupiah yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar (Baridwan, 2000: 448). Menurut Sutrisno (2003: 255), EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham. Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

Rumus penghitungan EPS yaitu laba bersih dibagi jumlah lembar saham beredar:

(Tandelilin, 2010: 374)

2. Variabel Terikat (dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel terikat(Y) dalam penelitian ini adalah harga saham.

Harga Saham (Y)

Harga Saham adalah harga saham yang terbentuk dari mekanisme antara penjual dan pembeli atau harga yang berlaku dalam pasar bursa saat terjadi transakasi saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang

Laba Bersih EPS =


(53)

digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) rata-rata bulanan.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan dalam satuan rupiah.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan otomotif indeks LQ45 yang telah terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2009 sebanyak 13 perusahaan. Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan populasi dalam penelitian ini yaitu :

1. PT. Albond Makmur Usaha Tbk

2. PT. Astra International Tbk

3. PT. Astra Otopart Tbk

4. PT. Gajah Tunggal Tbk

5. PT. Goodyear Indonesia Tbk

6. PT. Indo Kordsa Tbk

7. PT. Indomobil Sukses International Tbk

8. PT. Indospring Tbk

9. PT. Multi Prima Sejahtera Tbk


(54)

 

11.PT. Nispres Tbk

12.PT. Prima Allow Steel Tbk

13.PT. Selamat Sempurna Tbk

3.2.2. Sampel

Menurut Soemarsono (2004: 44), sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Kriteria sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang digunakan

non probabilitas untuk menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut (Soemarsono, 2004: 54).

Berikut ini adalah kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :

1. Perusahaan Otomotif yang sahamnya selalu terdaftar indeks LQ45 di

Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009.

2. Perusahaan Otomotif yang masih aktif dalam melakukan perdagangan

saham di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009.

3. PerusahaanOtomotif yang masuk dalam daftar deviden payment company


(55)

Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 perusahaan manufaktur dari 13 perusahaan otomotif indeks LQ45 terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini:

1. PT. Astra International Tbk

2. PT. Astra Otopart Tbk

3. PT. Goodyear Indonesia Tbk

4. PT. Indo Kordsa Tbk

5. PT. Indo Spring Tbk

6. PT. Selamat Sempurna Tbk

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2009 dan ISMD (Indonesia Sekurities Market Database) Fakultas Ekonomi UPN Veteran. Ditinjau dari sifatnya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.


(56)

 

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan melalui situs resmi BEI di (www.idx.co.id) dan ISMD (Indonesia Sekurities Market Database) Fakultas Ekonomi UPN Veteran yang diolah dari laporan keuangan perusahaan otomotif indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005-2009.

3.3.3. Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan cara melihat, mempelajari dan mengutip catatan-catatan yang diperoleh berupa laporan keuangan khususnya arus kas dari aktivitas operasional, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan serta

laba perlembar saham (earning per share).

3.4. Uji Asumsi Klasik

Ghozali (2009: 159) menyatakan bahwa teknik estimasi variabel

dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Square

(OLS) atau pangkat terkecil biasa. Regresi dengan model estimasi OLS akan

memberikan hasil yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) jika

memenuhi semua asumsi klasik. Hasil asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :


(57)

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya nilai variance inflation factor (VIF).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai variance inflation

factor (VIF) < 10, dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditentukan adanya kolerasi antar variabel bebas atau bebas multikolinieritas (Ghozali, 2009: 96).

Jika multikolinieritas terjadi pada sebagaian variabel bebas, maka varian beberapa koefisien regresi menjadi sangat besar dan cenderung tidak

stabil dan seringkali persamaan regresi menjadi menyesatkan (misleading).

Untuk mengatasi masalah ini, berbagai pendekatan telah dikembangkan. Suatu pendekatan yang mungkin dilakukan adalah dengan hanya melibatkan

sebagaian saja (subset) variabel bebas, dimana subset yang dipilih tidak

mengandung multikolinier. Beberapa metode berkenaan dengan pendekatan

ini antara lain regresi bertatar atau yang lebih dikenal dengan stepwise

(Draper & Smith, 1981 : 293-299).

2. Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model linier ada korelasi antara korelasi pengganggu periode t dengan kesalahan


(58)

 

pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara

batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) (Ghozali, 2009: 99).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu:

Menurut Santoso (2002 : 219) pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu digunakan uji Durbin-Watson (Dw-Test), dengan ketentuan sebagai berikut:

 Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

 Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada

autokorelasi.

 Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125).


(59)

Menurut Santoso (2002:301) deteksi adanya heteroskedastisitas adalah:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedasitas.

b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan menghitung korelasi Rank Spearman (Gujarati,

1995 : 188)

rs = 1 – 6

Keterangan :

d1 = Perbedaan dalam rank spearman antara residual dengan

variabel bebas N = Banyaknya data (Gujarati, 1995: 188)

3.5. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk memastikan bahwa sebaran data yang digunakan bersifat normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Metode Kolmogorov dan metode Shapiro Wilk merupakan pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distibusi data mengikuti distribusi normal, berikut ini adalah pedomannya :

a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%


(60)

 

b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari

5% maka distibusi adalah normal (Sumarsono, 2004 : 43). Apabila data tersebut setelah dilakukan uji normalitas, ternyata tidak normal maka dapat dilakukan pengujian dengan melakukan transformasi data yaitu dengan cara mengubah data ke dalam bentuk logaritma atau ke bentuk log natural (LN) dan kemudian baru dilakukan pengujian ulang (Santoso,2002 : 38).

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah diuraikan dimuka, maka model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :

Y =

α

+

β

1

X

1

+

β

2

X

2

+

β

3

X

3

+

β

4

X

4

+

ε

(Hasan, 2002: 117)

Dimana:

Y = Harga Saham

X = Arus Kas Operasi

X = Arus Kas Investasi

X = Arus Kas Pendanaan

X4 = Earning Per Share


(61)

β, β , β , β4 = Koefisien Regresi X1,X2,X3,X4

e = Faktor pengganggu/variabel error

3.6.2. Uji Hipotesis 1. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan antara

variabel X1, X2, X3, X4 terhadap Y. Adapun prosedur Uji F adalah sebagai

berikut:

a. H0 : β1= β2 = β3 = 0 (tidak terdapat pengaruh secara simultan

antara variabel X terhadap Y)

H1 : β1=β2 = β3 ≠ 0 (terdapat pengaruh secara simultan antara

variabel X terhadap Y)

b. Level signifikan (βo) = 0,05 atau 5%

c. Kriteria pengujian :

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak.

 Jika nilai probabilitas (P value ) / signifikan < 0,05 maka H0


(62)

 

2. Uji t

Uji t dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : βi = 0 (tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel

bebas terhadap variabel terikat).

H1 : βi ≠ 0 (terdapat pengaruh secara parsial antara variabel bebas

terhadap variabel terikat). Dimana i = 1, 2, 3, 4

b. Level of signifikan (βo) = 0,05 atau 5%

c. Ketentuan pengujian:

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak.

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0 ditolak


(63)

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini adalah gabungan dari Bursa Efek

Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange dan Bursa Efek Surabaya (BES).

Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange merupakan akhir dari

perjalanan panjang Pasar Modal Indonesia. Sejarah Pasar Modal Indonesia dimulai dengan dibentuknya bursa efek di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1912 oleh Vereniging Voor de Effectenhandel, kemudian pada tahun 1925 pemerintah kolonial Belanda menambah lagi dua bursa, yaitu Bursa Efek Semarang dan Surabaya. Ketiga bursa ini menghentikan aktivitasnya menjelang invasi Jepang pada tahun 1942, dan dimulai kembali dengan dibukanya Bursa Efek Jakarta pada tahun 1952. Program nasionalisasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 1956, mengakibatkan terhentinya aktivitas pasar modal.

Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru.

Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan Jakarta

Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang menggantikan system perdagangan manual. Sistem baru ini dapat


(64)

memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual. Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan

perdagangan tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk

meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi. Tahun 2002 sampai sekarang , Bursa efek mulai menerapkan perdagangan

jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar,

efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia:

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai sarana yang efisien untuk menghimpun dana bagi investor dan perdagangan instrumen pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional.

Misi Bursa Efek Indonesia adalah mewujudkan Bursa Efek Indonesia sebagai bursa efek yang berskala Internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga bertekad mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, lengkap, dan tepat waktu serta mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan berintegritas tinggi, dengan demikian Bursa Efek Indonesia dapat menjadi


(65)

bursa efek yang transparan, likuid, wajar, dan efisien sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek lain di dunia.

Bursa Efek Indonesia aktif berpartisipasi di dalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrumen pasar modal yang semakin meningkat sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat optimal bagi pemodal domestic maupun asing.

4.1.2. Gambaran Umum PT. Astra International Tbk (ASII)

PT. Astra International Tbk didirikan tahun 1957 dengan nama PT

Astra International Incoporated. Pada tahun 1990, perseroan merubah namanya menjadi PT. Astra International Tbk. Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di jalan Gaya Motor Raya No.8 Sunter II Jakarta. Perseroan didirikan dengan akta notaris Sie Khwan Djioe No.67 tanggal 20 Februari 1957 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. J.A.5/53/5 tanggal 1 juli 1957.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup

kegiatan perseroan adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup anak perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut dengan suku cadangnya, penjualan dan penyewaan


(66)

alat-alat berat, jasa pertambangan, pengembangan perkebunan, jasa keuangan dan teknologi informasi.

4.1.3. Gambaran Umum PT. Astra Otopart Tbk (AUTO)

PT. Astra Otopart Tbk didirikan pada tanggal 20 September 1991

berdasarkan akta notaris No.50 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H notaris di Jakarta dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akte Pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92. tanggal 11 Februari 1992 serta di umumkan dalam berita Negara No.39 tambahan No.2208 tanggal 15 Mei 1992.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dan tergabung dalam kelompok

usaha Astra Grup. Perusahaan berlokasi di Jl. Raya Pegangsaan Dua Km. 2.2 Kelapa Gading Jakarta 14250. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar perusahaan ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan baik lokal maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik.

4.1.4. Gambaran Umum PT. GoodYear Tbk (GDYR)

PT GoodYear Indonesia Tbk semula didiriakan dengan nama “ NV

The GoodYear Tire & Rubber Company Limited ” pada tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan akta notaris Bernjamin ter Kuile No.199, yang kemudian nama berubah nama menjadi “ PT GoodYear Indonesia “ berdasarkan akta notaris Eliza Pondaag No.73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan


(67)

oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.Y.A.5/250/7 tanggal 25 Juli 1978 .

Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban

tahun 1917. Pabrik dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat berdomisili di Bogor Indonesia. Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor, penyaluran dan eksport ban.

4.1.5. Gambaran Umum PT. Indo Kortsa Tbk (BRAM)

PT Indo Kordsa Tbk (dahulu PT Branta Mulia Tbk ) didirikan dalam

rangka penanaman modal dalam negeri berdasarkan Undang-Undang No.6 tahun 1968, dengan akte notaries Ridwan Suselo tanggal 8 Juli 1981 No.83, diubah dengan akte-akte notaris yang sama tanggal 27 Nopember 1981 No.288 dan 28 Januari 1982 No 261 akte-akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No.Y.A.5/88/3 tanggal 2 Maret 1982, dan diumumkan dalam tambahan No.771 pada Berita Negara No.50 tanggal 22 Juni 1982.

Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat dan pabrik

berlokasi di Jl. Pahlawan, Desa Karang Asem Timur, Citeureup, Bogor. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya Perseroan bergerak dalam bidang

pembuatan dan pemasaran ban, filament yarn (serat-serat nylon,polyester,

rayon), nylon tire cord (benang nylon untuk ban) dan bahan baku polyeter (purified terepthalic acid).


(68)

4.1.6. Gambaran Umum IndoSpring Tbk (INDS)

PT. IndoSpring Tbk (Perusahaan) berkedudukan di Gresik, didirikan

berdasarkan Akta Notaris No.10 tanggal 5 Mei 1978 dari Notaris Stefanus Sindunatha, SH dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Pendirian tersebut diatas telah diubah oleh Notaris yang sama melalui Akta Perubahan No.148 tanggal 25 Oktober 1978 tentang perubahan anggaran dasarnya dan telah disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.71 tanggal 2 September 1980. Perusahaan ini mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1979.

Berdasarkan pada pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup

dari aktivitas Perusahaan bergerak dalam bidang industri spare parts

kendaraan bermotor khususnya pegas, yang berupa leaf spring (pegas daun)

dan coil spring (pegas spiral) beralamat di Jalan Mayjen Sungkono No.10, Segoromadu, Gresik 61101, Jawa Timur.

4.1.7. Gambaran Umum PT Selamat Sempurna (SMSM)

PT Selamat Sempurna Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia pada

tanggal 19 Januari 1976 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, SH NO.207. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.Y.A.5/96/5 tanggal 2 Maret 1976. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris Frans Elsius Muliawan, SH No. 6 tanggal 6 Juli 2001 sehubungan dengan pemecahan nilai nominal saham Perusahaan (stock split). Perubahan ini telah


(69)

diterima dan dicatatkan di Depaertemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan regristasi No. C-10082 HT.01.04.TH.2001 tanggal 5 Oktober 2001 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.12 tanggal 8 Februari 2002. Perusahaan memulai kegiatan oprasi komersialnya sejak tahun 1980.

Sesuai dengan anggaran dasar perusahan, ruang lingkup kegiatan

perusahaan terutama adalah bergerak dibidang industri alat-alat perlengkapan (suku cadang) dari berbagai macam alat-alat mesin pabrik, kendaraan dan sejenisnya. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dengan kantor pusat di Wisma ADL, Jl. Pluit Raya I No.1 Jakarta Utara, sedangkan pabriknya berlokasi di Jakarta dan Tanggerang.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Variabel Arus Kas Dari Aktivitas Operasi (X1)

Arus Kas dari Aktivitas Operasi merupakan arus kas yang diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data mengenai arus kas dari aktivitas operasi sebagai berikut:


(1)

86 

 

 

4.8.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan telah dilakukan secara optimal, namun masih terdapat keterbatasan-keterbatasan antara lain :

1. Jangka waktu penelitian pendek, yaitu 5 (lima) tahun, mulai tahun 2005-2009. Diharapkan untuk penelitian mendatang dapat menambah jangka waktu penelitian agar memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

2. Sampel yang di ambil cukup kecil, hanya 6 (enam) perusahaan otomotif pada indeks LQ45 yang Terdaftar di BEI. 

3. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel yaitu komponen arus kas (arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan), dan earning per share (EPS) sebab terdapat kemungkinan variabel lain yang lebih signifikan terhadap harga saham dan perlu juga mempertimbangkan faktor ekomoni seperti : tingkat inflasi, kebijakan moneter dan lain-lain untuk perluasan penelitian mendatang.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh kandungan informasi arus kas earning per share terhadap harga saham perusahaan otomotif pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Metode penelitian ini yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Analisis regresi linier berganda dilakukan sebanyak 2 tahap, dimana tahap pertama model regresi linier berganda yang dihasilkan melanggar uji asumsi

multikolonieritas sehingga variabel arus kas dari aktivitas operasi (X1) tidak

diikutkan. Maka berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian dan pembahasan sebelumya, maka dapat disusun kesimpulan sebagai berikut :

1. Melalui uji F (Simultan) disimpulkan bahwa variabel X2,X3,X4 dapat

memberikan kontribusi terhadap variabel Y atau menunjukan pengaruh

kandungan informasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi(X2), Arus Kas dari

Aktivitas Pendanaan (X3) dan Earning Per Share (X4) terhadap Harga Saham

berpengaruh signifikan positif dan teruji kebenaranya.

2. Sedangkan melalui uji t (Parsial) disimpulkan bahwa variabel Arus Kas dari

Aktivitas Pendanaan (X3), Earning Per Share (X4) terbukti berpengaruh

secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia tetapi untuk variabel Arus Kas


(3)

88

dari Aktivitas investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disusun saran sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan hendaknya dapat menyusun laporan keuangan yang akurat

dan handal tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun arus kas dan laba rugi, agar investor tidak merasa ragu ketika akan menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut.

2. Bagi Peneliti hasil penelitian hendaknya dapat digunakan untuk memperdalam

ilmu pengetahuan mengenai praktek pasar modal khususnya mengenai pengaruh kandungan informasi arus kas dan earning per share pada harga saham.

3. Bagi Universitas disarankan penelitian dapat digunakan untuk memperkaya

kajian ilmiah dalam praktek pasar modal. Dan juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai pengaruh arus kas dan EPS terhadap harga saham perusahaan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani dan Kusumastuti, 2008, Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Pasar Saham, Jurnal Riset Akuntansi, Vol 3, No.2.

Bandi dan Rahmawati, 2005, Relevansi Kandungan Informasi Komponen Arus Kas Dan Laba Dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol 5, No.1, Pebruari.

Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, BPFE, Yogyakarta. Djarwanto, 2004, Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit

BPFE, Yogyakarta.

Draper, Norman and Harry Smith, 1981, Analisis Regresi Terapan, Edisi Kedua, Bambang Sumantri, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Ferry dan Ekawati, 2005, Pengaruh Informasi Laba Akuntansi, Aliran Kas dan komponen Aliran Kas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol 1, No.2, Agustus.

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi

Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, 1995, Ekonomertrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hadianto, Bram, 2008, Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan dan Ritel, Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol 7, No.2, November.

Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Edisi Satu, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Hasan, Iqbal,2002, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, 2005, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(5)

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standard Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Jogiyanto, HM., 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Kasmir, Jakfar, 2008, Analisa Laporan keuangan, Edisi Pertama, Cetakan pertama. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Nazir, Mohammad, 2005, Metodologi Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Niswonger, Rollin C, Philiph E. Fess dan Carl S. Warren, 1996, Prinsip-Prinsip

Akuntansi, Edisi Ke Enam Belas, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rachmawati, Lilik, 2009, Analisis Beberapa Faktor fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Santoso, Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogjakarta,

Simamora, Henry, 2000, Akuntansi Berbasis Pengambilan Bisnis, Jilid 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Soesetio, Yuli, 2005, Analisis Tambahan Kandungan Informasi Laporam Arus Kas, Jurnal Eksekutif, Vol 2, No.2, Agustus.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Revisi, Penerbit UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keempat, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan Teori, Konsep Dan Aplikasi, Edisi Pertama, Penerbit Ekonosia, Yogyakarta.


(6)

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Infestasi dan Manajemen Portofolio, Edisi

Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

_______________________, 2010, Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama, Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Tarigan dan Siregar, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI, Jurnal Akuntansi, Vol 9. Triyono dan Hartono, 2000, Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas,

Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga Atau Return Saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3, No.1, Januari.

Weygandt, Kieso, 1995, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta.

 

www.idx.co.id

www.kontanonline.com


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 39 96

Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

7 58 98

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 63 94

Pengaruh Faktor Teknikal Terhadap Harga Saham Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 70 62

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 85 93

Analisis Peluang Kecenderungan Overvalue Atau Undervalue Harga Saham Perdana Dengan Metode Real Option Pada Bursa Efek Indonesia

3 51 109

Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 47 83

Pengaruh Komponen Laporan Arus Kas Dan Earning Per Share Terhadap Return Saham Perusahaan Barang-Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia

1 31 104

PENGARUH DIVIDEN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 64

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN PRICE EARNING RATIO (PER) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 16 103