Desain dan Tipografi Desain dan Simbolisme Desain dan Ilustrasi Desain dan Fotografi

berbagai latar belakang dan kalangan. Inilah sekali lagi salah satu alasan mengapa desain komunikasi visual harus bersifat universal.

c. Desain Komunikasi Visual sebagai sarana presentasi dan promosi

Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian atensi dari mata secara visual dan membuat pesan tersebut dapat diingat; contohnya poster. Penggunaan gambar dan kata-kata yang diperlukan sangat sedikit, mempunyai satu makna dan mengesankan. Umumnya, untuk mencapai tujuan ini, maka gambar dan kata-kata yang digunakan bersifat persuasif dan menarik, karena tujuan akhirnya adalah menjual suatu produk atau jasa.

2.6.3 Elemen Desain Komunikasi Visual

Untuk dapat berkomunikasi secara visual, seorang desainer menggunakan elemen-elemen untuk menunjang desain tersebut. Elemen-elemen yang sering digunakan dalam desain komunikasi visual antara lain adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi dan fotografi. Elemen-elemen ini bisa digunakan sendiri- sendiri, bisa juga digabungkan. Santosa, 2000

1. Desain dan Tipografi

Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode untuk menerjemahkan kata-kata lisan ke dalam bentuk tulisan visual.

2. Desain dan Simbolisme

Simbol sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan, contohnya sebagai komponen dari signing systems sebuah pusat perbelanjaan. Untuk menginformasikan letak toilet, telepon umum, restoran, pintu masuk dan keluar, dan lain-lain digunakan simbol. Bentuk yang lebih kompleks dari simbol adalah logo. Logo adalah identifikasi dari sebuah perusahaan, karena itu suatu logo mempunyai banyak persyaratan dan harus dapat mencerminkan perusahaan itu.

3. Desain dan Ilustrasi

Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni yang berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau fotografi nonphotographic image untuk visualisasi. Dengan kata lain, ilustrasi yang dimaksudkan di sini adalah gambar yang dihasilkan secara manual.

4. Desain dan Fotografi

Ada dua bidang utama di mana seorang desainer banyak menggunakan elemen fotografi, yaitu penerbitan publishing dan periklanan advertising. Beberapa tugas dan kemampuan yang diperlukan dalam kedua bidang ini hampir sama. Menurut Margaret Donegan dari majalah GQ, dalam penerbitan dalam hal ini majalah lebih diutamakan kemampuan untuk bercerita dengan baik dan kontak dengan pembaca; sedangkan dalam periklanan juga dalam majalah lebih diutamakan kemampuan untuk menjual produk yang diiklankan tersebut.

2.7 Software Perancang Terapi Multimedia Interaktif

Aplikasi pengolah multimedia ada bermacam-macam, namun berdasarkan proses pembuatannya aplikasi pengolah multimedia dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu: Suyanto, 2004 1. Multi layer based application Aplikasi multi layer memungkinkan sebuah obyek memiliki track atau alur tersendiri terpisah dari obyek lainnya, yang memungkinkan obyek untuk dimanipulasi secara tersendiri terpisah dari obyek lainnya. Contoh aplikasi misalnya: Macromedia Director, Flash, Swish, Adobe Premiere, After Effect dan sebagainya. 2. Single Layer based application Berbeda dengan aplikasi multi layer, obyek yang sudah diletakkan dalam layer tidak memungkinkan untuk diedit, kalaupun bisa, sangat terbatas tidak dapat dimanipulasi secara bebas. Aplikasi semacam ini digunakan untuk membuat sebuah program interaktif sederhana. Misalnya untuk membuat VCD interaktif, DVD interaktif dan presentasi sederhana. Contoh aplikasinya adalah Microsoft Power Point, U-lead DVD Creator, Nero Burning Interactive VCD Creator dan sebagainya. Secara umum, aplikasi pengolah ini dikategorikan berdasar pada tingkat profesionalitas, multi layer based application digunakan kebanyakan oleh profesional dan tingkat mahir karena fleksibilitasnya. Sedangkan untuk pemula atau pengguna biasa sering menggunakan single layer based appliucation karena sederhana dan mudah dipakai.

2.7.1 Adobe Photoshop

Adobe Photoshop, atau biasa disebut Photoshop, adalah perangkat lunak editor citra buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan foto atau gambar dan pembuatan efek. Perangkat lunak ini banyak digunakan oleh fotografer digital dan perusahaan iklan sehingga dianggap sebagai pemimpin pasar market leader untuk perangkat lunak pengolah gambar dan bersama Adobe Acrobat, dianggap sebagai produk terbaik yang pernah diproduksi oleh Adobe Systems. Versi ke delapan aplikasi ini disebut dengan nama Photoshop CS, versi sembilan disebut Photoshop CS2 dan terakhir ini adalah Adobe Photoshop CS3 Creative Suite. Widianto, 2010 Photoshop tersedia untuk Microsoft Windows, Mac OS X dan Mac OS versi 9 ke atas juga dapat digunakan oleh sistem operasi lain seperti Linux dengan bantuan perangkat lunak tertentu seperti CrossOver. Meskipun pada awalnya Photoshop dirancang untuk menyunting gambar untuk cetakan berbasis-kertas, Photoshop yang ada saat ini juga dapat digunakan untuk memproduksi gambar untuk World Wide Web. Beberapa versi terakhir juga menyertakan aplikasi tambahan, Adobe ImageReady, untuk keperluan tersebut. Photoshop juga memiliki hubungan erat dengan beberapa perangkat lunak penyunting media, animasi dan authoring buatan Adobe lainnya.

A. Kelebihan Adobe Photoshop CS3

Photoshop mempunyai banyak fasilitas yang memungkinkan seorang designer menciptakan efek-efek tertentu dan bisa menggunakan banyak variasi dari fasilitas yang disediakan oleh Photoshop. Beberapa diantaranya yaitu: a. Membuat tulisan dengan efek tertentu. Photoshop dapat mengubah bentuk tulisan menjadi lebih kreatif dan inovatif dengan tool effect yang ada di dalamnya. b. Membuat tekstur dan material yang beragam. Dengan langkah-langkah tertentu, seorang designer bisa membuat gambar misalnya daun, logam, air, dan bermacam gambar lainnya. c. Mengedit foto dan gambar yang sudah ada. Dengan Photoshop kita dapat merubah gambar yang kualitasnya tampak jelek menjadi bagus ataupun sebaliknya. Selain itu juga Photoshop dapat merubah foto seseorang menjadi sebuah gambar kartun atau dalam design grafis disebut vector and pixel vexel. d. Memproses materi web. Photoshop juga digunakan untuk keperluan web, misalnya: Kompresi file gambar agar ukurannya lebih kecil, memotong gambar kecil-kecil slice, dan membuat web photo gallery. Dengan Adobe Image Ready, gambar yang sudah ada bisa dibuat untuk keperluan web, misalnya menjadi rollover dan animasi GIF. Untuk keperluan tersebut bisa menggunakan Macromedia Fireworks di samping Adobe Image Ready.

B. Kelemahan Photoshop

Kelemahan Photoshop dalam menciptakan image adalah Photoshop hanya bisa digunakan untuk menciptakan image yang statis, dan juga dengan berkembangnya versi Photoshop sekarang ini spesifikasi komputer untuk menjalankan Photoshop juga harus sudah tinggi dan yang pasti harga computer tersebut mahal.

C. Area kerja Photoshop CS3

Secara garis besar, area kerja Photoshop CS3 terdiri dari beberapa komponen utama seperti yang tampak pada Gambar 2.5 di bawah ini. a. Baris Menu, merupakan bagian yang berisi daftar menu perintah.

b. Toolbox, merupakan palet yang berisi tombol-tombol perintah, seperti

tombol perintah untuk menyeleksi, memotong, menyunting, melukis, menggambar, menulis teks dan berbagai fungsi lainnya.

c. Baris Options, merupakan bagian yang berisi daftar perintah tambahan

yang isinya akan selalu berubah bergantung pada tombol perintah yang terpilih pada bagian Toolbox.

d. Dokumen, merupakan file lembar kerja utama yang berisi gambar,

objek atau teks yang sedang diolah.

e. Panel, merupakan bagian yang terdiri dari beberapa palet. Palet-palet

tersebut memuat beberapa perintah untuk memanipulasi dokumen. Gambar 2.15 Area kerja Adobe Photoshop CS3

2.7.2 Adobe Flash CS3

Adobe Flash CS3 adalah software aplikasi untuk animasi yang digunakan untuk internet. Dengan Adobe Flash CS3, aplikasi web dapat dilengkapi dengan beberapa macam animasi, audio, interaktif animasi dan lain-lain. Macromedia Flash memiliki pemrograman ActionScript dan merupakan authoring tool berbasis timeline dan terstruktur. Adobe Flash CS3 dapat digunakan untuk pengembangan multimedia interaktif untuk produksi CD, jaringan, maupun penggunaan pada web. Dalam multimedia dapat dilihat teks, gambar, animasi, audio dan digital video bersama-sama tampil pada satu saat dan penggunaan button sebagai alat interaktif. Perkembangan multimedia yang pesat dapat dilihat dengan makin diperlukannya presentasi bisnis, menampilkan newsletter dalam internet, menambahkan audio dan lain-lain. Tampilan Adobe Flash CS3 dapat dilihat pada Gambar 2.16 . Gambar 2.16 Area kerja Adobe Flash CS3

2.7.3 Adobe Director 11.5

Director adalah software yang awalnya buatan Macromedia seperti Flash dan Dreamweaver lalu diakuisisi oleh Adobe yang biasa digunakan untuk pembuatan CD interaktif, media pembelajaran edukasi, katalog produk, game, presentasi berbasis multimedia. Adobe Director ini bukanlah software yang segala bisa. Adobe Director hanyalah software untuk merangkai komponen multimedia dan grafis. Hendratman, 2008 Tampilan kerjaUser Interface Adobe Director menggunakan istilah seperti pada dunia perfilman atau sinetron, antara lain sebagai berikut:

a. Stage, tampilan untuk menunjukkan hasil tata letak objek pada waktu

frame tertentu. Analoginya seperti tampilan di layar TVpanggung pertunjukan.

b. Score, untuk mengatur urutan objek yang tampil agar sesuai ceritanaskah,

analoginya seperti storyboard dan storyline. Di Score inilah kita menentukan mana yang tampil lebih dahulu dan mana yang akan tampil belakangan.

c. Cast member, untuk menampung objek apa saja yang siap dan bisa

ditampilkan. Analoginya seperti artis yang sedang menunggu giliran tampil di panggung stage. Satu artis bisa saja tampil berkali-kali di Stage dalam waktu yang sama atau berbeda untuk menghemat jumlah pemain cast member.

d. Panel Property Inspector, untuk mengatur sifatparameter yang ada pada

objek. Setiap objek mempunyai keistimewaan sendiri. Analoginya seperti artis yang mempunyai sifat dan kemampuan yang khusus dan berbeda dengan artis lainnya.

e. Director, pengarah ceritasutradara.

Gambar 2.17 Tampilan kerja Adobe Director 11.5

2.8 Autisme

Penyakit Autis, yang lebih tepat disebut gangguan perkembangan pervasif, sudah ditemukan sejak 1943. Hanya saja belum banyak masyarakat awam, bahkan dokter, yang mengetahuinya karena orangtua atau dokter mengira anak hanya mengalami keterlambatan perkembangan terutama berbicara yang sementara saja. Anggapan itu tentu saja membuat Autisme yang diderita anak semakin parah. Semakin hari jumlah penderita Autisme semakin bertambah. Di Kanada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya. Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut diatas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai saat ini penyebab Autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan di antara para ahli dan dokter di dunia. Puterakembara, 2003 Sedangkan menurut data dari Dep-Kes RI 2010, jumlah penderita autis tercatat sebanyak 475 ribu jiwa pada tahun 2009 dan diperkirakan setiap 1 satu dari 150 anak yang lahir, menderita Autisme. Tentu angka ini sangat mengkhawatirkan dan sudah sangat perlu diperhatikan dari berbagai kalangan, termasuk pemerintah dalam penyediaan sarana terapi untuk menangani Autisme ini. Penyandang autis sebenarnya mengalami gangguan di pusat emosi. Akibatnya, kalau keinginan tidak terpenuhi dia bisa temper tantrum, mengamuk, menjerit, dan berguling-guling. Penyandang autis sangat sensitif terhadap cahaya, suara, maupun sentuhan. Penyandang autis juga mengalami kesulitan mengukur ketinggian atau kedalaman. Karenanya mereka sering takut melangkah pada lantai yang berbeda tinggi. Penyandang autis diberi obat untuk menyeimbangkan neurotransmitter agar lebih responsif dan hati-hati dengan dunia luar. Biro sensus Amerika mendata di tahun 2009 ada 475.000 penyandang Autis di Indonesia. Ditengarai, setiap hari, satu dari 150 anak yang lahir menderita autis. Padahal, pada tahun 1970-an anak penyandang autis satu dibanding 10.000 kelahiran.

2.8.1. Definisi Autisme

Istilah Autisme pertama kali diperkenalkan oleh Leo Kanner pada tahun 1943 Handoyo, 2004; Hidayat, 2006. Saat itu Leo Kanner dalam mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan yang tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya aktifitas bermain yang repetitif dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkunganya. Dari deskripsi tersebut muncullah istilah Autisme. Istilah Autisme itu sendiri berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri Handoyo; 2004. Jadi anak autis seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungannya dan asyik bermain sendiri. Autisme sebenarnya merupakan gangguan perkembangan yang disebabkan oleh adanya interferensi pada perkembangan otak pada masa prenatal atau selama satu atau dua tahun awal kehidupan anak, yang Autisme ini adalah manifestasi perilaku yang timbul dari disfungsi yang terjadi pada maturasi neurobiologist dan fungsi sistem saraf pusat. Gangguan perkembangan ini menyebabkan kekurangan pada tiga area yaitu area interaksi sosial, area komunikasi serta area perilaku. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada salah satu dari ketiga area tersebut muncul sebelum usia tiga tahun. Kekurangan pada area interaksi sosial ini merupakan hal yang amat menjadi keluhan orang tua dan merupakan ciri utama yang menyadarkan orang tua untuk curiga mengenai kemungkinan adanya gangguan pada anaknya. Jepson, 2003 Autisme infantil atau autisme masa kanak adalah gangguan perkembangan yang muncul pertama kali pada anak-anak berusia enam bulan hingga tiga tahun. Seorang anak autistik tidak mampu mengadakan interaksi sosial, dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Seorang anak dapat dikatakan termasuk Autisme, bila ia memiliki hambatan perkembangan dalam tiga aspek, yakni hambatan dalam interaksi sosial-emosional, dalam komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan, gejala-gejala tersebut sudah terlihat sebelum usia 3 tahun Siegel, 1996; Moetrasi, 2000; Pusponegoro, 2003; Hidayat, 2006; Erlani, 2007. Ketiga aspek tersebut harus dipenuhi dan harus secara ketat dalam penerapannya, agar tidak sembarangan dalam menentukan apakah seorang anak itu termasuk kategori anak autis atau bukan. Ciri yang sangat menonjol dari penderita Autisme adalah tidak adanya atau sangat kurangnya kontak mata dengan orang lain. Penyandang Autisme bersikap acuh tak acuh bila diajak bicara atau bergurau. la seakan-akan menolak semua usaha interaksi dari orang lain, termasuk dari ibunya. la lebih suka dibiarkan main sendiri dan melakukan sebuah perbuatan yang tidak lazirn secara berulang-ulang. Sebagian kecil penyandang Autisme berhasil berkembang normal, namun sebelum mencapai umur tiga tahun perkembangannya terhenti, kemudian timbul kemunduran dan mulai tampak gejala-gejala Autisme. Hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab gangguan Autisme. Autisme diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi sosial yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap. Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki dari pada anak perempuan. Selain itu, Autisme disebut juga sebagai gangguan „spektrum’ yang artinya bahwa gejala dan karakteristiknya ditampilkan dalam kombinasi dan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Pada ujung spektrum, kita dapat menemukan seorang anak penyandang Autisme yang tidak berbicara, duduk di sudut ruangan, memutar-mutar penjepit kertas berulang-ulang selama berjam- jam, di ujung lain dari spektrum, kita menemukan seorang penyandang Autisme yang bekerja sebagai peneliti di universitas, selama pekerjaan itu tidak mensyaratkannya untuk berinteraksi dengan orang-orang. Orang yang memiliki kesulitan dalam area komunikasi nonverbal termasuk di dalamnya keinginan dan kemampuan menggunakan bahasa dalam konteks sosial dikategorikan memiliki Autistic Spectrum Disorder ASD. Juanita, 2003

2.8.2. Penyebab Autisme

Banyak spekulasi mengenai penyebab dari penyakit autis, baik karena faktor genetik, lingkungan, hingga imunisasi. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR Mumps, Measles dan Rubella bisa berakibat anak mengidap penyakit Autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autism Spectrum Disorder. Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini diperdebatkan karena tidak adanya bukti yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari Autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada hubungannya dengan Autisme. Kendati demikian, seiring perkembangan ilmu pengetahuan, penyebab dari penyakit Autis ini kian dapat dipastikan setelah melalui penelitian yang panjang. Seperti dilaporkan dalam jurnal Nature Genetics, penelitian yang dilakukan terhadap 1200 keluarga dengan melibatkan 120 ilmuwan dari 50 lembaga di lebih dari 19 negara berhasil menemukan kromosom 11 dan gen khusus yang bernama neurexin 11 sebagai biang keladi penyebab Autis. Sebelumnya para ahli menduga kesalahan dalam cetak biru genetis sebagai penyebab Autis. Neurexin merupakan bagian dari keluarga gen yang membantu komunikasi sel syaraf. Menurut para ilmuwan gen ini memainkan peran penting dalam terjadinya sindrom autis. Di dalam sel manusia, DNA ada di dalam inti sel dan mitokondria. Di dalam inti sel, DNA membentuk untaian kromosom. Setiap sel manusia normal memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom somatik dan sepasang kromosom seks. Namun demikian, menyelidiki penyebab Autis tidaklah semudah yang dibayangkan. Amat rumit, karena interaksi antara beberapa gen, sehingga jika satu gen berhasil ditemukan belum cukup untuk menjawab teka-teka ini. Tapi setidaknya hasil ini bisa dapat dijadikan langkah yang terang untuk pengembangan obat yang spesifik. Burn, 2007 Terdapat juga penelitian yang mengatakan bahwa zat-zat beracun seperti timah Pb dari knalpot mobil, cerobong pabrik, cat tembok, kadmium dari batu baterai, serta turunan air raksa Hg yang digunakan untuk menjinakkan kuman yang digunakan untuk imunisasi, dituding menimbulkan gejala seperti autis. Dimana logam-logam berat tersebut menumpuk di tubuh wanita dewasa masuk ke janin lewat demineralisasi tulang dan juga tersalur ke bayi lewat ASI air susu ibu. Demikian pula antibiotika yang memusnahkan hampir semua kuman, baik dan buruk, di saluran pencernaan, sehingga jamur merajalela di usus. Budhiman, 2003 Dr. Bernard Rimland dari Autism Research Institution, San Diego AS, memaparkan tentang hal itu. Hasil analisis mineral rambut anak AS menunjukkan, kadar Pb dan Hg-nya tinggi. Anak yang keracunan logam berat, enzimnya berkurang, sehingga pencernaannya buruk. Beberapa jenis makanan, misalnya susu, tepung gandum, mengandung protein yang sulit dicerna; yaitu kasein dan glutein. Kekurangan enzim membuat kedua jenis protein tidak bisa dipecah sempurna. Sisa rantai asam amino yang tidak terpecah peptida normalnya keluar lewat urine, tetapi seringkali terserap tubuh. Jika sampai ke otak akan berubah menjadi morfin kaseomorfin atau gluteomorfin. Banyak pula ahli melakukan riset dan menyatakan bahwa bibit Autisme telah ada jauh hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen Autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa korelasi antara Autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena Autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memori dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi. Karin Nelson, ahli neurology Amerika mengadakan penyelidikan terhadap protein otak dari contoh darah bayi yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi empat sampel berikutnya mempunyai kadar protein tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan kadar protein otak tinggi ini berkembang menjadi Autisme dan keterbelakangan mental. Nelson menyimpulkan Autisme terjadi sebelum kelahiran bayi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Eric Courchesne dari Universitas California - San Diego menemukan, sebagian besar penyandang Autisme mempunyai otak kecil yang lebih kecil dibandingkan ukuran normal hipoplasia cerebellum. Pengecilan otak kecil ini terjadi pada masa janin. Selain berfungsi sebagai pengatur keseimbangan, otak kecil juga berperan dalam proses sensorik, berpikir, daya ingat, belajar bahasa, dan juga perhatian konsentrasi. Hasil otopsi penyandang Autisme yang dilakukan para ahli menunjukkan adanya keganjilan pada sistem limbic pusat emosi di otak, dan kurangnya jumlah sel pada lobus parietalis di otak. Akibatnya, terjadi kekacauan sistem di otak. Saat ini, para peneliti dan orang tua anak penyandang Autisme boleh merasa lega mengingat perhatian dari negara besar di dunia mengenai kelainan Autisme menjadi sangat serius. Sebelumnya, kelainan Autisme hanya dianggap sebagai akibat dari perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya. Di samping itu, kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai penyebab Autisme secara genetik dan metabolik. Pada bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika menemukan adanya tumpukan protein didalam otak bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut berkembang menjadi anak Autisme. Temuan ini mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan penyebab utama Autisme sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahannya.

2.8.3 Ciri-ciri dan Karakteristik Anak Autis

Karakteristik autis yang utama seperti yang dijelaskan Leo Kanner 1943, seorang psikolog yang membagi kriteria anak-anak berkebutuhan khusus menjadi beberapa pengamatan, yaitu: 1. Ketidakmampuan dalam berhubungan dengan orang lain. 2. Keterlambatan perkembangan bahasa, yaitu kegagalan perkembangan dalam tinjauan komunikasi. 3. Perkembangan dan pertumbuhan fisik. 4. Perilaku akibat lingkungan. 5. Memiliki suatu keasyikan dan daya tarik yang lebih pada suatu objek. 6. Perilaku yang berulang-ulang stereotifik dan memiliki stimulasi- stimulasi lain. Sedangkan menurut Asosiasi Psikiater Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 2000, merinci kembali kriteria anak-anak berkebutuhan khusus menurut Kanner tersebut menjadi beberapa kategori karakteristik yang terdapat pada anak penyandang autis, yaitu: 1. Mengalami penurunan kualitatif dalam interaksi sosial. 2. Mengalami penurunan berbagai perilaku non-verbal, seperti kontak mata, ekspresi wajah, perawakan badan dan isyarat dalam interaksi sosial. 3. Memiliki sorot mata yang tidak jernih, tidak fokus dan tidak bersinar. 4. Kegagalan untuk mengembangkan hubungan kerjasama sesuai dengan tingkatan perkembangannya. 5. Tidak adanya timbal balik emosional. 6. Penurunan secara kualitatif dalam komunikasi, yang dapat diamati dari hal-hal seperti: a. Kesulitan atau tidak adanya perkembangan bahasa bicara verbal seperti menggunakan alternatif komunikasi yaitu menggunakan isyarat atau mimik. b. Penggunaan bahasa yang diulang-ulang, tanpa memahami maknanya. c. Komunikasi yang terjalin tidak berjalan dua arah. 7. Ketertarikan pada satu hal dengan intensitas yang berlebihan. 8. Perulangan aktifitas yang berkali-kali. Namun sejauh ini, belum ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa secara langsung Autisme. Diagnosa yang paling tepat adalah dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat perkembangannya. Puterakembara, 2003 Karena karakteristik dari penyandang Autisme ini banyak ragamnya, sehingga cara yang paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli lainnya di bidang Autisme. Karena pada umumnya anak yang terkena Autisme, sejak lahir sampai dengan umur 24-30 bulan terlihat normal, maka barulah orang tua mulai melihat perubahan seperti keterlambatan berbicara, bermain dan bersosialisasi bergaul. Meskipun sebenarnya, gejala Autisme itu sendiri bisa diperhatikan mulai dari sejak usia 0 bulan. Tapi pada usia dia atas 2 tahun, anak autis semakin tampak jelas gejalanya. Autisme merupakan kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Kemampuan dan perilaku di bawah ini adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh Autisme. 1. Komunikasi Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan kata-kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. 2. Bersosialisasi bergaul Anak autis umumnya lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan orang lain. Tidak tertarik untuk berteman. Tidak bereaksi terhadap isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya tidak menatap mata lawan bicaranya atau tersenyum. 3. Kelainan Penginderaan Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa lidah dari mulai ringan sampai berat. 4. Bermain Tidak spontanrefleks dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura-pura. 5. Perilaku Perilaku anak autis dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif pendiam. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas atau pun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Seringkali sulit mengubah rutinitas sehari. Dan yang berikut ini merupakan ciri-ciri anak Autisme menurut usianya.

1. Usia 0 – 6 bulan. Apabila anak anda terlalu tenang dan jarang menangis,