Terapi Biomedik Terapi Medikamentosa Pendidikan Khusus

2. Terapi Wicara

Terapi Wicara adalah terapi yang dilakukan pada prinsip-prinsip di mana timbul kesulitan berkomunikasi atau ganguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapis Wicara orang yang memberikan terapi berbicara dapat diminta untuk berkonsultasi dan konseling, mengevaluasi, memberikan perencanaan maupun penanganan untuk terapi, dan merujuk sebagai bagian dari tim penanganan kasus. Ganguan Komunikasi pada Autistic Spectrum Disorders ASD bersifat, verbal, non-Verbal dan kombinasi.

3. Terapi Biomedik

Penanganan biomedika atau intervensi biomedis merupakan terapi yang menuntut anak untuk menjalani diet tertentu. Intervensi biomedis diperlukan untuk membenahi kerusakan sel-sel tubuh akibat keracunan logam berat dan mengusir kendala-kendala yang menghalangi masuknya nutrisi ke otak.

4. Terapi Medikamentosa

Terapi jenis ini dilakukan dengan menggunakan obat-obatan. Pemakaian obat-obat ini akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak terhadap lingkungan sehingga ia lebih mudah menerima tata laksana terapi yang lain. Obat yang selama ini cukup sering di gunakan dan memberikan respon yang baik adalah riperidone. Menurut penjelasan dari para peneliti pada 101 anak-anak 82 anak laki-laki 19 anak perempuan usia 5-17 tahun. Hasilnya mereka yang diterapi dengan riperidone setelah 6 bulan terbukti tidak menunjukkan gejala berulang agresifitas dan kebiasaan mengacau yang lebih parah lagi.

5. Pendidikan Khusus

Tata laksana perilaku yang lainnya adalah teknik memecah perilaku atau aktivitas yang kompleks menjadi bagian yang kecil-kecil. Bagian yang kecil-kecil ini diajarkan sendiri-sendiri secara sistematik, terstruktur, dan terukur. Misalnya, inst ruksi kompleks seperti, “Ambilkan baju coklat di atas meja, lalu lipat dengan baik, dan simpan di lemari” tentu tidak mungkin dikerjakan anak. Apalagi bila ia belum menguasai konsep “ambil”, “lipat”, dan “simpan”. Selain itu, anak belum menguasai konsep baju dan warna. Para orang tua dan terapis harus mengajarkan satu persatu pengetahuan itu, lalu digabungkan dalam rangkaian kecil-kecil. Selanjutnya rangkaian kecil-kecil ini digabungkan menjadi satu kesatuan yang kompleks. Cara pengajarannya antara orang tua dan terapis harus sama. Ini untuk membantu anak lebih mudah mempelajarinya. Cara pengajaran ini dimulai dengan sistem satu guru satu murid dalam satu ruangan yang bebas distraksi pengalih perhatian. Pengajaran dilakukan berulang-ulang sampai anak berespon tanpa bantuan frompi. Baik dirumah maupun ditempat terapi orang tua atau terapis harus pula menyediakan gambar-gambar atau alat bantu lain yang memudahkan anak belajar. Seperti untuk mengenal buah jeruk, orang tua harus menyediakan buah jeruk atau gambar jeruk. Ini juga membantu anak mengenalkan benda dengan dimensi yang berbeda. Secara bertahap anak dibawa ke kelompok kecil, lalu ke kelompok besar. Anak dicoba untuk dimasukkan ke sekolah umum. Di kelas mulanya anak didampingi oleh orang tua terapis shadow yang tugasnya menjembatani instruksi dari guru ke anak, dan juga membantu respon anak, shadow mula-mula lekat dengan anak, secara bertahap jarak semakin diperbesar bersamaan dengan semakin kurangnya intensitas dan frekuensi frompi. Target perilaku yang bisa dicapai anak harus ditetapkan secara realistis dan sesuai dengan kemampuan anak. Jangan menargetkan terlalu tinggi karena akhirnya akan membuat anak frutasi dan kecil hati. Bila anak berhasil melakukan sesuatu, orang tua dan terapis akan semakin termotivasi mengajarkan sesuatu yang lebih baru lagi. Anak pun menjadi lebih senang beraktivitas, dan otomatis perilaku yang aneh semakin berkurang, meski belum sepenuhnya menghilang.

6. Terapi Okupasi