Hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta.
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA MAHASISWA S1 TINGKAT AKHIR PADA BEBERAPA
PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA
Hervy Primasuari
ABSTRAK
Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Hipotesis penelitian adalah ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Subjek penelitian ada 121 mahasiswa S1 tingkat akhir diberbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta. Terdapat 84 mahasiswi dan 37 mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang berusia 21-24 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan metode skala, yang diukur dengan metode Likert. Teknik analisis data menggunakan SPSS for windows version 16.00. Teknik analisis Spearman Rho digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta, yaitu 0,663 dengan taraf signifikansi 0,05. Koefisien determinasi sebesar 0,439 (43,9 %) yang menunjukkan bahwa kontribusi variabel efikasi diri terhadap kematangan karir sebesar 43,9 %.
(2)
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY AND CAREER MATURITY IN LAST DEGREE UNDERGRADUTE COLLEGE STUDENT
IN SOME UNIVERSITIES IN YOGYAKARTA
Hervy Primasuari ABSTRACT
This research aimed to know the relationship between self efficacy and career maturity in last degree undergraduate college student in some universities in Yogyakarta. The hypotheses was self efficacy had positive relationship with career maturity in some universities in Yogyakarta. The subjects were 121 of last degree undergraduate college student in many state and private universities in Yogyakarta. There were 84 female college students and 37 male college students from 2009, 2010, and 2011 generation who were 21-24 years old. The method of collect data used scale method which was measured by Likert model. Analysis data used SPSS for windows version 16.00. Spearman Rho technique was used to test the research hypotheses. The result showed that self efficacy had positive relationship with career maturity in last degree undergraduate college student in some universities in Yogyakarta. The result of correlation test was 0,663 at 0,05 level signification. Coefficient determination was 0,439 (43,9 %) showed that the contribution of self efficacy to career maturity was 43,9 %.
Keyword: self efficacy, career maturity, last degree undergraduate college student, some universities in Yogyakarta
(3)
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA S1 TINGKAT AKHIR PADA BEBERAPA
PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh : Hervy Primasuari
119114068
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
(5)
(6)
HALAMAN MOTTO
Tuhan tak akan meninggalkanmu,
atas yakinmu sejauh ini...
Tetap semangat dan jadilah tangguh!
~ Sheila on 7 ~
(7)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus yang tidak pernah tidur, yang selalu
memberikan berkatNya, menyertai, dan memberikan
segala sesuatu yang terbaik dalam hidup saya.
Bapak dan Ibu yang saya cintai, yang selalu saya
banggakan, yang selalu memberikan teladan yang luar
biasa, dan yang selalu menjadi motivasi bagi saya untuk
melakukan yang terbaik dalam setiap tanggung jawab
yang telah dipercayakan.
Mas Handy yang saya sayangi, yang selalu menjadi
mas yang mendukung setiap aktivitas yang saya lakukan
dan tak pernah lelah mengingatkan saya untuk selalu
(8)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya rnenyatakan dengan sesungguhnya bahr.va skripsi yang saya tulis ini tidak mer-nuat karya atau bagiar-i kalya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalan-r kutipan dan ciaftar pustaka. sebagainlarla layaknya karya ilmiah.
Yogyakarla, 29 Septernber' 201 5
Penulis,
,zt'['
l_l'
(9)
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA MAHASISWA S1 TINGKAT AKHIR PADA BEBERAPA
PERGURUAN TINGGI DI YOGYAKARTA
Hervy Primasuari
ABSTRAK
Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Hipotesis penelitian adalah ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Subjek penelitian ada 121 mahasiswa S1 tingkat akhir diberbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta. Terdapat 84 mahasiswi dan 37 mahasiswa angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang berusia 21-24 tahun. Metode pengumpulan data menggunakan metode skala, yang diukur dengan metode Likert. Teknik analisis data menggunakan SPSS for windows version 16.00. Teknik analisis Spearman Rho digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta, yaitu 0,663 dengan taraf signifikansi 0,05. Koefisien determinasi sebesar 0,439 (43,9 %) yang menunjukkan bahwa kontribusi variabel efikasi diri terhadap kematangan karir sebesar 43,9 %.
(10)
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY AND CAREER MATURITY IN LAST DEGREE UNDERGRADUTE COLLEGE STUDENT
IN SOME UNIVERSITIES IN YOGYAKARTA
Hervy Primasuari ABSTRACT
This research aimed to know the relationship between self efficacy and career maturity in last degree undergraduate college student in some universities in Yogyakarta. The hypotheses was self efficacy had positive relationship with career maturity in some universities in Yogyakarta. The subjects were 121 of last degree undergraduate college student in many state and private universities in Yogyakarta. There were 84 female college students and 37 male college students from 2009, 2010, and 2011 generation who were 21-24 years old. The method of collect data used scale method which was measured by Likert model. Analysis data used SPSS for windows version 16.00. Spearman Rho technique was used to test the research hypotheses. The result showed that self efficacy had positive relationship with career maturity in last degree undergraduate college student in some universities in Yogyakarta. The result of correlation test was 0,663 at 0,05 level signification. Coefficient determination was 0,439 (43,9 %) showed that the contribution of self efficacy to career maturity was 43,9 %.
Keyword: self efficacy, career maturity, last degree undergraduate college student, some universities in Yogyakarta
(11)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA
ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISYang berlar-rda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna Nama : Helvy Pdmasuari
Norror
Mahasiswa
: 1 191 14068Derni pengernbangan ihnu pengetahuall, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan antara Efikasi Diri dengan Kematangan
Karir
pada Mahasiswa S1 Tingkat Akhir pada Beberapa Perguruan Tinggi di Yogyakarta
besefia perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan dernikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Univer sitas Sanata Dhanna
hak
untuk
menyimpan,mengalihkan dalarn ber-rtuk media lain, mengelolanya di internet atau rnedia lain
untuk kepentingan akadernis tanpa perlu meminta
ijin
dari
saya maupunrnemberikar-r royalti kepada saya seiama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Dernikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 29 September 2015
Yang menyatakan,
(12)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kebaikan-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., selaku Kepala Program Studi Psikologi. 3. Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih karena Ibu telah memberikan waktu serta kesempatan yang luar biasa selama satu semester ini untuk bimbingan bersama Ibu. Terima kasih untuk selalu memberikan motivasi agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk setiap perhatian dan kesabaran yang telah Ibu berikan selama mendampingi penulis menulis skripsi ini. Bimbingan bersama Ibu, penulis memperoleh banyak hal yang membentuk diri penulis menjadi pribadi yang lebih baik, yaitu penulis memperoleh pelajaran yang luar biasa bahwa untuk setiap tanggung jawab itu harus dikerjakan dengan cermat dan tekun, baik atau tidaknya bukan untuk orang lain, melainkan untuk diri kita sendiri. Lebih daripada itu, Ibu tak bosan-bosannya untuk selalu mengingatkan penulis bahwa untuk mencapai segala sesuatu itu harus gigih dalam berjuang.
(13)
4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
5. Ibu Dewi Soerna A., M.Psi., selaku pimpinan penulis selama menjadi asisten Wakil Kepala Program Studi yang mengurusi alumni dalam rangka akreditasi fakultas. Terima kasih telah mempercayakan penulis menjadi salah satu asisten dari Bu Dewi. Terima kasih atas perhatian dan pengertian Bu Dewi karena telah memberi kesempatan bagi penulis untuk membagi waktu bekerja dan mengerjakan skripsi sedemikian rupa.
6. Bapak dan Ibu Dosen, serta staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan yang luar biasa bagi penulis untuk dapat bekerja bersama dalam mengerjakan akreditasi fakultas.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat berguna selama perkuliahan.
8. Ibu Debri Pristinella, M. Si., selaku Kepala Laboratorium ketika penulis menjadi asisten laboratorium. Terima kasih untuk kesempatan dan kepercayaan yang diberikan.
9. Ibu Nanik, Mas Gandung, dan Pak Gik yang selalu memberikan sapaan, senyum semangat, dan keramahan yang luar biasa pada penulis.
10.Mas Muji dan Mas Doni, selaku staf laboratorium. Terima kasih untuk dinamika selama 6 bulan dan kekeluargaan yang masih terjalin hingga sekarang.
(14)
11.Mbak Tirza, Jojo, Silla, Netty, Yoan, Clara, dan Arum, teman-teman asisten yang berjuang bersama dalam mengerjakan akreditasi fakultas dan skripsi secara bersamaan. Terima kasih untuk suka duka selama berdinamika bersama. Terima kasih untuk dapat saling memotivasi satu sama lain dalam menyelesaikan setiap tanggung jawab yang diberikan.
12.Bapak-bapak bagian parkir Universitas Sanata Dharma Paingan yang selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dengan baik.
13.Seluruh staf Fakultas Psikologi, terima kasih atas keramahan dan kesabarannya dalam memberikan pelayanan yang luar biasa.
14.Bapak dan Ibu, orang tua yang selalu penulis cintai. Terimakasih karena telah melahirkan, merawat, menemani, dan selalu memberikan kasih sayang tanpa batas pada penulis. Terima kasih karena sampai saat ini masih mendampingi penulis dalam menjalani hari-hari bersama. Bapak dan Ibu merupakan motivasi terbesar penulis untuk selalu berusaha mengukir senyum bangga pada wajah Bapak dan Ibu melalui setiap tanggung jawab yang dipercayakan pada penulis. 15.Mas Handy, mas yang saya sayangi. Terima kasih untuk selalu mendukung setiap
aktivitas yang penulis lakukan dan selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi dan tanggung jawab yang lain dengan baik.
16.Simbah Putri yang selalu mendoakan penulis dalam menjalani dan menyelesaikan setiap tanggung jawab, terutama dalam hal pendidikan.
17.Pakde Hartono, Pakde Dibyo, Pakde Dodot, Bude Sri, Bude Heri, Bude Jiman, Bude Dhanang, Om Nono, Tante Sis, Om Wowok, pakde, bude, om, dan tante
(15)
yang selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi dan studi yang penulis tempuh.
18.Mbak Nina, Dek Bram, Dek Tita, Dek Vito, Dek Evan, Dek Riko, Dek Pam, Dek Deta, dan Dek Kinan, saudara sepupu yang saling memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi dan studi. Kalian. Terima kasih karena penulis masih diberikan kesempatan untuk dapat merasakan hangatnya kasih sayang dalam keluarga besar.
19.Indil, sahabat yang lebih dari saudara sejak SMP sampai sekarang. Terima kasih untuk persahabatan dan persaudaraan yang luar biasa ini. Terima kasih untuk dapat saling mendukung, menguatkan, dan menyayangi satu sama lain. Terima kasih telah menjadi sahabat dan saudara dalam suka maupun duka.
20.Sahabat-sahabat Patriot, Komisi Anak, dan Komparem GKJ Jatimulyo yang sudah berdinamika dalam pelayanan bersama-sama. Terima kasih untuk dapat saling memberikan perhatian dan motivasi semangat dalam melayani dan dalam berbagai aktivitas pada kehidupan sehari-hari. Terima kasih untuk kekeluargaan yang tak pernah lekang oleh waktu ini.
21.Teman-teman Paduan Suara Nafiri GKJ Jatimulyo yang selalu memberikan semangat sukacita dalam melayani dan memuji namaNya.
22.Soulmate, sahabat-sahabat dari SMA. Terima kasih karena selalu mengusahakan waktu dan kesempatan untuk bertemu dan berbagi cerita bersama walaupun sudah terpisah kota.
(16)
23.Anita, Rinta, Nunuk, Vivi, dan Dara, sahabat-sahabat yang dimulai dari kuliah. Terima kasih untuk tawa yang telah mewarnai hari-hari penulis selama di perkuliahan. Terima kasih untuk tradisi setiap ada yang ulang tahun. Terima kasih karena dapat saling memberikan energi positif satu sama lain.
24.Teman-teman seperjuangan bimbingan Ibu Sylvi yang saling memberikan semangat dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi. Semua akan selesai pada waktuNya. Semangat berjuang!
25.Teman-teman SMP, SMA, dan kuliah yang telah membantu dalam proses pengambilan dan pengolahan data. Terima kasih atas kesediaan, waktu, dan ilmu yang telah diberikan sehingga pengambilan dan pengolahan data dapat terlaksana dengan baik.
26.Mas Duta, Mas Eross, Mas Brian, dan Mas Adam, para personil Sheila on 7 yang sudah penulis idolakan selama 14 tahun. Terima kasih karena telah menemani dan memotivasi penulis melalui karya lagu-lagu yang luar biasa. Terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan untuk dapat segera menyelesaikan skripsi. 27.Teman-teman Sheilagank Jogja yang membuat penulis merasa memiliki saudara
sejiwa yang sama-sama mengidolakan Sheila on 7.
28.Teman-teman BASBSO7 dari berbagai daerah yang selalu berbagi cerita mengenai Sheila on 7 dan saling menguatkan satu sama lain.
29.Semua teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Selamat Berjuang!
(17)
30. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, baik secara langsung rnaupurl tidak, sehingga sklipsi
ini
selesai dengan baik. Kiranya Tuhan selalu tnerubcrkati kita semua.Yogyakarla. 29 September 2015 Penulis,
-. lt
'/ i /
,.''\
-/'
i-/
v
/ nJ*\
/4
(18)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xvi
DAFTAR TABEL... xix
DAFTAR LAMPIRAN... xx
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar belakang... 1
B. Rumusan masalah... 11
C. Tujuan penelitian... 12
D. Manfaat penelitian... 12
1. Manfaat teoritis... 12
(19)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 13
A. Efikasi Diri...…....... 13
1. PengertianEfikasi Diri…... 13
2. Faktor Efikasi Diri... 15
3. Sumber Efikasi Diri…... 17
4. Dimensi Efikasi Diri…... 21
5. Proses Aktivasi Efikasi Diri...…... 22
B. Kematangan Karir... 25
1. Pengertian Karir... 25
2. Pengertian Kematangan Karir... 26
3. Faktor Kematangan Karir... 27
4. Aspek Kematangan Karir... 29
5. Dimensi Kematangan Karir... 30
C. Masa Dewasa Awal... 32
D. Mahasiswa S1 (Strata 1)... 35
E. Dinamika... 36
F. Bagan / Kerangka Penelitian... 40
G. Hipotesis ... 41
BAB III METODE PENELITIAN... 42
A. Jenis Penelitian... 42
B. Variabel Penelitian... 42
(20)
D. Subjek Penelitian... 46
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 47
F. Validitas dan Reliabilitas Penelitian... 53
1. Validitas... 53
2. Reliabilitas... 54
G. Seleksi Item... 55
H. Metode dan Analisis Data... 60
I. Prosedur Penelitian... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 62
A. Pelaksanaan Penelitian... 62
B. Deskripsi Data Penelitian... 63
C. Analisis Data Penelitian 1. Uji Asumsi... 72
2. Uji Hipotesis... 74
D. Pembahasan... 76
BAB V PENUTUP... 85
A. Kesimpulan……... 85
B. Saran…………... 86
1. Bagi Mahasiswa S1 Tingkat Akhir... 86
2. Bagi Peneliti Lain……... 86
DAFTAR PUSTAKA... 87
(21)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Efikasi Diri.…... 48
Tabel 2. Blue Print Kematangan Karir...…... 49
Tabel 3. Bobot Skor Berdasarkan Pilihan Jawaban.…... 52
Tabel 4. Blue Print Efikasi Diri.…... 56
Tabel 5. Blue Print Efikasi Diri Setelah Tryout.…... 57
Tabel 6. Blue Print Kematangan Karir.…... 58
Tabel 7. Blue Print Kematangan Karir Setelah Tryout.…... 59
Tabel 8. Jenis Kelamin.…... 63
Tabel 9. Usia.…... 64
Tabel 10. Angkatan.…... 64
Tabel 11. Universitas.…... 64
Tabel 12. Fakultas / Jurusan.…... 65
Tabel 13. Tempat Tinggal.…... 67
Tabel 14. Pekerjaan Sampingan.…... 67
Tabel 15. Alasan Melakukan Pekerjaan Sampingan.…... 68
Tabel 16. Deskripsi Statistik Data Penelitian.…... 69
Tabel 17. Norma Kategorisasi Skor.…... 70
Tabel 18. Kategorisasi Skor Efikasi Diri.…... 71
Tabel 19. Kategorisasi Skor Kematangan Karir.…... 72
Tabel 20. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.…... 73
(22)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Survey Kematangan Karir... 92 Lampiran 2. Skala Efikasi Diri…... 94 Lampiran 3. Skala Kematangan Karir... 99 Lampiran 4. Skala Efikasi Diri Setelah Tryout... 104 Lampiran 5. Skala Kematangan Karir Setelah Tryout... 108 Lampiran 6. Reliabilitas Efikasi Diri... 112 Lampiran 7. Reliabilitas Kematangan Karir... 114 Lampiran 8. Reliabilitas Efikasi Diri Setelah Tryout... 116 Lampiran 9. Reliabilitas Kematangan Karir Setelah Tryout... 118 Lampiran 10. Uji Normalitas... 120 Lampiran 11. Uji Linearitas... 121 Lampiran 12. Uji Korelasi Spearman... 124 Lampiran 13. Deskriptif Statistik... 125
(23)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Permasalahan mengenai ketenagakerjaan semakin hari semakin banyak dan kompleks. Permasalahan tersebut salah satunya dikarenakan semakin banyaknya pengangguran intelektual di Indonesia dari tahun ke tahun. Pengangguran intelektual merupakan individu lulusan perguruan tinggi, baik diploma maupun sarjana S1 (Strata 1), yang belum memiliki pekerjaan atau tidak bekerja. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa jumlah pengangguran intelektual di Indonesia yang merupakan lulusan diploma maupun sarjana S1 semakin bertambah. Pada bulan Agustus 2014, BPS mencatat bahwa jumlah pengangguran intelektual yang merupakan lulusan diploma sebesar 193.517 orang (2,67%), sedangkan jumlah pengangguran intelektual yang merupakan lulusan sarjana S1 sebesar 495.143 orang (6,83%). Data tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan data yang dihimpun BPS pada tahun lalu, yaitu pada bulan Agustus 2013. Jumlah pengangguran yang merupakan lulusan diploma sebesar 185.103 orang (2,5%), naik sebesar 0,17%. Jumlah pengangguran yang merupakan lulusan sarjana S1 sebesar 434.185 orang (5,86%), naik sebesar 0,97% (Badan Pusat Statistika, 2014).
(24)
Para lulusan sarjana S1 berharap dengan gelar S1 yang mereka miliki dapat membuat mereka memperoleh pekerjaan yang layak dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya (Lumakto, 2013). Sedangkan, jumlah lulusan diploma maupun sarjana S1 itu tidak sedikit. Berdasarkan data dari Dirjen Pendidikan Tinggi (dalam Sembiring, 2014), jumlah mahasiswa pada tahun 2013, yaitu 3.318.154 mahasiswa pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan 2.271.387 mahasiswa pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dampak dari banyaknya jumlah lulusan sarjana S1 adalah pada persaingan dalam memperoleh pekerjaan. Persaingan itu bertolak belakang dengan penyerapan lulusan sarjana S1 yang cukup lambat di Indonesia ini. Salah satu hal yang menyebabkannya adalah kualitas yang dimiliki oleh lulusan sarjana S1 dirasa masih belum sesuai dengan kebutuhan yang dituntut oleh dunia kerja (Harian Ekonomi Neraca, 2014).
Di Kota Yogyakarta sendiri terdapat 106 PTS (Perguruan Tinggi Swasta) dan 5 PTN (Perguruan Tinggi Negeri), sehingga tak bisa dipungkiri bahwa Kota Yogyakarta dikenal dengan kota pelajar (Giyanto, 2015). Banyaknya jumlah PTS dan PTN tersebut dibarengi dengan tingginya minat individu untuk melanjutkan kuliah di Yogyakarta dibandingkan dengan daerah lain (Lembaga Riset Publik, 2015). Disisi lain, jumlah pengangguran intelektual di Kota Yogyakarta terhitung masih banyak. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (2014), menyatakan bahwa jumlah
(25)
pengangguran intelektual yang merupakan lulusan sarjana S1 di Yogyakarta pada bulan Agustus 2014 sebesar 12.825 orang. Jumlah pengangguran intelektual tersebut bertambah sekitar 1907 orang dari data yang dihimpun pada bulan Agustus 2013, yaitu sebesar 10.918 orang.
Dalam dunia kerja, pihak pengguna jasa memiliki tuntutan yang tinggi terhadap para pekerjanya. Kasih dan Suganda menunjukkan hasil survey yang menyatakan bahwa 91% kalangan pengguna jasa menyatakan bahwa lulusan diploma maupun sarjana S1 tidak siap pakai setelah lulus dari perkuliahan (dalam Rachmawati, 2012).
Mahasiswa S1 tingkat akhir seharusnya telah menentukan pilihan dalam berkarir, sehingga mahasiswa S1 tingkat akhir sudah mulai untuk melatih diri sesuai dengan hal yang diperlukan pada karir yang dipilihnya. Mahasiswa akan merasa lebih puas dengan keputusan dalam memilih karir yang relevan dengan minatnya. Pada kenyataannya, masih banyak mahasiswa S1 tingkat akhir yang merasa bingung terkait hal yang akan mereka kerjakan setelah lulus dari perguruan tinggi (Hurlock, 1980). Para lulusan diploma maupun sarjana S1 kurang memiliki ilmu yang cukup untuk menjadi bekal setelah lulus dari perguruan tinggi, serta kurang memiliki keterampilan dan pengalaman untuk memasuki dunia kerja (Rachmawati, 2012).
Kondisi yang sedang dialami oleh para mahasiswa S1 tingkat akhir tersebut dialami pula oleh peneliti yang merupakan mahasiswa S1 tingkat akhir. Peneliti merasa bahwa ilmu yang diperoleh selama menjalani
(26)
pendidikan formal kurang memadai dalam melatih diri memasuki dunia kerja. Di luar perguruan tinggi, peneliti mengikuti kegiatan non akademik yang menunjang pilihan karir setelah lulus S1. Namun, peneliti merasa keterampilan dan pengalaman yang dimiliki masih kurang memadai dalam menuju karir yang menjadi pilihan peneliti. Dalam hal ini, peneliti merasa kurang yakin akan ilmu, keterampilan, pengalaman yang dimiliki dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
Rasa bingung, kurangnya ilmu, keterampilan, dan pengalaman yang dirasakan oleh para lulusan diploma dan sarjana S1 diduga disebabkan karena kurang memiliki career maturity atau kematangan karir (Rachmawati, 2012). Seperti yang diungkapkan oleh V, mahasiswa S1 tingkat akhir salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Ia mengatakan bahwa ia ingin bekerja tetapi ia belum tahu akan bekerja di mana. Hal itu dikarenakan ia belum memiliki bayangan. Pada dasarnya, ia ingin bekerja pada biro psikologi milik pemerintah maupun milik swasta, baik yang sesuai dengan bidang kuliahnya maupun yang tidak sesuai (Komunikasi Pribadi, 2014).
Hal senada diungkapkan oleh D, mahasiswa S1 tingkat akhir salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, juga mengatakan bahwa ia masih merasa bingung akan bekerja pada bidang apa setelah lulus dari S1. Bidang pekerjaan yang telah ia pikirkan berbeda jauh dengan jurusan perkuliahan yang sedang ia jalani karena ia merasa berat dan tidak yakin
(27)
apabila bekerja pada bidang yang sesuai dengan jurusan perkuliahannya (Komunikasi Pribadi, 2015).
Gonzalez menyatakan bahwa kematangan karir merupakan kematangan individu yang disesuaikan dengan tahap perkembangannya dengan melihat kesesuaian antara tahap kematangan individu dengan usia kronologisnya (Gonzalez, 2008). Perilaku kematangan secara karir diasumsikan akan memiliki perbedaan pada setiap tahap kehidupan individu (Osipow, 1973). Super (dalam Creed, Patton, & Prideaux, 2006) mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan diri individu untuk menyadari tugas perkembangan sesuai dengan usianya, terutama dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan karir. Lal (2014) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan kapabilitas individu dalam menguasai tugas perkembangan karir yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Kematangan karir merupakan kemampuan pada diri individu untuk dapat membuat pilihan karir yang realistik serta stabil dengan kesadaran penuh akan hal-hal yang dibutuhkan dalam membuat perkiraan keputusan karir (Super dalam Lal, 2014). Kematangan karir berkaitan dengan seberapa jauh individu mampu menggunakan faktor kognitif, emosional, dan faktor psikologis lain dalam membuat keputusan karir yang realistik (Lal, 2014). Super dan Crites (dalam Gonzalez, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir berlangsung selama kehidupan individu. Kematangan karir merupakan rangkaian proses yang berkelanjutan dan
(28)
memungkinkan adanya perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Berdasarkan hal-hal tersebut, kematangan karir merupakan kesiapan diri individu dalam menjalankan tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan berdasarkan usia individu tersebut untuk membuat keputusan karir yang realistik dengan menyadari penuh akan kemampuan dan hal-hal terkait yang dibutuhkan. Oleh karena itu, menjadi hal yang penting bagi mahasiswa untuk mempersiapkan segala sesuatunya ketika memasuki dunia kerja (Rachmawati, 2012).
Untuk melihat kematangan karir yang dimiliki mahasiswa S1 tingkat akhir, peneliti melakukan survey pada tanggal 1 April hingga 8 April 2015. Survey ini diikuti oleh 63 mahasiswa S1 tingkat akhir di berbagai perguruan tinggi (negeri dan swasta) di Yogyakarta. Peneliti menyusun survey berdasarkan 5 dimensi dari kematangan karir, yaitu careers
planfulness / perencanaan karir, resources for exploration /
sumber-sumber eksplorasi, information / informasi, decision making / pengambilan keputusan, dan reality orientation / berorientasi pada realita. Hasil survey menunjukkan bahwa dimensi sumber-sumber eksplorasi dan informasi yang dimiliki oleh mahasiswa S1 tingkat akhir masih rendah, yaitu 63,5 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa S1 tingkat akhir kurang dapat melakukan ekplorasi terhadap dirinya sendiri dalam hal karir dan pencarian informasi yang menunjang karirnya. Mahasiswa S1 tingkat akhir tersebut kurang memiliki keinginan
(29)
untuk berkonsultasi dengan orang lain yang lebih ahli, mencari sumber-sumber yang berkaitan dengan karir, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang menunjang karirnya kelak. Mahasiswa S1 tingkat akhir juga kurang memiliki usaha untuk penggalian informasi terkait karirnya melalui pendidikan yang sedang dijalani, kualifikasi yang dibutuhkan pada karirnya kelak, serta kesempatan yang tersedia bagi karir yang dipilihnya setelah lulus dari S1. Kedua dimensi tersebut penting karena mempengaruhi mahasiswa S1 tingkat akhir dalam rangkaian proses kematangan karir, yaitu menentukan karir yang akan dijalani dan usaha untuk menggali informasi terkait karir yang dipilihnya tersebut.
Dalam prosesnya, kematangan karir dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya diduga merupakan self efficacy atau efikasi diri.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat awal di Universitas Surabaya (Rachmawati, 2012).
Bandura (dalam Feist & Feist, 2008) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki untuk mengendalikan fungsi diri dan lingkungannya. Bandura (dalam Bozgeyikli, Eroglu, & Hamurcu, 2009) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian individu dalam mengelola kemampuan yang dimiliki untuk diwujudnyatakan dalam tindakan yang diperlukan dalam mencapai performansi yang diinginkan. Efikasi diri mempengaruhi
(30)
perilaku individu untuk meraih tujuan yang diinginkan. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan individu terkait perilaku yang akan dilakukan, besarnya usaha yang dilakukan individu, dan mampu tidaknya individu menghadapi tantangan dan kegagalan. Ketika individu tidak memiliki keyakinan untuk mampu mencapai tujuan, maka individu tersebut tidak sukses untuk mencapai tujuannya. Begitu pula sebaliknya, ketika individu memiliki keyakinan mampu untuk mencapai tujuan, maka individu tersebut akan mencapai tujuannya dengan sukses (Bandura, 1997).
Keyakinan individu terhadap efikasi diri yang dimiliki akan berpengaruh pada tindakan yang akan diupayakan individu tersebut (Bandura dalam Feist & Feist, 2008). Efikasi diri mampu memprediksi individu untuk melakukan tugasnya dengan baik ketika mereka yakin terhadap kesuksesan yang akan diraih (Spector, 2008). Teori mengenai efikasi diri ini dikemukakan oleh Bandura menyatakan bahwa motivasi dan performansi individu ditentukan dari seberapa efektif individu menyakini bahwa ia mampu (dalam Randhawa, 2004). Huda (dalam Utami & Hunadiah, 2013) menyatakan bahwa efikasi diri yang kuat dalam diri individu mempengaruhi pola pikir, perasaan, serta dorongan untuk menyesuaikan diri dengan tugas perkembangan sebagai hasil refleksi terhadap kemampuan yang dimiliki.
Schyns dan von Collani (dalam Pati & Kumar, 2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan dalam diri individu untuk dapat meraih
(31)
kesuksesan dengan melakukan tugas secara efektif. Bandura (dalam Baron & Byrne, 1997) memandang efikasi diri sebagai pandangan individu tentang mampu tidaknya melaksanakan tugas dan meraih tujuan yang diinginkan. Bandura menyatakan bahwa efikasi diri merupakan rasa mampu yang dimiliki individu untuk mengikuti serangkaian pelatihan dalam rangka memperoleh hal-hal yang diperlukan (Bandura, 1997). Berdasarkan sekumpulan pengertian efikasi diri, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan fungsi diri, pelatihan, dan tugas secara efektif pada situasi tertentu untuk mencapai performansi dan tujuan yang diharapkan.
Individu memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda dalam setiap fase kehidupan. Individu yang berusia antara 21 hingga 24 tahun berada pada fase implementation, yaitu individu tersebut mulai menyelesaikan pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja (Super dalam Santrock, 1997). Super, Savickas, dan Super (dalam Gysbers, Heppner, & Johnston, 2003) menyatakan bahwa inti penting dari pemilihan sebuah karir tersebut bukan pada peristiwanya, melainkan pada prosesnya. Ketika individu memilih untuk berkarir di dalam dunia kerja, individu tersebut ingin mencapai hal yang memungkinkannya berada pada kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya (Anoraga, 2012).
(32)
Super (dalam Osipow, 1973) menyatakan bahwa mahasiswa S1 tingkat akhir termasuk dalam fase implementation. Mereka mulai menyadari dan merencanakan kebutuhan untuk mengimplemetasikan pilihan karir sebelum masuk dalam dunia kerja. Usaha untuk mengembangkan efikasi diri dalam periode ini akan menjadi hal penting yang berpengaruh terhadap pengambilan langkah-langkah penting dalam hidup (Bandura, 1997).
Mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menyadari serta mengetahui besarnya kapabilitas yang dimiliki untuk menghadapi dunia kerja. Di sisi lain, mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri yang rendah menunjukkan sikap yang cenderung kurang memiliki cukup pengetahuan terkait besarnya kapabilitas yang dimiliki untuk menghadapi dunia kerja (Bandura, 1997). Seperti yang diungkapkan oleh R, mahasiswa S1 tingkat akhir salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta mengatakan bahwa kemungkinan ia ingin bekerja, akan tetapi ia tidak memiliki pengetahuan terkait tempat kerja dan bidang kerja yang akan ia tuju. Ia hanya ingin bekerja di luar Kota Yogyakarta karena ia ingin belajar menjadi pribadi yang mandiri (Komunikasi Pribadi, 2014).
Hal senada diungkapkan oleh S, mahasiswa S1 tingkat akhir salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta, mengatakan bahwa sebenarnya ia sudah diterima sebagai Human Resources Development
(33)
perusahaan tersebut. Namun, ia merasa tidak mampu untuk menyelesaikan revisi skripsi dalam kurun waktu maksimal akhir tahun 2014, sehingga ia tidak bisa menerima penawaran untuk bekerja di perusahaan tersebut. Selanjutnya, ia masih bingung akan bekerja di mana karena ia belum memiliki bayangan (Komunikasi Pribadi, 2014). Efikasi diri memampukan individu untuk memahami kondisi diri secara realistis, sehingga mampu menyesuaikan antara harapan akan pekerjaan yang diinginkan dengan kapabilitas yang dimiliki individu tersebut (Utami & Hudaniah, 2013).
Berdasarkan pemaparan tersebut dan dari hasil wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada kemungkinan efikasi diri berhubungan dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Banyaknya mahasiswa S1 tingkat akhir yang merasa bingung dan kurangnya keyakinan yang dimiliki dalam menjalankan tugas perkembangan memilih karir setelah lulus S1 menjadi latar belakang dalam peneilitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk memaparkan apakah memang ada hubungan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta.
B.Rumusan Masalah
Permasalahan yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah,
(34)
pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan
tinggi di Yogyakarta?”
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efikasi diridengan kematangan karir pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat memberikan referensi ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu Psikologi Industri dan Organisasi serta Psikologi Perkembangan. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan literatur untuk penelitian yang relevan mengenai efikasi diri dan kematangan karir pada dewasa awal di masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi memahami kondisi diri, sehingga mampu untuk mengembangkan kemampuan diri dalam kaitannya dengan tugas perkembangan dan karir di pekerjaan.
(35)
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efikasi diri
1. Pengertian efikasi diri
Efikasi diri merupakan keyakinan dalam diri individu akan kapabilitas yang dimiliki, dengan memperhatikan pengontrolan pada motivasi, perilaku, dan lingkungan sosial dari individu (Carey & Forsyth, 2015). Efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (dalam Herr, Cramer, & Niles, 2004) terkait dengan penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan yang dimiliki dalam merencanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki untuk mengendalikan fungsi diri dan lingkungannya (Bandura dalam Feist & Feist, 2008). Bandura (dalam Bozgeyikli, Eroglu, & Hamurcu, 2009) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian individu dalam mengelola kemampuan yang dimiliki untuk diwujudnyatakan dalam tindakan yang diperlukan dalam mencapai performansi yang diinginkan. Bandura (dalam Davis, Fedor, Parsons, & Herold, 2000) memandang efikasi diri sebagai keyakinan individu terkait mampu tidaknya individu untuk menyelesaikan tugas dengan tingkat performansi yang dituntut. Efikasi diri mempengaruhi perilaku individu untuk meraih tujuan yang diinginkan. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan individu terkait
(36)
perilaku yang akan dilakukan, besarnya usaha yang dilakukan individu, dan mampu tidaknya individu menghadapi tantangan dan kegagalan. Ketika individu tidak memiliki keyakinan untuk mampu mencapai tujuan, maka individu tersebut tidak sukses untuk mencapai tujuannya. Begitu pula sebaliknya, ketika individu memiliki keyakinan mampu untuk mencapai tujuan, maka individu tersebut akan mencapai tujuannya dengan sukses (Bandura, 1997).
Efikasi diri dapat mempengaruhi individu dalam melakukan kegiatan. Individu akan memilih untuk melakukan kegiatan yang ia rasa bahwa ia mampu melakukannya dengan baik daripada melakukan kegiatan yang ia rasa melebihi kemampuannya (Kristina, 2012). Efikasi diri berkembang seiring dengan kemampuan dan pengalaman yang terus meningkat. Hal itu berkaitan dengan kepercayaan diri individu dalam mempersiapkan diri menghadapi kondisi mendatang yang belum dapat diprediksi (Megarani, 2009).
Schyns dan von Collani (dalam Pati & Kumar, 2010) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan dalam diri individu untuk dapat meraih kesuksesan dengan melakukan tugas secara efektif. Santrock (dalam Rachmawati, 2012) menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan individu atas kemampuan yang dimiliki dalam hal menguasai situasi sehingga memberikan hasil yang menguntungkan. Menurut Alwisol (dalam Utami & Hudaniah, 2013), efikasi diri merupakan persepsi terhadap diri mengenai seberapa baik individu mampu menjalankan
(37)
fungsi dirinya dalam situasi tertentu. Bandura (dalam Baron & Byrne, 1997) memandang efikasi diri sebagai pandangan individu tentang mampu tidaknya melaksanakan tugas dan meraih tujuan yang diinginkan. Bandura menyatakan bahwa efikasi diri merupakan rasa mampu yang dimiliki individu untuk mengikuti serangkaian pelatihan dalam rangka memperoleh hal-hal yang diperlukan (Bandura, 1997). Berdasarkan sekumpulan pengertian efikasi diri, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan fungsi diri, pelatihan, dan tugas secara efektif pada situasi tertentu untuk mencapai performansi dan tujuan yang diharapkan.
2. Faktor efikasi diri
Bandura (dalam Feist & Feist, 2008) memandang efikasi diri yang dimiliki individu dipengaruhi oleh faktor eksternal individu, salah satunya adalah faktor lingkungan. Kompetensi yang dituntut pada setiap aktivitas, kehadiran individu lain, dan tingkat persaingan antar individu merupakan bagian dari faktor lingkungan (Feist & Feist, 2008). Individu yang memiliki kompetensi yang tinggi pada aktivitas yang dituntut, maka akan memiliki efikasi diri yang tinggi. Tingginya tingkat persaingan yang didukung dengan tingginya kehadiran individu lain akan berdampak pada tingginya efikasi diri.
Ketika lingkungan dan efikasi diri individu saling mendukung satu sama lain, maka individu tersebut akan mampu meraih hal yang menjadi
(38)
tujuannya. Berbagai kombinasi antara efikasi diri dan faktor lingkungan pada diri individu adalah sebagai berikut:
a. Efikasi diri yang tinggi dan lingkungan yang responsif akan menghasilkan kesuksesan. Lingkungan responsif yang didukung dengan efikasi diri yang tinggi akan memberikan kesuksesan pada diri individu.
b. Efikasi diri yangrendah dan lingkungan yang responsif akan memunculkan rasa depresi dalam diri individu ketika melihat individu lain yang berhasil. Individu yang berada pada lingkungan yang responsif, tetapi efikasi diri yang dimilikinya rendah, maka individu tersebut akan merasakan kesedihan yang besar ketika melihat individu lain yang sukses.
c. Efikasi diri yang tinggi dan lingkungan yang tidak responsif akan membuat individu berusaha mengubah lingkungannya dengan jalan kekerasan, seperti aktivisme sosial. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi, tetapi tidak didukung dengan lingkungan yang responsif, maka individu tersebut akan berusaha keras untuk mengubah lingkungannya dengan berbagai cara.
d. Efikasi diri yangrendah dan lingkungan yang tidak responsif akan membuat individu memiliki perasaan apatis, mudah menyerah, serta merasa tidak berdaya. Individu yang berada
(39)
pada lingkungan yang tidak responsif dan memiliki efikasi diri yang rendah, maka individu tersebut akan merasa tidak berdaya dan mudah menyerah dalam menghadapi situasi yang sulit bagi dirinya.
3. Sumber efikasi diri
Bandura menyatakan bahwa efikasi diri terdiri dari empat sumber utama, yaitu enactive mastery experiences, vicarious experiences, verbal
persuasion, dan physiological and affective states. Enactive mastery
experiences memiliki peranan sebagai indikasi kemampuan yang dimiliki
oleh individu. Vicarious experiences berfokus pada kemampuan dan membandingkannya dengan pencapaian yang telah diraih oleh individu lain untuk mengubah efikasi diri pada diri individu. Verbal persuasion
berkaitan dengan kapabilitas khusus yang dimiliki oleh individu.
Physiological and affective states mengarah pada kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh individu terhadap ketidakmampuan yang dirasakan oleh individu. Empat sumber tersebut adalah sebagai berikut (Bandura, 1997):
a. Enactive mastery experience / Membuat pengalaman yang
unggul
Enactive mastery experiences memberikan bukti nyata
terkait pengalaman performansi kinerja individu. Sumber efikasi diri ini merupakan sumber yang paling berpengaruh terhadap
(40)
informasi terkait efikasi diri pada individu. Apabila individu memiliki pengalaman yang mudah untuk meraih kesuksesan, maka individu tersebut akan merasa tidak siap ketika menghadapi sebuah kegagalan. Individu yang dapat melihat sebuah kegagalan secara positif akan memandang kegagalan tersebut memberikan kesempatan untuk mengasah kemampuan untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan.
Efikasi diri yang berasal dari enactive mastery experiences
memerlukan proses kognitif, perilaku, dan regulasi diri. Efikasi diri berkembang seiring berjalannya waktu. Perkembangan efikasi diri melalui enactive mastery experiences tersebut akan memberikan performansi yang baik ketika memfasilitasi secara kognitif maupun dalam meregulasi diri. Individu yang memiliki pengalaman performansi yang sukses akan meningkatkan ekspektasi individu, sedangkan performansi yang gagal akan menurunkan ekspektasi individu tersebut.
b. Vicarious Experience / Pengalaman yang dialami individu lain
Sumber self efficacy selanjutnya adalah vicarious
experience, yaitu pengalaman terkait capaian individu lain.
Individu yang melihat capaian kesuksesan individu lain yang memiliki kemampuan yang sama dengan dirinya akan dapat meningkatkan efikasi dalam dirinya. Individu yang melihat kegagalan individu lain yang memiliki kemampuan yang sama
(41)
dengan dirinya akan dapat menurunkan efikasi dalam dirinya. Individu lain yang akan dilihat capaiannya adalah individu yang berada dekat dengan kehidupannya, seperti teman kuliah. Kemiripan antara individu lain dengan dirinya memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan ataupun menurunkan efikasi dalam dirinya. Apabila tidak memiliki kemiripan, maka capaian individu lain tidak memberikan pengaruh terhadap efikasi dirinya. Efikasi diri meningkat ketika individu menyadari bahwa apabila individu lain mampu melakukan suatu tugas, maka ia pun merasa akan mampu melakukannya juga. Efikasi diri akan menurun ketika individu menyadari bahwa apabila individu lain tidak mampu melakukan suatu tugas, maka ia pun merasa tidak akan mampu melakukannya juga.
c. Verbal Persuasion / Persuasi verbal
Persuasi secara verbal memberikan pengaruh yang besar pada diri individu, khususnya dalam hal efikasi diri. Individu akan tetap bertahan pada situasi yang sulit ketika ada individu lain yang memberikan penguatan secara verbal. Efikasi diri individu akan meningkat ketika individu yang dekat dengannya memberikan semangat dan menumbuhkan keyakinan akan rasa mampu pada dirinya. Persuasi verbal memiliki keterbatasan dalam meningkatkan efikasi diri. Meskipun demikian, persuasi verbal masih dapat memberikan perubahan diri individu untuk
(42)
mencapai sesuatu yang positif. Ketika individu memperoleh penguatan positif bahwa ia mampu melakukan tugas yang diberikan, maka ia akan memiliki keyakinan dalam diri untuk dapat memberikan hasil yang baik. Di sisi lain, ketika individu memperoleh penguatan negatif berupa keraguan individu lain terhadap dirinya, maka ia akan merasa tidak yakin untuk dapat melakukan tugas yang diberikan padanya.
d. Physical and emotional states / Faktor fisik dan emosional
Informasi mengenai somatik dapat menjadi pertimbangan dalam melihat kemampuan yang dimiliki individu. Faktor psikologi dan emosional dapat menjadi pendukung dari informasi somatik. Kegiatan fisik pada tingkat yang tinggi akan memberikan informasi terkait efikasi diri. Efikasi diri yang ditinjau berdasarkan indikator somatiknya melibatkan pencapaian fisik, manfaat dari kesehatan, dan cara mengatasi berbagai macam stresor.
Dalam situasi yang menekan, individu akan mampu merasakan pengaktivasian faktor psikologi di dalam dirinya. Indikator secara psikologis berperan penting dalam hal manfaat dari kesehatan dan kegiatan yang memerlukan stamina. Indikator efikasi diri secara psikologis pada kegiatan yang memerlukan stamina yang lebih akan membuat individu mampu merasakan kelelahan, kesesakan, dan rasa sakit sebagai indikator dari
(43)
ketidakyakinan secara fisik. Individu akan lebih mengharapkan kesuksesan ketika ia memperoleh hal yang menyenangkan daripada memperoleh hal yang tidak menyenangkan. Mood atau keadaan jiwa individu juga memiliki peranan penting dalam efikasi diri individu.
4. Dimensi efikasi diri
Efikasi diri pada individu dapat dilihat melalui penilaian terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh individu. Aktivitas tersebut memiliki level tugas yang berbeda. Individu dapat memiliki efikasi diri yang berbeda pada kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain. Efikasi diri pada individu dapat ditinjau berdasarkan macam kegiatan yang dilakukan. Individu akan memiliki efikasi diri yang tinggi pada kegiatan yang menjadi minat individu tersebut. Performansi individu pada suatu kegiatan dipengaruhi oleh berbagai macam dimensi pada efikasi diri yang dimiliki oleh individu tersebut. Bandura menyatakan beberapa dimensi dari efikasi diri (Bandura, 1997), yakni:
a. Level / Tingkat
Efikasi diripada individu satu dengan individu yang lain ditinjau berdasarkan tuntutan tugas yang sederhana hingga tuntutan tugas yang sulit secara umum. Tingkat kemampuan diukur dengan melihat pada tingkat tuntutan tugas yang mengindikasikan tingkat tantangan untuk mencapai kesuksesan performansi. Apabila tidak terdapat
(44)
tantangan pada kegiatan yang ditemui, maka kegiatan tersebut tergolong mudah sehingga setiap orang memiliki efikasi diri yang tinggi pada kegiatan tersebut.
b. Generality / Keumuman
Individu bisa menilai efikasi diri mereka sendiri melalui kegiatan secara keseluruhan atau hanya pada kegiatan tertentu saja. Generality
meliputi tingkat kesamaan kegiatan yang dapat menunjukkan kemampuan behavioral, cognitive, dan affective yang dimiliki, situasi secara kualitatif, serta karakteristik individu. Asesmen berhubungan dengan kegiatan dan konteks situasi yang menunjukkan pola dan tingkat generality pada efikasi diriyang dimiliki individu.
c. Strength / Kekuatan
Efikasi diri yang lemah pada individu berhubungan dengan pengalaman yang kurang kuat, sedangkan individu yang memiliki keyakinan diri yang kuat pada kemampuannya akan gigih untuk memperoleh hal yang diinginkan meskipun banyaknya kesulitan dan tantangan yang mewarnai. Kuatnya efikasi diri mempengaruhi ketekunan pada kegiatan yang akan menghasilkan kesuksesan.
5. Proses aktivasi efikasi diri
Efikasi diri dalam memberikan pengaruh memerlukan proses dalam mengaktivasinya. Bandura menyatakan bahwa efikasi diri mengatur
(45)
fungsi diri melalui empat proses utama, yaitu proses kognitif, motivasional, afektif, dan seleksi (Bandura, 1997):
a. Proses kognitif
Efikasi diri mempengaruhi pertimbangan individu terhadap performansinya. Kuatnya efikasi diri akan memberikan komitmen yang kuat terhadap capaian kemampuan yang akan dilakukan. Efikasi diri berhubungan dengan perencanaan individu terkait kehidupan masa depannya. Individu akan memvisualisasikan kesuksesan di masa depan yang memberikan arahan positif terhadap performansinya. Situasi menjadi salah satu pertimbangan individu untuk melihat kesempatan yang dapat dicapai.
b. Proses motivasional
Proses kognitif menghasilkan motivasi pada diri individu. Bayangan masa depan dapat dimulai dari pemikiran untuk saat ini hingga pemikiran untuk kedepannya. Individu akan termotivasi untuk menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tujuan masa depannya. Motivasi individu secara kognitif akan bertumbuh seiring berjalannya waktu. Individu akan menumbuhkan motivasi tentang apa yang bisa mereka lakukan yang berpengaruh pada perilakunya. Individu mempertimbangkan kemungkinan terbaik dan terburuk yang mungkin akan terjadi. Individu akan menentukan tujuan
(46)
hidupnya dan mengikuti pelatihan yang mendukung tujuannya. Efikasi diri memegang peranan penting pada pengaturan kognitif, khususnya motivasi.
c. Proses afektif
Efikasi diri memiliki peranan penting dalam regulasi afektif pada diri individu. Tiga cara efikasi diri mempengaruhi besarnya tingkat emosionalitas individu, yaitu melalui pelatihan pada kontrol diri individu melalui pemikiran, tindakan, dan afek. Efikasi diri meregulasi tingkat emosionalitas yang berorientasi pada tindakan dengan memberikan pelatihan efektif pada tindakan yang sesuai dengan lingkungan. Efikasi diri memberikan pengaruh pada orientasi afek untuk memperbaiki emosionalitas yang tidak baik.
d. Proses seleksi
Individu merupakan bagian dari produk lingkungan. Individu memilih lingkungan mereka dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dan itu akan mempengaruhi gambaran individu tersebut. Efikasi diri memiliki peranan penting dalam individu memilih jenis aktivitas dan lingkungannya. Individu akan memilih lingkungan yang mampu meningkatkan potensi yang dimilikinya. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi
(47)
akan memilih dan bertahan pada kegiatan yang dirasa sulit. Efikasi diri yang tinggi akan membawa individu pada pilihan karir yang akan dituju. Individu akan menunjukkan ketertarikan yang besar pada karir yang akan dituju dengan mencari informasi dan menyesuaikan dengan pendidikannya.
B. Kematangan karir
1. Pengertian karir
Super memandang karir sebagai bagian dari kehidupan individu dalam menjalankan tugas perkembangan dengan baik pada fase tertentu. Hal itu senada dengan Preffer yang menyatakan bahwa karir merupakan perjalanan hidup yang nantinya akan menjadi tujuan hidup individu (dalam Osipow, 1973). Anoraga menyatakan bahwa untuk memahami arti penting dari karir, perlu dijelaskan melalui dua cara, yaitu arti secara sempit dan arti secara luas. Secara sempit, karir merupakan usaha individu untuk menggali kompetensi yang dimiliki untuk memperoleh kedudukan yang diinginkan. Secara luas, karir merupakan serangkaian tahapan yang dijalankan oleh individu untuk memiliki kehidupan yang lebih baik (Anoraga, 1992). Menurut Decenzo dan Robbins (dalam Rachmawati, 2012), karir merupakan hubungan yang terbentuk antara pekerjaan dan pengalaman yang akan dicapai individu dalam hidupnya. Berdasarkan pemaparan di atas, karir merupakan bagian perjalanan kehidupan individu dalam menjalankan tugas perkembangan melalui
(48)
pengalaman dan potensi yang terus dikembangkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
2. Pengertian kematangan karir
Gonzalez menyatakan bahwa kematangan karir merupakan kematangan individu yang disesuaikan dengan tahap perkembangannya dengan melihat kesesuaian antara tahap kematangan individu dengan usia kronologisnya (Gonzalez, 2008). Perilaku kematangan secara karir diasumsikan akan memiliki perbedaan pada setiap tahap kehidupan individu (Osipow, 1973). Super (dalam Creed, Patton, & Prideaux, 2006) mendefinisikan kematangan karir sebagai kesiapan diri individu untuk menyadari tugas perkembangan sesuai dengan usianya, terutama dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan karir. Lal (2014) menyatakan bahwa kematangan karir merupakan kapabilitas individu dalam menguasai tugas perkembangan karir yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Kematangan karir merupakan kemampuan pada diri individu untuk dapat membuat pilihan karir yang realistik serta stabil dengan kesadaran penuh akan hal-hal yang dibutuhkan dalam membuat perkiraan keputusan karir. Kesiapan dan kompetensi dalam melaksanakan tugas perkembangan secara efektif merupakan konstruk dari kematangan karir. Individu yang memiliki kematangan karir tinggi akan memilih karir yang realistik dan sesuai dengan dirinya (Super dalam Lal, 2014). Individu
(49)
akan memilih karir yang sesuai dengan kemampuannya, sehingga akan merasa lebih puas dengan keputusan dalam pemilihan karirnya (Hurlock, 1980). Kematangan karir berkaitan dengan seberapa jauh individu mampu menggunakan faktor kognitif, emosional, dan faktor psikologis lain dalam membuat keputusan karir yang realistik (Lal, 2014). Super dan Crites (dalam Gonzalez, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir berlangsung selama kehidupan individu. Kematangan karir merupakan rangkaian proses yang berkelanjutan dan memungkinkan adanya perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Berdasarkan hal-hal tersebut, kematangan karir merupakan kesiapan diri individu dalam menjalankan tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan berdasarkan usia individu tersebut untuk dapat menggunakan faktor psikologis dalam membuat keputusan karir yang realistik dengan menyadari penuh akan kemampuan dan hal-hal terkait yang dibutuhkan.
3. Faktor kematangan karir
Kematangan karir berakar pada konsep perkembangan karir milik Super. Proses pemilihan karir yang berlangsung merupakan hasil dari faktor psikologis, fisik, dan sosial yang saling berinteraksi dalam kehidupan individu (Gonzalez, 2008). Hal itu didukung dengan dengan beberapa faktor umum yang berpengaruh, seperti kesukaan individu terhadap karir yang dipilih dan pengalaman menyelesaikan tugas dengan
(50)
berhasil. Penyesuaian yang paling penting adalah pemilihan bidang yang sesuai dengan bakat, minat, dan faktor psikologis lainnya (Hurlock, 1980).
Super dan Overstreet (dalam Osipow, 1973) menunjukkan beberapa faktor yang berhubungan dengan kematangan karir:
a. Faktor biososial
Terdiri dari banyak faktor, seperti fokus pada pilihan, spesifik dalam perencanaan dan informasi yang diperoleh, serta mampu bertanggung jawab pada pilihan dan perencanaan. Kematangan karir berkaitan erat dengan faktor-faktor tersebut.
b. Faktor lingkungan
Indeks kematangan karir berelasi secara positif dengan tingkat dari pekerjaan orang, kurikulum sekolah, banyaknya stimulasi budaya yang ada, dan kohesivitas keluarga. Lingkungan memberikan pengaruh yang besar pada kematangan karirdalam diri individu. c. Faktor vokasional
Kematangan karir berelasi secara signifikan dengan aspirasi pada pekerjaan dan tingkat kesesuaian antara aspirasi dan ekspektasi. Individu dikatakan memiliki kematangan karir ketika individu yang telah memiliki keinginan untuk berkarir, dapat menyesuaikan keinginannya tersebut dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki individu.
(51)
d. Karakteristik pribadi
Kematangan karir tidak berhubungan secara signifikan dengan kepribadian. Hal itu dikarenakan kepribadian individu bersifat tetap, sedangkan kematangan karir bersifat dinamis seiring tugas perkembangannya.
e. Prestasi individu
Ada beberapa prestasi yang berhubungan dengan kematangan karir, yaitu keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas perkembangan yang sesuai dengan fase perkembangan individu. Pada masa dewasa awal, individu sudah dapat menyelesaikan pendidikannya dan merencanakan karir yang diinginkannya.
4. Aspek kematangan karir
Kematangan karir berkaitan dengan beberapa aspek. Aspek-aspek kematangan karir yang perlu untuk digarisbawahi adalah sebagai berikut (Lal, 2014):
a. Mengumpulkan berbagai informasi tentang diri dan memanfaatkan informasi tersebut sebagai pengetahuan akan diri.
b. Memperkaya kemampuan pengambilan keputusan dan menggunakannya secara efektif.
c. Mengumpulkan informasi mengenai karir dan memanfaatkannya sebagai pengetahuan dalam dunia kerja.
(52)
d. Mengintegrasikan pengetahuan akan diri dan pengetahuan dalam dunia kerja.
e. Mengimplementasikan hasil pengintegrasian kedua pengetahuan tersebut untuk merencanakan karir.
5. Dimensi kematangan karir
Super menyatakan bahwa dalam setiap tahapan perkembangan individu akan memiliki struktur dimensi kematangan karir yang berbeda. Pada tahapan perkembangan masa dewasa awal, terdapat lima struktur dimensi kematangan karir, yaitu careers planfulness / perencanaan karir,
resources for exploration / sumber-sumber eksplorasi, information /
informasi, decision making / pengambilan keputusan, reality orientation / berorientasi pada realita. Kelima dimensi tersebut saling mendukung satu sama lain. Ketika individu memiliki perencanaan dalam karirnya, maka ia akan mencari informasi melalui eksplorasi terhadap sumber-sumber yang terkait, sehingga dapat mengambil keputusan yang dapat disesuaikan dengan realita yang ada. Untuk dapat memahami lebih jauh mengenai kelima dimensi tersebut, maka akan dijelaskan sebagai berikut (Gonzalez, 2008):
a. Careers planfulness / Perencanaan karir
Perencanaan karir sangat berpengaruh terhadap kematangan karir pada diri individu. Mereka akan melakukan perencanaan karir untuk waktu dekat, maupun waktu yang masih panjang. Mereka akan
(53)
merencanakan karir untuk masa depan yang masih jauh, masa depan yang lebih dekat, dan masa kini atau masa yang sedang dijalani.
b. Resources for exploration / Sumber-sumber eksplorasi
Kematangan karirberkaitan dengan tahap pengeksplorasian. Individu dapat melakukan eksplorasi pada dirinya, melalui berkonsultasi dengan orang lain, mencari sumber-sumber yang berkaitan, dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang menunjang karir yang akan dituju individu tersebut.
c. Information / Informasi
Informasi menjadi hal yang penting untuk menunjang kematangan karir. Banyak cara untuk dapat memperoleh informasi, yaitu melalui pendidikan, kualifikasi yang dibutuhkan, dan tersedianya kesempatan berkarir yang lebih maju.
d. Decision making / Pengambilan keputusan
Kematangan karir berhubungan erat dengan pengambilan sebuah keputusan. Dalam memutuskan suatu hal, individu akan berpegang pada prinsip yang dimiliki. Pelatihan-pelatihan yang telah dijalani oleh individu dapat pula menjadi pertimbangan yang penting bagi individu dalam melakukan pengambilan keputusan.
e. Reality orientation / Berorientasi pada realita
Dalam prosesnya, kematangan karir pada individu senantiasa berorientasi pada realita. Hal itu dapat tercermin dari diri individu, yaitu individu memiliki pengetahuan yang baik akan dirinya, individu
(54)
mampu berpikir dengan realistik, individu mampu menunjukkan sikap yang konsisten, dan individu memiliki pengalaman kerja yang memadai.
C. Masa dewasa awal
Masa dewasa merupakan masa individu melakukan integrasi dari masa remaja akhir (Santrock, 1985). Masa dewasa memiliki tiga periode, yaitu masa dewasa awal (antara usia 18-40 tahun), masa dewasa tengah (antara usia 40-65 tahun), dan masa dewasa akhir (usia 65 tahun ke atas) (Berk, 2012). Masa dewasa awal merupakan masa individu mencari suatu kemantapan dalam hidupnya. Individu mulai dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan pola hidup yang baru. Individu harus mulai menunjukkan sikap yang mandiri karena nantinya akan memiliki tugas yang baru. Masa dewasa awal memiliki tugas perkembangannya sendiri. Individu dituntut untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik (Jahja, 2011). Tugas-tugas individu yang dituntut pada masa dewasa awal, antara lain adalah menikah, berkeluarga, dan pemilihan karir. Dalam menjalankan tugas, individu akan menggunakan kesehatan dan keterampilannya untuk berkarir (Craig, 1980). Individu akan berusaha untuk memanfaatkan kemampuannya untuk memperoleh karir dan bertanggung jawab terhadap pilihan karirnya (Goodman dalam Craig, 1980).
Masa dewasa awal memiliki tahapan perkembangan yang berbeda dengan tahapan perkembangan pada masa dewasa tengah dan masa dewasa
(55)
akhir. Secara fisik, individu yang termasuk dalam dewasa awal akan terlihat sehat dan enerjik (Craig, 1980). Secara kognitif, Piaget menyatakan bahwa individu yang termasuk dalam masa dewasa awal termasuk dalam fase pemikiran operasional formal. Pada fase ini, individu memiliki pengetahuan yang lebih luas, sehingga mampu menyusun rencana yang lebih sistematis. Para ahli perkembangan berpendapat bahwa masa dewasa awal merupakan masa ketika individu mulai memasuki dunia baru, yaitu dunia kerja. Pada masa dewasa awal ini, individu diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh, terutama bagi usaha individu untuk memperoleh kesuksesan dalam berkarir (Santrock, 2011). Dalam memperoleh kesuksesan karir, individu diharapkan mampu untuk menjalani persiapan secara formal maupun informal. Individu dapat melakukan persiapan secara formal dengan mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada perguruan tinggi dan program pelatihan berkarir. Persiapan secara informal dapat dilakukan individu melalui konsultasi dengan orang tua, guru, dan individu lain yang terkait dengan pilihan karirnya. Selain berkonsultasi, individu juga akan melihat individu-individu tersebut dalam bertindak dan berperilaku, terutama dalam hal perilaku berkarir (Craig, 1980).
Perilaku kematangan karir memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan konteks yang ada pada tahap perkembangan individu. Super menyatakan bahwa individu yang berusia 21-24 tahun termasuk dalam fase
implementation. Individu mulai menyadari dan merencanakan kebutuhan
(56)
Pada tahap ini, hal-hal yang perlu dilakukan oleh individu adalah sebagai berikut (dalam Osipow, 1973):
a. Menyadari kebutuhan dalam mengimplementasikan pilihan karir
Individu dewasa awal dituntut untuk dapat segera menyadari kebutuhan yang diperlukan dalam rangka memilih karir yang dirasa sesuai dengan dirinya. Individu mulai dapat mencari kualifikasi yang dibutuhkan dalam karir yang akan ia tuju. Informasi terkait kualifikasi pada pilihan karir tersebut berguna untuk mengimplementasikan karir yang dipilih.
b. Merencanakan untuk mengimplementasikan pilihan karir Individu dewasa awal yang telah menyadari kebutuhan dalam rangka memilih karir yang akan dituju, mulai merencanakan dengan matang hal-hal yang diperlukan untuk mengimplementasikan pilihan karir. Perencanaan menjadi hal yang penting dalam mempersiapkan diri menuju karir yang diinginkan.
c. Melaksanakan rencana untuk berkarir
Individu dewasa awal yang telah merencanakan pilihan karirnya mulai dapat merealisasikan rencana tersebut. Setelah menyadari kebutuhan yang diperlukan dan merencanakan karir yang akan dituju, individu diharapkan untuk segera melaksanakan rencana berkarir yang telah disusun.
(57)
d. Memperoleh karir yang diinginkan
Individu yang telah mengumpulkan informasi terkait kualifikasi yang dibutuhkan dalam karir yang akan dipilihnya dan merencanakan dengan baik dalam merealisasikannya, maka individu tersesbut akan memperoleh karir yang diinginkan.
D. Mahasiswa S1 (Strata 1)
Mahasiswa merupakan individu yang sedang belajar di perguruan tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015). Mahasiswa termasuk dalam kaum intelektual, sehingga mahasiswa berperan penting terhadap kehidupan berbangsa. Mahasiswa dituntut untuk menjadi agent of change, sehingga mahasiswa seharusnya mampu bersikap kritis dan mahasiswa perlu untuk melakukan implementasi yang nyata (Irfa, 2015).
Mahasiswa S1 (Strata 1) merupakan bagian dari mahasiswa. Mahasiswa S1 terdiri dari tiga tingkat, yaitu tingkat awal, tingkat pertengahan, dan tingkat akhir. Mahasiswa yang termasuk dalam mahasiswa tingkat akhir adalah mahasiswa semester delapan ke atas. Super menyatakan bahwa mahasiswa S1 tingkat akhir memiliki rentang usia berkisar 21 tahun hingga 24 tahun yang termasuk dalam fase
implementation (dalam Osipow, 1973). Pada fase ini, mahasiswa mulai
menyelesaikan pendidikannya untuk masuk dalam dunia pekerjaan.
Dalam proses menyelesaikan studi, mahasiswa mulai memilih karir berdasarkan kemampuan pribadi yang dimiliki. Hal itu dapat terlihat dari
(58)
jurusan yang dipilih mahasiswa dalam perguruan tinggi. Mahasiswa akan merasa lebih puas dengan keputusan dalam memilih karir yang relevan dengan minatnya. Dalam hal ini, mahasiswa S1 tingkat akhir mungkin telah menentukan pilihan dalam berkarir, sehingga diharapkan mahasiswa S1 tingkat akhir sudah melatih diri sesuai dengan hal yang diperlukan untuk pilihan karir yang sesuai dengan minatnya. Pada kenyataannya, masih banyak mahasiswa S1 tingkat akhir yang merasa bingung terkait hal yang akan dikerjakan setelah lulus dari perguruan tinggi (Hurlock, 1980).
Banyak mahasiswa S1 tingkat akhir yang tidak atau kurang memiliki keterampilan yang diperlukan pada pekerjaan tertentu. Masa ini
disebut “masa berharap bekerja / job hopping. Hal itu membuat mahasiswa
S1 tingkat akhir sering menjumpai bahwa kenyataan di masyarakat dan bidang kerja yang ada tidak sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dari mahasiswa (Hurlock, 1980).
E. Dinamika hubungan efikasi diri dan kematangan karir
Masa dewasa awal merupakan masa individu mencari suatu kemantapan dalam hidupnya. Mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir merupakan individu dewasa awal. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan pola hidup yang baru dalam melaksanakan tugas perkembangan, khususnya dalam memilih karir. Tugas perkembangan dalam memilih karir tersebut berkaitan dengan tiga hal penting, yaitu tingkat tantangan dalam menjalankan tugas
(59)
(level), pengaplikasian kemampuan dalam berbagai situasi (generality), dan keyakinan diri dalam menjalankan tugas perkembangan (strength).
Mahasiswa S1 tingkat akhir yang memandang bahwa tuntutan tugas memilih karir memiliki tantangan yang kecil (level yang rendah), maka mahasiswa tersebut akan memiliki efikasi diri yang tinggi dalam meraih kesuksesan karirnya. Disisi lain, mahasiswa yang merasa bahwa terdapat tantangan yang besar untuk menjalankan tuntutan tugas memilih karir (level
yang tinggi), maka mahasiswa tersebut akan memiliki efikasi diri yang rendah dalam meraih kesuksesan dalam berkarir.
Mahasiswa S1 tingkat akhir yang mampu mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi berbagai tuntutan tugas, khususnya memilih karir, pada berbagai situasi (generality yang tinggi), maka mahasiswa tersebut memiliki efikasi diri yang tinggi. Sedangkan, mahasiswa yang merasa kesulitan dalam mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas memilih karir pada berbagai situasi (generality yang rendah), maka mahasiswa tersebut memiliki efikasi diri yang rendah.
Mahasiswa S1 tingkat yang memiliki keyakinan diri yang kuat terhadap kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas perkembangan memilih karir (strength yang tinggi), maka mahasiswa tersebut memiliki efikasi diri yang tinggi. Namun, mahasiswa yang kurang memiliki keyakinan diri terhadap kemampuan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas perkembangan memilih karir (strength yang rendah), maka mahasiswa tersebut memiliki efikasi diri yang rendah.
(60)
Mahasiswa S1 tingkat akhir dalam menjalankan tugas perkembangan memilih karir akan berkaitan dengan efikasi diri yang dimiliki. Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan fungsi diri, pelatihan, dan tugas secara efektif pada situasi tertentu untuk mencapai performansi dan tujuan yang diharapkan.
Mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri yang tinggi, maka akan mampu untuk membuat perencanaan karir untuk masa depan (careers
planfulness yang tinggi) dan mampu melakukan eksplorasi diri yang
mendukung pilihan karirnya (resources for exploration yang tinggi). Selain itu, mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan berusaha untuk mengumpulkan informasi mengenai karir yang akan dituju (information yang tinggi), mampu menggunakan prinsipnya dalam mengambil keputusan berkarir (decision making yang tinggi), dan mampu menentukan pilihan karir yang berorientasi pada realita (reality orientation yang tinggi). Kondisi tersebut akan membawa mahasiswa S1 tingkat akhir kepada sebuah kematangan karir yang tinggi.
Mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri yang rendah akan merasa kebingungan untuk membuat perencanaan karir masa depannya
(careers planfulness yang rendah) dan mengalami kesulitan dalam melakukan
eksplorasi diri yang mendukung pilihan karirnya (resources for exploration
yang rendah). Efikasi diri yang rendah akan mempengaruhi mahasiswa dalam menunjukkan usaha yang minimal untuk mengumpulkan informasi mengenai karir yang akan dituju (information yang rendah), kurang mampu
(61)
menggunakan prinsipnya dalam mengambil keputusan berkarir (decision
making yang rendah), dan menentukan pilihan karir yang tidak berorientasi
pada realita (reality orientation yang rendah). Keadaan yang demikian akan membuat mahasiswa S1 tingkat akhir memiliki kematangan karir yang rendah.
Kematangan karir mahasiswa S1 tingkat akhir berkaitan dengan penentuan karir yang dipilih mahasiswa setelah lulus dari S1. Mahasiswa mulai menyelesaikan pendidikannya dan bersiap untuk masuk dalam dunia pekerjaan. Mahasiswa mulai memilih karir berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Mahasiswa S1 tingkat akhir diharapkan sudah melatih diri sesuai dengan hal yang diperlukan untuk pilihan karir yang sesuai dengan minatnya. Kematangan karir mahasiswa S1 tingkat akhir merupakan kesiapan diri mahasiswa dalam menjalankan tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan berdasarkan usia mahasiswa tersebut untuk dapat menggunakan faktor psikologis dalam membuat keputusan karir yang realistik dengan menyadari penuh akan kemampuan dan hal-hal terkait yang dibutuhkan.
Semakin tinggi efikasi diri mahasiswa S1 tingkat akhir, semakin besar pengetahuan mahasiswa terkait dirinya. Pengetahuan akan diri menjadi hal yang penting bagi mahasiswa dalam mengenali diri dengan baik, terkait kemampuan dan minat mahasiswa dalam berkarir. Ketika mahasiswa memiliki keyakinan diri yang kuat, maka mahasiswa tersebut akan mampu melihat kemungkinan-kemungkinan yang baik dan buruk dalam membuat dan
(62)
merencanakan pilihan karir secara realistik. Di sisi lain, mahasiswa S1 tingkat akhir yang memiliki efikasi diri rendah akan kurang memiliki pengetahuan terhadap dirinya sehingga tidak mampu untuk melihat kemungkinan baik dan buruk dalam proses merencanakan karirnya secara realistik.
F. Bagan / kerangka penelitian
Careers Planfulness:
tinggi
Resources for
Exploration: tinggi
Information: tinggi
Decision making: tinggi
Reality orientation:
tinggi Mahasis wa S1 tingkat akhir -Level: rendah -Generality: tinggi -Strength: tinggi Efikasi Diri Tinggi
Careers Planfulness:
rendah
Resources for
Exploration: rendah
Information: rendah
Decision making:
rendah
Reality orientation:
rendah Kematangan karir rendah Kematangan karir tinggi -Level: tinggi -Generality: rendah -Strength: rendah Efikasi Diri Rendah
(63)
G. Hipotesis
Penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:
Ho : efikasi diri memiliki hubungan yang negatif dengan kematangan karir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta Ha : efikasi diri memiliki hubungan yang positif dengan kematangan karir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta Semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki oleh mahasiswa S1 tingkat akhir, maka semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki mahasiswa S1 tingkat akhir. Semakin rendah efikasi diri pada diri mahasiswa S1 tingkat akhir, maka semakin rendah pula kematangan karir yang dimiliki mahasiswa S1 tingkat akhir.
(64)
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Suryabrata, 2008). Penelitian ini akan melihat hubungan antara dua variabel, yaitu hubungan antara variabel efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa S1 (Strata 1) tingkat akhir pada beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini, sehingga analisis datanya menggunakan metode statistika.
B. Variabel Penelitian
Jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas : Efikasi diri
Variabel bebas merupakan jenis variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas memiliki posisi sebagai penyebab dari variabel tergantung (Sangadji & Sopiah, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah efikasi diri.
2. Variabel tergantung : Kematangan karir
Variabel tergantung merupakan jenis variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Posisi variabel tergantung sebagai variabel
(65)
yang menjadi konsekuensi dari variabel bebas (Sangadji & Sopiah, 2010). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kematangan karir.
C. Definisi Operasional
1. Efikasi diri
Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kapabilitas yang dimiliki dalam menjalankan fungsi diri, pelatihan, dan tugas secara efektif pada situasi tertentu untuk mencapai performansi dan tujuan yang diharapkan.
Efikasi diri dapat diukur melalui tiga dimensi (Bandura, 1997), yaitu:
1) Level / Tingkat
Level / tingkat berkaitan dengan tingkat tuntutan
tugas yang mengindikasikan tingkat tantangan untuk mencapai kesuksesan performansi.
2) Generality / Keumuman
Generality / keumuman berhubungan dengan
tingkat kesamaan kegiatan yang dapat menunjukkan kemampuan behavioral, cognitive, dan affective
yang dimiliki, situasi secara kualitatif, serta karakteristik individu.
(66)
3) Strength / Kekuatan
Strength / kekuatan berkaitan dengan sejauh mana
kuatnya keyakinan yang dimiliki oleh individu dalam menuju kesuksesan yang ingin diraih.
Efikasi diri dalam penelitian ini dilihat melalui skala efikasi diri. Penggolongan tingkat efikasi diri dapat dilihat melalui total nilai yang diperoleh subjek dengan asumsi bahwa semakin tinggi total nilai yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki subjek tersebut. Ketika total nilai yang diperoleh subjek semakin rendah, maka semakin rendah pula efikasi diri yang dimiliki oleh subjek tersebut. Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 tingkat akhir.
2. Kematangan karir
Kematangan karir merupakan kesiapan diri individu dalam menjalankan tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan berdasarkan usia individu tersebut untuk membuat keputusan karir yang realistik dengan menyadari penuh akan kemampuan dan hal-hal terkait yang dibutuhkan.
Kematangan karir dapat dijelaskan melalui lima dimensi, yaitu:
1) Careers planfulness / Perencanaan karir
Perencanaan karir sangat berpengaruh terhadap kematangan karir pada diri individu. Individu akan
(67)
merencanakan karir untuk masa depan yang masih jauh, masa depan yang lebih dekat, dan masa kini atau masa yang sedang dijalani.
2) Resources for exploration / Sumber-sumber eksplorasi
Kematangan karir berkaitan dengan tahap pengeksplorasian. Individu dapat melakukan eksplorasi pada dirinya, melalui berkonsultasi dengan orang lain, mencari sumber-sumber yang berkaitan, dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang menunjang karir yang akan dituju individu tersebut.
3) Information / Informasi
Informasi menjadi hal yang penting untuk menunjang kematangan karir. Banyak cara untuk dapat memperoleh informasi, yaitu melalui pendidikan, kualifikasi yang dibutuhkan, dan tersedianya kesempatan berkarir yang lebih maju.
4) Decision making / Pengambilan keputusan
Kematangan karir berhubungan erat dengan pengambilan sebuah keputusan. Dalam memutuskan suatu hal, individu akan berpegang pada prinsip yang dimiliki. Pelatihan-pelatihan yang telah dijalani oleh individu dapat pula menjadi pertimbangan yang penting
(68)
bagi individu dalam melakukan pengambilan keputusan.
5) Reality orientation / Berorientasi pada realita
Proses kematangan karir pada individu senantiasa berorientasi pada realita. Hal itu dapat tercermin dari diri individu, yaitu individu memiliki pengetahuan yang baik akan dirinya, individu mampu berpikir dengan realistik, individu mampu menunjukkan sikap yang konsisten, dan individu memiliki pengalaman kerja yang memadai.
Skala kematangan karir digunakan untuk melihat kematangan karir yang dimiliki oleh subjek. Tingkat kematangan karir subjek dapat digolongkan dengan melihat pada total nilai yang diperoleh subjek. Penelitian ini berasumsi bahwa semakin tinggi total nilai yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki subjek tersebut. Sebaliknya, semakin rendah total nilai yang diperoleh subjek, maka semakin rendah kematangan karir yang dimiliki oleh subjek tersebut. Subjek penelitian ini merupakan mahasiswa S1 tingkat akhir.
D. Subjek Penelitian
Teknik purposive sampling digunakan dalam pengambilan data subjek penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekelompok subjek penelitian yang memiliki karakteristik khusus yang
(1)
Lampiran 10
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
EfikasiDiri .133 121 .000 .955 121 .000
KematanganKarir .112 121 .001 .968 121 .006
(2)
Lampiran 11
Uji Linearitas
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
EfikasiDiri *
KematanganKarir 121 100.0% 0 .0% 121 100.0%
Report
EfikasiDiri Kemata nganKa
rir Mean N Std. Deviation
69 93.0000 1 .
76 95.0000 1 .
77 83.0000 1 .
78 79.3333 3 5.68624
81 87.3333 3 9.45163
82 87.0000 1 .
83 86.7143 7 2.21467
84 84.5000 2 4.94975
85 90.5000 4 16.01041
86 84.0000 4 11.16542
87 89.5000 4 1.73205
88 92.8000 5 3.70135
89 90.7143 7 2.87021
90 85.6000 5 8.76356
(3)
92 90.8889 9 2.08833
93 89.6667 9 4.38748
94 92.5000 2 .70711
95 92.7143 7 6.99319
96 93.5714 7 4.54082
97 93.6667 3 .57735
98 98.7500 4 6.44851
99 1.0900E2 2 7.07107
100 99.0000 1 .
101 97.0000 2 5.65685
102 93.0000 1 .
103 1.0800E2 3 3.00000
104 1.0700E2 2 1.41421
105 1.1200E2 1 .
107 1.0620E2 5 6.37966
109 1.0150E2 2 3.53553
110 1.1550E2 2 7.77817
112 1.1600E2 1 .
113 1.1100E2 1 .
115 1.0100E2 2 22.62742
121 1.0400E2 1 .
126 1.2400E2 1 .
Total 93.8843 121 9.88281
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
EfikasiD iri * Kemata nganKa rir
Between Groups (Combined) 8236.741 36 228.798 5.517 .000
Linearity 5813.534 1 5813.534 140.180 .000
Deviation from Linearity 2423.207 35 69.234 1.669 .029
Within Groups 3483.639 84 41.472
(4)
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared EfikasiDiri *
KematanganKari r
(5)
Lampiran 12
Uji Korelasi Spearman
Correlations
EfikasiDiri
Kematangan Karir Spearman's rho EfikasiDiri Correlation Coefficient 1.000 .663**
Sig. (1-tailed) . .000
N 121 121
Kematangan Karir
Correlation Coefficient .663** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 .
N 121 121
(6)
Lampiran 13
Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EfikasiDiri 121 68.00 124.00 93.8843 9.88281
KematanganKarir 121 69.00 126.00 93.4050 9.58608