121
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembangan aplikasi terapi multimedia interaktif untuk anak Autis dengan metode Lovaas ini didasarkan pada 6 enam tahap seperti yang tercantum
dalam buku Sutopo 2003 dengan menggunakan perangkat lunak Adobe Director 11.5 ini dan peneliti terlebih dahulu memaparkan sub-bahasan yang masih relevan
dengan 6 tahap pengembangan aplikasi multimedia. Di bawah ini merupakan pembahasan secara rinci mengenai
Pengembangan aplikasi terapi multimedia interaktif untuk anak Autis dengan metode Lovaas.
4.1 Analisis Perancangan
Sebelum membangun pengembangan aplikasi terapi multimedia untuk anak autis dengan metode Lovaas ini, peneliti terlebih dahulu melakukan analisa
terhadap perancangan yang akan peneliti buat, yaitu antara lain dengan mengidentifikasi masalah, meninjau hasil studi kelayakan dan hasil analisis
kebutuhan sistem.
4.1.1 Identifikasi Masalah
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis atas aplikasi dibuat. Pemecahan masalah yang diusulkan peneliti yaitu:
1. Dari hasil analisis dan pengamatan yang dilakukan peneliti di SD Yayasan Pantara, peneliti menyimpulkan bahwa media terapi yang digunakan
selama ini hanya menitikberatkan nilai fungsionalnya saja tanpa mempertimbangkan aspek estetika, sehingga seringkali membuat anak
penderita autisnya cepat mengalami kebosanan sehingga membuat pendamping, terapis atau shadow teacher harus bekerja ekstra keras untuk
mengembalikan mood atau suasana hati si anak. Selain itu, ada juga media terapi yang hanya mengandalkan bahkan memaksakan segi artistik dan
estetikannya saja dan mengenyampingkan sisi fungsionalitas dan kemudahan pengoperasian.
Maka peneliti memberikan solusi atas persoalan tersebut dengan membuat suatu aplikasi terapi interaktif bagi anak autis yang berbasis multimedia
yang memperhatikan aspek fungsionalitas sekaligus aspek artistik dan estetika dengan menggabungkan elemen-elemen multimedia sehingga
menghadirkan kemudahan dalam pengoperasian yang diharapkan bisa menjadi sarana yang efektif untuk meringankan atau mengurangi tingkat
keparahan Autisme. 2. Tujuan dari aplikasi ini adalah mengembangkan suatu aplikasi terapi
multimedia interaktif yang diharapkan dapat membantu meringankan level keparahan autisme yang diderita seorang anak dengan cara yang menghibur
sekaligus efektif. 3. Pengembangan aplikasi terapi multimedia interaktif ini diharapkan bisa
menjadi alternatif media terapi untuk penanganan Autisme yang mudah digunakan dan bisa menjangkau semua kalangan, terutama dalam hal harga.
4. Aplikasi terapi multimedia ini dirancang dengan tampilan layar yang menarik, tujuannya agar user tidak merasa bosan atau jenuh dan mudah
digunakan.
4.1.2 Hasil Studi Kelayakan
Hal kedua yang peneliti lakukan adalah melakukan studi kelayakan yaitu mempelajari apakah sistem pengembangan multimedia layak untuk diteruskan
atau tidak. Apakah pengembangan sistem multimedia ini layak atau tidak, bergantung pada analisis kelayakan dalam pengembangan rancangan desain
komunikasi visual dalam terapi multimedia interaktif untuk anak Autis dengan metode Lovaas ini. Faktor-faktor analisis kelayakan dalam pengembangan terapi
multimedia interaktif untuk anak autis ini, yaitu: 1. Teknis
Pertanyaan kunci untuk faktor yang pertama Teknis ini adalah, dapatkah sistem multimedia yang diterapkan dalam pengembangan rancangan
aplikasi terapi multimedia interaktif untuk anak autis ini diterapkan menggunakan teknologi yang ada? Secara teknis aplikasi terapi
multimedia interaktif untuk anak Autis yang dirancang ini dapat diterapkan dengan teknologi yang ada, karena telah memiliki perangkat
pendukung PC multimedia. 2. Ekonomi
Faktor yang kedua yang patut dipertimbangkan adalah faktor ekonomi, apakah aplikasi terapi multimedia interaktif untuk anak Autis yang
dirancang ini dapat menguntungkan secara ekonomi atau tidak. Secara
ekonomi, aplikasi terapi multimedia interaktif untuk anak Autis ini memiliki keunggulan secara ekonomis sekaligus menguntungkan, karena
dengan adanya aplikasi terapi multimedia interaktif ini, user tidak perlu membeli aplikasi terapi multimedia untuk anak autis buatan luar negeri
yang selain harganya tidak murah juga menggunakan bahasa Inggris, sehingga bagi yang tidak menguasai bahasa Inggris mengalami kesulitan
dalam mengoperasikannya. 3. Organisasi
Faktor ketiga yang menjadi pertimbangan dalam analisis kelayakan ini adalah faktor organisasi, yaitu apakah aplikasi terapi multimedia interaktif
untuk anak Autis ini sesuai dengan etika dan aturan yang berlaku atau tidak, sehingga hal ini menjadi pertimbangan dalam penerapannya di
organisasi atau lembaga yang menggunakan aplikasi terapi multimedia interaktif untuk anak Autis ini. Dan, setelah dilakukan analisis kelayakan
untuk faktor yang ketiga ini, aplikasi terapi multimedia interaktif untuk anak Autis ini dapat diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan khusus
yang menangani Autisme. 4. Jadwal
Pertanyaan kunci untuk faktor yang keempat ini adalah, apakah mungkin sistem multimedia yang dirancang ini tidak memiliki kendala dalam hal
waktu? Jawabannya adalah tidak. Karena aplikasi terapi multimedia interaktif untuk anak Autis ini berbentuk CD interaktif, sehingga
penjadwalannya sangat fleksibel, sehingga bisa dilakukan kapan saja sesuai dengan keinginan user.
5. Strategik Faktor strategik dalam analisis kelayakan ini yaitu mempertimbangkan dan
mempelajari apakah aplikasi terapi multimedia interaktif ini dapat meningkatkan keunggulan bersaing atau tidak. Aplikasi terapi multimedia
interaktif untuk anak Autis yang akan peneliti rancang dapat meningkatkan keunggulan bersaing, karena aplikasi terapi multimedia
interaktif untuk anak Autis ini sesuai dengan standar kurikulum metode Lovaas, metode terapi Autisme yang mengadopsi desain grafis dan
komunikasi visual sebagai materinya.
4.1.3 Hasil Analisis Kebutuhan Sistem