9. Terapi Integrasi Sensoris
Dalam bukunya “Sensory Integration and the Child” Western Psychological Services, 1994, dr. Jean Ayres, Ph.D, terapis anak dari
Amerika Serikat, mendefinisikan integrasi sensory atau sensory integration
sebagai “pengaturan input sensor”. Untuk lebih mudah memahaminya, perhatikan contoh berikut. Setiap saat, anak akan
menerima beragam input yang disampaikan ke otak melalui kelima panca inderanya. Informasi tersebut bisa secara tidak sengaja diperoleh seperti
suara-suara di sekitarnya atau sengaja dicari seperti membaca buku. Pada prinsipnya, dengan terapi ini, anak disuruh melakukan serangkaian
aktivitas dengan memakai alat-alat tertentu dibawah bimbingan seorang terapis. Semua alat-alat yang dipakai dalam terapi ini secara khusus
dirancang untuk memberikan rangsangan pada lokasi-lokasi sensor. Sekilas, bagi yang pertama kali melihatnya, terapi ini tampak seperti
permainan saja. Lima tahap proses integrasi sensorik, yaitu:
1. Registration: otak menyadari datangnya suatu input. Misalnya, anak yang sedang bermain mendengar suara ibunya memanggil. Di sini, di dalam
otak anak terdaftar adanya input yang masuk, yaitu suara ibu. 2. Orientation: otak memperhatikan atau mengabaikan input. Misalnya, anak
kemudian memperhatikan suara ibu. 3. Interpretation: otak mengartikan input. Dalam proses ini, anak
membandingkan input yang sedang diperhatikannya dengan pengalaman
lalu atau membandingkan pengalaman yang lalu dengan hal yang sedang terjadi. Misalnya, anak teringat bahwa pada kejadian yang lalu, ibu
memanggilnya untuk memberi susu. 4. Organization: otak memutuskan input dan apa yang dilakukan terhadap
input tersebut. Misalnya, anak kemudian bereaksi, yakni berhenti bermain, serta memutuskan akan melaksanakan suatu tindakan, yaitu menoleh
kearah ibu sembari mengangkat tangannya. Ini dilakukannya karena kejadian sebelumnya, dia ingat bahwa ibu memanggil untuk memberinya
susu dan tindakannya pada waktu itu adalah menoleh dan mengangkat tangannya untuk menerima susu.
5. Execution: tindakannya nyata terhadap input tersebut. Tindakan yang dilakukan bisa berupa respon motorik, emosi maupun kognitif. Di sini,
anak kemudian melaksanakan tindakan nyata, berupa menoleh dan mengangkat tangannya.
10. Terapi Bermain