Efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galus wistar.

(1)

EFEK PEMBERIAN SERBUK BUAH PISANG KEPOK (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH

TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Agustina Erni Purnamasari NIM: 098114058

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(2)

i

EFEK PEMBERIAN SERBUK BUAH PISANG KEPOK (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA DARAH

TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Agustina Erni Purnamasari NIM: 098114058

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah

menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu”

-Markus 11:24–

“Just because I don’t understand God’s plans, doesn’t mean that He is not with me”

-Nick Vujicic-

Sebuah karya kecil kupersembahkan kepada:

TUHAN YESUS KRISTUS sebagai wujud rasa syukurku. Bapak Stefanus Hartaya S. & Ibu Antonia Sumiati , sebagai

ungkapan terimakasih, cinta dan sayangku.

Tanpa kalian aku tidak bisa seperti ini, kalian tidak pernah lelah dan bosan untuk menyemangati, mengingatkan dan

mendengar keluh kesahku.

Anastasia Lisa Hartaya, Rita Hartaya, dan Maria Paulina Hartaya sebagai tanda sayangku dan motivasi untuk kalian.


(8)

vii PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan penyertaan yang diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efek Pemberian Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) Terhadap Kadar Trigliserida Darah Tikus Jantan Galur Wistar”. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skirpsi ini tidak terwujud tanpa bimbingan, bantuan dan pengarahan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan penyertaanNya selama ini. 2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt sebagai Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.

3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. sebagai Dosen Pembimbing Utama skripsi ini atas segala kesabaran dan perhatian dalam memberikan bimbingan, pengarahan, tuntunan, dukungan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.

4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., sebagai Dosen Penguji skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi kemajuan skripsi ini. 5. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt., sebagai Dosen Penguji skripsi yang


(9)

viii

6. Ibu Rini Dwiastuti, M.Sc.,Apt., selaku Kepala Laboratorium Farmasi yang telah memberikan izin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna penelitian skripsi ini.

7. Pak Heru, Pak Parjiman, Mas Kayat, Mas Ratidjo, Pak Musrifin, Mas Wagiran dan semua staff laboratorium Farmasi, Mbak Igar dan semua staff Laboratorium Parahita yang bersedia membantu dan menemani selama penelitian berlangsung.

8. Christina Yessy Jessica sebagai sahabat seperjalanan dalam skripsi atas dukungan, kerjasama, semangat, perhatian, dan doanya.

9. Raisa Novitae, Chrissa Hygiana, Inthari Alselusia, Devi Krishartanti, Yenni Sanmei, Marsela Lotjita, Florentina Eky , Katerine Jessica, Diah Intan, Bernadea Wikan, Herman Gunawan, Thomas Catur, Lidya Dinda, dan Evy Fenny sebagai kawan satu perjuangan yang telah berbagi doa, semangat dan kekuatan satu sama lain.

10.Teman-teman FSM B 2009, FKK 2009 dan semua teman-teman Fakultas Farmasi USD atas kebersamaanya selama kuliah S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

11.Wisnu Brahmana Putra yang telah setia menunggu, menemani, menghibur, berbagi doa, semangat dan kekuatan selama ini.

12.Valentina Vava Valova dan Adven Legu yang telah bersedia menjadi keluarga baru selama ini dan selalu memberikan semangat.

13.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut membantu selama penyusunan skripsi ini.


(10)

ix

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat demi pengembangan ilmu pengetahuan, serta menjadi acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.


(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ...xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan... 3

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 5


(12)

xi

2. Tujuan khusus ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Lipid ... 6

1. Klasifikasi lipid ... 6

2. Trigliserida (triasilgliserol) ... 7

3. Pencernaan trigliserida... 7

4. Emulsifikasi trigliserida ... 8

5. Absorbsi dan transport trigliserida ... 9

B. Lipoprotein ... 11

1. Kilomikron ... 11

2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein) ... 12

3. Lipoprotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)... 12

4. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein) ... 12

5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein) ... 13

C. Hiperlipidemia ... 14

1. Klasifikasi gangguan lipoprotein ... 14

2. Penyebab hiperlipidemia... 16

3. Faktor risiko ... 17

D. Serat ... 17

1. Definisi... ... 17


(13)

xii

3. Hubungan serat dengan kolesterol ... 20

E. Uraian Tanaman ... 22

1. Klasifikasi tanaman ... 22

2. Morfologi tanaman ... 22

3. Kandungan tanaman ... 24

F. Terapi Hiperlipidemia ... 25

1. Tujuan terapi ... 25

2. Terapi non-farmakologi ... 26

3. Terapi farmakologi ... 27

G. Simvastatin ... 27

H. Bentuk Sediaan ... 29

I. Penetapan Kadar Trigliserida ... 29

J. Landasan Teori ... 30

K. Hipotesis ... 32

BAB III. METODE PENELITIAN... ... 33

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 33

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 32

1. Variabel penelitian ... 33

2. Definisi operasional ... 35

C. Bahan dan Instrumen Penelitian ... 36

1. Bahan penelitian ... 36

2. Instrumen penelitian ... 37


(14)

xiii

1. Determinasi tanaman ... 37

2. Pengumpulan bahan ... 38

3. Pembuatan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 38

4. Penetapan dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 39

5. Pembuatan larutan CMC 1% (b/v) ... 40

6. Pembuatan suspensi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 40

7. Penentuan dosis dan konsentrasi simvastatin ... 40

8. Pembuatan suspensi simvastatin ... 41

9. Pembuatan pakan tinggi lemak ... 41

10.Penentuan waktu pemberian pakan tinggi lemak ... 42

11.Pengkondisian hewan uji ... 42

12.Tahap perlakuan ... 42

13.Penetapan kadar trigliserida darah ... 43

E. Tatacara Analisis Hasil ... 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Determinasi Tanaman ... 45

B. Pembuatan Pakan Tinggi Lemak ... 45

C. Penetapan Lama Pemberian Pakan Tinggi Lemak ... 46

D. Pembuatan Sediaan Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) ... 49


(15)

xiv

E. Penetapan Dosis Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L.

(pro sp.)) ... 51

F. Konsumsi Pakan Kumulatif ... 52

G. Berat Badan Tikus ... 55

1. Pertambahan kenaikan berat badan tikus ... 55

2. Rata-rata kenaikan berat badan tikus ... 56

H. Pengukuran Kadar Trigliserida Tikus ... 59

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

LAMPIRAN ... 73


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Serum Trigliserida Manusia ... 11

Tabel II. Nilai Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein ... 13

Tabel III. Panduan Terapi untuk Orang Dewasa ... 14

Tabel IV. Jumlah Kandungan Buah Pisang per100G ... 25

Tabel V. Efek Terapi Obat Hiperlipidemia ... 27

Tabel VI Komponen Reagen GPO ... 30

Tabel VII. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 47

Tabel VIII. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 48

Tabel IX. Hasil Post Hoc dan Scheffe Orientasi Pakan Tinggi Lemak ... 48

Tabel X. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Konsumsi Pakan Kumulatif ... 54

Tabel XI. Hasil Uji ANOVA Satu Arah Pertambahan Kenaikan Berat Badan Tikus ... 56

Tabel XII. Hasil Uji GLM Repeated Measure Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 58

Tabel XIII. Hasil Pengukuran Rata-Rata Kadar Trigliserida Sebelum dan Sesudah Perlakuan ... 60

Tabel XIV. Hasil Uji Post Hoc dan Scheffe Kadar Trigliserida pada Hari ke-14 ... 63


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Trigliserida ... 7

Gambar 2. Mekanisme Emulsifikasi Membentuk Misel ... 9

Gambar 3. Mekanisme Absorbsi dan Transport Trigliserida ... 10

Gambar 4. Tanaman Pisang Kepok ... 22

Gambar 5. Struktur Simvastatin ... 28

Gambar 6. Grafik Rata-Rata Kadar Trigliserida Selama Orientasi ... 47

Gambar 7. Grafik Konsumsi Pakan Kumulatif Tikus ... 53

Gambar 8. Grafik Pertambahan Kenaikan Berat Badan Tikus ... 55

Gambar 9. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 57

Gambar 10. Grafik Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Hari ke-0 dan Hari ke-14 ... 60


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Tanaman Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L.

(pro sp.)) ... 74

Lampiran 2. Foto Alat Penelitian ... 75

Lampiran 3. Komposisi Pakan Tinggi Lemak... 76

Lampiran 4. Keseragaman Bobot Tablet ... 77

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Volume Penyuntikan ... 78

Lampiran 6. Analisis Statistik Data Penentuan Waktu Pemberian Pakan Tinggi Lemak ... 79

Lampiran 7. Analisis Statistik Data Rata-Rata Pakan ... 81

Lampiran 8. Analisis Statistik Data Pertambahan Kenaikan Berat Badan. ... 83

Lampiran 9. Analisis Statistik Data Rata-Rata Kenaikan Berat Badan ... 88

Lampiran 10. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-0 ... 89

Lampiran 11. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-0 terhadap Hari ke-14 ... 90

Lampiran 12. Analisis Statistik Data Penetapan Kadar Trigliserida Hari ke-14 ... 92

Lampiran 13. Leaflet Trigliserida ... 95


(19)

xviii INTISARI

Serat merupakan salah satu bahan yang terdapat pada makanan dan buah dengan berbagai macam khasiat. Musa x paradisiaca L. (pro sp.) merupakan salah satu buah yang mengandung serat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol termasuk trigliserida darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) terhadap kadar trigliserida darah dan untuk mengetahui berapakah dosis serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) yang paling efektif untuk menurunkan kadar trigliserida darah pada tikus jantan galur Wistar.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah yang menggunakan 35 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi secara acak dalam tujuh kelompok. Kelompok I diberi pakan AD II dan CMC 1% (b/v) sebagai kontrol negatif, kelompok II diberi pakan tinggi lemak dan CMC 1% (b/v) sebagai kontrol pakan tinggi lemak, kelompok III diberi pakan tinggi lemak dan simvastatin dosis 0,0018 g/Kg BB sebagai kontrol positif, kelompok IV diberi pakan AD II dan serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) dosis 7,6 g/Kg BB sebagai kontrol pisang, kelompok V,

VI, VII diberi pakan tinggi lemak dan serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) berturut-turut dengan dosis 1,9; 3,8; 7,6 g/Kg BB. Kadar

trigliserida darah diukur dengan menggunakan metode enzimatik dengan reagen GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Data kadar trigliserida darah tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode One Way Anova dan

Post Hoc Tests Scheffe dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk buah pisang kepok dapat mempengaruhi kadar trigliserida darah pada tikus jantan galur Wistar. Pemberian serbuk buah pisang kepok yang paling efektif mampu mempengaruhi kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak dengan cara menghambat kenaikan kadar trigliserida darah adalah dosis 7,6 g/Kg BB.

Kata kunci : Musa x paradisiaca L. (pro sp.), pakan tinggi lemak, kadar trigliserida darah


(20)

xix ABSTRACT

Fiber is one of the materials contained in the foods and fruits with many benefits. Musa x paradisiaca L. (pro sp.) is one of the fruits that contain fiber that can be used for lowering blood cholesterol levels, including blood triglycerides. This research aimed to determine the effect of adding Musa x paradisiaca L. (pro sp.) powder on levels of blood triglycerides and to know what is the dose of Musa

paradisiaca forma typica powder which most effective for lowering blood

triglyceride levels in male Wistar rats.

This research included the pure experimental research with complete randomized and unidirectional design by using white male Wistar rats which randomly divided into seven groups. The first group was fed AD II and CMC 1% (b/v) as a negative control, group II were fed a high-fat and CMC 1% (b/v) as a high-fat feed control, group III were fed a high-fat and simvastatin with doses 0.0018 g/Kg BB as a positive control, group IV were fed AD II and kepok banana powder (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) with doses 7.6 g/Kg BB as bananas control, group V, VI, VII and fed a high-fat kepok banana powder (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) successively with doses of 1.9, 3.8; 7.6 g/Kg BB. Blood

triglyceride levels were measured using enzymatic methods with reagents GPO

(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Blood triglyceride levels data of each group

were statistically analyzed using One Way Anova method and Post Hoc Tests

Scheffe with 95% confidence level.

The results showed that kepok banana powder can affect blood triglyceride levels in male Wistar rats. Giving kepok banana powder which most effectively able to influence triglyceride levels Wistar male rats induced by high-fat feeding inhibits the increase of blood triglyceride level is in doses of 7,6 g/Kg BB.


(21)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Sudah diketahui banyak orang, kelebihan kolesterol bisa mengakibatkan penyakit mematikan, seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke. Berdasarkan data WHO diperkirakan 3,8 juta pria dan 3,4 juta wanita di seluruh dunia setiap tahun meninggal karena PJK. Atherosklerosis merupakan kontributor utama terhadap patogenesis terjadinya penyakit jantung koroner yang menjadi penyebab utama kematian (WHO, 2003). Kadar kolesterol merupakan salah satu indikator yang paling baik untuk menentukan seseorang berpotensi terkena PJK atau tidak.

Kolesterol merupakan komponen struktural membran sel dan merupakan senyawa induk dari hormon steroid vitamin D3 dan garam empedu. Kolesterol disintesis di dalam hati dan sel epitel usus dan juga dapat diperoleh dari lipid makanan (Kuchel Philip and Gregory, 2006). Trigliserida merupakan bentuk lemak yang paling banyak di dalam tubuh. Bentuk lemak disimpan dalam jaringan lemak atau adiposa di dalam tubuh adalah trigliserida (Hartono, 2004). Trigliserida disintesis dari asam-asam lemak oleh hati disertai seksresi partikel VLDL (Very Low Density Lipoprotein) (Sacher and McPherson, 2000). VLDL merupakan partikel yang kompleks, terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan apolipoprotein yang diproduksi oleh hati dan disekresikan ke dalam sirkulasi sistemik. VLDL akan mengangkut trigliserida yang terbentuk dari asam lemak


(22)

yang kemudian akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein) yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang mengangkut kolesterol dan trigliserida ke seluruh tubuh. Tingginya trigliserida pada VLDL dapat menunjukkan tingginya LDL. Jumlah LDL yang tinggi biasanya disebut hiperkolesterolemia, yang akan menjadi faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Ganong, 1995).

Pencegahan utama hiperkolesterolemia adalah dengan melakukan pengontrolan terhadap kadar kolesterol total darah agar selalu dalam batas angka yang normal, pengendalian berat badan, modifikasi diet rendah kolesterol, olahraga teratur sampai terapi farmakologik dengan obat-obatan hipolipidemia (Mayes, 2003).

Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya berbagai macam penyakit, diantaranya kanker usus besar, penyakit kardiovaskular dan obesitas. Ternyata dari hasil penyelidikan memperlihatkan bahwa serat sangat baik untuk kesehatan yaitu membantu mencegah sembelit, mencegah kanker, mencegah sakit pada usus besar, membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam darah, membantu menurunkan berat badan dan lain-lain (Susmiati, 2007).

Serat makanan memberikan manfaat secara fisiologi yaitu sebagai laksansia, kontrol kolesterol darah dan kontrol glukosa darah.. Beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam darah berhubungan dengan tingginya kandungan serat dalam makanan. Secara


(23)

fisiologis, serat makanan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu Low Density Lipoprotein (LDL) (Susmiati, 2007). Imam dan Akter (2011) menyatakan bahwa serat pada buah pisang (Musa paradisiaca) mentah dapat menurunkan absorbsi kolesterol dan menurunkan kadar serum kolesterol dan trigliserida. Sebuah studi menunjukkan komponen serat banyak terkandung pada buah-buahan dan sayuran yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Soesilawaty, 2008).

Salah satu buah-buahan yang mengandung serat adalah buah pisang. Pisang banyak dijumpai di seluruh Indonesia dan merupakan bahan makanan yang dapat dikonsumsi segala usia. Pisang kepok adalah salah satu pisang yang memiliki kadar air rendah dari pisang lainnya sehingga bagus untuk dijadikan dalam bentuk tepung dengan kandungan serat 3,2-4.5 g per 100 g pisang mentah sehingga dalam penelitian ini digunakan pisang kepok mentah dalam bentuk serbuk.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dapat memberikan efek terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar ? b. Berapakah dosis yang paling efektif dari serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) yang dapat mempengaruhi kadar trigliserida dengan cara menghambat kenaikan kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar?


(24)

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran peneliti, penelitian mengenai efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar belum pernah dilakukan. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah penelitian Soesilawaty (2008) dengan judul “Perbandingan Pengaruh Pemberian Pektin Kulit Jeruk Bali (Citrus grandis) dan Kulit Pisang Ambon (Musa spp.) terhadap Penurunan Kolesterol Darah pada Mencit (Mus musculus)”. Penelitian Soesilawaty didapatkan dosis pektin kulit pisang ambon yang efektif menurunkan kadar kolesterol darah adalah 20%. Persamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Soesilawaty (2008) adalah tanaman yang digunakan, sedangkan perbedaannya adalah jenis buah dan metode penelitian.

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian mengenai efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang penggunaan obat alternatif dalam bidang kesehatan. b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan dan manfaat buah pisang kepok (Musa x


(25)

paradisiaca L. (pro sp.)) sebagai obat alternatif untuk mengatasi, mengurangi atau mengontrol kadar trigliserida darah.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Membuktikan efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar.

2. Tujuan khusus

Mengetahui bahwa pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) dapat memberikan efek terhadap kadar trigliserida darah

pada tikus jantan galur Wistar dan mengetahui dosis yang paling efektif dari serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dalam menurunkan trigliserida darah tikus jantan galur Wistar.


(26)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Lipid

Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang umumnya adalah senyawa hidrofobik, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Sacher dan McPherson, 2000). Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester kolesteril (36%) serta sedikit asam lemak rantai panjang yang tidak teresterifikasi (asam lemak bebas) (Murray, Granner, Mayes, Rodwell, 2006).

1. Klasifikasi lipid

Klasifikasi lipid yang penting dalam ilmu gizi berdasarkan komposisi kimianya menurut Almatsier (2009) adalah sebagai berikut:

a. Lipid sederhana 1) Lemak netral

Lemak netral terdiri dari monogliserida, digliserida dan trigliserida (ester asam lemak dengan gliserol).

2) Ester asam lemak dengan alkohol yang memiliki bobot molekul tinggi Ester lemak dan alkohol dengan bobot molekul tinggi terdiri dari malam, ester

sterol, ester nonsterol , ester vitamin A dan ester vitamin D. b. Lipid majemuk


(27)

c. Lipid turunan terdiri dari asam lemak dan sterol yang meliputi kolesterol dan orgosterol, hormon steroida, vitamin D dan garam empedu.

d. Lain-lain

Karotenoid, vitamin A, vitamin E dan vitamin K .

2. Trigliserida (triasilgliserol)

Trigliserida adalah suatu ester gliserol. Trigliserida terbentuk dari tiga asam lemak dan gliserol. Struktur umum trigliserida dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Trigliserida (Marks, Marks, and Smith, 1996)

Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Kadar trigliserida atau lemak yang ada di dalam darah dipengaruhi oleh kadar lemak yang dicerna dari makanan atau banyaknya lemak yang masuk dari luar tubuh (Ganong, 1995).

3. Pencernaan trigliserida

Proses pencernaan lemak dimulai dari mulut, pada mulut makanan yang mengandung lemak dikunyah dan tercampur dengan air liur. Kelenjar ludah akan mengeluarkan enzim lipase lingual, setelah dikunyah makanan akan melewati esofagus dan sampai di lambung. Lipase lingual dalam jumlah terbatas di dalam lambung akan memulai hidrolisis trigliserida menjadi digliserida, monogliserida dan asam lemak (Almatsier, 2009).


(28)

Triasilgliserol atau trigliserida merupakan jenis lemak yang dominan terdapat di dalam makanan tinggi lemak. Makanan harus dipecah agar dapat diabsorbsi menjadi gliserol dan asam lemak. Sebagian besar orang bisa mengasorbsi 95% dari makanan yang dikonsumsi. Trigliserida merupakan lemak netral dan bersifat hidrofobik, sehingga bila dicampur dengan air maka akan terpisah. Enzim memiliki muatan positif dan negatif dan bersifat hidrofilik yang dapat bercampur dengan air karena bersifat polar. Lemak terlebih dahulu harus mengalami proses emulsifikasi agar lemak dapat bercampur dengan air dan enzim dapat bekerja dalam pencernaan (Almatsier, 2009).

4. Emulsifikasi trigliserida

Waktu lemak memasuki usus halus, hormon kolesitokinin akan memberi isyarat kepada kandung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu. Cairan empedu berperan sebagai bahan untuk mengemulsi lemak (Almatsier, 2009). Asam empedu dibuat oleh hati dari kolesterol dan kemudiaan disimpan dalam kantung empedu hingga saat diperlukan. Di dalam saluran empedu, cairan empedu berada dalam bentuk asam empedu dan konjugatnya yang diasumsikan berada dalam bentuk garam, sehingga sering disebut dengan istilah garam empedu (Murray, et al., 2006).

Keistimewaan asam empedu terletak pada struktur molekulnya. Salah satu ujung molekulnya terdapat rantai samping yang terdiri dari asam amino yang berfungsi untuk menarik air. Sisi yang lain terdapat sterol yang berfungsi menarik lemak. Proses emulsifikasi lemak (Gambar 2) terjadi di usus halus yaitu di duodenum (Almatsier, 2009).


(29)

Gambar 2. Mekanisme Emulsifikasi Membentuk Misel (Sherwood, 2007) 5. Absorbsi dan transport trigliserida

Absorbsi lipid terjadi dalam jejunum. Hasil pencernaan lipid (digliserida, monogliserida, gliserol dan asam lemak) diabsorbsi kedalam membran mukosa usus halus dengan difusi pasif. Proses difusi terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi pada membran mukosa usus halus. Perbedaan konsentrasi ini disebabkan karena adanya protein pengikat asam lemak yang akan segera mengikat asam lemak untuk memasuki sel (Gambar 3). Setelah menembus mukosa usus, asam lemak akan mengalami esterifikasi menjadi monogliserida kembali yang dikatalis oleh asetil Ko-A dan kolesterol asiltransferase (Almatsier, 2009).

Trigliserida dan lipid besar lainya (kolesterol dan fosfolipid) yang terbentuk di dalam usus akan bergabung dengan dengan protein-protein khusus membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein. Lipoprotein yang terbentuk akan diabsorbsi secara aktif dan ditransportasi oleh darah. Trigliserida diangkut oleh lipoprotein yang disebut kilomikron. Kilomikron merupakan tetesan lipid besar yang terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid dan protein


(30)

(apolipoprotein A dan B). Lipoprotein ini akan membentuk selaput yang membungkus lipid didalamnya sehingga akan bebas didalam aliran darah yang sebagian besar terdiri dari air. Dalam darah trigliserida yang ada pada kilomikron dipecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh lipoprotein lipase yang berada sel endotel kapiler (Almatsier, 2009).

Gambar 3. Mekanisme Absorbsi Dan Transport Trigliserida (Sherwood, 2007)

Asam lemak bebas dalam tubuh akan diabsorbsi oleh sel otot, sel lemak dan sel-sel lainya. Asam lemak ini dapat langsung digunakan sebagai sebagai zat energi atau disimpan, dan bila dibutuhkan akan diubah kembali menjadi


(31)

trigliserida. Bila trigliserida telah terpisah dari kilomikron, sisanya yaitu kolesterol dan dan protein dibawa ke hati untuk dimetabolisme lebih lanjut (Almatsier, 2009).

Trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh dan tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat (sederhana dan kompleks). Trigliserida yang ada dalam epithel usus selama absorbsi lemak, akan diekskresikan ke dalam limpa dalam bentuk kilomikron dan dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke jaringan–jaringan di seluruh tubuh (Ganong, 1995). Batas kadar trigliserida pada manusia dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I. Klasifikasi Serum Trigliserida Manusia Menurut Dipiro (2008) Kategori Kadar Trigliserida (mg/dL)

Normal Batas tinggi Tinggi

Sangat tinggi

< 150 150-199 200-499 ≥ 500

(Dipiro, et.al., 2008).

B. Lipoprotein

Elektroforesis lipoprotein dibedakan menjadi 5 golongan besar (Tabel II):

1. Kilomikron

Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80% komponennya terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan dan kurang dari 5% kolesterol ester. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. Kilomikronemia pasca makan mereda 8-10 jam sesudah makan. Adanya kilomikron dalam plasma sewaktu puasa dianggap abnormal. Kilomikron


(32)

membentuk lapiran krim di atas plasma yang diinginkan (Suyatna dan Tony, 1995).

2. Lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL, very low density lipoprotein).

Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserid (endogen) dan 10-15% kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati. Makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan jumlah VLDL karena asam lemak bebas dan gliserol dapat disintesis dari karbohidrat. Kadar trigliserida juga mungkin berubah oleh pengaruh berat badan, minum alkohol, stress dan latihan fisik. Efek aterogenik VLDL belum begitu jelas, tetapi hipertrigliseridemia mungkin merupakan tanda bahwa kadar HDL kolesterol rendah dan sering dihubungkan dengan kegemukan, intoleransi gukosa dan hiperurisemia (Suyatna dan Tony, 1995).

3. Liporpotein densitas sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)

IDL ini kurang mengandung trigliserid (30%), lebih banyak kolesterol (20%) dan relatif banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali nila terjadi hambatan konversi lebih lanjut (Suyatna dan Tony, 1995).

4. Lipoprotein densitas rendah (LDL, low density lipoprotein)

LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia (70% total). Partikel LDL mengandung trigliserid sebanyak 10% dan kolesterol 50%. LDL merupakan metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke jaringan perifer (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Kadar LDL


(33)

plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL. LDL adalah komponen normal plasma dalam keadaan puasa (Suyatna dan Tony, 1995).

5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein)

Saat ini dikenal 3 jenis HDL yaitu HDL1, HDL2, dan HDL3. HDL1 didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol dan pernah dihubungkan dengan induksi aterosklerosis. Komponen HDL adalah 13% kolesterol, kurang dari 5% trigliserid dan 50% protein. HDL penting untuk bersihan trigliserid dan kolesterol, dan untuk transport serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma. HDL biasanya membawa 20-25% kolesterol darah. Kadar HDL2 dan HDL3 yang tinggi dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis. HDL berfungsi untuk mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hati, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang (Suyatna dan Tony, 1995).

Tabel II. Klasifikasi dan Komposisi Lipoprotein (Ito, 2008) Kilomik

ron

VLDL IDL LDL HDL

Kerapatan (g/ml)

<0,94 0,94-1,006 1,006-1,019 1,019-1,063 1,063 -1,210 Komposisi (%)

Protein 1-2 6-10 15 18-22 45-55

Trigliserida 85-95 50-65 30 4-8 2-7

Kolesterol 3-7 20-30 8-22 51-58 18-25

Fosfolipid 3-6 15-20 25 18-24 26-32

Lokasi sintesis

Usus Usus,

Hati Intravask uler Hasil katabolisme VLDL Usus, Hati Apolipoprot ein A-IV, B-48, C-I, C-II, C-III

B-100, C-IC-III, E

B-100, I, II, C-III, E

B-100 A-I, AII, A-IV


(34)

C. Hiperlipidemia

Lipid plasma diangkut dalam bentuk kompleks-kompleks yang disebut lipoprotein. Berbagai kelainan metabolik berupa peningkatan spesies lipoprotein dinamakan hiperlipoproteinemia atau hiperlipidemia. Hiperlipidemia menandakan peningkatan kadar trigliserida (Katzung, 2007).

Tabel III. Panduan Terapi Hiperlipidemia Untuk Orang Dewasa Ideal Perbatasan

Tinggi

Tinggi

Kolesterol

total < 200 (5,2)

2 200-2392

(5,2-6,2) < 240 (6,2)

2

Kolesterol

LDL < 130 (3)

3 130-159

(3,4-4,1) < 160 (4,1)

Kolesterol

HDL < 60 (1,55)

Laki-laki < 40 (1,04)

Perempuan < 50 (1,30)

Trigliserida < 120 (1,4) 120-199

(1,4-2,3) < 200 (2,3)

2

mg/dL(mmol/L) ; 3 Nilai optimalnya adalah <100 (2,6) (Katzung, 2007).

1. Klasifikasi gangguan lipoprotein

Gangguan lipoprotein dideteksi melalui pengukuran lipid dalam serum setelah puasa selama 10 jam. Risiko penyakit jantung meningkat sesuai dengan konsentrasi lipoprotein aterogenik, berbanding terbalik dengan nilai HDL dan dimodifikasi oleh faktor risiko lainnya (Tabel III) (Katzung, 2007).

a. Hipertrigliseridemia primer

Hipertrigliseridemia terkait dengan peningkatan risiko penyakit koroner. VLDL dan IDL telah dijumpai dalam plak aterosklerosis. Pasien-pasien ini


(35)

cenderung memiliki VLDL berdiameter partikel kecil yang kaya akan kolesterol.

b. Hipertrigliserida familial

1) Berat (biasanya lipemia campuran)

Biasanya lipemia campuran terjadi akibat adanya gangguan pembuangan lipoprotein kaya trigliserida. Faktor yang meningkatkan produksi VLDL memperberat lipemia karena VLDL dan kilomikron merupakan substrat yang berkompetisi dengan LPL.

2) Sedang

Peningkatan primer kadar VLDL juga mencerminkan suatu predisposisi genetik dan diperburuk oleh berbagai faktor yang meningkatkan laju sekresi VLDL oleh hati, yaitu obesitas, alkohol, diabetes, dan estrogen.

c. Hiperlipoproteinemia kombinasi familial

Pada kelainan ini, penderita dapat menderita peningkatan kadar VLDL, LDL, atau keduanya dan polanya dapat berubah dari waktu ke waktu. Kelainan ini melibatkan pelipatgandaan sekresi VLD.

d. Disbetalipoproteinemia familial

Pada kelainan ini, terjadi akumulasi sisa kilomikron dan VLDL. Kadar LDL biasanya menurun. Karena sisa kilomikron kaya akan ester kolesteril, kadar kolesterol mungkin setinggi kadar trigliserida. Pasien cenderung obes dan beberapa menderita gangguan toleransi glukosa.


(36)

e. Hiperkolesterolemia primer 1.) Hiperkolesterolemia familial

Kelainan ini merupakan sifat autosomal dominan. Walaupun kadar LDL cenderung meningkat selama masa kanak-kanak, diagnosis kelainan ini sering ditegakkan berdasarkan peningkatan kolesterol darah tali pusat. 2.) Hiperlipoproteinemia kombinasi familial

Beberapa penderita kelainan ini hanya mengalami peningkatan kadar LDL. Kolesterol serum biasanya kurang dari 350 mg/dL.

3.) Hiperlipoproteinemia Lp(a)

Kelainan ini dikaitkan dengan aterogenesis, ditentukan terutama oleh alel yang mengatur peningkatan produksi gugus protein (a).

4.) Defisiensi HDL

Kelainan ini jarang terjadi, termasuk penyakit Tangier dan kelainan LCAT, terkait dengan kadar serum HDL yang sangat rendah.

f. Hiperlipoproteinemia sekunder

Sebelum kelainan primer dapat ditegakkan, harus dipertimbangkan adanya penyebab sekunder fenotip ini. Keadaan lipoprotein biasanya membaik jika kelainan yang mendasarinya berhasil diobati (Katzung, 2007).

2. Penyebab hiperlipidemia

a. Diet yang mengandung banyak kolesterol dan lemak

b. Tubuh terlalu banyak memproduksi kolesterol atau lemak dan juga bisa terjadi peningkatan keduanya (Suyatna dan Tony, 1995)


(37)

3. Faktor risiko

a. Kelebihan berat badan atau obesitas b. Kurang aktivitas fisik

c. Diet tinggi kolesterol dan lemak jenuh

d. Penyakit lain seperti diabetes (Suyatna dan Tony, 1995).

D. Serat 1. Definisi

Serat dalam makanan adalah bagian dari makanan yang tidak dicerna secara enzimatis oleh enzim pencernaan manusia sehingga tidak secara langsung berfungsi sebagai sumber gizi (Marks,Marks, Smith, 1996).

Codex Alimentarius Commision (CAC, 2006) mendefinisikan serat makanan adalah karbohidrat polimer dengan derajat polimerisasi tidak kurang dari 3, yang tidak di cerna atau di serap di usus halus (Gray, 2006).

Serat adalah polisakarida nonpati, yaitu karbohidrat kompleks yang terbentuk dari gugusan gula sederhana yang bergabung menjadi satu serta tidak dapat dicerna. Serat makanan juga bisa didefinisikan sebagai sisa yang tertinggal dalam kolon setelah makanan dicerna atau setelah zat-zat gizi dalam makanan diserap tubuh (Wirakusumah, 2007).

Kusharto (2006) mendefinisikan serat sebagai bagian dari dinding sel tumbuhan yang tidak dapat dicerna oleh enzim saluran pencernaan manusia sehingga sulit di absorbsi oleh unsur-unsur halus. Meskipun demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat mencerna serat menjadi


(38)

komponen serat sehingga dapat diserap tubuh dan dapat digunakan sebagai sumber energi.

2. Klasifikasi serat

Berdasarkan sifat fisiknya serat dibedakan menjadi serat larut dalam air dan serat tidak larut dalam air.

a. Serat tidak larut dalam air

Serat tidak larut berhubungan dengan penurunan waktu transit makanan dari lambung ke usus sehingga massa feses lebih lunak tetapi padat, serat larut dalam air di bedakan menjadi:

1) Selulosa

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari homopolimer α - linked-4 glukosa rantai linier. Didalam pencernaan berperan sebagai pengikat air tetapi tidak larut dalam air. Didalam kolon, selulosa akan mempengaruhi massa feses. Bersifat resisten terhadap saliva dan enzim pankreatik amilase, dapat didegradasi oleh bakteri kolon dan dapat mempengaruhi massa feses.

2) Hemiselulosa

Hemiselulosa memiliki rantai molekul lebih pendek dibandingkan selulosa, sifatnya sama dengan selulosa yaitu mampu berikatan dengan air. Jenis ini banyak ditemukan pada bahan makanan serealia, sayur-sayuran, dan buah-buahan.


(39)

3) Lignin

Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer fenil propan. Ikatan dengan jenis serat lain menyebabkan lignin agak sukar di fermentasi oleh bakteri kolon sehingga banyak ditemukan di feses. Serealia dan kacang-kacangan merupakan bahan makanan sumber serat lignin.

b. Serat larut dalam air

Serat larut telah dibuktikan berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat dan lemak. Serat larut ini dalam usus besar diragikan menjadi gas dan asam lemak rantai pendek yang dengan cepat dikeluarkan sehingga kurang berpengaruh terhadap massa tinja, 25% pada kacang-kacangan dan 3% pada buah-buahan.

1) Pektin

Pektin terdapat pada dinding tanaman dan berfungsi sebagai perekat antara dinding sel tanaman, pektin merupakan polimer dari glukosa dan asam galakturonat (turunan dari galaktosa) dengan jumlah asam galaktonat lebih banyak. Sifatnya yang membentuk gel dapat mempengaruhi metabolisme zat gizi, merupakan sakarida kompleks, dapat dimetabolisme sempurna oleh bakteri kolon. Dapat dipakai untuk pengental jelly, selai dan makanan eksternal. Kandungan pektin pada buah, selain memberikan ketebalan kulit juga mempertahankan kadar air buah. Semakin matang buah maka kandungan pektin dan kemampuan membentuk gel semakin berkurang. Pektin dapat dijumpai pada beberapa jenis buah dan sayuran, terutama apel, arbei, jeruk, strawbery, dan wortel.


(40)

2) Mucilago

Mucilago ditemukan pada lapisan endosperm biji tanaman, strukturnya menyerupai hemiselulosa, tetapi tidak termasuk dalam golongan tersebut karena letak dan fungsinya berbeda. Mucilago juga mampu membentuk gel yang mempengaruhi bentuk gel yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuh. Serat jenis ini banyak ditemukan pada serealia dan kacang-kacangan. 3) Gum

Gum terdapat pada bagian lamela tengah atau diantara dinding sel tanaman. Komposisinya lebih sedikit dibandingkan jenis serat yang lain. Namun kegunaanya sangat penting, yaitu sebagai penutup dan pelindung bagian tanaman yang terluka. Karena memiliki molekul hidrofilik yang berkombinasi dengan air, menyebabkan gum membentuk gel. Gum ada juga yang terbentuk dari turunan pati dan selulosa. Jenis gum semacam ini banyak ditemukan pada kacangkacangan, sayuran dan buah-buahan. Gum dapat pula ditemukan pada batang akasia, dikenal sebagai gum arabik yang mengandung molekul arabinosa, rhamnosa, galaktosa dan asam glukoronat. Gum jenis ini biasanya tidak digunakan untuk diet, tetapi sebagai bahan tambahan dalam pembuatan makanan, yaitu stabilizer atau pengikat (Beck, 1993).

3. Hubungan serat dengan kolesterol

Konsumsi serat makanan berhubungan dengan penurunan absorpsi kolesterol, fermentasi dan peningkatan pelepasan asam empedu. Pektin murni, hidroksimetil selulosa dan guar gum serta glukan menurunkan absorpsi kolesterol sebaliknya psyllium tidak menurunkan absorpsi kolesterol.


(41)

Maka dapat disimpulkan bahwa serat yang kental efektif menurunkan absorpsi kolesterol walaupun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami. Serat makanan yang viscous juga menurunkan absorpsi triasilgliserol (Tensiska, 2008).

Mekanisme serat dalam menurunkan kadar trigliserida adalah dengan mengurangi penyerapan lemak di lumen usus dengan memutus siklus enterohepatik, sehingga lemak akan ikut terbuang bersama feses (Nursalim, 2007).

Konsumsi serat dapat menurunkan kadar kolesterol serum melalui beberapa cara yaitu :

a. Dengan meningkatnya ekskresi garam empedu dan kolesterol melalui feses maka garam empedu yang mengalami siklus enterohepatik juga berkurang. Berkurangnya garam empedu yang masuk ke hatidan berkurangnya absorpsi kolesterol akan menurunkan kadar kolesterol sel hati. Ini akan meningkatkan pengambilan kolesterol dari darah yang akan dipakai untuk sintesis garam empedu yang baru. Akibatnya akan menurunkan kadar kolesterol darah. b. Terjadi perubahan pool garam empedu dari cholic acid menjadi

chenodeoxycholic acid yang menghambat 3-hydroxy 3-methylglutaryl (HMG)

CoA reductase yang dibutuhkan untuk sintesis kolesterol.

c. Penelitian pada hewan menunjukkan propionat atau asam lemak rantai pendek lain yang terbentuk sebagai hasil degradasi serat di kolon akan menghambat sintesis asam lemak (Lupton dan Trumbo, 2006).


(42)

E. Uraian Tanaman

Gambar 4. Buah Pisang Kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) (Putri, 2012)

1. Klasifikasi tanaman

Klasifikasi botani tanaman pisang (Gambar 4) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida

Sub Kelas : Zingiberidae Ordo : Zingiberales Famili : Musaceae

Genus : Musa L.

Spesies : Musa x paradisiaca L. (pro sp.)

(USDA, 2013)

2. Morfologi tanaman

Tanaman pisang tumbuh di daerah tropik karena menyukai iklim panas dan memerlukan matahari. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah yang


(43)

cukup air pada daerah dengan ktinggian sampai 2000 m dpl. Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol) yang pendek (Gambar 4). Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm (Dalimartha, 2003).

Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progresif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tangah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke tanah jika bunga telah membuka, bunga betina akan berkembang secara normal, sedangkan bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang (Dalimartha, 2003).

Jantung pisang harus dipangkas setelah selesai berbuah. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah. Buahnya buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang.


(44)

Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan warnanya hitam (Dalimartha, 2003).

3. Kandungan tanaman

Kandungan kimia tanaman pisang berbeda di tiap bagiannya. Akar tanaman pisang mengandung serotonin, norepinefrin, tanin, hidroksitrptamin, dopamin, vitamin A, B, dan C. Buah pisang mengandung flavonoid, glukosa, fruktosa, sukrosa, kaya akan vitamin (A, B, C, dan E), mineral, pektin, serotonin, 5-hidroksi triptamin, dopamin (Dalimartha, 2003)

Vitamin C (asam askorbat) memiliki efek menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi, meningkatkan HDL dan memperlancar pencernaan, serta sintesis kolagen. Vitamin B3 (niasin) dapat menurunkan produksi VLDL di hati sehingga produksi kolesterol total, HDL, dan trigliserida menurun (Harlinawati, 2006).

Di dalam pencernaan, serat (pektin) makanan mengikat asam empedu yang merupakan produk akhir kolesterol dan membawanya keluar bersama tinja. Dengan demikian, semakin tinggi konsumsi serat makanan, semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh (Harlinawati, 2006).


(45)

Tabel IV. Jumlah Kandungan Buah Pisang Per 100 G

(Morton, 1987). Tabel IV merupakan jumlah kandungan dari buah pisang per 100 g, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah kandungan serat terbanyak terdapat pada pisang yang masih hijau (mentah) dalam bentuk tepung, yaitu sebesar 3,2-4,5 g.

F. Terapi Hiperlipidemia 1. Tujuan terapi

Tujuan yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan kolesterol total dan LDL untuk mengurangi risiko pertama atau berulang dari infark


(46)

miokardiak, angina, gagal jantung, stroke iskemia, atau kejadian lain pada penyakit arterial perifer (Sukandar, dkk., 2009).

2. Terapi non-farmakologi

a. Pengaturan diet

Terapi diet yang objektif adalah menurunkan langsung konsumsi lemak total, lemak jenuh, dan kolesterol untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai (Sukandar, dkk, 2009).

b. Pengurangan berat

Induksi penurunan bobot badan hingga 10% harus didiskusikan terlebih dahulu dengan pasien yang kelebihan berat badan (Sukandar, dkk, 2009).

c. Peningkatan aktivitas fisik

Dilakukan teratur dan tidak terlalu berat, yaitu 30 menit tiap harinya (Sukandar, dkk, 2009).

d. Perubahan pola makan

Meningkatkan konsumsi serat larut dalam bentuk oat, pektin, gum dan

psyllium dapat membantu penurunan kolesterol total dan LDL (5-20%).

Mengkonsumsi 2-3 g/hari tanaman sterol dan stanol akan mengurangi LDL 6-15% yang terdapat pada margarin. Mengkonsumsi zat tambahan dari minyak ikan memiliki efek yang cukup besar dalam pengurangan trigliserida dan VLDL (Sukandar, dkk, 2009).


(47)

e. Menghilangkan faktor risiko

Bila individu dengan hiperlipoproteinemia dipacu oleh beberapa penyakit lain seperti diabetes melitus, pecandu alkohol atau hipertiroidisme maka penyakit tersebut perlu diobati. Individu tersebut dianjurkan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan pembentukan aterosklerosis, yaitu menghentikan rokok, mengobati hipertensi, olahraga cukup dan pengawasan kadar gula darah pada pasien diabetes (Suyatna, 2009).

3. Terapi farmakologi

Efek terapi obat terhadap lipid dan lipoprotein ditunjukkan dalam Tabel V.

Tabel V. Efek Terapi Obat Hiperlipidemia

Golongan Obat Nama Obat Mekanisme Kerja Efek terhadap Lipid Efek terhadap Lipoprotein Asam Fibrat Gemfibrozil Finofibrat

↑ klirens VLDL ↓ sintesis VLDL ↑katabolisme

LDL

↓ Ch

↓ Ch ↓ LDL

Resin Kolestiramin

Kolestipol Kolesevelam

↑katabolisme LDL

↓ absorpsi Ch ↓ sintesis LDL

↓ Ch ↓ Tg

↓ LDL ↑ VLDL ↓ VLDL, ↓ LDL,↑HDL Asam

Nikotinat

Niasin ↓ VLDL ↓ Ch,

↓ Tg

↓ VLDL, ↓ LDL,↑HDL

Statin Lovastatin

Pravastatin Simvastatin Fluvastatin Atorvastatin Rovusastatin Ezetimib

↓ sintesis LDL Menghambat absorpsi kolesterol membatasi saluran cerna

↓ Ch ↓ LDL


(48)

G. Simvastatin

Simvastatin (Gambar 5) merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur

Penicillium citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan

HMG-CoA reduktase.

Gambar 5. Struktur Simvastatin (USP, 2007)

Simvastatin berwarna putih sampai abu-abu, tidak higroskopis, berupa serbuk kristal yang praktis tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam kloroform, metanol, dan etanol. Tablet simvastatin untuk pemberian oral terdapat dalam sediaan dosis 10, 20, 40, atau 80 mg dan disertai kandungan bahan tambahan lain (USP, 2007).

Simvastatin bekerja dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin akan menghambat HMG-CoA reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam mevalonat. Simvastatin jelas menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma (Suyatna, 2009).

Simvastatin dan bentuk metabolitnya terikat pada protein plasma darah sekitar 95%. Tablet simvastatin dapat digunakan dalam terapi bersamaan dengan


(49)

perlakuan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol. Pada pasien hiperkolesterolemia, pemberian simvastatin akan dapat:

1. Mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol LDL, Apo B dan trigliserida, serta menaikkan HDL kolesterol pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer (heterozigot familial dan nonfamilial) dan dislipidemia campuran. 2. Mengobati pasien dengan hipertrigliserida

3. Mengobati pasien dengan primary disbetaliproteinemia (USP, 2007).

H. Bentuk Sediaan

Sediaan suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979). Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).


(50)

I. Penetapan Kadar Trigliserida

Penetapan kadar trigliserida dilakukan di Laboratorium PARAHITA dengan menggunakan metode enzimatik kolorimetri dengan reagen GPO

(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Prinsipnya adalah trigliserida akan dihidrolisis

menjadi gliserol. Gliserol yang terhidrolisis akan terfosforilasi oleh adenosin

triphosphate (ATP) dengan adanya glyserol kinase menghasilkan

glyserol-3-phosphate dan adenosie diphosphate (ADP). Glyserol-3-phosphate teroksidasi

menjadi phosphate dihydroxiacetone (DAP) oleh glyserol phosphate oxidase

(GPO) memproduksi hydrogen peroxide (H2O2). Hidrogen peroksida (H2O2) akan

bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dan 4-klorofenol menghasilkan senyawa dengan warna merah (chinonimina). Absorbansi chinonimina sebanding dengan konsentrasi trigliserida hadir dalam sampel yang diukur (Abbott, 2006).

Menurut Abbott (2006), komposisi dari reagen GPO

(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase) untuk pengukuran kadar trigliserida yang akan digunakan

pada penelitian ini adalah seperti yang dicantumkan pada Tabel VI.

Tabel VI. Komponen Reagen GPO

Komponen Konsentrasi

ATP 2,5 mmo/L

Mg2+ 2,5 mmo/L

4-aminoantipyrine 0, mmo/L 4-cholorophenol 2 mmo/L Peroxidase > 2,000 U/L Glycerol kinase > 600 U/L Glycerol phosphate oxidase > 6,000 U/L Lipoprotein Lipase > 3,000 U/L


(51)

J. Landasan Teori

Trigliserida merupakan 95%-98% dari seluruh bentuk lemak terkonsumsi pada semua bentuk makanan dan persentasenya sama dengan dalam tubuh manusia. Trigliserida yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein). VLDL merupakan partikel yang kompleks, terdiri dari trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan apolipoprotein yang diproduksi oleh hati dan disekresikan ke dalam sirkulasi sistemik. VLDL akan mengangkut trigliserida yang terbentuk dari asam lemak yang kemudian akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein) yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein) yang mengangkut kolesterol dan trigliserida ke seluruh tubuh. Tingginya trigliserida pada VLDL dapat menunjukkan tingginya LDL. Jumlah LDL yang tinggi biasanya disebut hiperkolesterolemia, yang akan menjadi faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Ganong, 1995).

Hiperlipidemia adalah kondisi dimana seseorang memiliki kadar lipid melebihi batas normal karena terjadi gangguan metabolisme lipid yang mengarah pada aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah yang menjadi cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya berbagai macam penyakit, diantaranya kanker usus besar, penyakit kardiovaskular dan obesitas. Ternyata dari hasil penyelidikan memperlihatkan bahwa serat sangat baik untuk kesehatan yaitu membantu mencegah sembelit, mencegah kanker,


(52)

mencegah sakit pada usus besar, membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam darah, mencegah wasir, membantu menurunkan berat badan dan lain-lain (Susmiati, 2007).

Peran utama serat dalam makanan ialah pada kemampuannya mengikat air, sellulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk diekskresikan keluar (Susmiati, 2007). Serat makanan memberikan manfaat secara fisiologi yaitu sebagai laksansia, kontrol kolesterol darah dan kontrol glukosa darah. Beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam darah ada hubungannya dengan tingginya kandungan serat dalam makanan.

Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) adalah salah satu buah-buahan yang mengandung serat (larut air yaitu pektin) diketahui dapat menurunkan kadar trigliserida darah. Pada penelitian ini menggunakan bentuk sediaan serbuk dari buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)).

K. Hipotesis

Pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dapat mempengaruhi kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak dengan cara menghambat kenaikan kadar trigliserida darah.


(53)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental murni adalah rancangan dengan melibatkan satu variabel eksperimen yang diberikan perlakuan khusus (manipulasi) dan satu kelompok kontrol dengan perlakuan yang berbeda setelah itu menguji hasil (Nasution, 2007). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian acak lengkap pola searah yaitu mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi (tikus jantan galur Wistar), kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristasi tersebut (umur dan berat badan) dan kemudian diambil sampel yang mewakili strata tersebut secara acak (Notoadmojo, 2002). Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus jantan galur Wistar.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan umur 1-2 bulan dan bobot hewan uji 100-200 g. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan umur diluar 1-2 bulan, berat kurang dari 100 g dan lebih dari 200 g serta tikus yang mati.

B. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian


(54)

1) Varibel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan tiga peringkat dosis yang ditentukan peneliti dari konsentrasi terpekat sediaan serbuk buah pisang kepok yang dapat melewati spuit peroral sebagai berikut: 1,9 ; 3,8 ; 7,6 g/Kg BB.

2) Variabel tergantung

Variabel tergantung adalah kadar trigliserida dalam darah tikus jantan galur Wistar.

b. Variabel pengacau

1) Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah jenis kelamin hewan uji, galur hewan uji, umur, berat badan dari hewan uji. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan 100-200 g dan umurnya 1-2 bulan. Jalur pemberian sediaan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dilakukan secara peroral yang sebelumnya serbuk disuspensikan ke dalam larutan CMC 1% (b/v).

2) Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah keadaan patofisiologi hewan uji, kemampuan hewan uji untuk mencerna serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) (absorbsi,


(55)

distribusi, biotransformasi, dan ekskresi) serta kemampuan hewan uji untuk beradaptasi dengan hiperlipidemia.

2. Definisi operasional

a. Komposisi pakan tinggi lemak yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari kuning telor ayam, minyak babi dan AD II dengan perbandingan (2:1:1) dibuat dalam bentuk pelet. Komposisi pakan ini efektif mampu meningkatkan kadar trigliserida dalam darah tikus.

b. Serbuk buah pisang kepok adalah serbuk yang dibuat dengan mengeringkan buah pisang kepok dalam oven kemudian menghancurkan pisang kepok

(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan menggunakan mesin penyerbuk

yaitu grinder, dan serbuk yang diperoleh dapat dibuat dalam bentuk sediaan suspensi serta dapat melewati spuit injeksi peroral.

c. Sediaan serbuk buah pisang kepok adalah sediaan dalam bentuk suspensi buah pisang kepok yang dibuat dengan melarutkan sejumlah (g) serbuk buah pisang kepok dalam larutan CMC 1% (b/v).

d. Dosis serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) adalah sejumlah serbuk Musa x

paradisiaca L. (pro sp.) yang disuspensikan dalam larutan CMC 1% (b/v) dan

diberikan kepada tikus dengan rute pemberian peroral berdasarkan jumlah pakan yang dimakan tikus per hari selama masa perlakuan.

e. Metode kolorimetrik dengan reagen GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase) adalah suatu metode enzimatik yang dapat digunakan untuk mengukur kadar trigliserida darah.


(56)

C. Bahan dan Instrumen Penelitian 1. Bahan penelitian

a. Hewan uji

Hewan uji yang digunakan berupa tikus jantan galur Wistar dengan umur 1-2 bulan dan berat badan 100-200 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

b. Bahan uji

Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) mentah (hijau) tanpa kulit berumur 2,5 bulan yang diperoleh dari Mejing wetan RT 01/RW 07, Ambarketawang, Gamping, Sleman. Pisang kepok yang digunakan pada penelitian ini diambil pada bulan September 2012. Bahan uji ini kemudian dikeringkan dan dijadikan serbuk.

c. Lemak babi

Lemak babi yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Pasar Bringharjo Yogyakarta.

d. Kuning telur

Kuning telur yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari warung di Paingan, Maguwohardjo, Sleman, Yogyakarta.

e. Pakan

Pakan yang digunakan secara umum adalah pakan AD II yang didapat dari Laboratorium Hayati Imono Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(57)

f. Pakan tinggi lemak

Pakan tinggi lemak dibuat dari campuran kuning telor ayam, minyak babi dan AD II, dengan perbandingan (2:1:1) dibuat dalam bentuk pelet.

g. Larutan CMC 1% (b/v)

Serbuk CMC dibuat menjadi larutan dengan konsentrasi 1% (b/v). h. Senyawa pembanding

Senyawa pembanding yang digunakan adalah tablet simvastatin generic 20 mg.

2. Instrumen penelitian

Alat atau instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat gelas, oven, alat timbang elektrik (Mettler Toledo AB 204, Switzerland), alat penyerbuk (grinder), ayakan berukuran 80 mesh, mesin pelet, pipa hematokrit (non-heparin), set metabolit cage, serum tube 6 cc (BD Vacutainer), spuit injeksi peroral 2,5 cc dan 5 cc, penangas air.

D. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi dilakukan dengan menyamakan ciri-ciri buah pisang kepok

(Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan website www.plantamor.com dan buku


(58)

2. Pengumpulan bahan

Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Mejing wetan RT 01/RW 07, Ambarketawang, Gamping, Sleman. Buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang digunakan adalah buah pisang yang masih mentah berumur 2,5 bulan tanpa kulit.

3. Pembuatan serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) Dari tiga sisir buah pisang kepok yaitu 60 buah pisang kepok (3.600 g) yang telah dikumpulkan dipisahkan antara kulit dan daging buahnya kemudian daging buahnya dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40oC – 50oC selama ± 24 jam di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan didapatkan buah pisang kepok kering dengan berat 2.046 g. Kemudian buah pisang kepok yang telah kering dikeluarkan dari oven dan diserbuk dengan mesin (grinder) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) yang dihasilkan oleh penyerbukan dengan menggunakan grinder diayak dengan menggunakan ayakan nomor mesh 50 adalah 612 g dari 60 buah pisang kepok. Diasumsikan dengan ayakan nomor mesh 50, partikel serbuk dapat dibuat dalam bentuk sediaan suspensi yang diberikan pada tikus jantan galur Wistar dengan bantuan spuit peroral. Satu buah pisang kepok dengan berat 60 g menghasilkan 34,1 g buah pisang kepok yang telah dioven dan 10,2 g serbuk buah pisang kepok.


(59)

4. Penetapan dosis serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))

Konsentrasi maksimum sediaan serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30% (b/v). Konsentrasi 30% (b/v) diperoleh dari konsentrasi terpekat yang ditentukan oleh peneliti sebagai konsentrasi maksimal yang masih bisa dikeluarkan melalui spuit untuk tikus jantan galur Wistar dengan pemberian peroral. Dari konsentrasi maksimum yang diperoleh dapat dihitung besar dosis sediaan serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) akan diberikan pada tikus jantan galur Wistar dengan menggunakan rumus berikut ini:

D (g/g BB) x BB (g) = V (ml) x C (g/ml)

Volume pemberian pada tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah setengah dari volume maksimal untuk penggunaan peroral pada tikus yaitu 2,5 ml. Volume maksimum pemberian peroral untuk tikus adalah 5 ml. Pada penelitian ini diasumsikan berat badan maksimal yang digunakan adalah 200 g, maka dosis pemberian untuk tikus dapat ditentukan sebagai berikut:

D(g/g BB) x BB(g) = V(mL) x C(g/mL) D(g/g BB) x 200(g) = 2,5 mL x 30 g/100 mL

D(g/gBB) =

D(g/g BB) = 0,75 g/ 200 g BB


(60)

Dosis yang diperoleh adalah 3,8 g/Kg BB. Kemudian dari dosis 3,8 g/Kg (dosis II) BB dibuat tiga peringkat dosis dengan mengambil rentang dosis yang lebih rendah (dosis I) dan lebih tinggi (dosis III). Untuk mendapatkan dosis yang diinginkan diperlukan faktor pengali dan pembagi. Pada penelitian ini faktor pengali dan pembagi yang digunakan adalah 2. Oleh sebab itu, tiga peringkat dosis yang digunakan adalah 1,9 g/Kg BB ; 3,8 g/Kg BB ; dan 7,6 g/Kg BB.

5. Pembuatan larutan CMC 1% (b/v)

Serbuk CMC ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan kedalam aquadest panas sampai 100 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan CMC 1%.

6. Pembuatan suspensi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))

Serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) sebanyak 30 g disuspensikan kedalam larutan CMC 1% sampai 100 mL. Sehingga didapat suspensi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dalam 30 %(b/v).

7. Penentuan dosis dan konsentrasi simvastatin

Dosis simvastatin yaitu 20 mg untuk manusia dengan berat badan 70 kg. Kemudian dikonversikan pada tikus 200 g dengan faktor konversi 0,018 yaitu 20 mg x 0,018 = 0,36 mg simvastatin/200g = 1,8 mg/kg BB, maka dosis simvastatin untuk tikus ditetapkan 1,8 mg/kgBB = 0,0018 g/Kg BB.

Sedangkan penentuan konsentrasi simvastatin pada penelitian ini didasarkan pada perhitungan berikut:


(61)

8. Pembuatan suspensi simvastatin

Timbang serbuk simvastatin setara dengan 60 mg simvastatin murni, larutkan dengan CMC 1% dalam labu takar 10,0 ml sebagai larutan induk simvastatin. Kemudian buat konsentrasi 0,144 mg/ml dalam labu takar 10,0 ml dari larutan induk simvastatin tersebut. Pembuatan suspensi simvastatin menggunakan CMC 1% sebagai pelarut dikarenakan menurut United States Pharmcopeia, simvastatin praktis tidak larut air.

9. Pembuatan pakan tinggi lemak

Pakan yang dibuat komposisi utamanya adalah kuning telor ayam, minyak babi dan AD II dengan perbandingan (2:1:1) yang dibuat oleh Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solid-Liquid dengan cara menggiling atau memblender pakan AD II sampai halus. Kemudian dicampurkan dengan kuning telur ayam dan minyak babi sampai terbentuk adonan. Adonan yang telah jadi digiling dalam mesin penggiling Hobart 7807 02 04. Hasil penggilingan kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60oC selama 3- 5 hari.


(62)

10. Penentuan waktu pemberian pakan tinggi lemak

Lama pemberian pakan tinggi lemak dilakukan dengan orientasi selama 21 hari. Pemeriksaan terhadap kadar trigliserida dilakukan sebanyak empat kali yaitu pada hari ke-0, 7, 14 dan 21. Dari hasil pengukuran kadar trigliserida dapat dilihat kapan waktu tikus jantan galur Wistar mengalami kenaikan kadar trigliserida yang ditunjukan dengan adanya perbedaan yang bermakna dengan uji statistik.

11. Pengkondisiaan hewan uji

Tikus yang telah berumur 1-2 bulan dipelihara sampai bobotnya mencapai lebih dari 100 g atau 2 minggu pemeliharaan untuk mengondisikan tikus dalam suasana Laboratorium Hayati Imono. Selama 2 minggu tikus diberi pakan biasa, yaitu AD II. Dipilih tikus berumur 1-2 bulan karena pertumbuhannya belum sempurna sehingga diharapkan dalam masa pertumbuhan tersebut dapat menginduksi pakan tinggi lemak.

12. Tahap perlakuan

a. Tikus yang telah dikondisikan dibagi dalam tujuh perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri dari lima tikus yang diberi perlakuan selama 14 hari.

b. Perlakuan hewan uji yang dilakukan:

1) Kontrol negatif: tikus diberi pakan AD II dan diberi larutan CMC 1% (b/v).

2) Kontrol pakan tinggi lemak: tikus diberi pakan tinggi lemak dan diberi larutan CMC 1% (b/v).


(63)

3) Kontrol positif: tikus diberi pakan tinggi lemak dan diberi suspensi simvastatin dengan dosis 1,8 mg/Kg BB.

4) Kontrol pisang: tikus diberi pakan AD II dan diberikan dosis III (7,6 g/Kg BB) serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)).

5) Perlakuan I: tikus diberi pakan tinggi lemak dan diberi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) dengan dosis I yaitu 1,9 g/Kg BB.

6) Perlakuan II: tikus diberi pakan tinggi lemak dan diberi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))dengan dosis II yaitu 3,8 g/Kg BB.

7) Perlakuan III: tikus diberi pakan tinggi lemak dan diberi serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.))dengan dosis III yaitu 7,6 g/KgBB.

13. Penetapan kadar trigliserida darah

Pengambilan cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai hari ke-0 dan setelah perlakuan pada hari ke-14. Kemudian kadar trigliserida darah diukur dengan menggunakan metode enzimatik kolorimetri dengan reagen GPO

(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Prinsipnya adalah trigliserida akan dihidrolisis

menjadi gliserol. Gliserol yang terhidrolisis akan terfosforilasi oleh adenosin

triphosphate (ATP) dengan adanya glyserol kinase menghasilkan

glyserol-3-phosphate dan adenosie diphosphate (ADP). Glyserol-3-phosphate teroksidasi


(64)

memproduksi hydrogen peroxide. Hidrogen peroksida akan bereaksi dengan

4-aminoantipyrine dan 4-klorofenol menghasilkan senyawa dengan warna merah

(chinonimina). Absorbansi chinonimina sebanding dengan konsentrasi trigliserida

muncul dalam sampel yang diukur. Pengukuran ini akan dilakukan di Laboratorium Parahita, Jl. DR Soetomo 41 Yogyakarta.

E. Tata Cara Analisis Hasil

Data kadar trigliserida darah dilakukan uji distribusi menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov kemudian jika distribusinya normal dilanjutkan dengan analisis


(65)

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman perlu dilakukan untuk memastikan bahwa bagian tanaman yang digunakan benar berasal dari tanaman Musa x paradisiaca L. (pro sp.) sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penyiapan bahan uji penelitian. Determinasi mengacu pada www.plantamor.com dan buku Atlas Tumbuhan Obat Indonesia (2003) dan didapatkan hasil yang menunjukan ciri-ciri serupa. Hal ini menunjukkan bahwa bahan yang digunakan pada penelitian ini memang benar tanaman Musa x paradisiaca L. (pro sp.).

B. Pembuatan Pakan Tinggi Lemak

Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis pakan tinggi lemak. Tujuan pembuatan pakan tinggi lemak adalah untuk menginduksi peningkatan kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar. Pembuatan pakan tinggi lemak dikerjakan di Laboratorium Formulasi-Teknologi Semi-Solid Liquid Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Komposisi pakan tinggi lemak terdiri dari kuning telor ayam, minyak babi dan BR II dengan perbandingan 2:1:1 yang didasarkan pada orientasi penelitian yang dilakukan oleh Hendra, dkk (2010). Pakan yang digunakan adalah BR II, tetapi pada penelitian ini diganti dengan AD II untuk menyesuaikan kondisi tikus jantan galur Wistar di Laboratorium Imono yang diberi pakan AD II sebelum digunakan untuk


(66)

penelitian ini dan berdasarkan komposisi bahan pakan BR II hampir sama dengan komposisi bahan pakan AD II(lampiran 3, hal.75).

C. Penetapan Lama Pemberian Pakan Tinggi Lemak

Tujuan dilakukan penetapan lama pemberian pakan tinggi lemak untuk mengetahui apakah pemberian pakan tinggi lemak mampu menaikan kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar. Berdasarkan penelitian Hendra dkk. (2010), pemberian komposisi pakan diet tinggi lemak (kuning telur 100 g dan lemak babi 50 g) pada tikus betina galur Wistar mampu memberikan kenaikan kadar kolesterol total sebesar 91% mulai hari 14 dan trilgiserida 87% pada hari ke-30. Berdasarkan penelitian Aspianto (2012), pemberian pakan tinggi lemak dengan komposisi kuning telur ayam, minyak babi dan pakan AD II (2:1:1) dapat meningkatkan kadar trigliserida pada hari ke-7 dan hari ke-14 dengan nilai rata-rata kadar trigliserida pada hari ke-7 dua kali lebih besar dibandingkan hari ke-0.

Berdasarkan pada kedua penelitian tersebut, maka dilakukan orientasi lama pemberian pakan tinggi lemak dengan pengukuran kadar trigliserida pada hari ke-0, 7,14, dan 21. Hasil pengukuran kadar trigliserida pada hari ke-7, 14 dan 21 dibandingan dengan hari ke-0. Hasil perbandingan kadar trigliserida ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama pemberian pakan tinggi lemak mampu menaikkan kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar secara bermakna.


(67)

Tabel VII. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida Selama Orientasi

Pengukuran Rata-rata kadar Trigliserida ± SE (mg/dL)

Hari ke – 0 87,6 ± 8,3

Hari ke – 7 100,2 ± 16,9

Hari ke – 14 172,8 ± 26,4

Hari ke – 21 144,0 ± 14,5

Tabel VII merupakan nilai rata-rata hasil pengukuran kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar selama orientasi pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Rata-rata kadar trigliserida hari ke-0 diperoleh dengan cara mengukur kadar trigliserida darah tikus jantan galur Wistar sebelum diinduksi pakan tinggi lemak.

Gambar 6. Grafik Rata-Rata Kadar Trigliserida Selama Orientasi ; 1= hari ke-0 ; 2=hari ke-7; 3=hari ke-14; 4=hari ke-21

Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan kadar trigliserida pada hari ke-0, 7, dan 14. Adanya perbedaan kenaikan kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar pada hari ke-7, 14, dan 21 terhadap hari ke-0 dapat diketahui dengan melakukan uji statistik ANOVA satu arah.

0 50 100 150 200 250

1 2 3 4

R ata -R ata K ad ar Tr ig li ser id a (m g /d L)

Hari ke -

Rata-rata Trigliserida


(68)

Tabel VIII . Hasil Uji ANOVA Satu Arah Kadar Trigliserida Selama Orientasi kadar_trigliserida

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 23271.750 3 7757.250 5.773 .007 Within Groups 21500.800 16 1343.800

Total 44772.550 19

Tabel VIII menampilkan hasil uji ANOVA Satu Arah terhadap kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar pada hari ke-0 sebelum diinduksi pakan tinggi lemak serta hari ke-7, 14 dan 21 setelah diinduksi pakan tinggi lemak. Uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% terhadap kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar diperoleh nilai p=0,007 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kadar trigliserida pada hari ke-0 sebelum diinduksi pakan tinggi lemak serta hari ke-7, 14 dan 21 setelah diinduksi pakan tinggi lemak menunjukkan hasil berbeda bermakna secara statistik. Setelah itu dilanjutkan dengan uji Post Hoc dan Scheffe. Uji Post Hoc dan Scheffe ini dilakukan untuk mengetahui hubungan serta perbedaan kadar trigliserida antar hari ke-0, 7, 14 dan 21, yang dapat dilihat pada tabel IX.

Tabel IX. Hasil Post Hoc dan Scheffe Orientasi Pakan Tinggi Lemak

Hari ke – 0 Hari ke – 7 Hari ke – 14 Hari ke – 21

Hari ke – 0 - BTB BB BTB

Hari ke – 7 BTB - BB BTB

Hari ke – 14 BB BB - BTB

Hari ke – 21 BTB BTB BTB -

Keterangan:

BB : Berbeda Bermakna BTB : Berbeda Tidak Bermakna

Tabel IX merupakan hasil uji Post Hoc dan Scheffe orientasi pakan tinggi lemak. Dari hasil statistik tersebut diketahui bahwa ada perbedaan bermakna antara hari ke-0 dengan hari ke-14 sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi


(1)

dosis III hari ke-14 36.80000 23.85168 .875 -54.5602 128.1602

dosis II hari ke-14

kontrol negatif hari ke-14 59.60000 23.85168 .421 -31.7602 150.9602 kontrol positif hari ke-14 39.80000 23.85168 .829 -51.5602 131.1602 kontrol pakan hari ke-14 -89.80000 23.85168 .057 -181.1602 1.5602 kontrol pisang hari ke-14 27.20000 23.85168 .968 -64.1602 118.5602 dosis I hari ke-14 -17.40000 23.85168 .997 -108.7602 73.9602 dosis III hari ke-14 19.40000 23.85168 .995 -71.9602 110.7602 dosis III

hari ke-14

kontrol negatif hari ke-14 40.20000 23.85168 .822 -51.1602 131.5602 kontrol positif hari ke-14 20.40000 23.85168 .993 -70.9602 111.7602 kontrol pakan hari ke-14 -109.20000* 23.85168 .011 -200.5602 -17.8398 kontrol pisang hari ke-14 7.80000 23.85168 1.000 -83.5602 99.1602 dosis I hari ke-14 -36.80000 23.85168 .875 -128.1602 54.5602 dosis II hari ke-14 -19.40000 23.85168 .995 -110.7602 71.9602 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.


(2)

Lampiran 13. Leaflet Trigliserida


(3)

(4)

BIOGRAFI PENULIS

Skripsi yang berjudul “Efek Pemberian Serbuk

Buah Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Forma

Typica) Terhadap Kadar Trigliserida Darah

Tikus Jantan Galur Wistar” ini ditulis oleh Agustina Erni Purnamasari, merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara pasangan St. Hartaya S. dan Ant. Sumiati. Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 28 Agustus 1991. Pada tahun 1995-1997 penulis menempuh pendidikan di TK Fransiskus Pringsewu, Lampung. Kemudian pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan ke SD Fransiskus Pringsewu, Lampung hingga tahun 2003. Pada tahun 2003-2006 penulis menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Xaverius Pringsewu, Lampung. Selepas dari pendidikan menengah pertama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Xaverius Pringsewu, Lampung pada tahun 2006-2009. Selanjutnya mulai tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menempuh kuliah penulis pernah menjadi Asisten Dosen Praktikum Biofarmasetika dan Anatomi Fisiologi Manusia, tahun 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


(5)

xviii

INTISARI

Serat merupakan salah satu bahan yang terdapat pada makanan dan buah dengan berbagai macam khasiat. Musa x paradisiaca L. (pro sp.) merupakan salah satu buah yang mengandung serat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol termasuk trigliserida darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) terhadap kadar trigliserida darah dan untuk mengetahui berapakah dosis serbuk Musa x paradisiaca L. (pro sp.) yang paling efektif untuk menurunkan kadar trigliserida darah pada tikus jantan galur Wistar.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah yang menggunakan 35 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi secara acak dalam tujuh kelompok. Kelompok I diberi pakan AD II dan CMC 1% (b/v) sebagai kontrol negatif, kelompok II diberi pakan tinggi lemak dan CMC 1% (b/v) sebagai kontrol pakan tinggi lemak, kelompok III diberi pakan tinggi lemak dan simvastatin dosis 0,0018 g/Kg BB sebagai kontrol positif, kelompok IV diberi pakan AD II dan serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) dosis 7,6 g/Kg BB sebagai kontrol pisang, kelompok V,

VI, VII diberi pakan tinggi lemak dan serbuk buah pisang kepok (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) berturut-turut dengan dosis 1,9; 3,8; 7,6 g/Kg BB. Kadar

trigliserida darah diukur dengan menggunakan metode enzimatik dengan reagen GPO (Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Data kadar trigliserida darah tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode One Way Anova dan

Post Hoc Tests Scheffe dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk buah pisang kepok dapat mempengaruhi kadar trigliserida darah pada tikus jantan galur Wistar. Pemberian serbuk buah pisang kepok yang paling efektif mampu mempengaruhi kadar trigliserida tikus jantan galur Wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak dengan cara menghambat kenaikan kadar trigliserida darah adalah dosis 7,6 g/Kg BB.

Kata kunci : Musa x paradisiaca L. (pro sp.), pakan tinggi lemak, kadar


(6)

xix

ABSTRACT

Fiber is one of the materials contained in the foods and fruits with many benefits. Musa x paradisiaca L. (pro sp.) is one of the fruits that contain fiber that can be used for lowering blood cholesterol levels, including blood triglycerides. This research aimed to determine the effect of adding Musa x paradisiaca L. (pro sp.) powder on levels of blood triglycerides and to know what is the dose of Musa

paradisiaca forma typica powder which most effective for lowering blood

triglyceride levels in male Wistar rats.

This research included the pure experimental research with complete randomized and unidirectional design by using white male Wistar rats which randomly divided into seven groups. The first group was fed AD II and CMC 1% (b/v) as a negative control, group II were fed a high-fat and CMC 1% (b/v) as a high-fat feed control, group III were fed a high-fat and simvastatin with doses 0.0018 g/Kg BB as a positive control, group IV were fed AD II and kepok banana powder (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) with doses 7.6 g/Kg BB as bananas control, group V, VI, VII and fed a high-fat kepok banana powder (Musa x

paradisiaca L. (pro sp.)) successively with doses of 1.9, 3.8; 7.6 g/Kg BB. Blood

triglyceride levels were measured using enzymatic methods with reagents GPO

(Glycerol-3-Phosphate-Oxidase). Blood triglyceride levels data of each group

were statistically analyzed using One Way Anova method and Post Hoc Tests

Scheffe with 95% confidence level.

The results showed that kepok banana powder can affect blood triglyceride levels in male Wistar rats. Giving kepok banana powder which most effectively able to influence triglyceride levels Wistar male rats induced by high-fat feeding inhibits the increase of blood triglyceride level is in doses of 7,6 g/Kg BB.


Dokumen yang terkait

Substitusi Tepung Pisang Awak Masak (Musa Paradisiaca Var. Awak) dan Kecambah Kedelai (Glycine Max) pada Pembuatan Biskuit Serta Daya Terima

7 79 106

Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca) Terhadap Daya Terima Kue Donat

29 178 110

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 0 8

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 5 10

Efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar kolesterol darah tikus jantan galur wistar.

0 1 118

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa.

0 0 11

Efek pemberian jus buah pisang ambon (Musa paradisiace var. sapientum (L.) Kunt.) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 0 6

Efek pemberian jus buah pisang kepok (Musa paradisiaca forma typica) terhadap kadar glukosa darah tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa

0 4 8

Efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar kolesterol darah tikus jantan galur wistar

0 4 116

Efek pemberian serbuk buah pisang kepok (Musa x paradisiaca L. (pro sp.)) terhadap kadar trigliserida darah tikus jantan galus wistar - USD Repository

0 0 116